PERBANDINGAN PEMBERIAN SPECIAL NISBAH BANK SYARI’AH DAN SPECIAL RATE BANK KONVENSIONAL PADA NASABAH DEPOSITO
PERBANDINGAN PEMBERIAN SPECIAL NISBAH
BANK SYARI’AH DAN SPECIAL RATE BANK
KONVENSIONAL PADA NASABAH DEPOSITO
Oleh : MUHAMAD MASHUDI NIM. 20108020
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA
2011
PERBANDINGAN PEMBERIAN SPECIAL NISBAH BANK
SYARI’AH DAN SPECIAL RATE BANK KONVENSIONAL
PADA NASABAH DEPOSITO
Diajukan untuk Memenuhi Kewajibaan dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Pogram Studi Perbankan Syari’ah
Oleh : MUHAMAD MASHUDI NIM. 20108020
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah menganalisisi tehnik perhitungan special
nisbah
dan ketentuannya pada bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga. Dalam penelitian ini penulis memberikan data serta contoh perhitungan special nisbah dengan berbagai macam kasus yang berbeda-beda.
Dengan melakukan analisis langsung serta dilengkapi dengan tehnik perhitungnnya, maka dengan mudah bisa diketahui bagaimana cara untuk menghitung special nisbah. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data-data yang diperoleh dari wawancara langsung mengenai ketentuan, manfaat serta dampak yang akan diperoleh oleh masing-masing pihak dengan adanya special nisbah tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis juga memberikan perbandingan antara perhitungan special nisbah bank syari’ah dan special rate bank konvensional. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan sistem yang digunakan serta untuk mengetahui tingkat keuntungan yang didapatkan nasabah dan juga pihak bank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan special nisbah pada bank syari’ah berpedoman pada Hi-1000. Sehingga hasil yang didapatkan oleh nasabah setiap bulannya selalu berbeda. Sedangkan perhitungan special rate pada bank konvensional berpedoman pada suku bunga yang disepakati diawal pernjajian, sehingga hasil yang didapatkan selalu sama tiap bulan tanpa memperhitungkan bank dalam keadaan untung dan rugi. Dari sini terlihat bahwa dalam bank syari’ah terdapat sistem yang adil, sedangkan dalam bank konvensional belum terdapat prinsip keadilan.
Kata kunci: deposito, special nisbah, nasabah deposito.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta Alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Allah yang kami sembah dan hanya kepada Allah kami memohon pertolongan. Tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan tugas skhir ini. Tentu saja ucapan terima kasiih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang- orang yang ambil bagian dalam terlaksananya tugas akhir ini. Semoga mereka selalu dalam lindungan-Nya.
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Khadik serta Ibunda Samiyah yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tiada hentinya. Baik dukungan materil maupun dukungan moril serta selalu memberika motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ari Setyawan, MM selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan teladan dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Setiap kali melihatnya, selalu ada motivasi tambahan yang dating.
3. Bapak Mubasyirun, M. Ag. selaku ketua jurusan Syari’ah yang selalu memberikan pengarahan yang sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Bapak Abdul Aziz, SE, MM. selaku Kaprogdi D III Perbankan Syari’ah yang senantiasa memberikan kritik, saran serta pengarahan yang sangat mendukung penulis.
5. Kepada segenap keluarga, terutama Muhammad Mashari yang selalu memberikan motivasi yang tiada henti, adikku, kakek dan nenek, serta
6. Teman- temanku angkatan 2007 jurusan Perbankan Syari’ah, khusus untuk anak-anak kelas A yang tidak bisa saya sebutkan semua namun tanpa mengurangi rasa cinta dan hormat kepada kalian semua. Semoga atas segala bantuan serta budi baik mereka salama ini mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Mudah- mudahan tugas akhir ini sedikit banyak dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran dalam lingkungan akademisi.
Salatiga, 9 Agustus 2011 Penulis
Muhamad Mashudi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengajuan Tugas Akhir Halaman Persetujuan Pembimbing Halaman Pengesahan Kata Pengantar Motto dan Persembahan Abstrak Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gaambar Daftar Figur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….1 B. Rumusan Masalah .………………………………………….…………….8 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..………......8 D. Manfaat Penelitian ………………………………..………………………9 E. Metode Penelitian …………………..……………………………………10 F. Sistematika Penulisan…………………………………………..………..13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik ……………………………………………………….14
1. Pengertian Investasi ……………...………………………………….14
2. Tujuan Investasi ……………………………………………………..15
4. Pengertian Mudharabah ……………………………………………..15
5. Pengertian Deposito Muharabah …….………………………………18
6. Manfaat Deposito …………...……………………………………….19
7. Ketentuan Umum Deposito Mudharabah ……………………………21
8. Hak Nasabah Deposito ……………………..………………………..22
9. Pengertian Bagi Hasil ………………………………………………..23
10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Bagi Hasil ……..25
11. Ketentuan Pembagian Bagi Hasil Deposito Mudharabah …………...26
12. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil …………………………………27
13. Pengertian Hi-1000 ……………………………………...…………..28
14. Penetapan Perhitungan Bagi Hasil Deposito ………………………...29
B. Telaah Pustaka …………………………………………………………..31
BAB III GAMBARAN OBJEK A. Sejarah Bank Muamalat Indonesia …………………………..………….35 B. Struktur Organisasi …………………………..………………………….36 C. Visi dan Misi ………….…………………………………………………40 D. Produk dan Layanan ……………………………………………………..41
1. Produk Pendanaan ……………...……………………………………41
2. Produk Pembiayaan ………………………………………………….45
3. Produk Layanan ……………………………………………………..46
BAB IV ANALISIS DATA A. Penentuan Nisbah Bagi Hasil ..…………………………………………..48 B. Pengertian Special Nisbah ……………………………………………….48 C. Ketentuan Pemberian Special Nisbah ……………….…………………..49 D. Tujuan Pemberian Special Nisbah ………………………………………50 E. Tehnik Perhitungan Special Nisbah …………………………………….51 F. Perbedaan Penetapan Special Nisbah pada Bank Syari’ah Dan Special Rate pada Bank Konvensional ..........................................................................54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………..……………………….58 B. Implikasi …………………………………………………………………59 DAFTAR PUSTAKA……… …………………………………………………..61
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Rincian jenis simpanan BMI Capem Salatiga …………………44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perhitungan profit sharin……………...…………………………27Gambar 2.2 Perhitungan Hi-1000 …………………………………………….29Gambar 2.3 Perhitungan bagi hasil …………………………………………...29Gambar 4.1 Perhitungan Hi-1000 …………………………………………….51Gambar 4.2 Perhitungan special nisbah dengan menggunakan Hi-1000 ……..52Gambar 4.3 Perhitungan equivalen rate ………………………………………52Gambar 4.4 Perhitungan special nisbah dengan menggunakan equivalen rate 52Gambar 4.5 Perhitungan bunga pada bank konvensional …………………….56
DAFTAR FIGUR
Figur 3.1 Struktur oganisasi BMI Capem Salatiga ………………………...36DAFTAR LAMPIRAN
lampiran 1 Produk deposito mudharabah pada bank muamalat capem salatiga…………………………………………………………...62 lampiran 2 Draf wawancara dengan marketing funding BRI (Bank Rakyat
Indonesia) Kanca Tanah Abang Jakarta Pusat…………………...65 lampiran 3 Draf wawancara dengan maketing funding BMI Capem Salatiga…………………………………………………………..66
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan. Setiap manusia tidak mungkin lepas dari perekonomian. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah instrument keuangan yang dapat digunakan masyarakat sebagai sarana intermediasi di antara mereka.
Lembaga keuangan merupakan salah instrument keuangan yang yang dapat digunakan sebagai intermediasi antara masyarakat dengan perekonomian . Dalam perkembangan saat ini, lembaga keuangan mempunyai peran penting dalam kemajuan perekonomian. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan dapat menjadi penghubung antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Namun dibutuhkan suatu lembaga yang bena-benar menjalankan kegiatannya sesuai dengan syariat islam. Di mana dalam menjalankan usahanya bebas dari praktik riba.
Perkembangan perbankan syari’ah di negara-negara Islam menimbulkan pengaruh yang sangat besar bagi munculnya perbankan syari’ah di Indonesia. Pada awal periode 1980-an. Dari situlah muncul gagasan dari para ulama untuk medirikan suatu lembaga keuangan berbasis islam. Salah satunya adalah perbankan syari’ah. Hal ini mulai dirintis sejak tahun 1991 yaitu dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia. Kemudian tahun-tahun berikutnya bermunculan beberapa bank umum syari’ah dan juga unit usaha
Lembaga keuangan syari’ah menjadi satu instrument lembaga perekonomian nasional yang sedang berkembang saat ini. Lembaga keuangan syari’ah merupakan lembaga yang menjalankan kinerja atau operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah. Dalam hal ini, lembaga keuangan syari’ah ingin mengarahkan terutama umat muslim untuk menghindari praktik-praktik riba yang diterapkan oleh lembaga keuangan konvensional.
Menurut Undang-undang no. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syari’ah menyebutkan prinsip syari’ah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan bedasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syari’ah. Akad adalah kesepakatan tertulis antara bank syari’ah atau unit usaha syari’ah dan pihak lain yang membuat adanya hak dan kewajiban.
Menurut Undang-undang no. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syari’ah yang menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank Syari’ah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.
Sekilas apabila dilihat secara teknis dan fisik, menyimpan dana di bank syari’ah dan bank konvensional hampir tidak ada bedanya. Hal ini disebabkan karena menyimpan uang di bank syari’ah dan bank konvensional harus mengikuti aturan atau prosedur yang ada di perbankan tersebut. Akan tetapi jika diamati secara mendalam, terdapat perbedaan besar di antara keduanya.
Perbadaan pertama terdapat pada akad. Pada bank syari’ah, semua transaksi harus berdasarkann akad yang dibenarkan oleh syari’ah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikui kaidah dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syari’ah. Pada bank konvensional, transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan, maupun deposito berdasarkan perjanjian titipan, namun perjanjian titipan ini tidak mengikuti prinsip manapun dalam muamalah syari’ah.
Perbedaan kedua terdapat imbalan yang diberikan. Bank konvensional mengunakan prinsip biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan.
Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos yang harus dibayar oleh bank. Karena itu, bank harus menjual kepada nasabah lainnya (peminjam) dengan biaya (bunga) yang lebih tinggi. Perbedaan di antara keduanya disebut spread. Jika bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih tinggi dari bunga yang harus dibayar kepada nasabah penabung, bank akan mendapatkan spread positif. Jika bunga yang diterima menutupnya dengan keuntungan yang diperoleh sebelumnya. Jika tidak ada, maka bank harus menanggungnya dengan modal.
Bank syari’ah menggunakan pendekatan profit sharing, maksudnya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang dibagi antara bank dan nasabah. Untuk nisbah antara bank dan nasabah sesuai dengan perjanjian awal.
Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit atau pembiayaan. Para penabung tidak menyadari jika dana mereka diinvestasikan dalam semua jenis bisnis tanpa memandang bisnis tersebut halal atau haram. Bahkan sering terjadi dana tersebut digunakan untuk membiayai proyek-proyek milik group perusahaan bank tersebut. Hal ini berimbas ketika terjadi krisis dan terjadi kredit-kredit bermasalah, bank sulit mendapatkan pengembalian dana milik mereka.
Adapun dalam bank syari’ah, penyaluran dana simpanan dari masyarakat dibatasi oleh dua prinsip dasar, yaitu prinsip syari’ah dan prinsip keuntungan. Artinya, pembiayaan yang diberikan harus mengikuti kriteria- kriteria syari’ah. Selain itu juga ada perimbangan-pertimbangan keuntungan.
Dari berbagai pegertian tentang lembaga keuangan syari’ah, terdapat perbedaan yang sangat mencolok dengan lembaga keuangan konvensional.
Selain prinsip syari’ah yang digunakan, tedapat satu lagi perbedaan yang membedakan dengan lembaga keuangan konvensional. Perbadaaan tersebut yaitu mengenai pembagian keuntungan dari hasil investasi para nasabah. menggunakan sistem bunga. Akan tetapi dalam lembaga keuangan syari’ah mengunakan sistem bagi hasil yang menekankan prinsip keadilan di dalamnya.
Bagi hasil sendiri menurut terminologi diartikan sebagai pembagian bagian dari laba pada para pegawai dalam suatu perusahaan (Muhamad, 2004:18). Dalam bidang perbankan, bagi hasil dapat diartikan sebagai pembagian hasil investasi yang dilakukan oleh pihak perbankan pada portofolio investasi kepada para nasabah.
Besar kecilnya bagi hasil dalam perbankan ditentukan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah total nilai investasi dan total dana masyarakat selama satu bulan, pendapatan bank, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank. Hal ini menyebabkan besarnya bagi hasil yang diberikan oleh pihak bank berbeda tiap bulannya. Apabila tingkat keuntungan yang diperoleh bank tinggi, maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah juga tinggi, sebaliknhya apabila keuntungan dari bank sedang menurun, maka bagi hasil yang diberikan juga munurun.
Ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh dengan berhasilnya pelaksanaan sistem bagi hasil dalam produk mudharabah oleh perbankan syari’ah, antara lain:
1. Stabilitas dan pertumbuhan perbankan syariah yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi riil masyarakat. Pertumbuhan ekonomi riil perbankan syariah karena akan terbentuk aliran dana yang terus berjalan dari masyarakat yang telah mandiri secara ekonomi ke perbankan syariah.
2. Perbankan syariah di Indonesia akan mampu bersaing dengan perbankan
konvensional di pasar bebas melalui sistem yang berbeda dengan ciri-ciri
3. Meningkatnya peran perbankan syariah dalam proses pembangunan
nasional dalam bidang kemandirian ekonomi mayarakat sehingga perbankan syariah akan menjadi pilar pembangunan bangsa Optimalisasi pelaksanaan sistem bagi hasil dalam produk mudharabah dan musyarakah sebagai suatu sistem syariah adalah market positioning yang perlu diperjuangkan dan hal ini merupakan satu tantangan bagi perbankan nasional di tengah peluang-peluang yang terbuka lebar. Tantangan ini hanya akan terjawab apabila terdapat komitmen yang kuat dan kerjasama diantara lembaga-lembaga yang berperan aktif terhadap pengembangan perbankan syariah melalui optimalisasi sistem bagi hasil.
Dalam hal pendanaan, bank syari’ah dan bank konvensional lebih mengedepankan produk deposito. Salah satu bank syari’ah yang mengedepankan produk deposito mudharabah adalah Bank Muamalat Indonesia. Hal itu disebabkan karena dalam deposito mudharabah akan ada dana yang mengendap minimal 1 bulan. Namun nasabah juga bisa menentukan sendiri jangka waktu yang ingin mereka pilih yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Semakin lama jangka waktu deposito mempengaruhi tingkat bagi hasil adalah jangka waktu investasi.
Salah satu teknik yang digunakan oleh pihak perbankan dalam menarik minat nasabah untuk menginvestasikan dana mereka di bank tersebut adalah dengan memberikan special nisbah dan special rate kepada para nasabah yang
Special nisbah merupakan nisbah istimewa yang diberikan kepada nasabah deposito mudharabah pada bank syari’ah. Dalam hal ini adalah Bank Muamalat Indonesia Capaem Salatiga. Sedangkan special rate adalah bunga istimewa yang diberikan kepada nasabah deposito. Dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia Kanca Tanah Abang.
Dalam penerapannya, antara bank syari’ah dan bank konvensional memberikan batas minimal dana yang diinvestasikan oleh nasabah. Sehingga nasabah yang mempunyai dana kecil di bank tidak akan mendapatkan special
nisban
ataupun special rate. Apabila nasabah tersebut mempunyai dana besar minimal Rp 150.000.000,- yang mereka investasikan, maka mereka akan mendapatkan special nisbah ataupun special rate.
Beberapa hal yang membedakan antara special nisbah dan special rate adalah penerapan yang didasarkan pada sistem perhitungannya. Dalam special
nisba
h, bank syari’ah berpedoma pada Hi-1000 (hasil investasi setiap Rp 1.000,- dana nasabah). Sehingga jumlah bagi hasil yang diterima nasabah selalu berubah setiap bulannya, tergangtung dengan tingkat keuntungan atas investasi dana nasabah. Sedangkan Special rate pada bank konvensional diberikan setiap bulannya selalu sama.
Selain untuk menarik dana nasabah bank mempuyai tujuan yang lebih penting yaitu untuk menjaga likuiditas bank tersebut. Dengan adanya dana yang mengendap di bank tersebut dalam jumlah besar, maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi, selain itu bank juga dapat memutar dana tersebut dalam sektor pembiayaan. Sehingga bank akan memperoleh keuntungan.
Dari beberapa masalah di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul dalam tugas akhir ini “PERBANDINGAN PEMBERIAN SPECIAL
NISBAH BANK SYARI’AH DAN SPECIAL RATE BANK KONVENSIONAL PADA NASABAH DEPOSITO“ B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ketentuan-ketentuan untuk mendapatkan special nisbah?
2. Bagaimana sistem perhitungan special nisbah pada bank muamalat Capem Salatiga ?
3. Bagimana penerapan special nisbah bank syari’ah dan special rate bank konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya seluruh aktivitas yang termasuk dalam penelitian ini tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang akan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk megetahui ketentuan-ketentuan untuk mendapatkan special nisbah
2. Untuk mengetahui sistem perhitungan special nisbah pada bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga
3. Untuk mengetahui penerapan special nisbah dan special rate yang ada dalam perbankan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Para Pemodal Sebagai pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi di dalam dunia perbankan. Hal ini karena investor diharapkan mampu menentukan perbankan mana yang akan dipilih untuk menginvestasikan modal yang dimiliki. Dengan tujuan tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga yang sesuai dengan syari’at islam.
2. Pagi Peneliti dan Akademisi Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya dan bisa menjadi bahan referensi, pemecahan masalah mengenai special nisbah deposito. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang akan datang apabila akan mengangkat tema yang sejenis.
3. Bagi Bank Muamalat Indonesia Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk praktIk perbankan.
4. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi, pengetahuan dan referensi untuk dapat diambil manfaatnya oleh
5. Bagi STAIN Salatiga Penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan koleksi Tugas
Akhir yang ada di perpustakaan. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi baik untuk mahasiswa ataupun dosen dalam pengaplikasian perkuliahan.
E. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian Penenilitian dilakukan di PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Salatiga. Lokasi penelitian beralamat di Jl. Sukowati Kelurahan Kalicacing Sidomukti Salatiga dengan nomor telepon dan atau faximile (0298)315937, 315939. Selain Bank Muamalat Capem Salatiga, penelitian ini juga dilakukan di Bank BRI Kanca Tanah Abang Jakarta Pusat.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Metode wawancara Wawancara itu sendiri adalah cara pengumpulan data atau informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk di jawab mengumpulkan data informasi dengan mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang bergerak dibidangnya untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti.
Pada metode wawancara ini, peneliti menggunakan jenis pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak marketing yang ada di Bank Muamalat Capem Salatiga dan Bank Bank Rakyat Indonesia Kanca Tanah Abang Jakarta Pusat.
b. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai sesuatu yang berupa catatan. Metode ini peneliti gunakan untuk mencari tambahan data yang konkrit sesuai dengan bahan penelitian yang diperoleh dari catatan sebuah dokumen di bank Muamalat Indonesia Capem Salatiga.
c. Deskripsif Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan angka-angka. Hal ini di sebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
d. Sumber Data Merupakan data atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber di mana penelitiaan akan berlangsung.
Dalam hal ini peneliti mengambil data dari Bank Muamalat Capem Salatiga.
1) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan perundang-undangan yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang telah diolah untuk pihak perusahaan berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan mudharabah pada bank syari’ah dan bank konvensional sebagai kerangka teoritis dan diperoleh dari referensi buku-buku yang mempunyai hubungan dengan objek penelitian
e. Tehnik Analisa Data
Langkah analisa data dimulai dengan cara menelaah seluruh data yang ada yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang ditulis, dokumentasi, dan sebagainya.
Setelah semua dipelajari dan ditelaah maka langkah selanjutnya adalah reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan yang diperlukan. kemudian dikategorikan pada langkah-langkah berikutnya. Kategori- kategori selanjutnya dilakukan sambil membuat coding. Tahap akhir analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
F. Sistematika Penulisan
BAB I Berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II Berisi landasan teori, yang membahas tentang telaah pustaka yang terdiri dari pengartian dan analisis penelitian terdahulu. Kerangka teoritik yang membahas tentang sistem bagi hasil deposito, jenis pendanaan, pengertian deposito, pengertian akad mudarabah.
BAB III Laporan obyek, di sini akan membahas tentang profil dari Bank Muamalat Indonesia, deskripsi bank Muamalat Cabang Pembantu Salatiga, sejarah pendirian Bank Muamalat Cabang Pembantu Salatiga, visi dan misi, organisasi perusahaan meliputi struktur organisasi dan deskrtipsi kegiatan, konsep dasar operasional Bank Muamalat Indonesia, kegiatan operasional Bank Muamalat Indoneisia serta produk- produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Salatiga.
BAB IV Membahas tentang analisis pemberian special nisbah pada nasabah Salatiga. Selain itu juga menganalisis penerapan perhitungan
special nisbah yang ada di BMI capem Salatiga, serta penerapan
perhitungan special rate dan special nisbah yang ada pada bank konvensional maupun bank syari’ah.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Investasi Menurut Suad Husna (2005:47) secara umum kegiatan investasi
adalah segala kegiatan menanamkan dana baik oleh perorangan maupun perusahaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pengorbanan yang sudah dilakukan. Kegiatan tersebut beragam wujudnya, Mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang sangat komplek.
Untuk lebih jelasnya penulis mengemukakan beberapa pengertian investasi menurut para pakar diantaranya sebagai berikut: a. Menurut Eduardus Tendelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
b. Sementara menurut Jugianto (2008:5) investasi adalah penundaan selama periode waktu tertentu.
c. Menurut Sunariyah (2003:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah suatu upaya pemanfaatan dana yang ada sekarang (current funds) untuk memperoleh dana yang lebih besar di masa yang akan datang. Upaya tersebut diperoleh melalui beberapa kompensasi, yaitu: a. Waktu tunggu atau periode waktu menunda konsumsi.
b. Perkembangan tingkat perekonomian yang ada di masa itu.
c. Ketidakpastian dari invertasi itu sendiri (risk premium).
2. Tujuan Investasi
Suad Husna (2005:48) tujuan melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut sepertinya terlalu sederhana, sehingga perlu mencari jawaban yang lebih tentang tujuan berinvestasi. Seperti telah disinggung di atas, tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah pendapatan di masa yang akan datang.
Dalam dunia perbankan, investasi yang sering digunakan adalah
3. Pengertian Deposito
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 1998, deposito adalah simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank (Kasmir,2003:63).
Menurut Ruddy Tri Santoso, deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang pearikannya hanya dapat dilakukan dalam waktu menurut perjanjian antara pihakk ketiga dengan bank yang bersangkutan.
Menurut Wiroso dalam bukunya Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, mengatakan bahwa deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
Menurut pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan deposito adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Deposito ini merupakan salah satu produk unggulan dalam bank syari’ah ataupun bank konvensional. Karena dengan adanya deposito, maka terdapat dana yang mengendap di bank dalam jangka waktu yang cukup lama. Sehingga dapat menjamin likuiditas dari bank tersebut.
4. Pengertian Mudharabah
berjalan untuk berdagang, sedangkan menurut istilah yang dikemukakan oleh para ulama yaitu: Menurut para Fuqaha, mudharabah adalah akad antara dua belah pihak saling menanggung, salah satu pihak menyarankan hartanya ke pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan.
Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad yang serikat dalam keuntungan karena harta diserahkan kepada yang lain dan yang lain mempunyai jasa mengelola harta tersebut.
Menurut Malikiyah, mudharabah adalah akad perwakilan, di mana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditemukan.
Dalam arti bahasa, mudharabah adalah kerjasama usaha dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
Sedangkan menurut ensiklopedia hukum Islam bagi hasil (Al-
Mudharabah) adalah pemilik modal menyerahkan modalnya kepada
pekerja atau pedagang untuk diusahakan dikelola, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama. adalah akad kerjasama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila mengalami kerugiam, maka akan ditanggung pemilik modal selama diakibatkan kelalaian pengelola, maka pengelolalah yang bertanggung jawab. Dalam dunia perbankan, al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja dan juga deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan, prinsip
mudharabah
terbagi atas: a.
Mudharabah mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah.
b.
Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted
invesment
) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
c.
Mudharabah Muqayadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usaha.
5. Pengertian Deposito Mudharabah Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito.
sebagai mudharib. Akad mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan.
Pengertian deposito mudharabah menurut Budi Cahyadi dalam modul Pelatihan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Unpad (2005:54) menjelaskan bahwa deposito mudharabah adalah jenis simpanan pada bank syari’ah dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo deposito (sesuai jangka waktunya).
Deposito dengan prinsip mudharabah merupakan suatu kerjasama antara dua pihak di mana pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul
maal
) menyediakan dana, dan pihak kedua selaku pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana. Untuk itu pihak bank/mudharib akan memberitahukan kepada pihak deposan (shahibul
maal) mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan/atau
perhitungan pembagian keuntungan serta resiko yang dapat timbul dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut dicantumkan dalam akad. Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode bulanan. Bank dapat memberikan sertifikat atau tanda ditarik sesuai dengan jangka waktu yang disepakati di muka.
6. Manfaat Deposito
a. Aman Deposito dikatakan aman karena akadnya sesuai dengan prinsip penyelenggara deposito juga telah dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Sehingga nasabah tidak perlu khawatir terhadap dana yang mereka investasikan.
b. Mendapakan Bagi Hasil Investasi Yang dimaksud bagi hasil dari hasil investasi adalah dana yang berasal dari deposan akan diinvesasikan pada portofolio efek yang berbeda-beda. Dalam hal ini, perbankan syari’ah menginvestasikan dana tersebut pada portofolio efek yang sesuai dengan prinsip syari’ah.
Bisnis-bisnis yang sesuai dengan prinsip syari’ah adalah bisnis-bisnis yang bebas dari unsur-unsur haram, riba, gharar, dan maysir. Hasil dari investasi tersebut akan dibagikan antara bank dan nasabah sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati.
c. Dana Likuid Dana deposan yang disimpan di bank dapat dicairkan kapan saja oleh deposan. Walaupun telah ada pejanjian waktu jatuh tempo namun deposan dapat mencairkan dana mereka apabila deposan menghendaki dana mereka. Namun nasabah akan terkena biaya break administrasi d. Nisbah Bagi Hasil Tinggi
Nisbah bagi hasil yang diperoleh pada produk deposito akan lebih tinggi dibandingkan dengan poduk simpanan lainnya. Hal ini disebabkan karena terdapat dana deposan yang mengendap di bank dalam jangka
12 bulan. Sehingga dana dari deposan dapat dimanfaatkan oleh pihak bank untuk diinvestasikan dalam portofilio efek lebih lama. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh pihak bank juga lebih tinggi.
e. Dapat Menyalurkan Zakat Dalam perbankan syari’ah, deposan dapat menyalurkan zakat mereka langsung dari total dana deposito yang mereka investasikan. Hal itu dapat terjadi apabila nasabah menghendaki untuk menyalurkan zakat dalam deposito mereka. Akan tetapi, apabila nasabah tidak menghendaki, maka dana deposito mereka tidak dikenai zakat. Zakat tersebut akan disalurkan langsung oleh LAZIZ kepada pihak-pihak yang berhak menerima dana zakat tersebut.
7. Ketentuan Umum Deposito Mudharabah
Dalam Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI (2006:19) deposito mudharabah terdapat ketentuan umum yang diterapkan yaitu sebagai berikut:
a. Dalam transaksinya nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya. Termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
8. Hak Nasabah Deposito
a. Nasabah dapat mencairkan dana mereka saat jatuh tempo. Di mana nasabah akan mendapatkan dana yang deposan investasikan ditambah dengan keuntungan bagi hasil yang mereka dapatkan setelah jatuh tempo. Dana mereka akan langsung masuk ke rekening tabungan yang mereka miliki di bank tempat mereka mendepositokan dana mereka. Dalam hal ini di Bank Muamalat Indonesia.
b. Nasabah dapat memperpanjang jangka waktu deposito mereka apabila telah jatuh tempo dengan dua model, yaitu: Perpanjangan model ini merupakan perpanjangan deposito dengan menyertakan tambahan bagi hasil sebagai pokok deposito.
Sehingga saldo deposito yang diperpanjang merupakan pokok deposito lama ditambah dengan bagi hasil deposito sebelumnya.
2) ARO non Kapitalisir Perpanjangan model ini merupakan perpanjangan deposito di mana nasabah tidak menyertakan tambahan bagi hasil sebagai pokok pada deposito berikutnya. Bagi hasil yang didapatkan akan dipindah langsung ke rekening tabungan yang deposan miliki. Sehingga saldo deposito saat perpanjangan sama dengan saldo deposito sebelum diperpanjang sebelum adanya tambahan bagi hasil.
9. Pengertian Bagi Hasil
Jika dalam mekanisme ekonomi konvensional menggunakan instrumen bunga, maka dalam mekanisme ekonomi Islam dengan menggunakan instrumen bagi hasil. Salah satu bentuk kelembagaan yang menggunakan atau menerapkan instrumen bagi hasil adalah bisnis dalam lembaga keuangan syari’ah.
Muhammad (2005:105) menyatakan bahwa pengertian bagi hasil adalah distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan.
Pengertian bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
Menurut Djaslim Saladin (2000:74) sistem bagi hasil adalah perjanjian pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dari sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang menggunakan dana.
Selanjutnya Komaruddin Sastradipoera (2004:138) menyatakan bahwa prinsip bagi hasil adalah prinsip berdasarkan syari’ah (segala yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk wahyu yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah) yang digunakan dalam: a. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
b. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.
c. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil. untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian, atau bentuk korporasi (kerja sama). Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik antara
Shahibul Maal
yang bertindak sebagai penyedia dana dan Mudharib
10. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Bagi Hasil
Menurut Muhamad (2005:110) pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syariah dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung sehingga menyebabkan pendapatan bagi hasil tersebut selalu berubah tiap bulannya. Kedua faktor tersebut adalah: a. Faktor langsung