BAB 4 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM a17b84eeb0 BAB VBAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

BAB 4
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Sesuai UU No. 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa
kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk
meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan
permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan
rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai
pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan
pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh

karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk
mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan
adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah
peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan
untuk:
a.

Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya,

b.

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c.

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.


Bab 5 - 4

RPIJM
5.1

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan
dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.
Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian
Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan
Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan
berdasarkan criteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara

Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah


Provinsi,

Dan

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan

daerah

untuk

kabupaten/kota

merupakan


urusan

yang

berskala

kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan
minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan

urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan
pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman
dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian
sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan
Bab 5 - 4

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

RPIJM


diperdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis
alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan
memenuhi

sasaran/

target

Millenium

Development

Goals

(MDGs)

yang

mempertimbangkan:



Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;



Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan

rendah

di

perkotaan

yang


diselenggara-kan

melalui

proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria
teknis:


kerawanan sanitasi;



cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan

Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai
dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker
Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana
kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya
meliputi :
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan
Sanitasi.

2.

Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
Bab 5 - 4

RPIJM
3.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4.

Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5.

Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6.

Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.
Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga
optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta
Karya.
5.2 PROFIL APBD KABUPATEN PESISIR BARAT
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan
sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a.

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

c.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Bab 5 - 4

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

RPIJM

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Pendapatan

Tahun

Tahun –

Tahun -

Tahun -

Tahun -

Daerah

-1

2

3

4

5

(1)

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Pendapatan
Asli
Daerah
Pajak Daerah
Retribusi
Daerah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah
yang
dipisahkan
Lain-Lain PAD
Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi
Umum
Dana Alokasi
Khusus
Lain-Lain
Pendapatan
Daerah
yang Sah
Pendapatan
Hibah
Dana Darurat
DBH Pajak dari
Pemda Lainnya
Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Pendapatan

Tahun

Tahun –

Tahun -

Tahun -

Tahun -

Daerah

-1

2

3

4

5

(1)

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Dana
Penyesuaian &
Otonomi
Khusus
Bantuan
Keuangan
Provinsi/
Pemda Lain
Pendapatan
Lainnya
Total
Pendapatan

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Belanja
Daerah

(1)

Tahun

Tahun –

Tahun -

Tahun -

Tahun -

-1

2

3

4

5

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Belanja Tidak
Langsung
Belanja
Pegawai
Belanja Bunga
Belanja
Subsidi
Belanja Hibah
Belanja
Bansos
Bantuan
Bab 5 - 4

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

RPIJM
Pemda lain
Belanja Tidak
Terduga

Belanja
Langsung
Belanja
Pegawai
Belanja
Barang &
Jasa
Belanja Modal
Total
Pendapatan

Tabel 5.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Pembiayaan
Daerah

(1)

Tahun

Tahun –

Tahun -

Tahun -

Tahun -

-1

2

3

4

5

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

Rp

%

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Penerimaan
Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
Penerimaan
Pinjaman dan
Obligasi Daerah
Penerimaan
Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Kembali
Pinjaman
Piutang Daerah

Pengeluaran
Pembiayaan
Pembentukan
Dana Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Pokok
Pinjaman
Pemberian
Pinjaman Daerah

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Proporsi
Pendapatan dan Belanja dalam APBD

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

5.2 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
1.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN
5 Tahun Terakhir

dalam

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen
Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah
agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya
menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan
yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan
realisasinya di daerah tersebut.Untuk lebih jelasnya uraian dana APBN Cipta Karya Kabupaten
Pesisir Barat dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 5.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Pesisir Barat
dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor

(1)

Alokasi

Alokasi

Alokasi

Alokasi

Alokasi

2014

2013

2012

2011

2010

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Pengembangan
AirMinum
Pengembangan
PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan
& Lingkungan
Total

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran
Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan
tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana
DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 5.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di
Kabupaten Pesisir Barat dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK

(1)

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

2014

2013

2012

2011

2010

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAK Air
Minum
DAK Sanitasi

2.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD
dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang
Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja
daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

Bagian ini menunjukan alokasi dan proporsi pendanaan bidang Cipta Karya
bersumber dari APBD yang dijabarkan berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya
yang ada. Setelah didapatkan proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Petunjuk pengisian tabel 11.6 adalah sebagai berikut:
(1) subsektor Cipta Karya
(2), (4), (6), (8), (10) berisikan alokasi APBD pada setiap sektor CK dalam 5

Tabel 5.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang
Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor

(1)

2014

2013

2012

2011

2010

Aloka
si

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Alokasi

%

Aloka
si

%

(2)

(3
)

(4)

(5
)

(6)

(7
)

(8)

(9
)

(10)

(11
)

Pengemban
gan
Air
Minum
Pengemban
gan

730.000.0
00

375.950.0
00

265.000.0
00

150.000.0
00

PPLP
Pengemban
gan

75.000.0
00

Permukima
n
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Total
Belanja
APBD
Bidang Cipta
Karya
Total
Belanja
APBD

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Gambar 5.1 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini
menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.

Bagian ini juga berisikan penyajian data perkembangan besaran DDUB dalam
3-5 tahun terakhir untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan
DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 11.7. Petunjuk pengisian tabel sebagai
berikut:
(1) subsektor Cipta Karya

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 5.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor

(1)

2014

2013

2012

2011

2010

Alokasi

DD

Alokasi

DD

Alokasi

DD

Alokasi

DD

Alokasi

DD

APBN

UB

APBN

UB

APBN

UB

APBN

UB

APBN

UB

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Total

Bab 5 - 4

RPIJM
3.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam
5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan
dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah
dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari
perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur
Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

Pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,
operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh

4.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam
5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia
usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui
skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate
Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan
skema KPS
adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum
Pelaksanaan

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan
landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak
dilakukan
untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi
kegiatankegiatan
eksisting perlu disajikan dalam RPI2-JM untuk melihat potensi
pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut. Pendataan kegiatan
KPS
bidang Cipta Karya di daerah disajikan dalam bentuk tabel 11.8, dengan
petunjuk pengisian tabel sebagai berikut:
(1) Nama kegiatan KPS diurutkan berdasarkan sektor
(2) Tahun pelaksanaan kegiatan
(3) Komponen kegiatan yang dikerjasamakan (misal IPA atau
pengangkutan
sampah)
(4) Satuan dan volume kegiatan
(5) Nilai Rupiah kegiatan yang di-KPS-kan
(6) Skema KPS diisi bentuk KPS berupa BOT/Konsesi/lainnya
(7) Keterangan tambahan terkait pelaksanaan KPS

Bab 5 - 4

RPIJM
Kegiatan

(1)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tahun

(2)

Komponen

Satuan

KPS

Volume

(3)

(4)

Nilai (Rp)

Skema
KPS

Ket.

(5)

(6)

(7)

Pengembangan Air Minum

Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Catatan :
Belum ada skema KPS yang bisa diterapkan di Kabupaten Pesisir Barat.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

5.3 Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.
1.

Proyeksi APBD 5 Tahun Ke Depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi
terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar
trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD
terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama
dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 5.8 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen
APBD
(1)

Realisasi

Persentase

Proyeksi

Y-2

Y-1

Y0

Pertumbuhan

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Pendapatan
Asli Daerah

%

Dana
Perimbangan

%

DAU

%

DBH

%

DAK

%

- DAK Air
Minum

%

- DAK SAnitasi

%

Lain Lain
Pendapatan

%

yang Sah
Total APBD

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode
analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS
dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan
bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75%
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
a.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR).
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas
keuangan pemerintah.

2.

Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini,
perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam
bentuk business plan
.

3.

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun
daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta
di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 5.9 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS
dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama

Deskripsi

Biaya

Kelayakan

Keterangan

Kegiatan

Kegiatan

Kegiatan (Rp)

Finansial

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

IRR = ...

Belum ada

Keterangan IRR: Internal Rate of Return

5.4

ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan
dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
1.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang
ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah
dilakukan.

Bab 5 - 4

RPIJM
2.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.

3.

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun
Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan
dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah
dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari
perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur
Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.
Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah
perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

Pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan,
operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh

Bab 5 - 4

RPIJM
4.

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5
Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia
usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui
skema Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate
Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan
skema KPS
adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum
Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan
landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak
dilakukan
untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi
kegiatankegiatan
eksisting perlu disajikan dalam RPI2-JM untuk melihat potensi
pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut. Pendataan kegiatan
KPS
bidang Cipta Karya di daerah disajikan dalam bentuk tabel 11.8, dengan
petunjuk pengisian tabel sebagai berikut:
(1) Nama kegiatan KPS diurutkan berdasarkan sektor
(2) Tahun pelaksanaan kegiatan

Bab 5 - 4

RPIJM
Kegiatan

(1)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tahun

(2)

Komponen

Satuan

KPS

Volume

(3)

(4)

Nilai (Rp)

Skema
KPS

Ket.

(5)

(6)

(7)

Pengembangan Air Minum

Pengembangan PPLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Catatan : belum ada skema KPS di Kabupaten Pesisir Barat

5.5 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis
proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.
1.

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi
terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar
trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD
terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama
dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 5.10 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen
APBD
(1)

Realisasi

Persentase

Proyeksi

Y-2

Y-1

Y0

Pertumbuhan

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Pendapatan
Asli Daerah

%

Dana
Perimbangan

%

DAU

%

DBH

%

DAK

%

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

- DAK Air
Minum

%

- DAK SAnitasi

%

Lain Lain
Pendapatan

%

yang Sah
Total APBD

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode
analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah
dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan
sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat
dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS
dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam
bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit
APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan
bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75%
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
b.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR).
Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan
kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas
keuangan pemerintah.

2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini,
perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam
bentuk business plan
.

3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun
daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta
di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

Tabel 5.11 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama

Deskripsi

Biaya

Kelayakan

Keterangan

Kegiatan

Kegiatan

Kegiatan (Rp)

Finansial

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

IRR = ...

Belum ada

Keterangan IRR: Internal Rate of Return

5.6

ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan
dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
1.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang
ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah
dilakukan.

Bab 5 - 4

RPIJM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Pesisir Barat

2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.

Bab 5 - 4