8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BARITO UTARA - DOCRPIJM c0e2078361 BAB VIIIBab 8 Aspek Teknis Per Sektor

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

Bab 8
Aspek Teknis
Per Sektor

8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BARITO
UTARA
Pengembangan permukiman di Kota maupun di Perdesaan pada hakekatnya adalah
untuk mewujudkan kondisi permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak huni,
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkesinambungan. Permukiman adalah
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh sebab itu pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak
huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman meliputi
pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang
terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, proses pembebasan
lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Dalam Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman (SPPIP)
Kabupaten Barito Utara dijelaskan bahwa Kabupaten Barito Utara memiliki kebijakan di
Sub Bidang Perumahan dan Permukiman yaitu program pengembangan perumahan dan
program pemberdayaan komunitas perumahan serta program Mamangun dan Mahaga
(PM2L).
Adapun strategi yang terkait dalam menjalankan kebijakan tersebut yaitu
mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau, dengan
menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui
pemberdayaan dan peningkatan kinerja pasar primer perumahan; pengembangan sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang; pengembangan kredit mikro dan pemberdayaan
ekonomi lokal; pengembangan Kasiba/Lisiba; serta pengembangan rumah susun sederhana
sewa (Rusunawa), rumah sederhana, dan rumah sederhana sehat.

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Laporan Akhir | VIII-1


z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

3. Undang-Undang N. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, maka arah kebijakan dan lingkup
kegiatan dalam pengembangan permukiman, khususnya pada Kabupaten Barito Utara
adalah sebagai berikut.
RTRW KABUPATEN BARITO UTARA
Arah kebijakan terkait pengembangan permukiman meliputi :
1. Pembangunan transportasi
2. Pengelolaan sumber daya air
3. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perkotaan dan perdesaan

4. Penyediaan dan pengelolaan prasarana lingkungan
5. Penyediaan RTH
RPJMD KABUPATEN BARITO UTARA
Arah kebijakan terkait pengembangan permukiman meliputi :
1. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana air bersih
2. Pengendalian lingkungan permukiman

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
Secara kondisi fisik pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara dapat
dibedakan atas dua kawasan pengembangan permukiman, yaitu:
 Pengelolaan Kawasan Permukiman Perkotaan; dan
 Pengelolaan Kawasan Permukiman Perdesaan.
Untuk pengelolaan kawasan permukiman perkotaan sudah cukup baik untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, sedangkan untuk kawasan permukiman perdesaan masih
perlu peningkatan mutu permukiman sehingga dapat layak memenuhi kebutuhan penduduk.
Adapun isu strategis terkait pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Barito Utara,
yaitu :

Tabel 8. 1 Isu Strategi Bidang Permukiman di Kabupaten Barito Utara
No


Isu Strategis

Keterangan

1

System
jaringan
jalan
tidak
terpola,
kkhususnya jalan antar unit lingkungan dan
jalan lingkungan ke jalan utama

2

Sistem jaringan drainase tidak terpola dengan
baik


Sistem jaringan di Kabupaten Barito Utara
belum terpola dengan baik, maka
diperlukan perencanaan mengenai jaringan
jalan ini, khususnya jalan antar
unit lingkungan, jalan lingkungan ke jalan
utama.
Hampir sama dengan sistem jaringan jalan,
sistem jaringan drainase juga belum terpola

Laporan Akhir | VIII-2

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

No

Isu Strategis


3

Fungsi drainase untuk air hujan dan buangan
tidak berfungsi secara optimal
Prasarana dan sarana persampahan di
kawasan permukiman masih terbatas
Tingkat distribusi air minum belum
optimal sehingga masyarakat dominan
menggunakan air tanah dan air sungai
Kualitas air sungai belum memenuhi syarat,
dan masyarakat terbiasa menggunakan tawas
untuk menetralkan air
Kurangnya penyediaan RTH sempadan sungai
sebagai
pengendali
pertumbuhan
area
terbangun


4
5

6

7

8

9

Keterangan

Keberadaan permukiman berada di
sekitar kawasan banjir/genangan dan kumuh
(WAS)
Tata letak bangunan tidak berpola
dengan intensitas kerapatan bangunan tinggi

10


Lokasi
bermukim
sangat
hubungan sosial, aktivitas
pencaharian

11

Masyarakat di permukiman kumuh di
dominasi oleh MBR
Hunian tidak memenuhi estetika lingkungan
dan syarat kesehatan

12

13

Kawasan permukiman kumuh di
perkotaan rawan kebakaran


dipengaruhi
dan mata

dengan baik.
Jaringan drainase juga belum berfungsi
secara optimal.
Adanya keterbatasan prasarana dan sarana
persampahan di kawasan permukiman
Optimalisasi distribusi air minum diperlukan
untuk kebutuhan penduduk
Kabupaten Barito Utara
Secara kualitas air sungai yang digunakan
panduduk beum memenuhi
syarat.
Tingginya pertumbuhan area terbangun di
sekitar sempadan sungai perlu dikendalikan
dengan penetapan fungsi garis sempadan
sungai, salah satunya dengan menjadikannya
RTH.

Perlu
adanya
penataan
lingkungan
permukiman
di
sekitar
kawasan
banjir/genangan dan kumuh (WAS)
Perlu adanya penataan lingkungan khuusnya
di kawasan dengan kerapatan
bangunan tinggi
Pola
penggunaan
lahan
khususnya
permukiman
masih
dipengaruhi
oleh

hubungan sosial,
aktivitas dan mata
pencaharian
Perlu
adanya
penataan
lingkungan
permukiman khususnya di kawasan kumuh
Perlu
adanya
penataan
lingkungan
permukiman dengan memperhatikan estetika
dan syarat kesehatan
Perlu
adanya
penataan
lingkungan
permukiman dengan memperhatikan tingkat
kerawanan kebakaran

Sumber : Hasil Analisa, 2015

Berdasarkan isu strategis pada tabel di atas, pengembangan permukiman di
Kabupaten Barito Utara juga dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan tantangan.
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Barito Utara,
antara lain :

Tabel 8. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di
Kabupaten Barito Utara
No

Permasalahan

Tantangan

1

Perkembangan permukiman perkotaan di
masing-masing kecamatan memiliki kesenjangan
yang cukup tinggi dengan tingkat kepadatan
tertinggi di pusat kota. Kepadatan yang tinggi
tersebut tidak diimbangi dengan prasarana

Masih
adanya
kebiasaan
buruk
masyarakat dalam menjaga lingkungan
permukiman

Laporan Akhir | VIII-3

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z

No

Permasalahan

2

lingkungan yang memadai sehingga kemudian
muncul masalah permukiman kumuh.
Kepadatan kurang merata

3

Tantangan

5

Terdapat kawasan permukiman yang berada di
sempadan sungai, yaitu Sungai Barito dan Sungai
Teweh
Rawan kebakaran, karena kondisi fisik bangunan
yang cenderung menggunakan bahan bangunan
dari kayu dan semi permanen
Rawan banjir

6

Intensitas bangunan tinggi

4

Perlu peningkatan kondisi untuk
pemenuhan potensi permukiman
Angka kelahiran dan urbanisasi yang
tinggi
Relokasi permukiman

Kepadatan yang cukup tinggi pada
kawasan kumuh.
Masyarakat berpikir bahwa kualitas fisik
masih bisa menyelenggarakan kehidupan

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Target yang diharapkan berkaitan dengan pengembangan permukiman di
Kabupaten Barito Utara adalah peningkatan mutu dan kualitas instansi yang berkaitan
dengan kegiatan pengembangan permukiman. Peningkatan tersebut berkaitan dengan
sumber daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Sedangkan
sasaran yang ingin dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat di Kabupaten Barito
Utara untuk fasilitas pengembangan permukiman sehigga dapat menopang taraf hidup
masyarakat. Untuk kebutuhan perumahan penduduk di Kabupaten Barito Utara dari Tahun
2016 – 2020 dapat dilihat pada Tabel 8.1.

Tabel 8. 1 Kebutuhan Fasilitas Perumahan di Kabupaten Barito Utara dari Tahun
2016-2020
Keterangan

Jumlah
(Jiwa)

2016

Jumlah
Penduduk
Eksisting

123610

127788

Proyeksi Jumlah Penduduk
2017
2018
2019
2020
128854

129929

131013

132106

2016

Kebutuhan Rumah
2017
2018
2019

2020

25558

25771

26421

25986

26203

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari:
1. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa
serta
2. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

Laporan Akhir | VIII-4

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z

1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil;
2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE); dan
3. Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Selain kegiatan fisik di atas, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat
berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review
bilamana diperlukan.

1. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
 Infrastruktur kawasan permukiman kumuh;
 Infrastruktur permukiman RSH; dan
 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya.
2. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan








Infrastruktur
kawasan
permukiman
perdesaan
(Agropolitan/Minapolitan);
Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana;
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil;

potensial

Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW);
Infrastuktur perdesaan PPIP; dan
Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam
gambar berikut ini.

Gambar 8. 1 Alur Program Pengembangan Permukiman
Laporan Akhir | VIII-5

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
a. Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
b. Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
c. Kesiapan lahan (sudah tersedia).
d. Sudah tersedia DED.
e. Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
f. Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
g. Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
h. Untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
i. Ada unit pelaksana kegiatan.
j. Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
2. Khusus
a. Rusunawa
 Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA
 Dalam Rangka penanganan Kawasan Kumuh
 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
 Ada calon penghuni
b. RIS PNPM
 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
 Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
 Tingkat kemiskinan desa >25%.
 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal
 5% dari BLM.
c. PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program
Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25%
d. PISEW
 Berbasis pengembangan wilayah
 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih
dan sanitasi, (v) pendidikan serta (vi) kesehatan
 Mendukung komoditas unggulan kawasan

Laporan Akhir | VIII-6

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

Adapun program-program yang diusulkan berkaitan dengan pengembangan
permukiman, antara lain :
1. Peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak;
Program Strategis :
a. Pengembangan lembaga kredit mikro perumahan;
b. Fasilitasi dan stimulasi permbangunan perumahan swadaya;
c. Perbaikan perumahan dan lingkungan permukiman; dan
d. Penanganan kawasan kumuh perkotaan.
2. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman;
Program Strategis :
a. Peningkatan pelayanan air bersih;
b. Pengembangan system penyediaan prasarana dasar perumahan dan
permukiman berbasis masyarakat; dan
c. Peningkatan kualitas jalan di lingkungan permukiman dan perumahan.

8.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannnya. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa
penyelengaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan
kewenangan pusat.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis
bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persayaratan ini wajib dipenuhi
untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam
melakukan aktivitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan
bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana. Perda Bangunan
Gedung sangat penting sebagai paying hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan
keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda Bangunan Gedung bagi Kabupaten Barito
Utara merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di
Kabupaten Barito Utara. Bangunan Gedung di Kabupaten Barito Utara belum diatur dalam
bentuk Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung.

Laporan Akhir | VIII-7

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

8.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
8.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Tujuan program penyediaan air bersih adalah meningkatkan pelayanan air bersih di
perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin yang tinggal di kawasan
rawan air disamping itu untuk meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi
pembangunan air bersih di perkotaan. Adapun program air bersih di Kabupaten Barito
Utara adalah untuk menyediakan prasarana dan sarana air bersih untuk desa miskin dan
rawan air serta daerah-daerah yang direncanakan untuk dikembangkan.
Arahan kebijakan penyediaan air bersih berdasarkan dokumen RISPAM Kabupaten
Barito Utara, difokuskan pada pelayanan air bersih. sistem pelayanan untuk SPAM
Kabupaten Barito Utara dibagi menjadi 3 bagian, yaitu SPAM perpipaan PDAM, SPAM
perpipaan Non PDAM dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan. Sistem pelayanan perpipaan
PDAM direncanakan untuk wilayah yang saat sekarang sudah terlayani oleh sistem PDAM
dan seluruh ibukota kecamatan berikut desa desa yang berada di sekitar wilayah ibukota
kecamatan. Sistem pelayanan perpipaan Non PDAM direncanakan untuk desa-desa yang
berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan dan sudah memiliki sistem penyediaan air
minum perdesaan atau belum memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan tetapi
memiliki sumber air baku. Sedangkan sistem pelayanan non perpipaan direncanakan untuk
desa-desa yang berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan serta tidak memiliki sumber air
baku.

8.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
Pelayanan air bersih untuk wilayah Kabupaten Barito Utara dilayani oleh PDAM
dan non PDAM (sumber air bersih berasal dari sumur, mata air atau air permukaan).
Penyediaan air bersih yang dilayani oleh PDAM saat ini meliputi 8 (delapan) ibukota
kecamatan dan 1 (satu) desa. Wilayah pelayanan PDAM terdiri dari : BNA Muara Teweh,
IKK Lahei, IKK Jingah, IKK Trahean, IKK Kandui, IKK Tumpung Laung, IKK Lampeong,
IKK Benangin, Unit Lemo dan Desa Sikan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang
terlayani air bersih yang bersumber dari PDAM adalah 56.220 jiwa. Jumlah sambungan pipa
PDAM yang aktif untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Barito Utara
sebanyak 11.244 unit.
Kebutuhan air bersih yang dapar terlayani oleh PDAM Kabupaten Barito Utara
berdasarkan Laporan PDAM Tahun 2014, tercatat :
1. Pusat Muara Teweh yang membawahi Kecamatan Teweh Tengah dan sekitarnya
mampu melayani 73,71% penduduk;
2. SPAM IKK Lahei yang membawahi Kelurahan Lahei dan sekitarnya mampu
melayani 61,15% penduduk;
3. SPAM IKK Jingah yang membawahi Desa Jingah dan sekitarnya mampu
melayani 37,41% penduduk;
4. SPAM IKK Trahean yang membawahi Kelurahan Bintang Ninggi dan sekitarnya
mampu melayani 57,09% penduduk;
Laporan Akhir | VIII-8

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z

5. SPAM IKK Kandui yang membawahi Kelurahan Kandui, Payang Ara, Jaman,
Majangkan, Baliti dan sekitarnya mampu melayani 40,65% penduduk;
6. SPAM IKK Tumpung Laung yang membawahi Kecamatan Montalat dan
sekitarnya mampu melayani 54,75% penduduk;
7. SPAM IKK Lampeong yang membawahi Kelurahan Muara Mea, Lampeong dan
sekitarnya mampu melayani 31,21% penduduk;
8. SPAM IKK Lemo yang membawahi Kecamatan Teweh Tengah dan sekitarnya
mampu melayani 37,73% penduduk; dan
9. SPAM ABP Sikan yang membawahi Kecamatan Montalat dan sekitarnya mampu
melayani 36,19% penduduk.
Selain sistem jaringan perpipaan baik PDAM maupun Non PDAM, pemenuhan
kebutuhan air minum di Kabupaten Barito Utara dilayani pula oleh sistem bukan jaringan
perpipaan. Pada umumnya pemenuhan kebutuhan air minum melalui sistem bukan
jaringan perpipaan dilakukan dengan cara mamanfaatkan air tanah dangkal (sumur
gali/bor), air sungai atau mata air.
Berikut adalah jumlah pengguna sarana BJP di kabupaten Barito Utara yang terdiri
dari sumur pompa, mengambil langsung dari sungai/danau dan pemanfaatan mata air
serta sarana lainnya seperti penampungan air hujan.

Tabel 8. 3 Sarana Air Bersih Bukan Jaringan Perpipaan Kabupaten Barito Utara
No

Kecamatan

Sumur
Pompa

Sungai/Danau Mata Air

Lainnya

1

Kecamatan Montallat

368

286

1.561

635

2

Kecamatan Gunung Timang

115

1.717

821

3.159

3

Kecamatan Gunung Purei

296

465

4

Kecamatan Teweh Timur

125

1.378

5

Kecamatan Teweh Tengah

136

1.672

6

Kecamatan Lahei

7

Kecamatan Teweh Baru

1.169

2.037

12

8

Kecamatan Teweh Selatan

1.780

705

328

9

Kecamatan Lahei Barat

2.431

133

393
109

3.219

Sumber : RISPAM Kabupaten Barito Tahun 2015

Kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok penduduk Kabupaten
Barito Utara tentunya akan meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk.
Kebutuhan pelayanan air bersih ini secara umum didasarkan pada beberapa hal terutama
yang menunjang fungsi kesehatan, sosial dan ekonomi. Setiap lingkungan perumahan harus
dilengkapi dengan prasarana air minum yang memenuhi syarat. Maka dari itu diperlukan
suatu Masterplan/Rencana Induk untuk pengembangan air bersih secara bertahap di
Kabupaten Barito Utara dengan tujuan meningkatkan pelayanan untuk kebutuhan
penduduknya.
Sedangkan permasalahan lain yang dihadapi PDAM di Kabupaten Barito Utara
adalah sebagai berikut :
Laporan Akhir | VIII-9

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z








Sudah banyak jaringan perpipaan yang sudah tua, sehingga banyak terjadi kebocoran;
Kawasan permukiman belum semuanya dapat dilayani oleh PDAM;
Minat masyarakat untuk berlangganan PDAM masih kurang;
Sumber air baku dan sumber mata air yang ada belum digunakan secara optimal;
Sebagian kawasan tidak layak untuk dikembangkan sumber air bakunya;
Perbaikan sistem manajemen di dalam PDAM sehingga pelayanan bagi masyarakat
dapat lebih efisien dan efektif
Belum adanya Rencana Induk Sistem/Masterplan Air Minum.

8.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Air Minum
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini di Kabupaten Barito Utara berkaitan dengan
sumber daya alam (air permukaan dan air bawah tanah), maka target yang ingin dicapai
adalah pemanfaatan secara maksimal SDA yang ada tanpa mengesampingkan faktor
kestabilan lingkungan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah terpenuhinya
kebutuhan masayarakat akan air bersih di seluruh kawasan administrasi Kabupaten Barito
Utara walaupun dengan sistem bertahap/prioritas. Untuk mengetahui kebutuhan
penduduk akan air bersih digunakan proyeksi kebutuhan air bersih dengan metode SPM
dengan prediksi dari tahun 2016-2020.

Tabel 8. 4 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Barito Utara Tahun 2016-2020
Kabupaten

Satuan

Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Kebutuhan :
Rumah Tangga
Perkantoran
Ekonomi
Industri
Sosial
Kebutuhan Total
Kebutuhan Rata-Rata
Kebutuhan Hari
Maksimal
Kehilangan Air

Jiwa
KK

Proyeksi
2016
127788
25558

2017
128854
25771

2018
129929
25986

2019
131013
26203

2020
132106
26421

Lt/det
Lt/det

7667254
19168
76673
12779
44726
7820599
1564120

7731230
19328
77312
12885
45099
7885855
1577171

7795740
19489
77957
12993
45475
7951655
1590331

7860788
19652
78608
13101
45855
8018004
1603601

7926379
19816
79264
13211
46237
8084907
1616981

Lt/det
Lt/det

9200705
2556

9277476
2577

9354888
2599

9432946
2620

9511655
2642

Lt/det

Sumber : Hasil Analisa, 2015

8.3.4. Program, Kriteria Kesiapan dan Skema Kebijakan Pendanaan
Pengembangan
Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan air minum di Kabupaten Barito Utara
pada tahun 2016 sebesar 7820599 liter/detik dan 2020 sebesar 8084907 liter/detik. Untuk itu
diperlukan langkah-langkah starategis dalam upaya penyediaan pelayanan air bersih di
Laporan Akhir | VIII-10

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

Kabupaten Barito Utara, yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan sistem
penyediaan air bersih Kabupaten Barito Utara di masa mendatang. Komponen tersebut
adalah sebagai berikut :
Penambahan Kapasitas Produksi
Dalam upaya peningkatan pelayanan kebutuhan air bersih Kabupaten Barito Utara
yang dapat dilakukan adalah dengan pengoptimalan debit sumber air, yaitu dengan
melakukan peningkatan debit sumber air yang ada di Kabupaten Barito Utara.
Rencana Pengembangan Transmisi/Distribusi
Rencana pengembangan transmisi atau distribusi bertujuan untuk peningkatan
pelayanan air bersih di Kabupaten Barito Utara. Berdasarkan peruntukan lahan,
pelayanan jaringan air bersih landfill diprioritaskan pada daerah permukiman yang
saat ini masih belum berkembang namun direncanakan sebagai kawasan
permukiman. Jaringan transmisi dan distribusi primer mencakup perpipaan
sepanjang jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan variasi diameter
antara 750-1000 mm. Pipa transmisi ini terpasang dari bangunan intake sampai ke
daerah pelayanan. Selanjutnya akan dibangun ground reservoir atau menara air yang
akan menjadi stasiun pengendali distribusi untuk setiap zona pelayanan.
Pemeliharaan dan Perbaikan Pipa
Pemeliharaan dan perbaikan pipa dilakukan untuk pengendalian tingkat kehilangan
air. Upaya yang dilakukan berupa perbaikan dan pemeliharaan pipa jaringan
distribusi pada jaringan pipa yang sudah rusak. Hal ini dilakukan dalam upaya
mengantisipasi aliran air yang tidak lancar yang diakibatkan adanya udara dalam
pipa sehingga berpengaruh terhadap tekanan air dalam pipa. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan debit yang didistribusikan berkurang. Upaya yang dapat dilakukan
yaitu mengeluarkan udara dalam pipa melalui bran kran (BR) yang ada dalam
system perpipaan.
Peningkatan Pelayanan terhadap Masyarakat serta Peningkatan Mutu dan Standar
Pelayanan Air Bersih
Peningkatan pelayanan merupakan langkan yang ditempuh oleh pihak PDAM
dalam memperlancar hubungan yang baik antara pelanggan dengan produsen.
Selain itu yang seharusnya dilakukan oleh PDAM yaitu meningkatkan mutu dan
kualitas air bersih yang diproduksi. Hal ini semata-mata hanya untuk memuaskan
para pelanggan.
Pembuatan Master Plan Air Minum
Rencana program air ditujukan pada daerah miskin dan rawan air agar tetap
terpenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduknya melalui rencana pipanisasi
jaringan air bersih. Kabupaten Barito Utara dilintasi oleh alur Sungai Brantas. Oleh
sebab itu diusulkan sesuai satuan wilayah sungai yang ada saat ini bahwa
kabupaten/kota di Kalimantan Tengah lebih banyak memanfaatkan sungai sebagai
sumber air bersih, serta pertimbangan ekologis untuk menyesuaikan dengan konsep

Laporan Akhir | VIII-11

z

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

one river one plan. Sehingga meskipun air dieksploitasi tetap harus disesuaikan
dengan daya dukungnya.

8.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Bidang penyehatan lingkungan permukiman mempunyai tiga (3) Sub bidang yaitu :
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan pengelolaan drainase, masingmasing mempunyai isu dan/atau permasalahan yang berbeda, dalam usulan program
menyangkut ketiga sub bidang tersebut masih terbatas di kawasan perkotaan dan kawasan
daerah aliran sungai (DAS) khususnya alur Sungai Brantas. Usulan sub bidang :
pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan pengelolaan drainase disesuaikan
dengan kondisi lapangan yang sangat prioritas segera ditangani dan berdasarkan
kemampuan dana APBD untuk mendapinginya.

8.4.1. Air Limbah
Air limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (municipal
wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari sisa air
mandi, cuci, dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah
industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (Limbah B3).
Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti
mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat berisiko dapat juga
menimbulkan berbagai penyakit seperti, diare,typhus,kolera dan lain-lain. Pengelolaan air
limbah permukiman pada saat ini terdiri atas dua sistem, yaitu sistem on-site dan sistem offsite, maksud dari kedua sistem tersebut adalah :
Sistem off-site atau pengelolaan air limbah terpusat adalah sistem penanganan air
limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Sistem on-site atau pengelolaan air limbah setempat adalah sistem penanganan air
limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan
fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengelolaannya
diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.
Kondisi limbah cair rumah tangga di Kabupaten Barito Utara sebagian sudah
melalui proses pengolahan ada pula yang langsung disalurkan menuju sungai atau
diresapkan ke dalam tanah. Pengelolaan limbah cair rumah tangga di Kabupaten Barito
Utara sebagian besar masih memanfaatkan sistim pengolahan konvensional yaitu
menggunakan septic tank di masing-masing rumah tangga, namun demikian kondisi septic
tank ini belum menjamin bahwa hasil pengolahan sudah memenuhi persyaratan.

Laporan Akhir | VIII-12

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z

8.4.1.1. Analisis Kebutuhan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik saat ini menjadi kebutuhan yang
sangat mendesak guna mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu Pemerintah Kabupaten
Barito Utara perlu bekerjasama dengan berbagai pihak berusaha menambah pembuatan
Instalasi Pengolahan Air limbah Domestik. Proyeksi jumlah air buangan di Kabupaten
Barito Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. 5 Proyeksi Jumlah Air Buangan/Air Limbah di Kabupaten Barito Utara Tahun
2016-2020
Jumlah
Penduduk
Proyeksi

Penduduk

Perkantoran

Sosial-Ekonomi

Industri

2016

127788

76673

3834

11501

27602

119609

2017

128854

77312

3866

11597

27832

120607

2018

129929

77957

3898

11694

28065

121614

2019

131013

78608

3930

11791

28299

122628

2020
Sumber : Hasil Analisa, 2015

132106

79264

3963

11890

28535

123652

Kabupaten

Barito Utara

Tahun

Kebutuhan Air Buangan (Liter/Hari)
Total

8.4.1.2. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
Untuk mencapai sasaran terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar permukiman,
ditetapkan program sebagai berikut :
1. Program Lingkungan Sehat Permukiman.
2. Program penguatan kelembagaan dan kapasitas personil pengelolaan air limbah
permukiman.
3. Program pengembangan perangkat peraturan perundangan.
4. Program peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui system on-site
maupun off-site.
5. Program peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pengembangan system sanitasi.
6. Program peningkatan dan pengembangan alternative pembiayaan/pendanaan
pembangunnan sarana dan prasarana air limbah di Kabupaten Barito Utara.

8.4.2. Sampah
Untuk tetap dapat meningkatkan apa yang telah dicapai Kabupaten Barito Utara
dalam hal persampahan, maka dibutuhkan program-program yang dapat terus menunjang
pengelolaan persampahan agar dapat menuju sistem pengelolaan yang jauh lebih baik.
Pogram-program untuk tetap mendukung sistem pengelolaan persampahan tersebut antara
lain adalah :
1. Program Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan
2. Program Pengembangan Perencanaan Pengelolaan Persampahan
Laporan Akhir | VIII-13

PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA
KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2015-2019

z
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Program Pengurangan Timbulan Sampah
Program Perluasan Cakupan Pelayanan Persampahan
Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah
Program Peningkatan Pengelolaan Sampah Terpadu Mendukung Perlindungan
Sumber Daya Air
Program Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Swasta Meningkatkan Sistem
Pengelolaan Persampahan
Program Pembangunan Kapasitas Pendanaan Pengelolaan Persampahan
Program Promosi Sistem Pengelolaan Sampah
Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pengelolaan Persampahan

Pada tahun 2011-2014 kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan Penyehatan
Lingkungan Permukiman sub bidang persampahan di Kabupaten Barito Utara terdiri atas
kegiatan fisik dan kegiatan non fisik. Diharapkan dengan terealisasinya kegiatan sub bidang
persampahan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan lainnya dapat lebih memberikan
kontribusi yang positif untuk masyarakat, utamanya untuk hal–hal yang berdampak
langsung dengan kebersihan lingkungan di Kabupaten Barito Utara.

Laporan Akhir | VIII-14