ANALISIS PERBANDINGAN KECUKUPAN MODAL PADA BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH

(1)

1

ANALISIS PERBANDINGAN KECUKUPAN MODAL PADA

BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH

SKRIPSI

Oleh:

Tridianti Fatma Hapsari 201110160311241

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

2

ANALISIS PERBANDINGAN KECUKUPAN MODAL PADA

BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh:

Tridianti Fatma Hapsari 201110160311241

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,

taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang

berjudul“AnalisisPerbandinganKecukupan Modal Pada Bank KonvensionalDengan Bank Syariahdapat diselesaikan dengan baik.

Adapunpenulisanskripsiini adalah sebagai slaah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Program Sarjana FakultasEkonomidanBisnisUniversitasMuhammadiyah Malang.

Atas berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan untuk memberikan segala yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, Perkenankan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si.,selakuDekanFakultasEkonomidanBisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. H.Marsudi, M.M., selaku Ketua Program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang atas kebijakan dalam penyusunan mata kuliah sesuai konsentrasi penjurusan.

3. Dra. Dewi Nurjannah, M.M., AFP. Selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Warsono,M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan


(12)

iv

penuh kesabaran memberikan pengarahan, saran dan serta dukungan hingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Eko Handayanto, M.M., selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Ibu dan Bapak, Ibu Sudjiarti dan Bapak Suyanto serta semua keluarga dan someone special yang selalu memberikan do’a, dukungan, serta kasih sayang yang luar biasa hingga skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Teman-teman D’zimawia (Dian, Zika, Gama, Wika, Anty), dan Teman-teman seperjuangan (Manajemen E), serta teman dan adek kos bidadari yang selama 4 tahun ini memberikan arti persahabatan dan kekeluargaan yang tidak akan pernah saya lupakan, terima kasih semuanya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini bisa memberikan tambahan informasi bagi pembacanya dan bermanfaat khususnya bagi penulis.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Malang, 10 April 2015 Penulis,


(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang penelitian ... 1

B. Rumusan penelitian ... 5

C. Batasan penelitian ... 5

D. Tujuan dan kegunaan penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan hasil penelitian terdahulu ... 8

B. Tinjauan teori ... 9

C. Kerangka Pikir ... 26

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29


(14)

vi

Halaman

B. Definisi operasional variabel ... 29

C. Populasi dan sampel ... 31

D. Data dan sumber data ... 32

E. Teknik pengumpulan data ... 32

F. Teknik analisis data ... 33

G. Uji hipotesis ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Sampel Penelitian ... 35

B. Analisis Data ... 44

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLEMENTASI ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Implemetasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kondisi permodalan bank konvensional dan bank syariah ... 5

Tabel 2.1 Kesehatan Bank dari Sisi Modal ... 26

Tabel 4.1Daftar nama pemenang Indonesia Banking Award 2013 ... 36

Tabel 4.2 Pemilihan sampel ... 37

Tabel 4.3Perbankan yang menjadi sampel ... 37

Tabel 4.4Rincian komponen modal inti dan modal pelengkap ... 43

Tabel 4.5 Hasil perhitungan CAR PT. Bank Central Asia Tbk ... 44

Tabel 4.6 Hasil perhitungan rasio TIER 1 (modal inti) ... 45

Tabel 4.7 Hasil perhitungan selisih CAR ... 46

Tabel 4.8 Hasil perhitungan CARPT. Bank Rakyat Indonesia Tbk ... 47

Tabel 4.9 Hasil perhitungan rasio TIER 1 (modal inti) ... 48

Tabel 4.10 Hasil perhitungan selisih CAR ... 49

Tabel 4.11 Hasil perhitungan CAR PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ... 50

Tabel 4.12 Hasil perhitungan rasio TIER 1 (modal inti) ... 51

Tabel 4.13 Hasil perhitungan selisih CAR ... 52

Tabel 4.14 Hasil perhitungan CAR PT. Bank Muammalat Tbk ... 53

Tabel 4.15 Hasil perhitungan rasio TIER 1 (modal inti) ... 54

Tabel 4.16 Hasil perhitungan selisih CAR ... 55


(16)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian... 27


(17)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Perhitungan kecukupan modal PT Bank Central Asia Tbk tahun 2011 - 2013

Lampiran 2: Perhitungan kecukupan modal PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tahun 2011 - 2013

Lampiran 3: Perhitungan kecukupan modal PT Bank Syariah Mandiri Tbk tahun 2011 - 2013

Lampiran 4: Perhitungan kecukupan modal PT Bank Muammalat Tbk tahun 2011 – 2013

Lampiran 5: Rata-rata CAR bank konvensional dan bank syariah tahun 2011 - 2013 Lampiran 6: Laporan keuangan triwulan PT Bank Central Asia Tbk tahun

2011 - 2013

Lampiran 7: Laporan keuangan triwulan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tahun 2011 - 2013

Lampiran 8: Laporan keuangan triwulan PT Bank Syariah Mandiri Tbk tahun 2011 - 2013

Lampiran 9: Laporan keuangan triwulan PT Bank Muammalat Tbk tahun 2011 - 2013


(18)

x

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, TotokdanNuritomo. 2014.BankdanLembagaKeuangan Lain. Edisi 3. Jakarta: SalembaEmpat.

Darmawi, Herman. 2012. ManajemenPerbankan. CetakanKedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Faisal, M. Abdullah. 2003. ManajemenPerbankan: TeknikAnalisisKinerja Keuangan Bank. Edisipertama.Cetakanpertama. Malang: UMM Press. Ismail. 2010. ManajemenPerbankan: Dari TeoriMenujuAplikasi. EdisiPertama.

Cetakan ke-2. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Kasmir. 2004. Dasar-DasarPerbankan; Edisi 1. Cetakan ke-3. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Kasmir. 2008. Bank danLembagaKeuanganLainnya; EdisiRevisi. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.

Kasmir. 2011. Dasar-DasarPerbankan. Cetakan ke-9. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kasmir.2012. ManajemenPerbankan.EdisiRevisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kurniati, Dewi. 2008. analaisis perbandingan kecukupan modal antara bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional yang go public di BEJ. Skripsi S1. Saunders, Antony., Cornett, Marcia Millon. 2008. Financial Institutions management:

A Risk Managemen Approach.Sixth Edition. Singapore: McGraw-Hill Silvanita, Ktut. 2009. Bank danLembagaKeuangan Lain. Jakarta: Erlangga.

Sudirman, I Wayan. 2013. ManajemenPerbankan: MenujuBankir yangProfesional. EdisiPertama.Cetakan ke-1. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.


(19)

xi

Sujiati, Sri Dewi. 2008. analisis perbandingan kecukupan modal antara PT. Bank NegaraIndonesia persero dan Pt bank centrak asia Tbk. Skripsi S1

www.idx.co.id.DiunduhSelasatgl 25 Nov 2014 jam 12.10

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/11/20/321394/peraturan-kpmmsetarakan- permodalan-bank-syariah-dan-bank-konvensional. DiunduhSelasatgl

25 Nov 2014 jam 12.10

http://www.gainscope.co.id/perbankan-ketat-jaga-permodalan-untuk-antisipasi- perlambatan-bebera-indikator/.Diunduhselasatgl25 Nov 2014 jam 12.10

http://www.tempo.co/read/news/2013/10/02/087518369/Ini-Bank-Peraih-Indonesia-Banking-Award-2013.Diunduhselasatgl25 Nov 2014 jam 12.10

http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/11/19/rasio-kecukupan-modal-bank-syariah- jadi-100-persen. Diunduhselasatgl25 Nov 2014 jam 12.10


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan perekonomian sebuah negara tidak lepas dari adanya peran penting dari sebuah lembaga keuangan seperti peran perbankan sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary, artinya bank menjembatani kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang memiliki dana dan pihak lainnya merupakan nasabah yang membutuhkan dana. Dana bagi sebuah bank merupakan sesuatu yang vital, tanpa dana bank tidak dapat berbuat sesuatu.

Modal (equity) merupakan bagian dari dana bank (fund). Modal dalam neraca bank terdapat pada sisi pasiva neraca, dan sumber dana bank lainnya. Modal adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada bank yang memiliki peranan sangat penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss). Modal juga merupakan investasi yang dilakukan oleh pemegang saham yang harus selalu berada dalam bank dan tidak ada kewajiban pengembalian atas penggunaannya.

Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak dan kemungkinan timbulnya risiko di pihak lain. Besar kecilnya


(21)

2

permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan.

Kondisi yang dihadapi oleh perbankan saat ini adalah terjadinya perlambatan disejumlah indikator kinerja yang membuat perbankan harus menjaga ketat permodalannya. Cara untuk mengatasi hal itu pemerintah dan bank Indonesia telah menyiapkan berbagai langkah restrukturisasi dan rekapitalisasi perbankan. Salah satu tujuan dari langkah tersebut dilakukan adalah untuk mengembalikan kondisi permodalan bank sesuai dengan standart internasional. Sejalan dengan target program rekapitalisasi perbankan.

Bank Indonesia (BI) resmi menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang kewajiban penyediaan minimum bank umum, dengan Nomor 14/18/PBI/2012 yang mengatur lebih jauh tentang tingkat kecukupan modal bank yang disesuaikan dengan standart internasional yang berlaku. Bank Indonesia bertindak sebagai otoritas yang berwenang mengatur dan mengawasi bank dengan mempertimbangkan pertimbangan pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan, menetapkan perubahan rasio kewajiban penyediaan modal minimum menjadi 8% yang berlaku sejak tahun 2001 (yang sebelumnya sebesar 4%). Ketentuan KPMM (CAR) bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang masih berlaku saat ini adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sehingga memadai untuk menjaga likuiditasnya.


(22)

3

Perubahan rasio kewajiban modal minimum juga mempertimbangkan perubahan yang terjadi dalam standart internasional: seperti penyempurnaan metode yang distandarisasi dalam perhitungan rasio kredit (standardizer approach) dan perubahan standar akutansi keuangan yang berlaku. Perkembangan program restrukturisasi dan rasio terbesar dalam perbankannasional, rasio penyediaan kewajiban modal minimum bank umum hanya memperhitungkan faktor rasio kredit (credit risk). Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/12/PBI/2003 tanggal 17 juli 2003, telah memperhitungkan faktor risiko lainnya, seperti risiko pasar dan risiko operasional pada perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

Fungsi dari modal bank adalah melindungi para kreditur agar mendapatkan kepastian kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur jika dibutuhkan sewaktu-waktu, menjamin kelangsungan operasional dengan modal sendiri yang digunakan untuk memulai kegiatan operasi dengan modal sendiri dan memenuhi standar modal minimum atau disebut standar CAR (Capital Adequacy Ratio) yang harus dipenuhi oleh setiap bank, berdasarkan rasio CAR apabila bank akan menambah penyaluran kredit maka bank harus menambah modal yang dimiliki namun apabila tidak menambah jumlah kredit maka CAR akan diperkecil.

Evaluasi permodalan digunakan untuk menyempurnakan dan memperkuat permodalan yang dimiliki oleh bank konvensional dengan bank syariah. Peraturan baru yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


(23)

4

tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tersebut merupakan peraturan yang menyetarakan syarat permodalan perbankan syariah dengan perbankan konvensional, yang berupaya untuk mempersiapkan bank syariah agar semakin kuat karena perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat saat ini. Peraturan tersebut diharapkan dapat memperkecil risiko-risiko keuangan yang mungkin akan terjadi dimasa depan.

Ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum (KPPM) bank syariah pada PBI Nomor: 7/13/2005, merupakan revisi aturan KPMM bank syariah yang mengikuti standar perhitungan permodalan dari Islamic Financial Service Board

(IFSB). Standar modal bank syariah akan sama dengan bank konvensional. "Minimum permodalan bank syariah akan menjadi sebesar 10% dari saat ini 8%. Ketentuan CAR 10% berlaku bagi bank syariah yang memiliki peringkat kesehatan level I dan II, bank umum syariah yang masuk level III dan IV, harus memenuhi CAR 14%.

Tabel berikut iniyang menjelaskan tentang kondisi permodalan yang dimiliki oleh bank konvensional dan bank syariah dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Kondisi permodalan didapatkan dari laporan keuangan kedua bank tersebut dan dapat disimpulkan bahwa kondisi permodalan yang dimiliki oleh kedua bank dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 selalu mengalami peningkatan yang bagus atau selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Berikut dapat dilihat data mengenai kondisi permodalan yang dimiliki oleh bank konvensional dan bank syariah dari tahun 2009 sampai 2014 pada Tabel 1.1.


(24)

5

Tabel 1.1: Kondisi permodalan bank konvensional dan bank syariah tahun 2009-2013 (yang dinyatakan dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Modal bank konvensional Modal bank syariah

Bank BRI Bank BCA Bank Syariah

Mandiri

Bank Muammalat 2009 Rp 27.257.381.000.000 Rp 27.856.693.000.000 Rp 1.600.459.449.662 Rp 898.034.844 2010 Rp 36.673.110.000.000 Rp 34.107.844.000.000 Rp 2.020.615.074.975 Rp 1.749.157.222 2011 Rp 49.820.329.000.000 Rp 42.027.340.000.000 Rp 3.073.264.468.871 Rp 2.067.401.205 2012 Rp 64.881.779.000.000 Rp 51.897.942.000.000 Rp 4.180.690.176.525 Rp 2.457.989.411 2013 Rp 79.327.422.000 .000 Rp 63.966.678.000.000 Rp 4.861.998.914.310 Rp 4.291.093.718 Sumber: www.idx.co.id (Berita TEMPO.CO, Jakarta)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis perbandingan kecukupan modal pada bank

konvensional dengan bank syariah”. B. Rumusan Penelitian

Dari latar belakang masalah maka peniliti dapat merumuskan masalah berikut: 1. Bagaimana kondisi kesehatan bank konvensional dan bank syariah dilihat

dari kecukupan modalnya?

2. Di antara bank konvensional dan bank syariah manakah yang lebih sehat?

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini dimaksudkan agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu melebar dari garis yang sudah ditentukan. Batasan penelitian ini adalah


(25)

6

penulis hanya membahas mengenai data yang terkait berupa laporan keuangan bank konvensional dan bank syariah yang memiliki modal terbesar dan terdaftarpada Bank Peraih Indonesia Banking Award 2013 dengan kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) kurun waktu 2011 sampai 2013.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis kondisi kesehatan bank konvensional dan bank syariah dilihat dari kecukupan modalnya.

b. Menganalisis bank yang memiliki tingkat kesehatan lebih sehat. 2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, yaitu :

a. Bagi manajemen bank konvensional dengan bank syariah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk memberikan informasi atau masukan dari hasil perhitungan kecukupan modal, dan menjadikan perusahaan bank tersebut tetap menjaga tingkat kesehatannya dengan memelihara kecukupan penyediaan modal minimum.

b. Bagi nasabah bank konvensional dengan bank syariah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi nasabah untukmemberikan informasi dan memberikan pandangan luas dengan


(26)

7

melihat tinggi rendahnya kecukupan modal yang dapat mempengaruhi timbulnya risiko yang akan diterima.

c. Bagi Bank Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Bank Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam pengaturan dan melihat sejauh mana kinerja bank tersebut dalam melaksanakan kegiatan usaha perbankan dan tetap menjaga permodalannya.

d. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa kondisi permodalan pada bank konvensional dan bank syariah sudah diatas batas standart, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut dalam kondisi yang baik dan dapat melindungi para nasabahnya.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebagai tambahan referensi dan pertimbangan pada penelitian selanjutnya yang khususnya berhubungan dengan analisis perbandingankecukupan modal.


(27)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanHasil Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Kurniati (2008) dengan objek penelitian yang dilakukan pada Bank Umum Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa pada hipotesis yang dilakukan oleh peneliti pada Bank Umum Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional dapat terjawab bahwa ada perbedaan kecukupan modal antara Bank Umum Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional.

Penelitian kedua dilakukan oleh Sujiati (2008) dengan objek penelitian di PT. Bank Negara Indonesia persero dan PT. Bank centralAsia Tbk tahun 2004 sampai 2006.Hasil penelitiannya diperolehbahwa kondisi kecukupan modal kedua bank tersebut cukup, karena Capital Adequacy Rasio (CAR) kedua bank diatas batas minimum yang sudah ditetapkan yaitu 8%. Dari kedua bank tersebut kondisi kecukupan modal PT. Bank Central Asia Tbk lebih baik dibandingkan kondisi kecukupan modal PT Bank Negara Indonesia persero Tbk, dilihat darilaporan keuangan triwulan ke triwulan.

Berdasarkan penelitian di atas, penelitian ini mengacu pada penelitian dari sujiati (2008) dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu rasio permodalan (CAR), hanya mengubah obyek penelitian serta tahun yang berbeda.


(28)

9

B. Tinjauan Teori

1. Keputusan Permodalan bank

Kasmir (2011: 2) secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah menghimpun dana dari masyarakat atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya:

1. menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya adalah sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang adalah keamanan uang. Tujuan kedua adalah untuk berinvestasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Tujuan lainnya adalah untuk mempermudah melakukan transaksi.


(29)

10

2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksdunya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan, dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkan.

3. Memberikan jasa-jasa lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa lainnya.

Totok dan Nuritomo (2014: 207) ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:

a. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Presentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.

b. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Permodalanbagi industri perbankan sangat penting karena berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya risiko. Besar kecilnya


(30)

11

modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakankegiatan operasinya. Menurut Muljono dalam buku Faisal (2003:44), secara popular modal dapat didefinisikan sebagai jumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-keuntungan yang diperoleh.

Kesimpulan dari modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank. Modal bank dapat digunakan sebagai cadangan atau

back updana bank jika bank mengalami kesulitan. Banyaknya modal bank membuat pertumbuhan bank akan semakin baik walaupun modal bank sudah melebihi aturan sebagaimana ditetapkan oleh otoritas atau oleh bank sentral.

Permodalan (Capital) suatu bank didasarkan pada (KPMM) KewajibanPenyediaan Modal Minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditentukan oleh BI. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka CAR perbankan untuk tahun 2002 minimal harus 8%. (Kasmir 2004: 43). CAR 8% berarti jumlah capital adalah sebesar 8% dari ATMR, atau sebaliknya jumlah ATMR adalah sebesar 12,5 kali modal yang tersedia atau dimiliki bank yang bersangkutan.


(31)

12

Totok dan Nuritomo (2014: 219), Unit Usaha Syariah (UUS) wajib menyediakan modal minimum dari ATMR dari kegiatan usaha berdasarkan pada Prinsip syariah sebesar 8%. Modal minimum UUS yang kurang dari 8% dari ATMR, maka kantor pusat bank umum konvensional dari UUS wajib menambah kekurangan modal minimum tersebut.

2. Faktor utama yang mempengaruhi kecukupan modal

Faktor-faktor kuantitatif yang diperlukan dalam menentukan kecukupan modal Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu:

a. Kualitas manajemen

Kualitas manajemen bank merupakan faktor utama untuk meniadakan risiko.

b. Kualitas Assets

Kecukupan modal bank juga dipengaruhi oleh likuiditas bank atau kesulitan likuiditas dan dapat diatasi dengan jumlah modal yang cukup. Penambahan modal atau tidak juga ditentukan oleh likuiditas perusahaan, Setiap bank akan berusaha agar memiliki likuiditas yang tinggi.

c. Sejarah pendapatan bank

Pendapatan bank berasal dari pendapatan opersional seperti bunga kredit, pro-visi kredit, administrasi kredit, biaya transfer dana, dan pendapatan non-operasional seperti denda kelambatan, kelebihan hasil


(32)

13

penjualan asset, dan lain-lain. Bank yang baik adalah bank yang pertumbuhan pendapatan operasionalnya meningkat secara teratur karena pertumbuhan aktiva produktifnya baik.Pertumbuhan pendapatan yang baik bank memiliki peningkatan kemampuan dalam memenuhi kecukupan modal dengan baik atau sebaliknya.Pendapatan bank yang fluktuatif dapat memberikan gambaran operasional bank yang naik turun atau tidak stabil.

d. Kualitas dan watak pemilik bank

Kualitas watak pemegang saham yang baik seperti memahami visi, misi, sasaran, dan tujuan bank akan mempercepat tercapainya kecukupan modal karena kiat-kiat bank menjadi jelas dalam usaha mewujudkan keuntungan dan sebagian besar keuangan bank dijadikan tambahan modal yang disetor atau sebaliknya.

e. Potensi keguncangan struktur penabung

Penabung memiliki potensi menggoyahkan bank dengan cara mereka menarik simpanannya di bank. Potensi itu muncul karena berbagai alasan misalnya menurunnya kepercayaan mereka terhadap bank, bank dapat mengatasinya dengan penambahan modal.Kemampuan mengatasi goncangan tersebut merupakan suatu keunggulan bank dalam mengatasi risiko atau sebaliknya.

f. Kualitas prosedur operasional bank


(33)

14

dengan konsisten oleh pejabat dan petugas bank, akan mengurangi kebocoran keuangan bank sehingga dapat meniadakan risiko operasional. Setiap prosedur operasional bank telah diatur dan telah diikuti dengan tepat seperti prosedur pencairan kredit, prosedur pembelian inventaris, prosedur pemungutan tabungan dan lain-lainnya, niscaya operasional bank akan baik. Penentuan dan pelaksanaan prosedur yang ada dapat dilaksanakan dengan baik sehingga tidak ada kebocoran keuangan, dan penambahan modal bank dapat digunakan dengan produktif.

g. Kapasitas bank dalam mendapatkan dana

Kemampuan bank dalam mendapatkan dana pihak ketiga atau DPK setiap saat dapat diwujudkan dan bahkan bank dapat meningkatkan jumlah dana dimaksud secara baik dan teratur dalam setiap masa sehingga risiko likuiditas tidak terjadi. Bank tidak membutuhkan modal yang banyak dan dengan naiknya modal bank, akan diproduktifkan berbentuk kredit.

Perencanaan kecukupan modal bank ditetapkan dan ditentukan secara periodik dengan jumlah minimal tertentu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh otoritas moneter untuk menopang proyeksi perencanaan pertumbuhan assets bank di masa yang akan datang. Jumlah modal minimal bank ditetapkan oleh pengurus bank setelah pengurus bank mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan sesuai dengan ketentuan minimal yang ditetapkan oleh otoritas.


(34)

15

Setiap faktor di atas saling berkaitan satu sama lain dan berkaitan dengan berbagai risiko yang dihadapi oleh bank umum dan berkaitan pula dengan jumlah yang harus dimiliki, memperkirakan laju pertumbuhan laba dan laju pertumbuhan asset. Laju pertumbuhan laba dan asset berjalan lambat maka bank yang bersangkutan akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan dengan bank yang mengalami pertumbuhan yang sehat. Cara mengatasi risiko yang lebih besar dari itu maka diperlukan modal yang lebih besar.

Pengelolaan modal bank tidak saja dipusatkan pada rasio kecukupan modal (CAR), tetapi juga diuji semua faktor yang terkait.Paling sedikit ada 5 macam rasio yang dapat menunjukkan gejala (ancaman) kemunduran keuangan dan kemungkinan bangkrut. Rasio yang dimaksud yaitu:

1. Rasio total kredit dan sewa terhadap total sumber dana.

2. Rasio modal pemilik terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

3. Rasio biaya operasi terhadap penghasilan dari operasi. 4. Rasio kredit komersial dan industri terhadap total kredit.

5. Rasio jumlah pembebanan terhadap laba bersih dan provisi untuk kerugian pinjaman.

Perhitungan Rasio kecukupan modal, hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan rasio kecukupan modal meliputi:


(35)

16

a. Dasar perhitungan kecukupan modal

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Maksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana yang tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga. Menghitung ATMR masing-masing akun aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminan. Bobot risiko umumnya ditentukan oleh otoritas moneter berdasarkan kemungkinan tingkat keamanan aktiva.

b. Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan aktiva neraca dan rekening administratif dengan masing-masing akun yang sudah ditimbang dengan bobot risiko. ATMR diperoleh dari:

1) Mengalikan nominal masing-masing pos aktiva neraca dengan bobot masing-masing pos

2) Mengkonversi aktiva administratif ke dalam aktiva neraca yang menjadi padananya, besarnya faktor konversi masing-masing aktiva administratif didasarkan pada tingkat kemungkinan menjadi aktiva


(36)

17

neraca yang efektif.

3) Setelah mengkonversi aktiva administratif ke dalam aktiva neraca sebagai padanannya maka dilakukan perhitungan dengan jalan mengalikan hasil konversi dengan bobot risiko masing-masing aktiva administratif.

4) Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos-pos aktiva neraca dengan bobot risiko (0%, 20%, 50%, 100%).

Jumlah kebutuhan penyediaan modal minimum atau KPMM sangat berguna:

1. Sebagai dasar pengembangan usaha bank yang sehat sehingga dapat menampung risiko kerugian

2. Untuk menyesuaikan ekspansi dalam batas yang dapat ditampung oleh permodalan bank

3. Untuk pemantauan terhadap kondisi permodalan bank yang sehat.

3. Komponen modal bank

Perencanaan kebutuhan modal menjadi sangat penting apalagi jumlah modal di atas ketentuan minimal adalah sangat baik, yaitu sebagai back up

dalam mengatasi risiko seperti uraian di atas.Perencanaan kecukupan modal berkaitan dengan perencanaan secara keseluruhan.Modal pada neraca bank digolongkan atas dua golongan besar yaitu modal inti dan modal pelengkap.


(37)

18

Modal Inti (Tier 1)

Modal inti disebut sebagai modal sendiri karena dananya berasal dari pemiliknya.Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri dari atas modal yang disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, Apabila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka setiap jumlah modal inti harus dikurangi dengan jumlah goodwill tersebut.dengan perincian sebagai berikut:

1. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

2. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing.

4. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapatkan persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

5. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham / rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.


(38)

19

dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.Bank yang mempunyai saldo rugi tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

7. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi tafsiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Dalam hal tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan (minority interest) yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan. Pengertian anak perusahaan ini adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

Modal Pelengkap (Tier 2)

Modal pelengkap terdiri atas cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal dalam hal tertentu, dan dalam keadaan lain dapat dipersamakan dengan utang. Modal pinjaman ini BIS (Bank Internasional Settlementi)


(39)

20

menyebutkan dengan istilah “hybrid capital instrument” atau debt/equity

capital instrument: dahulu sering pula disebut dengan istilah modal quasi. Pada “Laporan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum”, Secara terinci modal pelengkap sebagai berikut:

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul pada asset produktif, seperti kredit, investasi dalam sekuritas, penempatan pada bank lain, tagihan derivatif, tagihan akseptasi, dan penyertaan. Cadangan ini bersifat kumulatif dan menjadi cukup besar jika kerugian yang dimaksud tidak terjadi. Tetapi yang dapat diperhitungkan ke dalam modal pelengkapan adalah maksimum 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut risiko.

3. Modal kuasi yang menurut Bank for International Settlements (BIS) disebut hybrid (debt/equity) capital instrument. Yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang yang mempunyai ciri-ciri:

a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.


(40)

21

b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia.

c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.

d. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut

4. Pinjaman subordinasi (maksimum 50% dari modal inti), yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus ada perjanjian tetulis antara bank dengan pemberi pinjaman. b. Harus ada persetujuan dari Bank Indonesia.

c. Bank yang bersangkutan harus menyampaikan kepada Bank Indonesia, program pembayaran kembali pinjaman tersebut. d. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar

penuh.

e. Minimal berjangka waktu 5 tahun.

f. Pelunasan pembayaran kembali harus mendapatkan persetujuan Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut tidak mengganggu kesehatan permodalan bank yang bersangkutan.


(41)

22

hak tagihnya berlaku pada akhir setelah semua hutang dibayar. Setelah ditentukan jumlah modal minimal bank, modal bank harus cukup untuk memenuhi fungsi dasarnya yaitu:

1) Membiayai organisasi dan operasi sebuah bank.

2) Memberikan rasa perlindungan pada penabung dan kreditor lainnya. 3) Memberikan rasa percaya pada para penabung dan pihak berwenang.

Berkaitan dengan ini tentu saja fungsi perlindunganlah yang paling penting. Dana modal harus mencukupi untuk menyerap kerugian dan menjamin keamanan dana para deposan karena tingginya asset bank yang dibiayai dana deposan. Fungsi utama pelindungan dianggap tidak hanya sebagai sumber pembayaran bagi deposan dalam hal terjadinya likuidasi, tetapi juga sebagai pendukung solvabilitas dengan memberikan penyangga dalam bentuk kelebihan asset, sehingga dengan demikikan bank yang terancam kerugian dapat terus melanjutkan kegiatannya.

Bank sentral menetapkan jumlah modal minimum sebesar 8% dari ATMR (Aset Tertimbang Menurut Risiko).Bank wajib memelihara kecukupan penyediaan modal minimum yang disingkat KPMM yang sekurang-kurangnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh bank sentral tersebut.Perubahan KPMM dalam sebuah bank disebabkan oleh perubahan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan sehingga mempengaruhi kemampuan bank dalam menutupi risiko kerugian bank.


(42)

23

Modal bank dapat berkurang atau bertambah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini yaitu laba yang diperoleh oleh bank yang menambah modal bank dan rugi akan mengurangi modal bank. Terlepas dari perubahan modal sehingga ada perubahan KPMM, peringkat kesehatan bank di bidang modal disebabkan juga oleh kekurangan pembentukan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank, dan kekurangan itu langsung mengurangi modal inti.

Rasiokecukupan modaladalah kemampuan bank dalam menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank (Abdullah, 2003: 48).Rasio kecukupan modal merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.Rasio CAR dapat diketahui dengan melihat modal minimal yang harus dicapai oleh bank apabila Bank Sentral telah menetapkan standar CAR tertentu dan bank memiliki sejumlah ATMR.

Alasan bank untuk memenuhi kecukupan modal antara lain:

1. Menghindarkan bank terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan bank. 2. Jumlah modal yang dimiliki bank mempengaruhi pendapatan pemilik

bank/pemegang saham.

3. Memenuhi batas minimum modal bank (bank capital requirement) yang ditentukan regulator.


(43)

24

Bank yang memiliki modal rendah, akan mengalami insolvensi

(kewajibannya melebihi asset yang dimiliki) apabila terjadi kredit macet. Kondisi itu menurunkan kredibilitas bank, sehingga memicu terjadinya rush, yaitu nasabah secara serentak menarik dananya. Akibatnya, bank tidak akan mampu memenuhi kewajibannya dan menjadi bangkrut karena tidak mampu membayar dana nasabah dan kreditor (disebut kegagalan bank).

Modal yang tinggi mengurangi pendapatan yang diperoleh pemilik bank (modal dapat ditingkatkan dengan menaikkan laba ditahan atau menjual saham baru sehingga mengurangi dividen yang diterima pemegang saham). Hal itu menunjukkan adanya dilema/trade-of antara keamanan bank yang memiliki modal yang tinggi dengan keuntungan pemilik bank. Disisi lain, pemerintah menetapkan batas minimum modal bank karena bank memiliki kecenderungan untuk memegang modal dalam jumlah sedikit untuk meguntungkan pemilik bank.

Bank yang dalam situasi kekurangan modal, biasanya sulit bagi manajer bank untuk meningkatkan laba ditahan karena tidak disukai oleh pemilik bank (mengurangi pendapatan pemilik bank).Kondisi pasar modal (capital market) dalam keadaan yang ketat, menjual saham baru untuk meningkatkan modal bank juga menjadi sulit. Alternatif lain adalah memperkecil aktivitas bank, yaitu dengan mengurangi asset bank (misalnya dengan menarik kembali kredit atau menjual surat berharga) serta mengurangi kewajibannya (dengan mengembalikan pinjaman bank). Pasar


(44)

25

kredit akan mengalami penurunan (credit crunch) apabila semua bank dan lembaga keuangan lainnya mengalami hal yang sama.

4. Model penilaian derajad kesehatan permodalan bank

Perbankan maupun perusahaan perlu dinilai kesehatannya, tujuan dari penilaian ini adalah mengetahui apakah kondisi bank tersebut yang sesungguhnya dalam keadaan sehat, kurang sehat atau tidak sehat.Bank dalam keadaan kondisi yang sehat perlu dipertahankan kesehatannya dan apabila bank dalam kondisi yang tidak sehat maka perlu diambil tindakan untuk memperbaiki kesehatannya. Penilaian kesehatan bank ini akan diketahui kinerja dari bank tersebut yang akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah yang bersangkutan.

Penilaian kesehatan bank dilakukan untuk bank konvensional juga untuk bank syariah, baik untuk bank umum syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah.Penilaian kondisi ini sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong peraturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/1/PBI/2007 tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.


(45)

26

Penilaian kesehatan bank dalam komponen permodalan dihitung berdasarkan rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Berikut ini dapat dilihat secara ringkas predikat kesehatan bank yang akan ditunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1: Kesehatan Bank dari Sisi Modal

Rasio CAR Nilai Kredit Predikat

9,9 - …% 100 Sehat

8,1% 82 Sehat

8,0% 81 Sehat

7,9 - < 8,0% 65 Kurang Sehat

6,6 – 7,8% 64 Kurang Sehat

6,5% 51 Kurang Sehat

6,4% 50 Tidak Sehat

0,0 – 6,3% 0 Tidak Sehat

Sumber: I wayan Sudirman (2013)

5. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan penelitian di atas maka dibuat kerangka pikir penelitian untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang analisis perbandingan kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1


(46)

27

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas menjelaskan bahwa, untuk menganalisis tingkat kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah maka ditinjau dari kecukupan modalnya dengan menggunakan analisis CAR, dibutuhkan laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi yang dihasilkan kedua bank tersebut dan kemudian dianalisis kecukupan modalnya.CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank sehingga dari perhitungan tersebut dapat diklasifikasikanbahwa bank konvensional dengan bank syariah dalam predikat kondisi yang sehat atau tidak sehat.

6. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, rumusan penelitian, tujuan penelitian yang telah diuraikan dan dijelaskan pada latar belakang penelitian bahwa kondisi permodalan bank konvensional dan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan namun permodalan bank konvensional lebih

Laporan keuangan bank konvensional dengan bank syariah

kurun waktu 3 tahun 2011 - 2013

Kecukupan modal CAR


(47)

28

besar dibandingkan permodalan bank syariah, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Bank konvensional dan bank syariah dalam kondisi yang sehat dilihat dari kecukupan modalnya

2. Bank konvensional lebih sehat permodalannya dibandingkan dengan bank syariah


(1)

Modal bank dapat berkurang atau bertambah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini yaitu laba yang diperoleh oleh bank yang menambah modal bank dan rugi akan mengurangi modal bank. Terlepas dari perubahan modal sehingga ada perubahan KPMM, peringkat kesehatan bank di bidang modal disebabkan juga oleh kekurangan pembentukan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank, dan kekurangan itu langsung mengurangi modal inti.

Rasiokecukupan modaladalah kemampuan bank dalam menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank (Abdullah, 2003: 48).Rasio kecukupan modal merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung resiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.Rasio CAR dapat diketahui dengan melihat modal minimal yang harus dicapai oleh bank apabila Bank Sentral telah menetapkan standar CAR tertentu dan bank memiliki sejumlah ATMR.

Alasan bank untuk memenuhi kecukupan modal antara lain:

1. Menghindarkan bank terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan bank. 2. Jumlah modal yang dimiliki bank mempengaruhi pendapatan pemilik

bank/pemegang saham.

3. Memenuhi batas minimum modal bank (bank capital requirement) yang ditentukan regulator.


(2)

Bank yang memiliki modal rendah, akan mengalami insolvensi (kewajibannya melebihi asset yang dimiliki) apabila terjadi kredit macet. Kondisi itu menurunkan kredibilitas bank, sehingga memicu terjadinya rush, yaitu nasabah secara serentak menarik dananya. Akibatnya, bank tidak akan mampu memenuhi kewajibannya dan menjadi bangkrut karena tidak mampu membayar dana nasabah dan kreditor (disebut kegagalan bank).

Modal yang tinggi mengurangi pendapatan yang diperoleh pemilik bank (modal dapat ditingkatkan dengan menaikkan laba ditahan atau menjual saham baru sehingga mengurangi dividen yang diterima pemegang saham). Hal itu menunjukkan adanya dilema/trade-of antara keamanan bank yang memiliki modal yang tinggi dengan keuntungan pemilik bank. Disisi lain, pemerintah menetapkan batas minimum modal bank karena bank memiliki kecenderungan untuk memegang modal dalam jumlah sedikit untuk meguntungkan pemilik bank.

Bank yang dalam situasi kekurangan modal, biasanya sulit bagi manajer bank untuk meningkatkan laba ditahan karena tidak disukai oleh pemilik bank (mengurangi pendapatan pemilik bank).Kondisi pasar modal (capital market) dalam keadaan yang ketat, menjual saham baru untuk meningkatkan modal bank juga menjadi sulit. Alternatif lain adalah memperkecil aktivitas bank, yaitu dengan mengurangi asset bank (misalnya dengan menarik kembali kredit atau menjual surat berharga) serta


(3)

kredit akan mengalami penurunan (credit crunch) apabila semua bank dan lembaga keuangan lainnya mengalami hal yang sama.

4. Model penilaian derajad kesehatan permodalan bank

Perbankan maupun perusahaan perlu dinilai kesehatannya, tujuan dari penilaian ini adalah mengetahui apakah kondisi bank tersebut yang sesungguhnya dalam keadaan sehat, kurang sehat atau tidak sehat.Bank dalam keadaan kondisi yang sehat perlu dipertahankan kesehatannya dan apabila bank dalam kondisi yang tidak sehat maka perlu diambil tindakan untuk memperbaiki kesehatannya. Penilaian kesehatan bank ini akan diketahui kinerja dari bank tersebut yang akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah yang bersangkutan.

Penilaian kesehatan bank dilakukan untuk bank konvensional juga untuk bank syariah, baik untuk bank umum syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah.Penilaian kondisi ini sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong peraturan kembali sistem penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.9/1/PBI/2007 tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007.


(4)

Penilaian kesehatan bank dalam komponen permodalan dihitung berdasarkan rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Berikut ini dapat dilihat secara ringkas predikat kesehatan bank yang akan ditunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1: Kesehatan Bank dari Sisi Modal

Rasio CAR Nilai Kredit Predikat

9,9 - …% 100 Sehat

8,1% 82 Sehat

8,0% 81 Sehat

7,9 - < 8,0% 65 Kurang Sehat

6,6 – 7,8% 64 Kurang Sehat

6,5% 51 Kurang Sehat

6,4% 50 Tidak Sehat

0,0 – 6,3% 0 Tidak Sehat

Sumber: I wayan Sudirman (2013)

5. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan penelitian di atas maka dibuat kerangka pikir penelitian untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang analisis perbandingan kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1


(5)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian di atas menjelaskan bahwa, untuk menganalisis tingkat kecukupan modal pada bank konvensional dengan bank syariah maka ditinjau dari kecukupan modalnya dengan menggunakan analisis CAR, dibutuhkan laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi yang dihasilkan kedua bank tersebut dan kemudian dianalisis kecukupan modalnya.CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank sehingga dari perhitungan tersebut dapat diklasifikasikanbahwa bank konvensional dengan bank syariah dalam predikat kondisi yang sehat atau tidak sehat.

6. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, rumusan penelitian, tujuan penelitian yang telah diuraikan dan dijelaskan pada latar belakang penelitian bahwa kondisi permodalan bank konvensional dan bank syariah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan namun permodalan bank konvensional lebih

Laporan keuangan bank konvensional dengan bank syariah

kurun waktu 3 tahun 2011 - 2013

Kecukupan modal CAR


(6)

besar dibandingkan permodalan bank syariah, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Bank konvensional dan bank syariah dalam kondisi yang sehat dilihat dari kecukupan modalnya

2. Bank konvensional lebih sehat permodalannya dibandingkan dengan bank syariah