4.1. Geografi dan Administratif Wilayah - DOCRPIJM a8b60c9b5d BAB IV06 BAB 4 Profil Kabupaten Natuna (RPI2JM Natuna) FINAL

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4.1. Geografi dan Administratif Wilayah
Kabupaten Natuna terletak di Laut Cina Selatan dengan posisi yang
sangat strategis baik dari segi bisnis maupun pertahanan dan keamanan
karena terletak pada jalur pelayaran internasional. Berdasarkan orientasi
dengan ibukota negara-negara Asia Tenggara maka Kabupaten Natuna
terletak diantara Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Saigon, Bandar
Sribegawan (Brunei). Sedangkan ibukota negara Asia Tenggara Lainnya
seperti Bangkok, Hanoi, Rangoon dan Manila terletak pada radius kurang
dari 2000 kilometer dari Natuna
Kabupaten Natuna yang terletak pada posisi 1°16' - 7°19' Lintang Utara
dan 105°00' - 110°00' Bujur Timur, menurut Undang-undang Nomor 33
Tahun 2008, Kabupaten Natuna memiliki luas 264.198,37 Km 2 dengan

4-1

Laporan Akhir


Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

luas daratan 2.001,30 Km2 dan lautan 262.197,07 Km2 dimana Ranai
sebagai Ibukota Kabupaten Natuna.
Dikabupaten ini terdapat 154 pulau, dengan 27 pulau (17,53 persen) yang
berpenghuni dan sebagian besar pulau (127 buah) tidak berpenghuni.
Dua pulau terbesar diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan Pulau
Serasan. Secara administratif Kabupaten Natuna berbatasan dengan
dengan:


Sebelah Utara

:

Negara Vietnam dan Kamboja



Sebelah Timur


:

Malaysia

Bagian

Timur

(Sarawak)

dan

Kalimantan Barat


Sebelah Selatan

:


Kabupaten Natuna



Sebelah Barat

:

Semenanjung

Malaysia

dan

Kabupaten

Kepulauan Anambas
Kabupaten Natuna terdiri dari 12 kecamatan yaitu Kecamatan Midai,
Bunguran Barat, Bunguran Utara, Pulau Laut, Pulau Tiga, Bunguran
Timur, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan,

Serasan, Subi dan Serasan Timur. Adapun ibukota, Kabupaten natuna
Terletak di Ranai, luas, dan desa/kelurahan masing-masing kecamatan
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 4.1. : Jumlah Kecamatan di Natuna
Luas (Km2)
No.

Kecamatan

Desa/Kelurahan
Darat

1

2

Midai

Bunguran Barat


Kel. Sabang Barat
Desa Batu Belanak
Desa sebelat
Desa Gunung Jambat
Desa Aair Kumpai
Desa Air Putih
Kel. Sedanau
Desa Sedanau Timur
Desa Mekar Jaya
Desa batubi jaya
Desa Gunung Putri
Desa Sedarat baru
Desa Binjai
Desa Plan Tengah
Desa Semedang

Laut

26.10


262.197.07
448,10

4-2

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Luas (Km2)
No.

Kecamatan

Desa/Kelurahan
Darat

3

Serasan


4

Bunguran Timur

5

Bunguran utara

6

Subi

7

Pulau Laut

8

Bunguran Timur Laut


9

Bunguran Tengah

10

Bunguran Selatan

Kel. Serasan
Desa kampung hilir
Desa Batu berlan
Desa Tanjung balau
Desa tanjung setelung
Kel. Bandarsyah
Kel.Ranai Kota
kel. Ranai Darat
Desa Sepempang
Desa Sungai Ulu
Desa Batu Gajah

Kel. Bandarsyah
Desa kelarik Utara
Desa Kelarik
Desa Kelarik Air Mall
Desa Kelarik Air Barat
Desa Teluk buton
Desa Belakang Gunung
Desa Gunung Durian
Desa Seluan Bulat
Desa Subi Besar
Desa Melah Selatan
Desa Pulau Panjang
Desa Pulau Kerdau
Desa Subi
Desa Terayak
Desa Mellah
Desa Subi Besar Timur
Desa Tg. Batang
Desa Serantas
Desa Sgb. Mawang

Desa Sededap
Desa Pulau Tiga
Desa Sbg Mwg Brt
Desa Tg. Kumbik utara
Desa Setumuk
Desa Selading
Desa Teluk Labuh
DesaLimau Manis
Sebadai Hulu
Desa Pengadah
Desa Tanjung
Desa Ceruk
Desa Kelanga
Desa Selemam
Desa Air Lengit
Desa Harapan Jaya
Desa Tapau
Desa Cemaga
Desa Cemaga Selatan
Desa Cemaga Utara

Desa Cemaga Tengah

Laut

43,65

146,83

404,71

23,36

67,87

235.01

172,71

233.99

4-3

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Luas (Km2)
No.

Kecamatan

Desa/Kelurahan
Darat

Desa Arung Ayam
Desa Air Nusa
Serasan Timur
Desa payak
Desa Air Ringgau
Jumlah

11

Laut

160.93
2.001,30

262.187,07

Sumber : Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2013

Sebagai

pulau terluar dari

Negara

Kesatuan Republik

Indonesia,

Kabupaten Natuna memiliki 7 (tujuh) pulau terluar, sebagaimana terlihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. : Pulau Terluar Kabupaten Natuna
Nama Pulau

Kecamatan

Desa

Negara Tetangga

Subi Kecil

Subi Timur

Subi

Malaysia Timur

Sekatung

Pulau Laut

Tanjung Pala

Vietnam

Sebetul

Pulau Laut

Air Payang

Vietnam

Semuin

Pulau Laut

Air Payang

Vietnam

Tokong Boro

Bunguran Utara

Kelarik Barat

Malaysia Barat

Senoa

Bunguran Timur

Sepempang

Malaysia Timur

Kepala

Serasan Timur

Air Nusa

Malaysia Timur

Sumber : Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2013

Selain sebagai wilayah perbatasan laut negara, Kabupaten Natuna juga
memiliki pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Negara
Vietnam,

Kabupaten

Sambas

(Provinsi

Kalimantar Barat) maupun

Kabupaten Natuna. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. : Pulau Terdepan Kabupaten Natuna
Nama Pulau

Kecamatan

Desa

Negara Tetangga

Perantu

Serasan Timur

Air Nusa

Kab. Sambas

Merendai

Serasan Timur

Arung Ayam

Vietnam

Murik

Serasan

Kampung Hilir

Vietnam

Midai

Midai

Sabang Barat

Kab. Natuna

Sumber : Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2013

4-4

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4-5

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4-6

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4-7

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.2. Demografi
Data Demografi Wilayah Kabupaten Natuna diperlukan sebagai dasar
proyeksi

demand

Infrastruktur

Bidang

Cipta

Karya

dan Proyeksi

kebutuhan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa
yang akan datang. Berikut ini akan dijelaskan Kondisi Demografi di
Kebupaten Natuna Berdasarkan Jumlah Penduduk Secara Keseluruhan,
Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Jumlah Penduduk Miskin, Laju
Pertumbuhan Penduduk, dan Persebaran Penduduk.
4.2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna Secara Keseluruhan
Kondisi Jumlah Penduduk di Kabupateb Natuna Tahun 2012 cukup
bervariasi dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan
Bunguran Timur dengan Jumlah Penduduk 25.408 Jiwa dan yang paling
kecil berada di Kecamatan Pulau Laut dengan Jumlah Penduduk
berjumlah hanya sebesar 2.417 jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai
Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4. : Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna, Tahun 2013
Kecamatan
Midai

Jumlah Penduduk
5.580

Bunguran barat

12.139

Bunguran Utara
Pulau Laut

4.254
2.417

Pulau Tiga

5.378

Bunguran Timur

25.408

Bunguran Timur Laut

4.799

Bunguran Tengah

3.158

Bunguran Selatan
Serasan

2.827
5.022

Subi

2.872

Serasan Timur

3.043

Total

76.897

Sumber : Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2013

4-8

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Pada tahun 2013 penduduk di Kabupaten Natuna sejumlah 76.897 jiwa,
jumlah penduduk di Kabupaten Natuna terdiri dari jenis kelamin laki-laki
39.830 jiwa dan dari jenis kelamin perempuan 37.067 jiwa tersebar di 12
kecamatan dan 71 desa/kelurahan di Kabupaten Natuna. Pada tabel 6.2.
dapat dilihat jumlah penduduk secara keseluruhan maupun dilihat dari
jenis kelamin.untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Kabupaten
Natuna Tahun 2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Midai
Bunguran barat
Bunguran Utara
Pulau Laut
Pulau Tiga
Bungutan Timur
Bunguran Timur Laut
Bunguran Tengah
Bungutan Selatan
Serasan
Subi
Serasan Timur
Jumlah

Jenis Kelamin
Laki Laki
Perempuan
2.806
2.774
6.287
5.852
2.192
2.062
1.284
1.133
2.872
2.306
13.236
12.172
2.482
2.317
1.652
1.506
1.457
1.370
2.535
2.487
1.452
1.420
1.574
1.469
39.830
37.067

Jumlah
5.580
12.139
4.254
2.417
5.378
25.408
4.799
3.158
2.827
5.022
2.872
3.043
76.897

Sumber : Kabupaten Natuna Dalam Angka Tahun 2013

4.2.3. Jumlah Penduduk Miskin
Berdasarkan Survei Susenas, Garis Kemiskinan (GK) di Kabupaten
Natuna pada tahun 2013 adalah 270.160 rupiah. GK tersebut mengalami
peningkatan sebesar 11.564 rupiah atau sebesar 4,5 persen bila
dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan garis kemiskinan tersebut, jumlah penduduk misikin pada
tahun 2013 tercatan 3,82 persen, yang berarti mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya sebesar 0,24 persen. Lebih Jelasnya mengenai jumlah
penduduk miskin, dapat dilihat pada tabel berikut.

4-9

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Tabel 4.6 : Jumlah Penduduk Miskin Kab. Natuna, Tahun 2013
Tahun

Garis Kemiskinan
(Rp/Kap/Bln)

Presentase
Penduduk Miskin

Jumlah Penduduk
Miskin (Ribuan)

2013

270.160

3,82

3,100

2012

258.596

4,06

3,200

2011

253.596

4,06

3,014

2010

217.359

4,83

3,400

2009

253.690

3,31

2,197

2008

172.104

4,83

9,000

2007

127.742

8,74

8,400

Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2013

4.2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di kabupaten Natuna per tahun
berdasarkan data penduduk 4 tahun terakhir (2010-2013) adalah 3,63 %
per tahun, dimana tingkat pertumbuhan penduduk terbesar ada pada
tahun 2010-2011 yaitu sebesar 5,7 %, sementara itu untuk tahun 20112012 laju pertumbuhan penduduk sebesar 4,5 %, 2012-2013 sebesar
0,7%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3. :

Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk, Kabupaten
Natuna Tahun 2010-2013

78000
76000
74000
72000
70000
68000
66000
64000
2010

2011

2012

2013

Laju Pertumbuhan Penduduk

4 - 10

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.2.5. Persebaran Penduduk
Berdasarkan data terakhir yang diperoleh tahun 2013, jumlah penduduk di
Kabupaten Natuna berjumlah 76.897 jiwa yang tersebar di 12 kecamatan
dan 73 desa/kelurahan. Dilihat dari penyebarannya, kecamataan yang
paling banyak di Kecamatan Bunguran Timur dengan jumlah penduduk
berjumlah 25.408 jiwa atau sebesar 33,04% dari jumlah yang ada di
Kabupaten Natuna. Dan jumlah penduduk yang paling sedikit

adalah

Kecamatan Pulau Laut dengan jumlah penduduk 2.417 jiwa atau hanya
sebesar 3,14% dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Natuna.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7. : Jumlah Persebaran Kepadatan Penduduk, Kabupaten
Natuna Tahun 2013
Luas (Km2)

Jumlah
Penduduk

Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km)

1. Midai

26,10

5.580

214

2. Bunguran Barat

448,46

12.139

27

3. Bunguran Utara

404,71

4.254

11

4. Pulau Laut

37,69

2.417

64

5. Pulau Tiga

67,87

5.378

79

6. Bunguran Timur

146,83

25.408

173

7. Bunguran Timur Laut

235,01

4.799

20

8. Bunguran Tengah

172,71

3.158

18

9. Bunguran Selatan

233,99

2.827

12

10. Serasan

43,65

5.022

115

11. Subi

160,93

2.872

18

12. Serasan Timur

23,35

3.043

130

2001,30

76.897

38

Kecamatan

Jumlah
Sumber : Natuna Dalam Angka Tahun 2013

4 - 11

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 12

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 13

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.3. Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, Kabupaten Natuna terdiri dari tanah berbukit
dan gunung batu. Daratan rendah dan landai pada umumnya terdapat di
pinggiran pantai. Berdasarkan kondisi

fisiknya, Kabupaten Natuna

merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Hampir 10% dari wilayah
Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan daratan
rendah dan landai terutama di pinggiran pantai, 65% berombak dan 25%
berbukit sampai bergunung. Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup
beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter daari
permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai dengan 5 meter.
Pada umumnya struktur tanah dari tanah podsolik merah kuning dari
bantuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta
tanah organosol dan gley humus.
Wilayah Kecamatan Serasan sebagian besar terdiri perbukitan dan
gunung batu dengan keberadaan tanah datar yang relatif terbatas. Di
Kecamatan Serasan terdapat beberapa gunung batu yaitu Gunung Kute,
Gunung

Punjan,

Gunung

Payak,

dan

Gunung

Pelawan Condong.

Sedangkan kondisi fisik Kecamatan Midai memiliki kemiringan lahan
berkisar antara 2°-5° dengan ketinggian antara 3-500 m diatas permukaan
laut.

Lebih jelasnya mengenai kondisi topografi di Kabupaten Natuna,

dapat dilihat pada gambar berikut.

4.4 . Hidrologi
Keberadaan hidrologi di Kabupaten Natuna dapat dilihat dari 2 hal, yaitu
air permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Natuna berupa sungai diantaranya Sungai Ranai yang
terdapat di Kecamatan Bunguran Timur dan sungai lainnya. Untuk Sungai
Ranai dan sungai-sungai kecil lainnya di Kecamatan Bunguran Timur ini
umumnya di Gunung Ranai, sungai-sungai kecil tersebut diantaranya
Sungai Ngusang, Sungai Sarang Batunagis, Sungai Batukilang, Sungai
Jemengan, Sungai Siman dan Sungai Senipak.

4 - 14

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 15

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 16

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

Selain sungai, air permukaan terdapat juga di Kecamatan Bunguran Timur
yaitu Air Terjun Gunung Ranai dan di Kecamatan Bunguran Tengah yaitu
Air Terjun Air Lengit. Sumber air tanah yang terdapat di Kabupaten
Natuna berkisar 1-3 m wilayah dataran, sedangkan pada wilayah yang
topografinya berbukit-bukit kedalaman muka air tanah berkisar 1-7 m.
Lebih jelasnya mengenai wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Kabupaten Natuna, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

4.5. Geologi
Tanah merupakan unsur penting dalam kegiatan perekonomian, karena
tanah merupakan wadah dari segala aktivitas baik itu aktivitas ekonomi,
sosial maupun kegiatan lainnya. Jenis data tanah yang terdapat di wilayah
studi diambil berdasarkan klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (PPT) tahun
1983, sedangkan adanya perbedaan penamaan sebelum tahun 1983
karena tanahnya dibedakan dengan klasifikasi Pusat Penelitian Tanah
(PPT) tahun 1983. Tanah-tanah yang terdapat di lokasi studi dapat
dibedakan menjadi dua kelompok tanah, yaitu tanah mineral dan tanah
organik.
Tanah di Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Bunguran Timur
umumnya terdiri dari jenis tanah latosol, alluvial, podsolik serta organosol.
Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan induk batuan beku organosol.
Tanah-tanah tersebut terbentuk dari bahan organik. Jenis tanah alluvial
dijumpai di sepanjang tanggul sungai utama, daerah meander serta
daerah flood plain yang terdapat di belakang pantai marin. Jenis tanah
latosol adalah jenis tanah mineral yang telah mengalami pelapukan lanjut,
sangat tercuci sehingga batas-batas horison menjadi baur, kandungan
mineral primer dan unsur hara rendah dengan warna tanah merah, coklat
kemerahan, coklat, coklat kekuningan dijumpai dari muka laut hingga
ketinggian 900 m diatas permukaan laut. Jenis tanah podsolik dijumpai
pada ketinggian antara 50 m hingga 350 m dpl, sedangkan jenis tanah
organosol dijumpai pada daerah cekungan di belakang sungai utama yang
merupakan daerah rawa dan pada umumnya tingkat kematangan hemik
sampai saprik.

4 - 17

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 18

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 19

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Tingkat kesuburan sedang dan mempunyai tingkat kematangan hemik
sampai saprik. Tingkat kesuburan tanah pada daerah studi yang nilai
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT)
tahun 1983 tergolong rendah hingga sedang pada seluruh jenis tanah
yang teliti.
Tanah yang terdapat di Kecamatan Serasan dan Midai umumnya terdiri
dari jenis tanah gleisol, latosol, alluvial, litosol dan organosol. Tanah-tanah
tersebut terbentuk dari bahan induk bahan organik (endapan pantai
berupa pasir, kerikil dan sisa tumbuhan), batuan beku basa dan batuan
vulkanik. Tanah alluvial sebagaian besar menempati satuan visiografi
daratan pasang surut dan pantai marin terbentuk dari bahan induk
alluvium pantai/endapan marin.
Pada satuan fisiografi ini tanah terbentuk dari bahan endapan muda
(alluvium-kolluvium) dan proses pembentukannya sangat dipengaruhi oleh
fluktuasi

air/genangan

sehingga

sifat-sifat

hidromorfik

di

dalam

penampangannya. Jenis tanah gleisol dijumpai di Pulau Subi besar yang
berkembang dari bahan alluvium-koluvium yang terdiri dari endapan halus
dan kasar (campuran) serta lumpur marin menempati satuan fisiografi
pasang-surut dan pelembahan dengan bentuk wilayah datar.
Perkembangan tanah sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang selalu
jenuh air (hidromorfik) yang dicirikan oleh adanya gleid yang merupakan
hasil dari proses reduksi. Kondisi drainase terhambat sampai sangat
terhambat, kedalaman tanah umumnya dalam dengan pekembangan
struktur yang sangat lemah pada lapisan atas dan pejal pada lapisan
bawah. Tekstur lapisan atas lempung berpasir dan lapisan bawah
lempung liat berpasir dengan reaksi tanah masam. Tingkat kesuburan
tanah pada daerah studi yang dinilai berdasarkan kriteria yang ditetapkan
oleh PPT tahun 1983 tergolong rendah hingga sedang pada seluruh jenis
tanah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi geologi di wilayah Kabupaten
Natuna, dapat dilihat pada gambar berikut.

4 - 20

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 21

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 22

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.6. Klimatologi
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin.
Berdasarkan arah angin musim di wilayah Kabupaten Natuna dibagi
dalam 4 periode yaitu periode Januari – Maret: bertiup angin utara dan
timur laut, hujan turun sekali-kali dengan temperatur udara sedang,
periode April – Juni: bertiup angin timur laut/tenggara, hujan sedikit
dengan temperatur udara agak panas (lebih/kurang 34° C), periode Juli –
September: bertiup angin tenggara, hujan turun agak banyak dengan
temperatur udara sedang (lebih kurang 30°C), periode Oktober –
Desember: bertiup angin barat/utara, hujan banyak turun pada bulan
September, Oktober dan November, temperatur agak dingin dan lembab
pada malam hari. Curah hujan rata-rata setahun berkisar 193,2 milimeter
dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 90,4% dan temperatur lebih
kurang 25,8°C. Untuk jelasnya mengenai kondisi curah hujan dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4.8. : Temperatur dan Kelembaban Udara Di Ranai, Kabupaten
Natuna, Tahun 2013
Temperatur Udara (C o )
Bulan

Kelembaban Udara (%)

Rata-Rata
Harian

Max

Min

Rata-Rata
Harian

Max

Min

1. Januari/ January

27,1

31,4

21,6

73

99

61

2. Februari/ February

27,1

31,2

22,0

86

98

62

3. Maret/ March

28,3

33,8

21,0

82

98

62

4. April/ April

28,2

33,8

23,4

85

100

64

5. Mei/ May

28,4

33,4

22,0

85

100

58

6. Juni/ June

28,4

34,2

23,0

85

97

58

7. Juli/ July

27,4

34,1

21,4

87

99

58

8. Agustus/ August

27,5

33,8

21,5

87

98

50

9. September/ September

27,6

35,1

22,8

87

98

55

10. Oktober/ October

27,5

34,0

18,4

86

98

58

11. Nopember/ November

27,2

33,8

23,4

88

98

63

12. Desember/ December

26,6

31,2

22,2

89

100

73

Rata-Rata 2013

27,6

33,3

21,9

85

99

60

Rata-Rata 2012

27,6

32,5

22,7

86

98

64

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Ranai

4 - 23

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Tabel 4.9.

: Tekanan Udara, Arah dan Kecepatan Angin di Ranai,
Kabupaten Natuna, Tahun 2013
Tekanan Udara (Mbs)

Bulan

Kecepatan Angin

Rata-Rata
Harian

Max

Min

Arah
Angin ( 0)

1. Januari/ January

-

-

-

2. Februari/ February

-

-

3. Maret/ March

-

4. April/ April

Rata-Rata
Harian

Max

360

5

28

-

360

6

32

-

-

70

2

19

-

-

-

90

6

15

5. Mei/ May

-

-

-

160

2

19

6. Juni/ June

-

-

-

250

4

25

7. Juli/ July

-

-

-

250

3

31

8. Agustus/ August

-

-

-

240

4

34

9. September/ September

-

-

-

270

4

21

10. Oktober/ October

-

-

-

310

6

25

11. Nopember/ November

1009,1

1012,6

1005,3

360

5

19

12. Desember/ December

1009,8

1013,9

1005,2

250

6

28

Rata-Rata 2013

1009,5

1013,3

1005,3

248

4

25

Rata-Rata 2012

1010,5

1013,4

1006,7

4

19

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Ranai

Tabel 4.10. : Rata-Rata Penyinaran Matahari dan Curah Hujan di
Ranai, Kabupaten Natuna, Tahun 2013
Penyinaran
Matahari
(%)

Curah Hujan
(Mm)

Hari Hujan
(Hari)

Curah
Hujan/Hari
(Mm)

1. Januari/ January

41

9

16

201,6

2. Februari/ February

25

18

22

359,3

3. Maret/ March

57

0,5

8

14,2

4. April/ April

39

14,3

17

199,8

5. Mei/ May

39

9,4

17

196,9

6. Juni/ June

33

10,9

18

173,9

7. Juli/ July

42

20

18

300,7

8. Agustus/ August

31

21,8

18

349,1

9. September/ September

36

15,4

13

215,0

10. Oktober/ October

41

17,8

20

266,7

11. Nopember/ November

38

8,7

24

207,9

12. Desember/ December

18

25,7

28

641,7

37

14,3

18

260,6

Bulan

Rata-Rata 2013

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Ranai

4 - 24

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 25

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

4 - 26

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

4.7. Kondisi Sosial Ekonomi
4.7.1. Kondisi Sosial Masyarakat
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator
penting yang digunakan untuk evaluasi hasil pelaksanaan pembangunan
di suatu daerah. Angka IPM diperoleh dari 3 (tiga) variabel/parameter,
yaitu:
1. Parameter Pengetahuan (Indeks Pendidikan).
Parameter pendidikan dengan indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan
Rata-rata Lamanya Sekolah (RLS) mengukur manusia yang cerdas,
kreatif, terampil, terdidik dan bertaqwa
2. Parameter Harapan Hidup (Indeks Kesehatan)
Parameter kesehatan dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH),
mengukur keadaan sehat dan berumur panjang.
3. Parameter Pendapatan (Indeks Ekonomi).
Parameter

pendapatan dengan indikator daya

beli

masyarakat,

mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk hidup layak.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikembangkan dalam skala
internasional dapat digunakan untuk membandingkan kualitas hidup antar
wilayah. Meningkatnya pembangunan manusia dapat dilihat berdasarkan
besaran IPM. Berikut adalah kategori status pembangunan manusia yang
dapat digunakan.
Tabel 4.11. : Kategori Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
No

Besaran Nilai IPM

Kategori/Status

1

IPM < 50

2

50 < IPM < 66

Pembangunan Manusia Menengah Bawah

3

66 < IPM < 80

Pembangunan Manusia Menengah Atas

4

IPM > 80

Pembangunan Manusia Rendah

Pembangunan Manusia Tinggi

Sumber : Standarisasi Nasional Badan Pusat Statistik Pusat (BPS) Jakarta

4 - 27

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Representasi

dari

IPM

(indeks

Pembangunan

Manusia)

ditinjau

berdasarkan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan
dan hidup yang layak. Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi
umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur
dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas
daya beli. Bila diperbandingkan dengan Provinsi

Kepulauan Riau dan

Indonesia Kabupaten Natuna tidak secara menyeluruh berada di bawah
IPM Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12. : Perbandingan Tingkat IPM di Kabupaten Natuna
No

Uraian

Natuna

Prov.
Kepri

Indonesia

Keterangan

1

Angka
Harapan Hidup

68,10

69,60

68,70

2

Tingkat
Pendidikan

6,99 th

8,40 th

7,47 th

3

Tingkat
Kesejahteraan

Rp.
618,46
ribu

Penduduk
Kabupaten
Natuna
mempunyai harapan hidup yang
lebih panjang dibandingkan dengan
harapan hidup Provinsi Kepulauan
Riau dan lebih rendah dibandingkan
secara keseluruhan Indonesia
Penduduk Kabuoaten Natuna hanya
menamatkan bangku sekolah sampai
dengan kelas satu SLTP, angka ini
lebih rendah dibandingkan rata-rata
lama sekolah penduduk Provinsi
Kepulauan Riau dan Indonesia
secara keseluruhan.
Terdapat peningkatan Rp. 5,71 ribu
dari thn sebelumnya,
ini
menandakan adanya perbaikan atau
peningkatan kesejahteraan penduduk
di Kabupaten Natuna

Sumber : BPS Natuna

Pemerintah Kabupaten Natuna berupaya memberikan perhatian terhadap
pembangunan
manusia.
Indikasinya,
pembangunan
manusia
dimanifestasikan dalam bentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta
menjadi salah satu tolak ukur pencapaian dari suatu proses pembangunan
di Kabupaten Natuna.
masalah kesejahteraan

Di kalangan para pengamat dan pemerhati
rakyat, juga program pembangunan yang

dijalankan dengan berlandaskan pada pembangunan manusia menjadi
perhatian utama.

4 - 28

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Pembangunan manusia pada hakekatnya merupakan suatu proses
investasi. Upaya pemerintah untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi,
agar dapat berjalan seiring dengan pembangunan manusia, maka
diupayakan berbagai

program pembangunan yang

bertujuan untuk

meningkatkan standar hidup serta kapasilitas penduduk. Dengan adanya
peningkatan kualitas hidup manusia yang cukup signifikan, baik dari sisi
kesehatan, pendidikan maupun ekonomi, maka akan terlahir generasigenerasi penerus yang berkualitas. Sehingga suatu saat, penduduk tidak
lagi menjadi beban bagi bergulirnya proses pembangunan, namun lebih
merupakan suatu potensi.
Perkembangan pendidikan, kesehatan dan nutrisi yang lebih baik, secara
langsung

akan

menyumbang

kepada

produktifitas.

Pembangunan

manusia yang belum optimal, diharapkan tidak menghalangi kemajuan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia adalah tujuan akhir dan
kegagalan, untuk memenuhinya dapat mengakibatkan ketidakstabilan
sosial

dan

politik

dengan

konseksuensi

yang

serius

terhadap

pertumbuhan ekonomi.
Kabupaten Natuna, sebagai salah satu daerah penyangga Ibukota
Provinsi,

memiliki

peluang

yang

cukup

besar

bagi

tumbuh dan

berkembangnya, berbagai sektor perekonomian, khususnya pertanian,
petermakam,

kehutanan

dan

perikanan,

serta

jasa

yang

dapat

berimplementasi langsung pada meningkatnya penyerapan tenaga kerja
serta pendapatan per kapita. Posisi strategis serta kekayaan alam yang
cukup beragam, berpotensi besar bagi Kabupaten Natuna menjadi
kabupaten yang lebih maju dan berkembang.
Permasalah terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang
dimiliki Kabupaten Natuna dalam menjawab tantangan tersebut. Bila
perkembangan kualitas manusia semakin maju, pada akhirnya Kabupaten
Natuna

akan menjadi pendorong dalam pembangunan pendapatan

ekonomi. Dari permasalahan tersebut, adalah strategis dalam
pembangunan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat,
agar

tercapai

pemerataan

hasil-hasil

pembangunan

secara

lebih

berkeadilan.

4 - 29

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Hal tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan pada daerah-daerah
yang baru berkembang. Kabupaten Natuna, sebagai salah satu daerah
yang memiliki potensi wilayah cukup besar untuk berkembangnya
pertambangan,

pertanian,

perkebunan,

perikanan

dan

jasa,

yang

memberikan peluang bagi penyerapan tenaga kerja sehingga akan
berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita. Disisi lain, yang
menjadi solusi serta salah satu modal utama dalam proses pembangunan
dewasa ini, adalah peningkatan kualitas SDM dalam skala luas, sebagai
pembangunan manusia dengan perbaikan derajat kesehatan, tingkat
pengetahuan dan keterampilan penduduk, serta kemampuan daya beli
masyarakat.
Pemerintah daerah perlu mengupayakan peningkatan kualitas SDM,
melalui program-program yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
pendidikan, baik formal maupun non formal. Karena SDM yang bermutu
merupakan syarat utama bagi terbentuknya peradaban yang baik, dan
peningkatan

pencapaian

IPM

akan

memberi

gambaran

terhadap

keberhasilan kinerja suatu daerah, hal ini dapat dilihat dari kontribusi
setiap komponen IPM tersebut.
Upaya untuk meningka-kan
kualitas SDM yang telah
dilakukan melalui peningkatan

kesadaran

masyarakat

terhadap pendidikan maupun
peningkatan terhadap fasilitas dan utilitas pendidikan
telah mampu meningkatkan
tingkat

pendidikan

masya-

rakat, sebagaimana terlihat
pada gambar berikut.
4.7.2. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian Kabupaten Natuna di tahun 2013 cukup baik, hal
ini ditunjukkan oleh cukup tingginya pertumbuhan ekonomi yang terjadi

4 - 30

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

pada tahun 2013. Pergerakan roda ekonomi ini tidak lepas dari situasi dan
kondisi Kabupaten Natuna yang stabil dan penerapan kebijakan
pemerintah daerah untuk benar-benar melaksanakan reformasi melalui
paket kebijakan yang berpedoman pada peningkatan kesejahteraan
rakyat yang adil dan merata serta terarah dan tepat sasaran, dengan
selalu berlandaskan pada skala prioritas kebutuhan. Selain itu prioritas
pembangunan selama

tahun 2013

dengan program pembangunan

ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada peningkatan kesejahteraan
melalui

berbagai

upaya

dalam

telah

dilakukan

melakui

usaha

kecil/menengah serta koperasi, dan pertanian yang solid sebagai tumpuan
kehidupan

sebagian

besar

masyarakat

Kabupaten

Natuna,

tanpa

meninggalkan perhatian pada kegiatan pembangunan di sektor lainnya
seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan
bangunan yang selama ini menjadi
perekonomian Kabupaten Natuna.

salah

satu

tumpuan

roda

Kondisi makro ekonomi Kabupaten Natuna juga tidak lepas dari dampak
perkembangan kondisi ekonomi maupun non ekonomi. Situasi politik dan
keamanan sebagai faktor non ekonomi relative stabil selama tahun 2013.
Keadaan tersebut sangat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional
yang mencerminkan pula pada perekonomian regional di setiap
kabuapaten. Meskipun telah terjadi kenaikan harga dab kelangkaan
Bahan Baka Minyak (BBM) yang berpengaruh terhadap terjadinya gejolak
harga kebutuhan pokok dan jasa, namun tidak terlalu berpengaruh kepada
aktifitas ekonomi di Kabupaten Natuna karena secara berangsur angsur
dapat dikendalikan sehingga ekonomi masih dapat berkembang. Dengan
demikian, uraian dibawah ini akan disajikan analisis secara desktiptif
mengenai perekonomian Kabupaten Natuna yang didasarkan pada angka
PDRB Kabupaten Natuna. Indikator makro ekonomi yang akan dianalisis
berupa besaran PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan
PDRB per kapita serta pendapatan perkapita.
A. Perkembangan Ekonomi Regional
Perkembangan Kabupaten Natuna yang salah satunya diukur dari
besaran PDRB selama tahun 2009-2013 menunjukkan perkembangan

4 - 31

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

yang terus meningkat. Besaran PDRB Kabupaten Natuna atas dasar
harga berlaku maupun konstan selalu mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
Nilai PDRB Kabupaten Natuna atas dasar harga berlaku tahun 2013
mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu dari 1,47 triliun rupiah
ditahun 2012 menjadi 1,69 triliun rupiah pada tahun 2013 atau naik
sebesar 222 milyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan pada tahun 2012 mencapai 488 milyar rupiah dan pada tahun
2013 sebesar 520 milyar rupiah.
Gambar 4.10.
Grafik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Natuna
ADHB dan ADHK Tahun 2009-2013 (juta rupiah)

Selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun
2013, PDRB Kabupaten Natuna mengalami peningkatan 713 milyar rupiah
atas dasar harga berlaku. Sementara jika dinilai atas dasar harga konstan,
selama periode tersebut PDRB Kabupaten Natuna mengalami kenaikan
sebesar 115 milyar rupiah. Kenaikkan tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya nilai tambah dari semua sektor.

4 - 32

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Tabel 4.13. :

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
2000 Kabupaten Natuna tahun 2009-2013 (juta rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (jt rp)
977,745.38
1,079,877.11
1,334,813.08
1,469,358.71
1,691,577.83

PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (jt rp)
405,647.10
431,019.27
458,660.57
488,663.69
520,930.09

Sumber : BPS Kabupaten Natuna

Pada tahun 2013, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto
(menurut harga berlaku) terbesar adalah sektor pertanian yaitu sebesar
935 milyar rupiah, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan
hotel sebesar 285 milyar rupiah, sektor angkutan sebesar 145 milyar
rupiah, sektor bangunan sebesar 135 milyar rupiah dan sektor jasa-jasa
sebesar 102 milyar rupiah. Sedangkan sektor lainnya hanya menghasilkan
nilai tambah bruto dibawah 50 miliyar rupiah. Demikian juga pada
penghitungan atas dasar harga konstan, sektor yang memiliki nilai tambah
bruto paling besar adalah sektor pertanian yaitu sebesar 317 milyar rupiah
serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 79 milyar rupiah.
Sedangkan sektor yang

lainnya hanya menghasilkan nilai tambah

dibawah 50 milyar rupiah.
Tabel 4.14. :

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2012-2013
(milyar rupiah)

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri pengolahan
Listrik dan Air Minum
Bangunan
Perdagangaan, Hotel dan
Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Perewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
JUMLAH

Harga Berlaku
2012
2013
854.00
935.53
6.25
6.85
28.80
30.40
1.65
2.01
110.23
135.33

Harga Konstan
2012
2013
300.29
317.64
2.47
2.56
17.65
18.45
0.44
0.47
29.49
31.92

234.55

285.05

73.18

79.98

109.38

145.89

21.68

23.86

38.83

48.34

12.49

13.22

85.66
1,469.36

102.18
1,691.58

30.98
488.66

32.83
520.93

Sumber : BPS Kabupaten Natuna

4 - 33

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

B. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Natuna yang akan dibahas pada
bagian ini meliputi :
1. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan produksi dari barang
dan jasa pada periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya. Laju
pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan, sehingga angka pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor
perubahan harga atau bisa diartikan benar-benar murni disebabkan oleh
kenaikkan produksi seluruh sektor pendukungnya.
Gambar 4.11.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna
Tahun 2009-2013 (persen)

Pertumbuhan Kabupaten Natuna selam 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun
2009-2013 cenderung mengalami pergerakan kearah positif. Pada tahun
2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna mencapai 6,38 persen.

4 - 34

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Pada

tahun

2010

perekonomian

Kabupaten

Natuna

mengalami

perlambatan, ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 6,25
persen, kemudian mengalami percepatan dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013 dengan

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,41 persen tahun

2011, tahun 2012 sebesar 6,54 persen dan di tahun 2013 mencapai 6,60
persen. Kondisi ini disebabkan karena secara rata-rata semua sektor
lapangan usaha mengalami peningkatan.
Sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2013
adalah sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10,08 persen.
Diantaranya subsektor angkutan sebesar 10,16 persen dan subsektor
komunikasi sebesar 8,01 persen. Dimana jumlah dari nilai bagasi dan
pos/paket yang meningkat dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan
subsektor komunikasi yang cenderung meningkat dalam pemakaian
telepon genggam/HP

atau internet.

Selain sektor angkutan dan

komunikasi ada juga sektor yang mengalami pertumbuhan tinggi yaitu
sektor

perdagangan,

hotel

dan

restoran

serta

sektor

bangunan/konstruksi.
Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna selama lima
tahun terakhir adalah sebesar 32,19 persen. Dengan demikian secara
rata-rata selam periode tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 6,44
persen pertahun.
2. Pertumbuhan Sektoral
Laju pertumbuhan ekonomi pada kegiatan sektoral di wilayah Kabupaten
Natuna, dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 4.15. :

Pertumbuhan Sektor dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Natuna, Tahun 2010 – 2013 (Persen)

Sektor

2010

2011

2012

2013

Primer

6,97

7,00

7,02

4,55

Sekunder

9,02

9,27

9,39

6,53

Tersier

7,56

7,62

7,69

7,80

LPE

6,25

6,41

6,54

6,60

Sumber : BPS Kabupaten Natuna

4 - 35

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Gambar 4.12.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)

Adapun uraian pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Natuna
dijelaskan sebagai berikut :
a. Sektor Primer
Sektor primer terdiri dari sektor Pertanian dan sektor Pertambangan
dan Penggalian. Laju pertumbuhan sektor Pertanian cenderung
mengalami

peningkatan. Pada

tahun 2009

sektor Pertanian di

Kabupaten Natuna tumbuh sebesar 4,90 persen. Pada tahun 2010
pertumbuhan sektor Pertanian mengalami perlambatan sebesar 4,70
persen. Hal ini disebabkan oleh melambatnya subsektor Perikanan.
Jika subsektor ini turun atau meningkat maka sangat mempengaruhi
pergerakan

pertumbuhan

ekonomi

di

sektor Pertanian.

Hal ini

disebabkan share subsektor ini sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna berbeda dengan subsektor
lainnya (tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan).
Selanjutnya pada tahun 2011-2013 pertumbuhan sektor pertanian
meningkat dengan masing-masing pertumbuhan sebagai berikut, tahun
2011 tumbuh sebesar 4,71 persen, tahun 2012 tumbuh 4,73 persen
dan tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen.
4 - 36

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

Sementara itu, sektor Pertambangan dan Penggalian yang tertumpu
pada subsektor penggalian mampu tumbuh cukup besar ditahun 2009
yaitu sebesar 9,79 persen. Pada tahun 2010 pertumbuhan sektor
Pertambangan dan Penggalian mengalami perlambatan sebesar 9,23
persen. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi sektor ini mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 masing-masing
sebesar 9,28 persen dan 9,31 persen. Untuk tahun 2013 pertumbuhan
sektor ini mengalami perlambatan hanya sampai 3,33 persen. Hal ini
disebabkan pengaruh menurunnya produksi sektor Pertambangan dan
Penggalian terutama subsektor Penggalian.
Gambar 4.13.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Primer
Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)

Dengan demikian pertumbuhan rata-rata sektor primer mengalami
peningkatan pada tahun 2010-2012, dan ditahun 2013 mengalami
penurunan. Masing masing yaitu 6,97 persen, 7 persen, 7,02 persen
dan 4,55 persen. Secara umum, sektor primer ini memegang peranan
yang sangat penting dalam menentukan nilai PDRB Kabupaten Natuna.
Sektor ini yang paling besar memberikan kontribusi terhadap total
PDRB Kabupaten Natuna.

4 - 37

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

b. Sektor Sekunder
Sektor sekunder terdiri dari sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih, serta sektor Bangunan/Konstruksi. Pada tahun
2013 secara umum sektor sekunder menunjukan perkembangan yang
cukup baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013, sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan
sebesar 4,53 persen, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami perlambatan karena pada tahun 2012 tumbuh sebesar 5,12
persen. Sektor Industri pengolahan yang ada di Kabupaten Natuna
adalah industri besar sedang dan industri kerajinan rumahtangga.
Untuk sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih pada tahun 2013 tumbuh
sebesar 6,82 persen, meningkat bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,94 persen.
Selama tahun 2013, konsumsi listrik dan air bersih, baik oleh
rumahtangga, instansi pemerintah maupun industri serta dunia usaha
lainnya mengalami peningkatan. Besaran produksi listrik dan air bersih
cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan
ketersediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Natuna.
Selanjutnya

sektor

Bangunan/Kontruksi

yang

berupa

bangunan/

konstruksi tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, baik yang
dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta termasuk oleh
rumahtangga.

Pembangunan

disini

termasuk

juga

pemeliharaan

bangunan dan renovasi besar yang dilakukan oleh pemerintah, swasta,
juga rumahtangga. Selama tahun 2013 sektor ini mampu tumbuh
sebesar 8,24 persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini antara lain
disebabkan oleh semakin banyaknya proyek fisik yang dilakukan oleh
pemerintah daerah selama tahun 2013, baik yang berupa bangunan,
maupun prasarana umum seperti jalan, jembatan dan sebagainya.
Sektor Bangunan merupakan salah satu sektor yang cukup tinggi
pertumbuhannya. Tetapi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami perlambatan yang tumbuh sebesar 19,12 persen.
Pada tahun 2013, secara umum pertumbuhan rata-rata sektor sekunder
sebesar 6,53 persen. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

4 - 38

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 9,39 persen. Sektor
ini

memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna.

Dengan demikian dapat

dipahami bahwa sektor sekunder sangat berpengaruh terhadap tingkat
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna.
Gambar 4.14.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Sekunder
Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)

c. Sektor Tersier
Selama tahun 2013 sektor tersier mampu tumbuh sebesar 7,80 persen.
Kondisi ini cukup menggembirakan dan hal ini dimungkinkan karena
adanya

peningkatan kinerja

di

sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, pada tahun 2013 mampu tumbuh
sebesar 9,30 persen, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami

perlambatan dengan tumbuh sebesar 9,52. Hal ini

disebabkan karena menurunya pertumbuhan dari subsektor hotel dan
subsektor restauran masing-masing yaitu tahun 2012 sebesar 12,08
persen menjadi 5,07 persen tahun 2013 dan 8,82 persen ditahun 2012
menjadi 5,71 persen ditahun 2013.

4 - 39

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Gambar 4.15.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Tersier
Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)

Dengan semakin maraknya usaha perdagangan besar dan eceran di
Kabupaten Natuna pada tahun 2009-2012 maka dapat dipahami
apabila

laju pertumbuhan sektor ini

sangat pesat pada tahun

bersangkutan. Hal ini sejalan dengan peningkatan pembangunan
ekonomi di Kabupaten Natuna selama era otonomi daerah, yang
membuat kabupaten ini semakin ramai dan bertambah banyak jumlah
penduduknya maka usaha Hotel/penginapan, restoran dan rumah
makan serta penyedia makanan jadi lainnya otomatis meningkat pula.
Berbeda dengan tahun 2013, yang pertumbuhannya sedikit melambat.
Berikutnya sektor Pengangkutan dan Komunikasi juga mempunyai
peranan yang cukup penting terhadap PDRB Kabupaten Natuna.
Pertumbuhan subsektor angkutan pada tahun 2013 cukup meningkat
yaitu sebesar 10,26 persen. Begitu juga dengan subsektor Komunikasi
meningkat sebesar 8,01 persen. Hal ini sejalan dengan kinerja kegiatan
Pos

dan

Telekomunikasi

sebagai

akibat

dari

meningkatnya

penggunaan telepon genggam/HP seiring dengan semakin banyaknya
akses akses internet dalam seluler.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,85 persen di tahun 2013. Hal ini disebabkan
oleh kenaikan dari sub-sub sektor ini. Laju pertumbuhan sektor jasa-

4 - 40

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

jasa tahun 2013 adalah sebesar 5,96 persen. Secara rat-rata semua
sub sektor dari sektor jasa-jasa mengalami peningkatan. Dari hal
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sektor tersier mengalami
pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 7,80 persen.
C. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kabupaten Natuna sejak tahun 2009–2013 relatif
tidak banyak mengalami pergeseran. Masih didominasi oleh sektor
pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan
komunikasi serta sektor bangunan. Hal ini terlihat dari besarnya kontribusi
yang diberikan oleh sektor-sektor tersebut dalam pembentukan PDRB.
Sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Natuna adalah Sektor Pertanian dengan kontribusi sebesar
55,31 persen pada tahun 2013, mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mencapai 58,12 persen. Walaupun
mengalami penurunan kontribusi bukan berarti upaya pengembangan
sektor pertanian menurun tetapi pengembangannya tidak sebesar tahun
sebelumnya.

Besarnya peranan Sektor ini didukung oleh peranan

Subsektor Perikanan yang nilai tambahnya menyumbangkan sebesar
47,28 persen.
Sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Natuna adalah sektor Perdagangan, hotel dan restoran.
Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 15,96 persen dan menjadi
16,85 persen pada tahun 2013. Hal ini terjadi karena makin pesatnya
perdagangan besar/enceran serta rumah makan/restoran.
Sektor dengan peranan terbesar ketiga adalah Sektor angkutan dan
komunikasi. Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 7,44 persen
meningkat ditahun 2013 menjadi 8,62 persen. Dengan kontribusi
subsektor angkutan yang paling besar yaitu 7,50 persen sedangkan
subsektor komunikasi hanya menyumbangkan 1,13 persen.
Sementara kontribusi sektor terbesar ke empat adalah Sektor Bangunan.
Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 7,50 persen dan menjadi

4 - 41

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

8,00 persen pada tahun 2013. Berarti upaya pembangunan sarana fisik
dan infrastruktur Kabupaten Natuna seperti bangunan jalan, jembatan,
dan lainnya tetap mengalami perbaikan ke arah yang positif.
Dari

gambaran di

atas, dapat disimpulkan bahwa

perekonomian

Kabupaten Natuna masih bergantung kepada sektor Pertanian. Hal ini
menunjukkan Kabupaten Natuna masih mengandalkan hasil alam/SDA
dalam

melaksanakan

kegiatan

perekonomiannya

dari

segi

sektor

perikanan, yang secara geografis dikelilingi oleh Laut lepas. Dimana luas
lautan lebih besar dari luas daratan dengan rincian sebagai berikut, luas
daratan 2.001,30 Km2 dan luas lautan 262.197,07 Km2.
Gambar 4.16.
Grafik Struktur Ekonomi Kabupaten Natuna
Menurut Lapangan Usaha, 2013 ( Persen )

D. Perkembangan PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita
Salah satu indikator makro ekonomi lainnya, yang banyak dimanfaatkan
untuk melihat perkembangan perekonomian, sebagai dasar evaluasi
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah adalah PDRB per kapita
dan pendapatan per kapita. Nilai PDRB per kapita merupakan ukuran
rata-rata

nilai

tambah bruto

yang

diciptakan oleh masing-masing

penduduk melalui aktivitas ekonomi. Angka tersebut diperoleh dengan

4 - 42

Laporan Akhir

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Sedangkan pendapatan per kapita merupakan rata-rata nilai PDRB setiap
penduduk setelah dikurangi dengan pendapatan faktor neto yang keluar
masuk, biaya penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Selama tahun 2009-2013, perkembangan nilai PDRB per kapita dan
pendapatan

per

kapita

Kabupaten

Natuna,

memperlihatkan

perkembangan yang terus meningkat.
Tabel 4.16. :

PDRB Per kapita Dan Pendapatan Per kapita Atas
Dasar Harga Berlaku Kabupaten Natuna Tahun 20092013 (Juta Rupiah)

Tahun

PDRB Per kapita

Pendapatan Perkapita

2009

15,77

14,87

2010

15,57

14,31

2011

18,95

17,33

2012

20,55

18,76

2013

23,32

21,29

Sumber : BPS Kabupaten Natuna

Pada tahun 2009, nilai PDRB per kapita tercatat sebesar 15,77 juta
rupiah. Kemudian pada tahun 2010 PDRB per kapita terjadi penurunan
menjadi 15,57 juta rupiah dan meningkat lagi samapi tahun 2013 menjadi
23,32 juta rupiah. Sedangkan untuk pendapatan per kapita, dari 14,87 juta
rupiah pada tahun 2009, dan tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 14,31
juta rupiah dan sampai tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 21,29 juta
rupiah.
Tabel diatas memperlihatkan bahwa PDRB per kapita dan pendapatan per
kapita penduduk Kabupaten Natuna selama kurun waktu tahun 2009-2013
mengalami peningkatan secara simultan (secara nominal mengalami
peningkatan) walaupun sempat terjadi penurunan ditahun 2010. Dengan
adanya kenaikan tersebut diharapkan kemampuan daya beli masyarakat
juga meningkat. Karena ukuran tingkat kemakmuran penduduk antara lain

4 - 43

Bab 4 : Profil Wilayah Kabupaten Natuna

Laporan Akhir

diukur dari tingkat daya beli masyarakat, maka dengan kondisi ini
diharapkan kemakmuran penduduk Kabupaten Natuna juga meningkat.
Akan tetapi tingkat inflasi atau tingkat kenaikkan harga barang dan jasa
yang terjadi di pasar sangat berpengaruh terhadap besaran indikator ini,
sehingga secara riil sebenarnya peningkatan kemakmuran masyarakat
bisa tidak sejalan dengan kenaikan pada indikator pendapatan regional
per kapita tersebut.
Bila ditinjau dari PDRB atas dasar harga konstan 2000 bahwa pendapatan
Per kapita Kabupaten Natuna tahun 2009 sebesar Rp. 6,17 juta rupiah
dan kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 6,58 juta rupiah
atau terjadi peningkatan sebesar 10 persen. Penghitungan pendapatan
regional per kapita atas dasar harga konstan 2000 dimaksudkan untuk
menghilangkan pengaruh tingkat perubahan harga barang dan jasa
(Inflasi/Deflasi) yang terjadi pada tahun berjalan, sehingga dengan
demikian diperoleh nilai riil atau nilai sebenarnya atas terjadinya
peningkatan/penurunan yang dapat secara lebih tepat menggambarkan
tingkat produktivitas per kapita.
Namun demikian perlu dicatat disini bahwa angka pendapatan per kapita,
seperti halnya dengan pendapatan per kapita daerah di kabupaten/kota
seluruh Indonesia, khususnya Kabupaten Natuna, belum mencerminkan
tingkat kesejahteraan sesungguhnya. Hal ini disebabkan pendapatan per
kapita diperoleh dari PDRB Kabupaten Natuna secara keseluruhan, yang
meliputi 9 sektor lapangan Usaha.
E. Inflasi Kabupaten Natuna
Pada Bulan Mei 2014 di Kabupaten Natuna terjadi inflasi sebesar 0,10
persen. Selain itu, kota di Propinsi Kepulauan Riau juga mengalami inflasi
yaitu Kota Batam mengalami inflasi 0,07 persen namun Kota Tanjung
Pinang mengalami deflasi sebesar 0,62 persen.
Inflasi di Kabupaten Natuna disebabkan oleh naiknya 6 indeks harga
kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
te