5. KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1542253732BAB V RPIJM New Kerangka Strategi

BAB

5.
KERANGKA STRATEGI
PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA

1.1. Potensi Pendanaan APBD
Gambaran tentang Pendanaan APBD Kota Tangerang Selatan yang disajikan
secara series menginformasikan mengenai rata-rata pertumbuhan realisasi Potensi

Pendanaan APBD Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2013-2017 sebagaimana
tertuang pada Tabel 5.1. Realisasi Belanja APBD Bidang Cipta Karya mengalami
kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21%, yang dipengaruhi oleh adanya
kenaikan semua sektor Cipta Karya, yaitu: Pengembangan Kawasan Permukiman,
Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan SPAM, Pengembangan PLP. Ratarata pertumbuhan terbesar terdapat pada Pengembangan SPAM dan Pengembangan
PLPmasing-masing sebesar 41%; Penataan Bangunan dan Lingkungan15% dan
Pengembangan Kawasan Permukiman 8%.
Untuk menghitung proyeksi Belanja APBD Bidang Cipta Karya (lima) tahun
kedepan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pt = Po (1 + r )t
Keterangan:
Pt = jumlah anggaran pada tahun t
Po = jumlah anggaran pada tahun awal
r = angka pertumbuhan
t = waktu (5 tahun)

Proyeksi perkembangan Belanja APBD Bidang Cipta KaryaKota Tangerang Selatan
5 tahun kedepan, menggunakan rata-rata angka pertumbuhan Belanja APBD Bidang
Cipta Karya masing-masing sektor dari tahun 2013 sampai dengan 2017 yang
diasumsikan sama setiap tahunnya. Perhitungan proyeksi Belanja APBD Bidang Cipta
Karya dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini:

Tabel 0-1. Realisasi Pertumbuhan Belanja APBD Bidang Cipta Karya Tahun Anggaran 2013-2017
REALISASI

PERTUMBUHAN

SEKTOR
2013


2014

2015

2016

2017

2013-2014

2014-2015

2015-2016

2016-2017

PKP

0,08

26.500.338.000

33.822.350.000

36.189.914.500

43.767.967.500

32.894.229.000

0,28

0,07

0,21

(0,25)

222.053.443.196


431.456.107.284

435.770.668.357

332.365.252.947

288.194.302.877

0,94

0,01

(0,24)

(0,13)

16.129.089.800

23.238.140.600


24.864.810.442

30.315.992.150

57.586.400.701

0,44

0,07

0,22

0,90

61.285.072.367

122.596.404.051

136.082.008.497


215.502.297.751

203.228.558.934

1,00

0,11

0,58

(0,06)

325.967.943.363

611.113.001.935

632.907.401.795

621.951.510.348


581.903.491.512

0,87

0,04

(0,02)

(0,06)

1.652.600.411.612

1.973.115.727.409

2.161.611.805.445

2.493.308.806.642

2.742.351.555.453


0,19

0,10

0,15

0,10

PBL

0,15

SPAM

0,41

PLP
Total
Belanja
APBD

Bidang Cipta
Karya
Total
Belanja
APBD

Ratarata

0,41
0,21

0,14

Tabel 0-2.Proyeksi Belanja APBD Bidang Cipta Karya
REALISASI

PROYEKSI

SEKTOR
2013


2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

PKP


26.500.338.000

33.822.350.000

36.189.914.500

43.767.967.500

32.894.229.000

35.420.958.674

38.141.775.975

41.071.589.504

44.226.453.051

47.623.653.553

PBL

222.053.443.196

431.456.107.284

435.770.668.357

332.365.252.947

288.194.302.877

330.186.821.352

378.298.029.858

433.419.476.914

496.572.617.729

568.927.742.782

SPAM

16.129.089.800

23.238.140.600

24.864.810.442

30.315.992.150,00

57.586.400.701

81.046.108.096

114.062.896.059

160.530.154.536

225.927.373.458

317.966.292.532

PLP

61.285.072.367

122.596.404.051

136.082.008.497

215.502.297.751

203.228.558.934

286.404.682.024

403.622.612.470

568.814.769.876

801.615.748.060

1.129.696.065.519

325.967.943.363

611.113.001.935

632.907.401.795

621.951.510.348

581.903.491.512

702.463.165.448

848.000.580.868

1.023.690.665.252

1.235.780.495.635

1.491.811.428.226

1.652.600.411.612

1.973.115.727.409

2.161.611.805.445

2.493.308.806.642

2.742.351.555.453

3.114.496.615.666

3.537.142.839.950

4.017.143.382.747

4.562.281.391.433

5.181.396.209.060

Total
Belanja
APBD
Bidang
Cipta
Karya
Total
Belanja
APBD

Gambar 0-1. Realisasi Belanja APBD Bidang Cipta Karya APBD Kota Tangerang Selatan

Realisasi Pendanaan Bidang Cipta Karya
700,000,000,000
600,000,000,000
500,000,000,000
400,000,000,000
300,000,000,000
200,000,000,000
100,000,000,000
2013
PKP

2014
PBL

2015
SPAM

2016

2017

PLP

Gambar 0-2. Proyeksi Belanja APBD Bidang Cipta Karya

Proyeksi Pendanaan Bidang Cipta Karya
2,500,000,000,000
2,000,000,000,000
1,500,000,000,000
1,000,000,000,000
500,000,000,000
0
2018
PKP

2019
PBL

2020
SPAM

2021

2022

PLP

Sumber : Data SIMRAL-TANGSEL series

1.1.1. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan
keuangan daerah tahun-tahun sebelumnya (2013-2017), serta kerangka pendanaan. Gambaran
pengelolaan keuangan daerah memberikan gambaran mengenai kemampuan anggaran daerah untuk
membiayai belanja daerah. Kemampuan belanja daerah, baik belanja langsung maupun belanja tidak
langsung akan menjadi acuan dalam pengalokasian anggaran pada masingmasing program yang akan
dilaksanakan pada 5 (lima) tahun mendatang (tahun 2018-2023).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki unsur Pendapatan Daerah,
BelanjaDaerah, dan Pembiayaan Daerah. Kinerja keuangan daerah dapat diketahui dari

kinerjaPendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah tersebut.
Daerahmeliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain
Daerahyang Sah. Sedangkan Belanja daerah meliputi Belanja Tidak Langsung
BelanjaLangsung (BL), sedangkan Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan
danPengeluaran Pembiayaan.
1.1.1.1.

Pendapatan
Pendapatan
(BTL) dan
Pembiayaan

Pendapatan Daerah

Analisis pendapatan daerah memberikan gambaran kondisi pendapatan daerah yangtercermin
dalam APBD. Pendapatan daerah mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), DanaPerimbangan, dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. PAD mencakup: 1) Pajak Daerah,Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lainPendapatan Asli Daerah yang Sah; 2)
Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi HasilPajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan
Dana Alokasi Khusus (DAK); serta 3)Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Hibah,
Pendapatan Bagi Hasil Pajakdari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian, dan
Bantuan Keuangan dariProvinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya.
Kinerja pendapatan daerah diukur dengan indikator derajat kemandirian keuangan daerah
(desentralisasi fiskal). Indikator ini dihitung dari rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap total
Pendapatan Daerah. Dengan mengetahui kemandirian keuangan daerah ini akan diketahui seberapa
besar local taxing power suatu daerah, serta seberapa besar kemampuan PAD dalam mendanai
belanja daerah yang dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Derajat
desentralisasi fiskal Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu tahun 2013-2017 menunjukkan
bahwa kemandirian pemerintah Kota Tangerang Selatan cukup baik., terlihat dari rata-rata proporsi
PAD terhadap total pendapatan daerah Kinerja pendapatan daerah diukur dengan indikator derajat
kemandirian keuangan daerah (desentralisasi fiskal). Indikator ini dihitung dari rasio Pendapatan Asli
Daerah terhadap total Pendapatan Daerah. Dengan mengetahui kemandirian keuangan daerah ini
akan diketahui seberapa besar local taxing power suatu daerah, serta seberapa besar kemampuan
PAD dalam mendanai belanja daerah yang dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat. Derajat desentralisasi fiskal Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu tahun 2013-2017
tergolong cukup baik, terlihat dari rata-rata proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah
Gambar 0-3. Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah
(%)
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00

44.62

49.53
47.20 48.27
45.32

30.90

33.93 32.82 32.72

38.78
36.98
27.19
24.24 24.48 25.61

21.96

Pendapatan Asli
Daerah
Dana perimbangan

17.80 17.65
Lain-lain Pendapatan
Daerah yang sah

-

Sumber : Data SIMRAL-TANGSEL series

Berdasarkan Gambar diatas diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2013-2017 proporsi
PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD) menunjukkan peningkatan, begitu pula dengan Dana
Perimbangan, sedangkan proporsi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menunjukkan penurunan.
Rata-rata rasio Dana Perimbangan selama kurun waktu 2013-2017 memberi kontribusi pada Total

Pendapatan Daerah sebesar 32,72%, sedangkan rata-rata rasio PAD terhadap TPD sebesar 45,32%,
dan rata-rata rasio Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terhadap TPD memberikan kontribusi
sebesar 21,96%.
Pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah menjadi sumber yang dominan dengan
rata-rata kontribusi sebesar 84,11%.Selanjutnya,selama kurun waktu 2013-2017 Retribusi Daerah
memberikan kontribusi rata-rata sebesar 8,62%, dan rata-rata kontribusi Lain-lain PAD yang Sah
sebesar 7,27%. Perbandingan proporsi unsur-unsur PAD dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 0-4. Proporsi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang dipisahkan dan LainLain PAD yang Sah terhadap Total PAD (%)
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

83.30 84.45 84.24 82.94 85.62 84.11

Pajak daerah
Retribusi daerah
12.67 8.94
4.03 6.61

8.42
7.34

11.12 7.14
5.94 7.23

8.62
7.27

Lain-lain PAD yang sah

Sumber : Data SIMRAL-TANGSEL series

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan realisasi dari pos-pos Pendapatan Daerah di Kota
Tangerang SelatanTahun 2013-2017, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah beserta pos-pos yang menyertainya dapat
dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 0-3. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017
Uraian

2015 (Rp)

2016 (Rp)

Pertumbuh
an

2013 (Rp)

2014 (Rp)

2017 (Rp)

Pendapatan Asli Daerah

728.965.301.483

1.023.817.429.319

1.228.065.386.057

1.243.705.400.000

1.260.891.811.000

16%

Hasil pajak daerah

607.251.022.635

864.576.346.012

1.034.520.886.995

1.031.580.000.000

1.079.636.000.000

17%

Hasil retribusi daerah

92.366.248.545

91.545.037.341

103.379.471.622

73.852.750.000

90.052.771.000

1%

Lain-lain PAD yang sah

29.348.030.303

67.696.045.966

90.165.027.440

138.272.650.000

91.203.040.000

46%

Dana perimbangan

764.479.468.132

709.085.267.689

707.496.059.913

874.186.891.950

835.363.230.419

3%

Bagi hasil pajak/ bagi hasil
bukan pajak
Dana Alokasi Umum

228.036.559.132

124.676.450.689

77.917.780.913

144.146.498.000

144.146.498.000

1%

536.177.454.000

566.429.457.000

609.519.143.000

581.505.815.000

581.505.815.000

2%

PENDAPATAN

Dana Alokasi Khusus

265.455.000

17.979.360.000

20.059.136.000

148.534.578.950

109.710.917.419

1825%

Lain-lain Pendapatan
Daerah yang sah
Pendapatan hibah

477.801.167.067

561.607.377.885

666.522.275.970

458.479.893.767

449.414.692.267

1%

-

-

-

449.414.692.267

449.414.692.267

0%

Dana bagi hasil pajak dari
Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana penyesuaian dan
otonomi khusus
Bantuan keuangan dari
provinsi atau pemerintah
daerah lainnya
JUMLAH PENDAPATAN

338.098.561.067

401.892.280.885

415.478.176.845

-

-

129.705.606.000

133.704.247.000

128.608.038.000

9.065.201.500

-

9.997.000.000

26.010.850.000

122.436.061.125

1.971.245.936.682

2.294.510.074.893

2.602.083.721.940

2.576.372.185.717

2.545.669.733.686

1.1.1.2.

Belanja Daerah

Belanja Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). Adapun
Belanja Tidak Langsung meliputi jenis belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

-48%

7%

belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, dan belanja tidak terduga.
Sedangkan Belanja Langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja
modal. Struktur Belanja Daerah di Kota Tangerang Selatan didominasi oleh Belanja Langsung. Proporsi
Belanja Langsung dari tahun 2013- 2017 antara 71,20%-75,57%.
Gambar 0-5. Proporsi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2013-2017
Rasio Belanja Tidak Langsung

71.20

Rasio Belanja langsung
75.78

72.92

72.80

75.57

28.80

27.20

27.08

24.22

24.43

2013

2014

2015

2016

2017

Sumber : Data SIMRAL-TANGSEL series

Total Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan dari tahun 2013-2017 mengalami peningkatan.
Total Belanja tahun 2013 sebesar Rp1.789.444.006.260 meningkat pada tahun 2017 menjadi
Rp2.919.669.733.686. Proporsi Belanja Tidak Langsung cenderung mengalami penurunan dari sebesar
28,86% pada tahun 2013 menjadi 24,43% pada tahun 2017, sedangkan Belanja Langsung meningkat
dari sebesar 71,20% pada tahun 2013 menjadi sebesar 75,57% pada tahun 2017. Tingginya proporsi
belanja langsung memberikan gambaran bahwa alokasi anggaran untuk program pembangunan
relatif besar, sebab lebih besar dari alokasi belanja tidak langsung.

Tabel 0-4.Realisasi Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017
Urusan

Pertumbuh
an

2013 (Rp)

2014 (Rp)

2015 (Rp)

2016 (Rp)

2017 (Rp)

Belanja Tidak Langsung

515.363.002.404

567.417.473.463

703.988.285.740

796.922.113.757

713.328.692.366

9%

Belanja pegawai

490.087.724.540

526.208.439.814

601.609.623.418

729.015.399.464

662.903.692.366

8%

19.585.750.000

40.314.744.400

101.454.678.768

67.490.395.000

30.000.000.000

42%

5.223.040.000

308.100.000

278.683.964

314.669.281

382.068.414

187.803.900

271.519.968

541.915.140

416.319.293

425.000.000

31%

Belanja langsung

1.274.081.003.856

1.518.633.477.083

1.895.277.687.842

2.493.308.806.642

2.206.341.041.320

16%

Belanja pegawai

172.262.297.500

210.235.476.675

253.507.851.680

335.810.816.300

281.921.875.477

15%

Belanja barang dan jasa

540.630.326.410

599.580.547.439

660.155.125.413

864.688.199.374

727.743.863.861

9%

Belanja modal

561.188.379.946

708.817.452.969

981.614.710.749

1.292.809.790.968

1.196.675.301.982

22%

1.789.444.006.260

2.086.050.950.546

2.599.265.973.582

3.290.230.920.399

2.919.669.733.686

14%

BELANJA DAERAH

Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja bantuan keuangan
kepada provinsi/
Kabupaten/ Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja tidak terduga

JUMLAH BELANJA DAERAH

20.000.000.000

Sumber : Data SIMRAL-TANGSEL series

1.2. Potensi Pendanaan APBN dan APBD Provinsi
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur. Hal ini terlihat dari
anggaranpembiayaan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 ‐2019 sebesar Rp 6.780 trilliun (Gambar 1). Kebutuhan dana investasi infrastruktur
Indonesiadiperkirakan Bappenas hanya dapat dipenuhi sebesar oleh APBN sebesar Rp 1.000 trillun,
APBDsebesar Rp 500 trillun, BUMN dan swasta sebesar Rp 210 trilliun, Perbankan sebesar Rp 500
trilliun,Asuransi dan Dana Pensiun sebesar Rp 60 trilliun, serta lembaga pembiayaan infrastruktur
yang adasebesar Rp 500 trilliun, oleh karena itu ada financial gap sebesar Rp 4.000 trilliun yang harus
dipenuhidari sumber pendanaan lain guna melakukan akselerasi pembangunan infrastruktur
diIndonesia.Sehingga, perlu adanya upaya untuk untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut.
PemerintahIndonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dana
tersebut melalui pendirian beberapa lembaga pembiayaan. Indonesia pernah memiliki Bank
Pembangunan Indonesia (BAPINDO) yang didirikan tahun 1952. Dari awal pendiriannya Bapindo
memang fokus membiayai pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, pembangkit listrik,
bandar udara, trasportasi (darat, laut dan udara). Untuk pola sumber dananya Bapindo mengandalkan
obligasi, deposito, tabungan dan khusus untuk sektor tertentu yang akan diberikan insentif oleh
pemerintah maka Bank Indonesia memberikan Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI). Namun, akibat
krisis yang melanda ekonomi Indonesia pada pertengahan tahun 1997, bank ini kemudian dileburkan
bersama beberapa bank BUMN lainnya menjadi Bank Mandiri saat ini.
Gambar 0-6. Anggaran Infrastruktur Tahun 2015 – 2019

Sumber: Bappenas RPJMN 2015-2019

Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun anggaran yang digunakan
untuk pembangunan infrastruktur selalu mengalami peningkatan. Ha lini menunjukkan bahwa
infrastruktur yang harus dibangun, ditingkatkan mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh
tanah air.
Rencana anggaran terkait dengan kinerja pendanaan Ditjen Cipta Karya untuk tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 0-5. Data Pendanaan Keciptakaryaan
Alokasi Anggaran (Rp. Miliar)

Total Renstra

Indikator Outcome
2015-2019

Proporsi rumah tangga yang menempati

2015

4.863

2016

2017

2018

10.605

10.836

10.276

2019

9.869

DJCK 2015 –
2019 (Rp.
Miliar)
46.449

pemukiman tidak layak di perkotaan,
pedesaan dan pemukiman khusus
Penataan Bangunan dan Lingkungan

1.254

1.203

1.666

1.970

2.340

8.433

Capaian Pelayanan Akses Air Minum

5.265

6.169

6.828

7.542

8.096

33.900

Capaian Pelayanan Akses Sanitasi

3.835

5.446

6.894

9.077

10.373

35.645

Dukungan Manajemen

549

754

803

855

944

3.949

Setditjen

257

314

345

378

414

1.708

Keterpaduan Infrastruktur

276

331

346

361

378

1.692

61

109

112

116

152

550

15.811

24.197

27.027

29.720

31.622

128.376

BPPSPAM
Total APBN
Sumber: Bappenas RPJMN 2015-2019
SEKTOR
(1)
Pengembangan Kawasan Permukiman

REALISASI
2013

2014

2015

2016

2017

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pengembangan SPAM
Pengembangan PLP
DAK Air Minum
DAK Sanitasi
Total AlokasiAPBN

1.3. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah
Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur permukiman.
Alternatif pendanaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur keciptakaryaan adalah:
a. Dana Publik. Dana ini mengalir dari Pusat, Provinsi lalu ke Pemerintah Kabupaten/Kota, dan yang
didapat dari pajak. Biasanya dana ini berupa hibah atau pinjaman
b. Dana pembangunan Asing (Overseas Development Aid/ODA). Hibah dan pinjaman luar negeri dari
lembaga-lembaga keuangan Internasional seperti Bank Dunia dan ADB
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Berbasis Masyarakat
d. Sektor Swasta/ badan usaha
Perusahaan memiliki peluang untuk mensinergikan program CSR di bidang Cipta Karya dengan
program Pemerintah yang didanai dari sumber lain seperti tersebut di atas. Sinergi ini akan
melahirkan program yang memiliki dampak lebih besar dan lebih luas serta berkelanjutan.

Tabel 0-6. Sumber-sumber Pembiayaan Infrastruktur Cipta Karya
Pemerintah Pusat

Pemerintah
Provinsi

Pemerintah
Kabupatem/Kota

APBN

Hibah

APBD

Pinjaman,
Kredit Mikro

Pinjaman bank (Komersial),
Kredit Mikro dan dana Bergulir

Hibah

Pinjaman

SILPA

Hibah

Investasi Swasta termasuk PPP

Pinjaman LN

Cadangan

Kredit Mikro

Dana Cadangan

Donor

Swasta

Bentuk khusus InvestasiSwasta
(Sewa,BOT), dll
Hibah, CSR Tarif/Kontribusi
Pengguna

1.3.1. Fasilitasi Kerjasama Dengan Pemangku Kepentingan
Melalui fasilitasi pertemuan multi pihak ini, diharapkan tercipta kolaborasi/kemitraan yang
memungkinkan pihak yang bermitra menemukan solusi kreatif untuk masalah yang kompleks, karena
kemitraan memungkinkan bertemunya berbagai pemikiran dan strategi bersama untuk memecahkan
masalah. Bidang Kegiatan yang bisa dikerjasamakan adalah :
A. Sektor Pengembangan Air Minum
Pada sistempenyediaan air minum, kegiatan yang ditawarkan untuk kerjasama CSR adalah
sebagai berikut :
1. Air baku
a. Kegiatan untuk mendapatkan air baku sesuai dengan jenis sumbernya
b. Pembangunan bak penampungan/reservoir air baku
c. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku
2. Pengolahan Air Minum
a. Pembangunan Instalasi Pengolah Air Minum
b. Pembangunan Reservoir Air Minum
3. Transmisi Air Minum
a. Pengadaan dan pemasangan pompa transmisi air minum
b. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air minum
c. Pembangunan bak pelepas tekan
4. Distribusi Air Minum
a. Pembangunan reservoir distribusi
b. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi
c. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi
d. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah
e. Pengadaan dan pemasangan hidran umum

B. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Sektor PPLP terdiri dari 3 sub sector, yaitu Persampahan, Air Limbah dan Drainase, dimana kegiatan
yang bisa ditawarkan untuk ketiga subsector tersebut adalah :
1.Subsektor Persampahan
a. Komponen Pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Penampungan Sementara
b. Komponen Pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir
c. Komponen Pengolahan
2.Subsektor Air Limbah
a. Kegiatan pengolahan system off site
b. Kegiatan pengolahan system on site
c. Subsektor Drainase

C. Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Kegaiatan yang dikerjasamakan :
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana untuk Ruang Terbuka Hijau
2. Revitalisasi Kawasan Sejarah/tradisional
3. Pembangunan Sarana dan prasarana permukiman tradisional
D. Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan yang isa dikerjasamakan:
1. Penataan Kawasan Perkotaan
2. Penataan Kawasan Perdesaan
1.3.2. Melalui Pendanaan APBD
Beberapa kebijakan pendapatan daerah dirumuskan untuk meningkatkan Pendapatan Daerah
selama Tahun 2019-2024, yaitu sebagai berikut:
1) Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan;
2) Terus melakukan sosialisasi regulasi pajak dan retribusi daerah sehingga masyarakat dan dunia
usaha memahami secara baik dan terdorong untuk memenuhi kewajiban membayar pajak dan
retribusi;
3) Peningkatan kualitas sumber daya aparatur pengelola pendapatan untuk meningkatkan hasil
pajak dan retribusi daerah;
Meningkatkan koordinasi guna mengintegrasikan semua unsur kebijakan yang berkaitan dengan
penerimaan pendapatan daerah yang bersifat lintas sektoral;