HUBUNGAN ANTARA MARGIN BANK SYARIAH DENGAN BI RATE DAN SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA
KONVENSIONAL DI INDONESIA
(Skripsi)
Oleh
Izzuddin Yahya Alqassam
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(2)
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN MARGIN ISLAMIC BANK WITH BI RATE AND CONVENTIONAL BANK INTEREST RATES IN INDONESIA
By
IZZUDDIN YAHYA ALQASSAM
This study aims to determine the relationship between the Margin Islamic Bank, BI Rate, Interest Rates Conventional Banks in Indonesia during the period 2008: 1-2014: 12. The method used in this study is the Granger Causality Test. The data used is secondary data during the period 2008: 1-2014: 12.
The results showed that the margin Islamic Bank and BI Rate relates not significant at 95% confidence level. Margin Islamic Banking and Conventional Bank Loan Interest significant related at 95% confidence level. BI Rate and Interest Rates Bank
Conventional significant related at 95% confidence level.
(3)
SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA Oleh
IZZUDDIN YAHYA ALQASSAM
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara margin bank
Syariah, BIRatedan suku bunga kredit bank konvensional di Indonesia selama periode 2008:1–2014:12. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kausalitas
Granger. Data yang digunakan adalah data sekunder selama periode 2008:1–2014:12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Margin Bank Syariah dan BIRatetidak berhubunan signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Margin Bank Syariah dan Suku Bunga Kredit Bank Konvensional berhubunan signifikan pada tingkat keyakinan 95%. BIRatedan Suku Bunga Kredit Bank Konvensional berhubunan signifikan pada tingkat keyakinan 95%.
(4)
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT MARGIN BANK SYARIAH
DENGAN BI
RATE
DAN SUKU BUNGA BANK
KONVENSIONAL DI INDONESIA
Oleh
Izzuddin Yahya Alqassam
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(5)
Nama lengkap penulis adalah Izzuddin Yahya A, penulis dilahirkan pada tanggal
1 Juni 1994 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh
bersaudara, dari pasangan Hery Novpriansyah dan Nita Yunita Sari.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 5 Bandar
Lampung pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 3 Bandar
Lampung pada tahun 2008 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Bandar
Lampung pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Ujian
SNMPTN. Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL)
ke Bank Indonesia, Kementrian Koperasi dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Juli
2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Mulyajaya,
(6)
MOTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah : 5)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kita jatuh”.
(7)
Dengan puji syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi
beserta segala isinya dan nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membawa
dari zaman kegelapan ke zaman yang terang berderang, kupersembahkan karya
yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada:
Abi dan Umi tercinta Hery Novpriansyah dan Nita Yunita Sari yang telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang selalu memberikan semangat
dan dukungan, serta mendoakan keselamatan, kesehatan dan kesuksesanku.
Kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa.
Dan
Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan Jumlah Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional serta Jumlah Kantor Bank Umum Syariah dan Jumlah Kantor Bank Konvensional di Indonesia dari Tahun
2008-2014 ... 2 2. BI Rate, Suku bunga kredit Bank, dan Margin Bank Syariah
Konvensional periode 2008-2014... 4 3. Permintaan Uang Agregat Riil dan Suku Bunga ... 14 4. Terbentuknya Suku Bunga Ekuilibrium ... 17
(9)
Tabel Halaman
1. Total Pendapatan Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum (BU)
Konvensional Tahun 2008 - 2014 ... 6
2. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 38
3. Nama Variabel, Simbol, Ukuran dan Sumber Data ... 41
4. Hasil Uji Unit Root denganAugmented Dickey-Fuller(ADF) pada Tingkat Level... 46
5. Hasil Uji Unit Root denganAugmented Dickey-Fuller(ADF) pada Tingkat first difference... 47
6. Hasil Uji Penentuan Lag Optimum ... 47
7. Hasil Uji KointegrasiEngel-Granger(EG) ... 48
(10)
(11)
(12)
(13)
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsiyang berjudul “Hubungan Antara Margin Bank Syariah
dengan BIRatedan Suku Bunga Bank Konvensional di Indonesia”sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Marselina, S.E., M.P.M selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan
(14)
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan perhatian, nasihat, motivasi dan semangat selama
menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7. Abi dan Umi tercinta, Hery Novriansyah dan Nita Yunita Sari. Terima kasih
atas cinta dan kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama ini,
kesabaran serta doa yang tidak pernah lelah demi yang terbaik untuk
anak-anaknya.
8. Kakak, adikku, dati dan keluarga besar tersayang dan tercinta. Terimakasih
atas dukungan, semangat dan motivasi untuk terus berjuang.
9. Sahabat-sahabat tersayang dan seperjuangan di waktu kuliah. Putri, Dewi,
Cella,Yoga, Ayu, Aulia, Arga, Sofyan, Panji, Ikram, Edo, Botak, Ruhan,
Nanang, Ridel, Incang, Iduy, Amri, dan Devin yang selalu memberikan
semangat, doa, dukungan, membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat Ekonomi Pembangunan 2011, Gita N, Gita L, Yesi, Butet,
Nurul, Zahara, Tria, Amri, Richard, Nanang, Masruhan, Ayuni, Caca, Glady,
Iin, Cahya, Tari, Suci Y, Ika, Indah, Yeni, Suci M serta seluruh teman-teman
EP’11 yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada.
Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya selama ini.
11. Teman dan sahabat SMA 4 Pakci, Nando, Fahri, Uci, Boing, Ikram yang
(15)
13. Kakak tingkat EP 2009 dan 2010 serta adik tingkat EP 2012, 2013, dan 2014.
14. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 17 November 2015
Penulis,
(16)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. ManfaatPenelitian ... 10
E. KerangkaPemikiran ... 10
F. Hipotesis ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. LandasanTeori ... 14
1. Teori Penawaran dan Permintaan Uang ... 14
2. Teori Suku Bunga ... 16
3. Keseimbangan Suku Bunga ... 18
4. Bank Syariah ... 19
5. Tingkat Margin Bank Syariah ... 22
6. Bank Konvensional ... 24
7. Suku Bunga Bank Konvensional ... 25
(17)
9. Bank Indonesia Syariah (BIS) ... 29
10.BI Rate ... 38
B. Tinjauan Empirik ... 39
III.METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41
B. Sumber Data dan Variabel ... 42
C. Definisi Variabel Penelitian ... 42
D. Teknik Analisis Data ... 43
1. Uji Stasioner ... 43
2. Penentuan Lag Optimum ... 44
3. Uji Kointegrasi ... 45
4. Uji Kausalitas Granger ... 45
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA
(18)
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sektor ekonomi di Indonesia saat ini sangat pesat yang ditandai
dengan pertumbuhan bank-bank umum konvensional dan bank-bank syariah di
Indonesia.Perbankan syariah menjadi awal tumbuhnya perekonomian syariah di
Indonesia, hal ini membuktikan bahwa penerapan ekonomi syariah mulai diminati
oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim.Perkembangan bank
syariah diawali dengan berdirinya Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank
Muamalat pada tahun 1991 sebagai BUS pertama di Indonesia. Sama halnya
seperti bank konvensional lainnya, bank syariah juga merupakan lembaga
intermediasi keuangan yang menyalurkan dana dari pihak ketiga yang mempunyai
dana lebih kepada pihak yang membutuhkan dana. Perbedaannya jika bank
konvensional membebankan bunga kepada nasabah, sementara menurut UU No.7
Tahun 1992 pasal 1 bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam
melakukan kegiatan kreditnya melainkan dengan sistem bagi hasil yang dikenal
dengan istilah margin. Prinsip bagi hasil atau margin pada Bank Umum Syariah
(BUS) bertujuan untuk memberikan kemaslahatan bagi nasabah dengan
menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah (Rahman,1980). Isi dalam UU
(19)
mengenaidual banking systematau sistem perbankan ganda dimana terselenggara
dua sistem perbankan yaitu konvensional dan syariah yang berdampingan.Sistem
ini semakin mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia. Sampai
Desember 2014 di Indonesia telah terdapat sebanyak 12 bank syariah dengan
2.151 kantor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sementara bank umum
memiliki 119 bank dengan 19.948 kantor.
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Gambar 1. Perkembangan Jumlah Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional serta Jumlah Kantor Bank Umum Syariah dan Jumlah Kantor Bank Konvensional di Indonesia dari Tahun 2008-2014.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2008 awalnya hanya terdapat
5 bank umum syariah dengan 581 kantor di Indonesia kemudian bertambah 1 pada
tahun 2009. Perkembang bank syariah nampaknya mulai terlihat ditahun 2010,
dimana bank syariah telah menjadi 11 bank dan tahun 2014 bertambah menjadi 12
bank dengan jumlah kantor sebanyak 2.151 yaitu 10,78% dari jumlah kantor bank
umum konvensional.Menurut Alamsyah (2012) kemajuan yang signifikan ini
0 5000 10000 15000 20000 25000 0 20 40 60 80 100 120 140
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
jumlah bank syariah jumlah bank umum
(20)
3
dikarenakan beberapa faktor.Pertama, ekspansi jaringan kantor perbankan syariah
yang berdekatan sehingga memudahkan akses nasabah dalam membuka rekening
bank syariah. Kedua, upaya peningkatan kualitas pelayanan bank syariah, seperti
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),mobile banking maupuninternet banking.
Ketiga, program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang semakin gencar
untuk meningkatkan minat masyarakat akan bank syariah. Keempat adalah
pengesahan beberapa undang-undang yang memberikan kepastian hukum dan
meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti UU No.21 tahun 2008,
UU No.19 tahun 2008 dan UU No.42 tahun 2009. Seiring bertambahnya jumlah
bank umum syariah diikuti juga oleh kantor bank yang terus bertambah. Hal ini
untuk mempermudah nasabah dalam transaksinya melalui mediasi bank syariah.
Sama seperti bank konvensional, bank syariah juga terikat dalam berbagai
regulasi pada seluruh kegiatannya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Bank
Indonesia(BI) sebagai bank sentral menurut Undang-Undang No.6 Tahun 2009
memiliki tujuan utama untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan mengatur secara
umum. Wewenang yang dilakukan BI untuk mencapai tujuan tersebut berupa
kebijakan moneter yang pelaksanaannya mencakup pengendalian uang beredar,
uang primer, dan kredit perbankan. Salah satu tugas BI dalam mengatur kredit
perbankan adalah menetapkan tingkat suku bunga yang menjadi rujukan oleh
lembaga keuangan di Indonesia.Dalam menetapkan BIRate, BI melihat
perkembangan inflasi sebagai salah satu faktor pertimbangan. Apabila inflasi
melebihi batas yang telah diperkirakan, maka BIrateakan dinaikan sehingga
tingkat suku bunga bank umum akan meningkat yang kemudian menyebabkan
(21)
beredar mengalami penurunan yang pada akhirnya tingkat inflasi akan turun.
Sebaliknya BIrateakan diturunkan apabila inflasi yang diperkirakan berada
dibawah sasaran yang ditetapkan, penurunan tingkat suku bunga bank umum akan
menambah minat masyarakat untuk mengajukan pinjaman sehingga menambah
jumlah uang beredar.
BIRateyang telah ditetapkan oleh bank sentral dijadikan acuan bagi seluruh
perbankan di Indonesia termasuk bank konvensional dan bank syariah. Suku
bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional tidak dapat kurang atau lebih
tinggi dari ketentuan yang diberlakukan BI atas BIRate(Bank Indonesia,
2014).Tetapi pada kenyataannya bank konvensional sangat kaku dalam
menetapkan tingkat suku bunga kredit, kekakuan tingkat suku bunga (rigidity
interest rate) tersebut dikarenakan adanyaprofit orientedpada bank konvensional
itu sendiri (Sigit, 2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah.
Sumber: Bank Indonesia (BI)
Gambar 2. BIRatedan Suku bunga kredit Bank Konvensional periode
2008-2014 0 5 10 15 20 25
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
(22)
5
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa perkembangan penetapan tingkat suku bunga
kredit bank konvensional mengikuti pergerakan BIRate,dengan selisih rata-rata
5,18% antara 4,33% sampai 6,05%. Misalkan pada tahun 2008 saat terjadi krisis
di Indonesia, BI menetapkan tingkat BIRateyang tinggi sebesar 9,25%
sedangkan suku bunga kredit bank konvensional sebesar 13,99%. Setelah
perekonomian Indonesia membaik pada tahun 2009, BIRateturun menjadi 6,5%
dan suku bunga kredit bank konvensional 12,55%. Sampai tahun 2012 BIRate
dan tingkat suku bunga bank konvensional terus mengalami penurunan sampai
pada tingkat 5,75% dan 11,28%. Kemudian pada tahun 2013 dan 2014 BI
Ratemengalami kenaikan sampai pada tingkat 7,5% dan 7,75% yang diiringi
dengan kenaikan tingkat suku bunga kredit yang mencapai 11,83% dan 12,36%.
Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan bunga dalam kegiatan
kreditnya, bank syariah menggunakan system bagi hasil yang disebut dengan
margin. Pada Gambar 3 akan dijelaskan perbandingan antara Margin bank syariah
dan bunga bank konvensional.
Sumber: Bank Indonesia (BI)
Gambar 3. Margin Bank Syariah dan Suku bunga kredit Bank Konvensional periode 2008-2014
0 10 20 30 40
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
(23)
Lalu dapat dilihat juga dari Gambar 2 bahwa dari tahun 2008 sampai tahun 2014
margin bank syariah selalu lebih besar dari suku bunga kredit bank konvensional.
Hal ini disebab karena sistem bagi hasil atau margin adalah sistem dengan terlebih
dahulu melakukan perjanjian yang melibatkan pihak bank dan nasabah dalam
melakukan usahanya (Muljono, 2001). Besarnya bagi hasil ditentukan sesuai
kesepakatan bersama dan harus terjadi kerelaan pada masing-masing pihak tanpa
ada paksaan di dalamnya (Afif, 2005). Bank syariah juga mengantisipasi dari
kenaikan suku bunga atau inflasi, sehingga apabila terjadi kenaikan suku bunga
yang besar maka bank syariah tidak mengalami kerugian. Apabila suku bunga
tetap atau turun maka margin bank syariah akan lebih besar dari suku bunga kredit
bank syariah (Muhammad, 2005).
Mekanisme perhitungan bagi hasil pada bank syariah terdiri dari dua sistem, yaitu
profit sharingadalah perhitungan bagi hasil yang menggunakan laba pada
pengelolaan dana sebagai dasardanrevenue sharingadalah yang menggunakan
pendapatan dari pengelola dana sebagai dasar perhitungan. Dari bagi hasil dan
kredit tersebut bank syariah dan bank konvensional memperoleh sebagian
(24)
7
Tabel 1.Pendapatan Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum (BU) Konvensionaltahun 2008-2014 (miliar rupiah).
Tahun BUS Δ BUS BU Δ BU
2008 5.848 0 201.775 0
2009 8.975 0.53% 233.75 0.16% 2010 11.119 0.23% 251.562 0.08% 2011 15.412 0.39% 298.261 0.18% 2012 17.734 0.15% 391.28 0.31% 2013 27.207 0.53% 485.188 0.24% 2014 30.120 0.11% 568.014 0.17%
Δ - 0.33% - 0.19%
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa pendapatan bank syariah terus meningkat dari
Rp 5.848 miliar di tahun 2008 menjadi Rp 30.120 miliar pada tahun 2014. Begitu
pula dengan pendapatan bank konvensional yang juga terus meningkat dari Rp
201.775 miliar di tahun 2008 menjadi Rp 568.014 miliar. Sedangkan rata-rata
persentase perubahan pendapatan bank syariah sebesar 0,33% lebih besar dari
bank umum yang hanya sebesar 0,19%. Hanya pada tahun 2012 dan 2014
persentase perubahan pendapatan bank konvensional lebih besar dari bank
syariah. Ini membuktikan bahwa dengan menggunakan model bagi hasil atau
margin peningkatan pendapatan perbankan syariah lebih besar dari model suku
bunga yang digunakan oleh perbankan bank umum konvensional. Hal tersebut
terjadi karena belakangan ini perkembangan bank syariah lebih pesat dan
masyarakat mulai lebih tertarik dengan konsep yang diberikan oleh bank syariah
sehingga nasabah pada bank syariah meningkat lebih signifikan dibandingkan
bank umum konvensional.
BIRatememiliki hubungan dengan margin bank syariah. Tingkat BIRatesearah
(25)
maka margin juga akan menurun (Heykal, 2005). Perbankan syariah tetap perlu
mengacu pada pergerakan dari BIRate,sebab masih banyak masyarakat dan
investor yang melihat pergerakan dari suku bunga sebagai acuan mereka
menyimpan dana (Arumdhani, 2011). Menurut penelitian Sari (2012) tentang
pengaruh pembiayaanmurabahahdan tingkat BIRateterhadap margin
murabahahdiperoleh bahwa secara parsial tingkat BIRatetidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan marginmurabahah.Penelitian lainnya (Gumilar,
2013) yang meneliti tentang Pengaruh BIRateterhadap pembiayaanmurabahah
pada bank umum syariah memperoleh hasil bahwa BIRateberpengaruh negatif
secara signifikan terhadap pembiayaanmurabahah. (Qomariyah,2014) tentang
konsep penentuan margin pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
menunjukkan bahwa penetapan margin yang dilakukan oleh BMI sama dengan
suku bunga kredit yang berlaku di bank konvensional. Sistem penentuan margin
dalam pembiayaan bank syariah yang diduga tidak merujuk pada BIRate, lalu
bagaimana BI dapat mengendalikan atau mengontrol kegiatan-kegiatan perbankan
syariah yang saat ini berkembang pesat di Indonesia.
Suku bunga kredit bank konvensional memiliki hubungan dengan margin bank
syariah, hal ini dikarenakan persaingan antara bank konvensional dan bank
syariah tersebut ketika bank konvensional meningkatkan suku bunga maka bank
bank syariah akan meningkatkan bagi hasilnya pula, sedangkan bagi hasil pada
bank syariah sangat dipengaruhi oleh pendapatan bank syariah yang salah satunya
berasal dari pembiayaan sehingga bank syariah akan menaikan margin dari
pembiayaannya juga (Tarsidin, 2010). Lalu berdasarkan teori utilitas dalam
(26)
9
konvensional menaikan suku bunga kreditnya mengikuti BIRatetetapi margin
dari bank syariah tidak lebih baik dari suku bunga kredit bank konvensional maka
nasabah akan lebih cenderung untuk melakukan kerjasama dengan bank
konvensional. Dikarenakan hal itu dengan adanya perubahan dari suku bunga
kredit bank konvensional, maka bank syariah harus merubah margin yang dapat
lebih bersaing agar nasabah dapat bekerjasama dengan bank syariah.
Berdasarkan masalah-masalah latar belakang dan berbagai pandangan peneliti di
atas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat margin
bank syariah dengan tingkat BIRatedan suku bunga bank umum konvensional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah
1. Apakah margin bank syariah memiliki hubungan kausalitas dengan tingkat BI
Rate?
2. Apakah margin bank syariah memiliki hubungan kausalitas dengan suku
bunga kredit bank konvensional?
3. Apakah suku bunga kredit bank konvensional memiliki hubungan kausalitas
dengan BIRate?
4. Kebijakan apakah yang dilakukan Bank Indonesia dalam mengendalikan bank
(27)
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah margin bank syariah memiliki hubungan dengan BIRate.
2. Mengetahui apakah margin bank syariah memiliki hubungan tingkat suku
bunga kredit bank konvensional.
3. Mengetahui apakah suku bunga kredit bank konvensional memiliki hubungan
BIRate.
4. Mengetahui kebijakan apa saja yang dilakukan Bank Indonesia dalam
mengendalikan bank syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan bahan pertimbangan
otoritas kebijakan moneter dan bank syariah dalam mengambil kebijakan.
E. Kerangka Penelitian
BIRatememiliki hubungan dengan margin bank syariah. Tingkat BIRatesearah
dengan margin bank syariah yang artinya jika BIRatemengalami penurunan
maka margin juga akan menurun (heykal, 2005). Perbankan syariah tetap perlu
mengacu pada pergerakan dari BIRate,sebab masih banyak masyarakat dan
investor yang melihat pergerakan dari suku bunga sebagai acuan mereka
menyimpan dana (Arumdhani, 2011).
Suku bunga kredit bank konvensional memiliki hubungan dengan margin bank
(28)
11
syariah tersebut ketika bank konvensional meningkatkan suku bunga maka bank
bank syariah akan meningkatkan bagi hasilnya pula, sedangkan bagi hasil pada
bank syariah sangat dipengaruhi oleh pendapatan bank syariah yang salah satunya
berasal dari pembiayaan sehingga bank syariah akan menaikkan margin dari
pembiayaannya juga (Tarsidin, 2010). Lalu berdasarkan teori utilitas dalam
hubungan suku bunga bank konvensional dengan bank syariah adalah ketika bank
konvensional menaikan suku bunga kreditnya mengikuti BIRatetetapi margin
dari bank syariah tidak lebih baik dari suku bunga kredit bank konvensional maka
nasabah akan lebih cenderung untuk melakukan kerjasama dengan bank
konvensional. Dikarenakan hal itu dengan adanya perubahan dari suku bunga
kredit bank konvensional, maka bank syariah harus merubah margin yang dapat
lebih bersaing agar nasabah dapat bekerjasama dengan bank syariah.
Dari uraian sebelumnya maka kerangka penelitian dari penelitian ini:
Tingkat Margin Bank Syariah
BIRate
Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional
(29)
F. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Diduga margin pada bank syariah memiliki hubungan dengan BIRate.
2. Diduga margin pada bank syariah memiliki hubungan dengan suku bunga
kredit bank konvensional.
3. Diduga suku bunga kredit bank konvensional memiliki hubungan dengan BI
Rate.
G. Sistematika Penulisan.
Untuk memberikan gambaran secara garis besar tentang apa yang menjadi isi dari
penulisan ini maka dikemukakan susunan dan rangkaian masing- masing bab,
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, kerangka penelitian, dan
hipotesis.
(30)
13
Bab ini berisi tentang metodelogi penelitian yang digunakan meliputi variable
penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, dan metode analisa data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang deskriptif obyek penelitian, analisa data dan
pembahasannya.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang simpulan atas hasil pembahasan analisa dan
penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang bermanfaat untuk
penelitian selanjutnya
LAMPIRAN Daftar Pustaka
(31)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.Teori Penawaran dan Permintaan Uang
Penawaran uang adalah semua arus moneter yang oleh bank sentral disebut M1,
yaitu jumlah total uang kartal dan uang giral yang dimiliki oleh semua rumah
tangga dan perusahaan. Penawaran uang perekonomian suatu negara dikendalikan
oleh bank sentral. Bank sentral secara langsung mengatur jumlah uang kartal yang
beredar dan secara tidak langsung mengatur jumlah simpanan atau uang giral pada
bank-bank swasta (Krugman, 2005).
Permintaan uang secara keseluruhan (agregat money demand) adalah total
permintaan uang dari seluruh rumah tangga dan perusahaan disuatu negara.
Permintaan uang agregat pada dasarnya adalah jumalah dari seluruh permintaan
uang individu. Terdapat tiga faktor yang menentukan tingkat permintaan uang
agregat, yaitu :
a. Suku bunga.
Kenaikan yang terjadi pada suku bunga akan mengakibatkan individu dan
(32)
15
b. Tingkat harga.
Tingkat harga adalah jumlah dari seluruh jenis harga barang dan jasa yang
dinyatakan dalam satuan uang tunai. Jika tingkat harga mengalami kenaikan,
maka rumah tangga dan perusahaan akan memerlukan lebih banyak uang untuk
membeli barang dan jasa dalam kuantitas yang sama. Sehingga jika tingkat harga
naik, maka permintaan uang agregat juga mengalami kenaikan.
c. Pendapatan nasional riil.
Ketika pendapatan nasional riil (GNP) meningkat, maka jumlah barang dan jasa
yang terjual juga meningkat. Kenaikan dari transaksi riil ini akan memperbesar
permintaan uang jika tingkat harga barang dan jasa tetap.
Jika Padalah harga, R adalah suku bunga dan Y adalah GNP, maka permintaan
uang agregat (M d) dapat dirumuskan menjadi :
M d = P x L(R, Y)
Nilai L(R, Y)akan turun jika Rmeningkat, namun bila yang meningkat adalah Y,
maka nilai L(R, Y)juga akan mengalami peningkatan.
Gambar 3. Permintaan Uang Agregat Riil dan Suku Bunga Permintaan uang
agregat riil Suku bunga, R
(33)
Pada Gambar 3. Dapat dilihat bagaimana permintaan uang agregat riil dapat
dipengaruhi oleh suku bunga, jika nilai dari tingkat pendapatan riil ( Y ) tetap.
Garis lengkung L(R, Y) yang melambangkan permintaan uang agregat riil turun
dari kiri atas ke kanan bawah, karena penurunan suku bunga akan mempengaruhi
meningkatnya minat rumah tangga dan perusahaan untuk memiliki uang tunai.
2. Teori Suku Bunga
Suku bunga adalah persentase yang dibayarkan dari utang pokok yang
dipinjamkan sebagai imbalan jasa peminjaman dalam periode tertentu
(Karl,2001). Dalam pengertian lain suku bunga adalah harga dari pinjaman yang
dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu dan merupakan suatu
ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan
kepada kreditur (Sunariyah,2004). Ada dua faktor yang menentukan nilai suku
bunga, faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional,
jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi suku bunga
luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga (Ramirez,1999).
Suku bunga dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Suku bunga nominal
Suku bunga nominal adalah suku bunga atas uang yang di ukur dengan uang.
Suku bunga nominal ini mengukur pendapatan uang per tahun yang di
(34)
17
b. Suku bunga riil
Suku bunga riil adalah suku bunga yang berubah disebabkan oleh inflasi, dihitung
sebagai suku bunga nominal dikurangi inflasi (r = i-π).Suku bunga dapat mengalami fluktuasi naik atau turun. Jika suku bunga naik minat masyarakat
untuk menabung akan meningkat yang akan menyebabkan menurunnya jumlah
uang beredar lalu akan berpengaruh negatif kepada inflasi. Sebaliknya jika suku
bunga turun maka minat masyarakat untuk menabung pun turun (Prasetiantono,
2000).
Ada beberapa teori mengenai suku bunga, antara lain :
a. Teori suku bunga klasik
Menurut pandangan teori klasik, suku bunga dapat menentukan besarnya
tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian kemudian
menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan
selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Investasi yang juga merupakan salah
satu fungsi dari suku bunga, sehingga semakin besar suku bunga keinginan
masyarakat untuk berinvestasi menjadi rendah.
b. Teori suku bunga Keynes
Berbeda pandangan dengan klasik, Keynes menganggap tingkat bunga adalah
suatu fenomena moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Teori Keynes menjelaskan bahwa keadaan perekonomian
sebelum mencapai full employment dalam jangka pendek. Teori Keynes
menjelaskan tentang penetapan subu bunga yang rendah untuk dapat
(35)
3. Keseimbangan Suku Bunga (Interaksi Penawaran dan Permintaan Uang)
Keseimbangan suku bunga adalah suku bunga yang terbentuk saat keseimbangan
pasar uang terjadi. Keseimbangan dalam pasar uang terjadi jika penawaran uang
yang telah diatur oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral sama dengan
permintaan uang agregat. Jika Ms adalah penawaran uang dan Md adalah
permintaan uang, maka kondisi keseimbangan dapat disimbolkan Ms = Md.
Gambar 4. Terbentuknya Suku Bunga Ekuilibrium
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa keseimbangan pasar uang terjadi pada
titik 1 saat permintaan dan penawaran uang sama besarnya. Jika keseimbangan
pasar terjadi di titik 1, maka suku bunga keseimbangan adalah R1. Terlepas dari
tingkat harga dan output, keseimbangan suku bunga tersebut adalah faktor yang
menunjukkan penawaran uang riil sama dengan permintaan uang riil agregat.
Kepemilikan uang secara riil Suku bunga, R
R2
R1
R3
Q 2
Q 1
Q 3
Permintaan uang agregat riil, L(R, Y)
Penawaran uang secara riil
1 2
(36)
19
4. Bank Syariah
Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi
kredit dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah (Sudarsono, 2004). Pandangan lain
mengatakan bank syariah merupakan bank yang dalam melakukan usahanya
berdasarkan prisip atau hukum syariah dengan selalu mengacu kepada Al-Quran
dan Al-Hadist (Dahlan, 2004). Sedangkan menurut UU No.10 Tahun 2008
mengenai perbankan syariah, disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang
menjalan kegiatannya dengan landasan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri dari bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
Sebagai lembaga intermediasi yang sama seperti bank konvensional, bank syariah
memiliki prinsip berbeda tentang bagaimana dasar-dasar pendapatan. Menurut
pasal 1 ayat 13 UU No.10 Tahun 1998, bank syariah melakukan perjanjian
berdasarkan hukum Islam dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
(37)
produk-produk yang dibagi menjadi lima, yaitu titipan atau simpanan, bagi hasil, jual beli,
sewa dan jasa.
Produk bank syariah yang berupa titipan atau simpanan yaitu :
a. Al-wadiah, yaitu jasa dimana dana yang dititipankan dapat diambil
sewaktu-waktu oleh penitip. Dengan sistem wadiah bank diperbolehkan untuk
memberikan bonus kepada nasabah.
b. Deposito mudharabah, yaitu penyimpanan dana yang dilakukan nasabah
dalam periode tertentu dimana nisbah bagi hasil dari investasinya tersebut
disepakati oleh pihak bank dan nasabah.
Produk bank syariah yang berupa bagi hasil yaitu :
a. Al-Musyarakah, adalah penerapan konsep partnership. Bank dan nasabah
akan menentukan keuntungan yang akan dibagikan, sedangkan bila terjadi
kerugian akan dibebankan sesuai dengan ekuitas yang dimiliki.
b. Al-Mudharabah, adalah kesepakatan yang dilakukan oleh penyedia modal dan
yang menjalankan usaha. Kesepakatan telan mencakup keuntungan yang akan
dibagi, sedangkan kerugian akan dibebankan kepada bank sebagai penyedia
modal, kecuali kerugian yang disebabkan kesalahan dan penyimpangan
(38)
21
c. Al-Muzara’ah, adalah penyediaan dana dari bank untuk usaha yang bergerak pada bidang pertanian atau perkebunan dengan sistem bagi hasil yang dihitung
dari hasil panen.
d. Al-Musaqah, merupakan konsep dimana nasabah hanya menjalankan
pengelolaan dari usaha pertanian atau perkebunan dari bank. Sebagai
imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari dari panen.
Produk bank syariah yang berupa jual beli yaitu :
a. Bai’ Al-Murabahah, adalah pembelian barang yang dilakukan sesuai yang dibutuhkan nasabah. Kemudian barang tersebut akan dijual kembali kepada
nasabah dengan harga yang telah dinaikan sesuai penetapan bank dan nasabah
dapat mengangsur pembayaran atas barang tersebut.
b. Bai’ As-Salam, adalah pembelian barang yang dilakukan dikemudian hari sesuai kebutuhan nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan terlebih dahulu.
Penetapan harga yang dibayarkan nasabah dilakukan dengan kesepatan kedua
belah pihak.
c. Bai’ Al-Istishna’, adalah penerapan bai’ as-salam khusus. Pembayaran bisa dilakukan saat kontrak, dapat dianggsur atau dibayar kemudian hari.
Produk bank syariah yang berupa sewa yaitu :
a. Al-Ijarah, adalah akad pemindahan hak guna barang dan jasa dengan
(39)
b. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik, merupakan akad yang sama dengan al-ijarah. Bedanya saat akhir masa sewa terjadi perpindahan hak milik atas barang.
Produk bank syariah yang berupa jasa yaitu :
a. Al-Wakalah, adalah akad pada transaksi perbankan syariah.
b. Al-Kafalah, adalah pemberian jaminan yang dilakukan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua.
c. Al-Hawalah, akad memindahkan hutang.
d. Ar-Rahn, akad gadai sesuai dengan syariah.
e. Al-Qardh, adalah akad pemberian pinjaman berupa uang atau lainnya tanpa
mengharapkan imbalan
5. Tingkat Margin Bank Syariah
Margin atau keuntungan dalam bank syariah menggunakan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil adalah sistem yang melakukan perjanjian yang dilakukan pihak
bank dan nasabah dalam melakukan kegiatan usahanya. Salah satu tujuan dari
penetapan margin pada bank syariah adalah untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal, dengan begitu bank syariah bisa memberikan bagi hasil yang maksimal
juga.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan margin keuntungan
pembiayaan berdasarkan rekomnedasi tim ALCO (Asset Liabilities Committe)
(40)
23
1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR), yaitu tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah yang ditetapkan dalam ALCO sebagai pesaing
langsung terdekat.
2. Indirect Competito’s Market Rate (ICMR), yaitu tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata-rata-rata suku bunga beberapa bank
konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok pesaing tidak
langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang
dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok competitor tidak langsung yang
terdekat.
3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI), yaitu biaya yang
dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh
dana pihak ketiga.
4. Overhead cost, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Beberapa metode penentuan return pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Mark up pricing, yang menjadikan biaya produksi sebagai komponen
utamanya.
b. Target return pricing, yaitu penentuan harga jual produk yang bertujuan
mendapat tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan. Dalam bahasan
(41)
c. Perceived value pricing, yaitu penentuan harga dengan tidak
menggunakan variable harga sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan pada
harga pokok pesaing di mana perusahaan melakukan penambahan atau
perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.
d. Value pricing, yaitu kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang
berkualitas tinggi.
e. Going rate pricing, yaitu kebijakan penentuan harga dengan menggunakan
tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark).
Terdapat dua sistem perhitungan bagi hasil yang diterapkan perbankan syariah,
yaitu :
1. Profit Sharing
Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang menggunakan laba pada
pengelolaan dana sebagai dasar.
2. Revenue Sharing
Revenue sharing adalah yang menggunakan pendapatan dari pengelola dana
sebagai dasar perhitungan.
6. Bank Konvensional
Menurut UU No.10 Tahun 1998, bank konvensional adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
(42)
25
menawarkan produk-produk yang gunanya untuk menyerap dana masyarakat,
misalnya tabungan, deposito dan gori. Setelah menyerap dana masyarakat dana
tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dengan bentuk kredit, misalnya
kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.
Sumber pendapatan pada bank konvensional berasal dari :
a. Spread bunga.
b. Fee yang didapat dari jasa pembayaran, penyimpanan, perantara, sewa, dan
penjaminan.
c. Fee dari produk-produk yang dikembankan dalam kontrak derivatif.
Prinsip bank konvensional menggunakan dua metode (Martono, 2002), yaitu :
a. Menetapkan bungan sebagai harga, baik untuk produk simpanan maupun
pinjaman.
b. Untuk jasa-jasa lainnya, bank konvensional menggunakan berbagai biaya
nominal atau presentase tertentu.
7. Suku Bunga Bank Konvensional
Bunga adalah imbalan jasa atas pinjaman uang, imbal jasa ini merupakan suatu
kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang pinjaman
tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut pokok utang
(principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa
(bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga. Miller, RL dan
(43)
uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah
rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Jenis-jenis bunga yang ada pada bank
konvensional adalah bunga tetap, bunga mengambang, bunga flat, bunga efektif
dan bunga antusias.
Penentuan sistem bunga dalam bank konvensional sebagai berikut :
1. Suku bunga yang ditentukan pada waktu akad dengan pedoman keuntungan
untuk pihak bank.
2. Besarnya presentase didasarkan dari jumlah uang yang dipinjamkan.
3. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat tidak mengikat meskipun
keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi membaik.
4. Pemberian bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek
yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi.
8. Bank Indonesia (BI)
Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah lembaga yang independen menurut
undang-undang No.23 Tahun 1999. Bank Indonesia bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya dalam mengerjakan tugas dan wewenang,
kecuali apa-apa saja yang telah diatur dalam undang-undang. Status dan
kedudukannya yang khusus tersebut diperlukan BI agar dapat melaksanakan
perang dan fungsinya secara efektif dan efisien sebagai otoritas moneter. Adapun
tujuan dari BI adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, baik
nilai rupiah terhadap barang dan jasa maupun kestabilan nilai rupiah terhadap
(44)
27
Ada tiga pilar yang merupakan tiga bida tugasnya dalam mencapai tujuannya,
yaitu :
a. Stabilitas Sistem Keuangan
Arti stabilitas system keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian
terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sector keuangan.
Ketidak stabilan system keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab
dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi Antara kegagalan pasar,
baik karena factor structural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat
bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). Risiko yang
sering menyertai kegiatan dalam system keuangan antara lain risiko kredit, risiko
likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.
Meningkatnya kecenderungan globalisasi sector finansial yang didukung oleh
perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin
terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk
keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin
tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan
sumber-sumber pemicu ketidak stabilan sistem keuangan meningkat dan semakin
beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidak stabilan
tersebut.
Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih
bersifat forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk
(45)
system keuangan mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya
dilakukan analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin
membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan
perekonomian.
b. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran.
Dibidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga
yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta
mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam
rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang melaksanakan, member persetujuan dan perizinan atas adanya jasa
sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time,
sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya misalnya sistem pembayaran
berbasis kartu.
Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan
handal, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan sesuai
dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print System Pembayaran Nasional.
Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran
sebagian besar dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening bank di Bank
Indonesia, hubungan bilateral antar bank maupun melalui jaringan internal bank
yang dimilikinya.
c. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan
(46)
29
kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan
memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan
dengan menetapkan suku bunga (BI Rate).
9. Bank Indonesia Syariah (BIS)
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka
dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur
Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang
semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem
perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung
mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi
masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi,
investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan
yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh
(47)
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan
berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan
produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan
bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,
yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih
dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri
perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin
signifikan.
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan
posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan
syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah
menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam
penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif,
(48)
perangkat-31
perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia
internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai
mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih
makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem
Keuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan
lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial
Services Board), AAOIFI dan IIFM.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan
terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian
nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional
selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur
Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya
pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang
mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada
tingkat nasional.
“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi
dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis
dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai
sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar
(49)
dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi
mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya.
Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan
pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan
Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi
memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank
Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka
bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan
yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang
dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang
dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi
sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya
dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan
senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.
Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan sistem bunga dalam
kegiatan tabungan dan kreditnya. Bank Indonesia (BI) dapat mengendalikan bank
konvensional dengan menetapkan BI Rate yang dijadikan acuan bagi bank
konvensional dalam menentukan bunga. Sedangkan bank syariah yang dikenal
sebagai sistem perbankan yang tidak mengenal sistem bunga atau interest-free
banking. Suku bunga pada bank syariah dikenal dengan margin atau bagi hasil
(50)
33
mengatur bank syariah dalam kegiatannya. Lalu kebijakan apa yang bisa
dilakukan Bank Indonesia yang salah satu fungsinya adalah mengatur dan
mengawasi bank-bank, jika kebijakan moneter berupa BI Rate tidak bisa menjadi
acuan bank syariah yang tidak mengenal sistem bunga.
Melihat pesatnya pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia, Bank
Indonesia telah merumuskan paradigma kebijakan yang akan ditempuh. Adapun
paradigma kebijakan tersebut yaitu:
a. Market driven, di mana bank Indonesia bersama stakeholder yang lain akan
melakukan public education kepada masyarakat untuk mendukung proses
positioning. Hal ini terjadi karena industri perbankan syariah tumbuh sebagai
realisasi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan keuangan
dan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah.
b. Fair treatment, yang artinya pengembangan kerangka ketentuan maupun
upaya bagi penyempurnaan infrastruktur industri dilakukan berdasarkan
konsep perlakuan yang sama, yang mengakomodasi ciri-ciri operasional
khusus perbankan syariah, serta penyusunan program pengembangan yang
disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan industri.
c. Gradual and sustainnable approach, yaitu program pengembangan perankan
dapat dipandang sebagai suatu upaya transformasi suatu industri yang
dilakukan menurut fokus dan prioritas dalam suatu tahapan yang terstruktur
(51)
d. Comply to shariah principles, yang artinya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah yang merupakan suatu argumen utama keberadaan industri perbankan
syariah. Adapun implementasi kepatuhan terhadap prinsip syariah merupakan
upaya untuk menginkorporasi nilai-nilai syariah, baik dalam skema transaksi
keuangan sampai kepada implementasinya dalam mengelola usaha yang
tercermin dalam corporate governanceindustri perbankan syariah yang baik.
Selanjutnya sejalan dengan paradigma kebijakan perbankan syariah, Bank
Indonesia menerbitkan beberapa ketentuan yang telah disusun pada tahun 2010
merupakan petunjuk pelaksanaan dari pengaturan perbankan syariah yang telah
disusun pada tahun 2009 yaitu Peraturan BI mengenai Uji Kemampuan dan
Kepatutan (Fit and Proper Test) bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
Adapun beberapa ketentuan yang telah diterbitkan dalam rangka petunjuk
pelaksanaan Peraturan Bank indonesia sebelumnya antara lain adalah:
a. Surat Edaran BI No.12/6/DPbs tanggal 28 Maret 2010 perihal Uji
Kemampuan dan kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
b. Surat Edaran BI No.12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 perihal
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan
unit usaha syariah.
c. Penyempurnaan atas Ketentuan mengenai restrukturisasi pembiayaan
(52)
35
d. Ketentuan mengenai kualitas aktiva bagi bank umum syariah dan unit
usaha syariah serta kualitas bagi bank pembiayaan rakyat syariah.
e. Menyusun Ketentuan mengenai manajemen resiko bagi bank umum
syariah dan unit usaha syariah.
Selain membuat kebijakan Bank Indonesia juga memiliki peran untuk mengawasi
bank syariah, dalam rangka pelaksanaan tugas mengawasi tersebut Bank
Indonesia berwenang untuk :
a. Memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang terkait
dengan bank.
b. Memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari setiap pihak
yang menurut penilaian Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap bank.
c. Memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu, baik rekening
Simpanan maupun rekening Pembiayaan.
Menurut penelitian yang dilakukan Kurnia Ningsih(2013) yang berjudul “Jalur Pembiayaan Bank Syariah Dalam Mekanisme di Indonesia” diperoleh hasil bahwa
instrumen syariah tidak memberikan dampak terhadap inflasi, maka kedepannya
instrumen moneter syariah dapat lebih aktif digunakan dalam mengatur sektor
moneter di Indonesia.
Instrumen-instrumen moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia antara lain adalah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai kebijakan untuk mengatur
kelebihan dana likuiditas bank syariah, Sertifikat Investasi Mudharabah
(53)
syariah dapat melakukan kegiatannya dalam pasar uang dengan prinsip syariah,
dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) sebagai alternatif bagi bank syariah
untuk mendapatkan sumber dana. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan Bank Indonesia, maka bank syariah bisa lebih berkembang dan tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah.
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia,
maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan
Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg
meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan
syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih
akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta
strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar
bank.
Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap
implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan
syariah, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun
2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking,
dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri
sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia
sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian
(54)
37
III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan
syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124
triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.
2. program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,
differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan
yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan
keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans,
kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu
up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang
memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.
3. program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan
syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai
layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua
segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.
4. program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang
beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling
menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan
standar nama produk yang mudah dipahami.
5. program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk
dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap
(55)
6. program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien
melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media
cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
9. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkap sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
BI bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku
bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga
PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito,
dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank
Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan
(56)
39
akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan (Bank Indonesia, 2014).
B. Tinjauan Empirik
Tinjuan empirik adalah penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti. Berikut disajikan beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tingkat margin bank syariah :
Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Judul Penulis Variabel
Penelitian
Metode Hasil
Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri Liana Purnama Sari (2014) Pembiayaan murabahah, Margin murabahah PT Bank Syariah Mandiri, dan BI Rate
OLS Secara parsial
pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan margin murabahah dan tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan margin murabahah Penentuan Margin Akad Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang Nurul Qomariyah (2007) Faktor-faktor penentu margin murabahah deskriptif kualitatif dengan pendekat an studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Bank Muamalat Indonesia menetapkan margin murabahah sama dengan suku bunga kredit yang berlaku dibank konvensional. Analisis Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi kasus PT. Bank Muamalat
Lin
Purwaningsi h (2007)
Biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku bunga pinjaman bank konvensional, dan profit target. analisis linear berganda. Biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Suku bunga pinjaman bank konvensional secara signifikan
mempengaruhi margin murabahah, sedangkan
(57)
Indonesia Tbk) profit target tidah berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Margin Murabahah, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), Kurs, dan Modal Sendiri Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode Maret 2009-Agustus 2012) Junjun Giyan Gumilar (2013) Pembiayaan Murabahah, Dana pihak ketiga (DPK), BI Rate, Kurs dan modal sendiri
Analisis linier berganda
Secara parsial BI rate berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pembiayaan murabahah, kurs dan modal sendiri berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah, Pendapatan margin murabahah tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah sedangkan DPK dikeluarkan dari model karena terkena gejala multikolinieritas. Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate Terhadap Margin Murabahah (Studi kasus pada PT Bank BRI Syariah)
Fikri Zaenuri (2012)
Pembiayaan Murabahah, Dana pihak ketiga (DPK), BI Rate, Kurs dan modal sendiri
Pooled Least Square (PLS)
Rate yang
mencerminkan tingkat BI Rate memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penetapan margin murabahah. Hal ini berarti terdapat hubungan yang negatif antara tingkat BI Rate dengan margin murabahah Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan margin pembiayaan murabahah (studi kasus pada BRI syariah dan Bank Mega Syariah)
Muhammad Izzuddin Kurnia Adi (2013)
Dana pihak ketiga (DPK), Baiaya overhead, Non Performing Financing (NPF), BI Rate, Inflasi
OLS Secara parsial BI Rate berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pendapatan
murabahah,BI Rate berpengaruh positif terhadap pendapatan murabahah tidak terbukti.
(58)
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai acuan agar penelitian dapat
sesuai dengan fakta dilapangan.Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati (Sudarto, 1997).
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif
mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori atau hipotesis yang
terkait dengan fenomena. Dalam penelitian kuantitatif hal yang penting adalah proses
perhitungan, karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan matematis dari hubungan kuantitatif. Metode kuantitatif
adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
(59)
B. Sumber Data dan Variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dengan jenis data time series yaitu
bulanan dari tahun 2008:M1 – 2014:M12, sehingga penelitian ini menggunakan jumlah observasi sebanyak 84.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI Rate, Suku Bunga
Kredit Bank Konvensional dan Tingkat Margin Bank Syariah.
Tabel 2. Nama Variabel, Simbol, Ukuran dan Sumber Data
Nama Variabel Simbol Variabel
Satuan Pengukuran Sumber Data
Tingkat margin bank syariah
MBS Persen (%) Bank Indonesia OJK
Tingkat suku bunga kredit bank
konvensional
SBK Persen (%) Bank Indonesia OJK
Tingkat BI Rate BIRate Persen (%) Bank Indonesia OJK
C. Definisi Variabel Penelitian
1. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik. BI Rate yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dalam bentuk bulanan dari
(60)
43
2. Suku Bunga kredit Bank Konvensional
Suku bunga bank konvension aladalah suku bunga acuan bagi bank konvensional
dalam melakukan kegiatanya, dalam penelitian ini suku bunga yang dipakai adalah
suku bunga kredit bulanan. Suku bunga bank konvensional yang diperoleh dari Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam bentuk bulanan dari tahun
2008:M1 – 2014:M12.
3. Tingkat Margin Bank Syariah
Tingkat margin dalam penelitian adalah tingkat keuntungan yang didapat dari
nasabah sebagai imbalan karena bank telah meminjamkan dana kepada masyarakat.
Tingkat margin bank syariah yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Data berbentuk bulanan dari tahun 2008:M1 – 2014:M12.
D. Teknik Analisis Data
1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test)
Metode uji stasioner atau uji unit root data adalah metode yang belakangan ini
semakin banyak digunakan oleh para ahli ekonometrika dalam menguji tentang
stasioner atau tidaknya data. Uji unit root dikembangkan oleh Dickey-Fuller dan
dinamakan dengan uji akar unit Augmanted Dickey-Fuller (ADF). Jika data yang
(61)
firstdifference, second difference dan seterusnya hingga data tersebut dapat dikatakan
stasioner pada uji unit root ADF (Widarjono,2005).
Hipotesis :
Ho = 0, data tidak stasioner
Ha ≠ 0, data stasioner
Ho diterima apabila nilai t kritis < Augmanted Dickey Fuller(ADF). Sedangkan jika t
nilai t kritis > Augmanted Dickey Fuller maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Penentuan Lag Optimum
Dalam penelitian ini pemilihan lag optimum bertujuan untuk menentukan lag interval
yang sesuai dan dapat digunakan dalam uji kointegrasi dan uji kausalitas granger.
Pemilihan optimum lag dalam penelitian ini akan digunakan dalam menentukan lag
interval yang sesuai dalam uji kointegrasi dan kausalitas Granger. Salah satu
kekurangan metode VAR adalah dalam menentukan lag optimal yang dipakai, apabila
terlalu pendek dinamika model tidak dijelaskan secara keseluruhan. Jika lag optimal
terlalu panjang maka akan mengurangi degree of fredom sehingga hasil estimasi yang
didapat tidak efisien (Gijarati, 2012). Ada beberapa macam parameter dalam
menentukan lag optimal antara lain ialah AIC (Akaike Information Criterion), SIC
(Schwarz Information Criterion), LR (Likelihoodratio), FPE (Final Prediction
(62)
45
3. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi adalah hubungan jangka panjang kombinasi dari persamaan linier
yang terdiri dari dua variabel atau lebih. Hubungan jangka panjang yang stabil
menandakan data tersebut adalah data yang baik. Uji kointegrasi bertujuan untuk
mengetahui apakah seluruh variabel yang diteliti memiliki hubungan keseimbangan
jangka panjang (berkointegrasi) atau tidak. Dalam penelitian ini uji kointegrasi yang
digunakan adalah Engle-Granger (Widarjono,2005).
Hipotesis :
Ho = Tidak ada kointegrasi
Ha = Ada kointegrasi
Ho diterima apabila nilai t kritis < Augmanted Dickey Fuller(ADF). Sedangkan jika
nilai t kritis > Augmanted Dickey Fuller maka Ho ditolak dan Ha diterima.
4. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas adalah uji untuk mengukur apakah ada hubungan antar variabel, juga
menunjukkan arah hubungan antar variabel bebas dan terikat. Metode yang
digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan kausalitas antar variabel atau
tidak adalah uji kausalitas granger. Kelebihan dari uji kausalitas granger ini adalah uji
(63)
granger dapat diketahui kejelasan arah hubungan dari dua variabel yang diduga saling
mempunyai hubungan (Kuncoro, 2007).
Hubungan kausalitas Granger dapat dilihat dengan membandingkan F-statistik
dengan nilai kritis F-tabel pada tingkat kepercayaan yang ditentukan dan dapat pula
dilihat dari membandingkan besarnya nilai probabilitas dengan tingkat kepercayaan.
Jika nilai F-statistik lebih besar daripada F-tabel, maka variabel terikat mempengaruhi
variabel bebas berarti variabel-variabel tersebut hanya memiliki kausalitas satu arah,
begitu pula sebaliknya. Jika seluruh variabel yang diuji memiliki F-statistik yang
lebih besar dari F-tabel, maka kedua variabel tersebut memiliki kausalitas dua arah.
Namun, jika kedua variabel tersebut ternyata memiliki F-statistik yang lebih kecil
(64)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis mengunakan Uji Kausalitas Granger, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Variabel margin bank syariah tidak memiliki hubungan dengan BI Rate
begitu juga sebaliknya. Artinya, jika BI Rate mengalami perubahan maka
margin bank syariah tidak langsung mengalami perubahan atau tidak berubah,
dilihat dari hubungan kedua variabel tersebut dengan nilai probabilitas
sebesar 0.0542 dan 0.0958.
2. Variabel margin bank syariah memiliki hubungan kausalitas dua arah dengan
suku bunga kredit bank konvensional. Artinya, jika suku bunga kredit
mengalami perubahan maka margin bank syariah juga akan berubah begitu
juga sebaliknya, dilihat dari hubungan kedua variabel tersebut dengan nilai
profitabilitas 0,0004 dan 0,0148.
3. Variabel BI Rate memiliki hubungan yang signifikan dengan suku bunga
kredit bank konvensional. Artinya, jika BI Rate mengalami perubahan maka
suku bunga kredit bank konvensional juga akan berubah. Dikarenakan kedua
variabel memiliki hubungan kausalitas dua arah dengan nilai probabilitas
(65)
B. Saran
1. Bagi Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang berwenang agar lebih bisa
mengawasi dan mengontrol bank syariah dalam penetapan margin/bagi hasil.
2. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sekarang bertugas mengawasi dan
mengontrol perbankan di Indonesia, agar lebih tepat dalam menetapkan aturan
dan mengontrol sehingga perbakan syariah dapat bekerja sesuai dengan
prinsip syariah.
3. Bagi kreditur dan debitur agar lebih rasional dalam memilih menggunakan
produk bank konvensional atau bank syariah. Sehingga tidak hanya memilih
produk bank syariah untuk menghindari riba tetapi juga tidak merugikan
dikemudian hari.
4. Bagi bank syariah agar dapat lebih banyak menggunakan dana-dana murah
sebagai sumber dana, dengan cara mengembangkan produk-produk bank
syariah yang lebih inovatif, sehingga penetapan margin bank syariah tidak
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdur Rahman Shalih. 1991.Educational Theory, A Qur’anic Outlook, terj. Mutammam, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al Qur’an
serta Implementasinya. Bandung: Diponegoro.
Adi, Muhammad Izzuddin Kurnia. 2013.Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan margin pembiayaan murabahah (studi kasus pada BRI syariah dan Bank Mega Syariah)
Afif, Adi, Zakaria. 2005.Islamic Banking in Indonesia: a Qualitative Approach. 6th Conference On Islamic Economics and Finance. Jakarta, Indonesia, p.52.
Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012
Algoud, Lativa M. dan Lewis, Mervyn K. 2007.Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek. Jakarta: Serambi.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Dahlan, Siamat. 2004.Manajemen Lemabaga Keuangan. FE Universitas Indonesia. Jakarta.
Gumilar, Junjun Giyan. 2013.Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Margin Murabahah, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), Kurs, dan Modal Sendiri Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode Maret 2009-Agustus 2012).
Gujarati, D.N. 2012.Dasar - dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C., Salemba Empat, buku 2, Edisi 5. Jakarta.
Heykal, Mohamad. 2005.Analisis Faktor - faktor yang mempengaruhi margin murabahah. Universitas Indonesia
(67)
Karl dan Fair. 2001.pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh. YKPN Yogjakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2007.Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
Krugman dan Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PT.Indeks.
Martono. 2002.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Ekonosia, Yogyakarta.
Muhammad. 2005.Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muljono, Teguh Pudjo. 2001.Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil.BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Ningsih, Kurnia. 2013.Jalur Pembiayaan Bank Syariah dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Prasetiantono,T.A. 2000.Keluar Dari Krisis : Analsis Ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Qomariyah, Nurul. 2014.Penentuan Margin Akad Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang.
Ramirez, Miguel D. and Khan, Shahryar. 1999.Cointegration Analysis of PPP, Trinity College. USA.
Sari, Liana Purnama. 2012.Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri.
Sigit dan Totok Budisantoso. 2013.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.
Sofyan,Yamin. 2009.SPSS Complate Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek, Jakarta.
Sudarsono, Heri. 2004.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Ekonisia, Yogyakarta.
(68)
Sudarto. 1997.Metodologi Penelitian Filsafat. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugoyono. 2004.Statistik untuk Penelitian.ALFABETA. Bandung.
Sunariyah. 2004.Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cetakan Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Tarsidin. 2010.Bagi Hasil: Konsep dan Analisis. Jakarta. Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi.
Widarjono, Agus. 2005.Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia.
Zaenuri, Fikri. 2012.Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate Terhadap Margin Murabahah (Studi kasus pada PT Bank BRI Syariah).
Krugman dan Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PT.Indeks.
http://www.infobanknews.com/ http://www.bi.go.id/
http://www.ojk.go.id/ http://www.wikipedia.ord/
(1)
46
granger dapat diketahui kejelasan arah hubungan dari dua variabel yang diduga saling mempunyai hubungan (Kuncoro, 2007).
Hubungan kausalitas Granger dapat dilihat dengan membandingkan F-statistik dengan nilai kritis F-tabel pada tingkat kepercayaan yang ditentukan dan dapat pula dilihat dari membandingkan besarnya nilai probabilitas dengan tingkat kepercayaan. Jika nilai F-statistik lebih besar daripada F-tabel, maka variabel terikat mempengaruhi variabel bebas berarti variabel-variabel tersebut hanya memiliki kausalitas satu arah, begitu pula sebaliknya. Jika seluruh variabel yang diuji memiliki F-statistik yang lebih besar dari F-tabel, maka kedua variabel tersebut memiliki kausalitas dua arah. Namun, jika kedua variabel tersebut ternyata memiliki F-statistik yang lebih kecil dari F-tabelnya, maka tidak ada kausalitas diantara kedua varibel tersebut.
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis mengunakan Uji Kausalitas Granger, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Variabel margin bank syariah tidak memiliki hubungan dengan BI Rate begitu juga sebaliknya. Artinya, jika BI Rate mengalami perubahan maka margin bank syariah tidak langsung mengalami perubahan atau tidak berubah, dilihat dari hubungan kedua variabel tersebut dengan nilai probabilitas
sebesar 0.0542 dan 0.0958.
2. Variabel margin bank syariah memiliki hubungan kausalitas dua arah dengan suku bunga kredit bank konvensional. Artinya, jika suku bunga kredit
mengalami perubahan maka margin bank syariah juga akan berubah begitu juga sebaliknya, dilihat dari hubungan kedua variabel tersebut dengan nilai profitabilitas 0,0004 dan 0,0148.
3. Variabel BI Rate memiliki hubungan yang signifikan dengan suku bunga kredit bank konvensional. Artinya, jika BI Rate mengalami perubahan maka suku bunga kredit bank konvensional juga akan berubah. Dikarenakan kedua variabel memiliki hubungan kausalitas dua arah dengan nilai probabilitas 0,0002.
(3)
58
B. Saran
1. Bagi Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga yang berwenang agar lebih bisa mengawasi dan mengontrol bank syariah dalam penetapan margin/bagi hasil. 2. Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang sekarang bertugas mengawasi dan
mengontrol perbankan di Indonesia, agar lebih tepat dalam menetapkan aturan dan mengontrol sehingga perbakan syariah dapat bekerja sesuai dengan prinsip syariah.
3. Bagi kreditur dan debitur agar lebih rasional dalam memilih menggunakan produk bank konvensional atau bank syariah. Sehingga tidak hanya memilih produk bank syariah untuk menghindari riba tetapi juga tidak merugikan dikemudian hari.
4. Bagi bank syariah agar dapat lebih banyak menggunakan dana-dana murah sebagai sumber dana, dengan cara mengembangkan produk-produk bank syariah yang lebih inovatif, sehingga penetapan margin bank syariah tidak terlalu tinggi dan dapat bersaing dengan bank-bank lain.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdur Rahman Shalih. 1991.Educational Theory, A Qur’anic Outlook, terj. Mutammam, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al Qur’an serta Implementasinya. Bandung: Diponegoro.
Adi, Muhammad Izzuddin Kurnia. 2013.Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan margin pembiayaan murabahah (studi kasus pada BRI syariah dan Bank Mega Syariah)
Afif, Adi, Zakaria. 2005.Islamic Banking in Indonesia: a Qualitative Approach. 6th Conference On Islamic Economics and Finance. Jakarta, Indonesia, p.52. Alamsyah, Halim. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015. Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012
Algoud, Lativa M. dan Lewis, Mervyn K. 2007.Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik dan Prospek. Jakarta: Serambi.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001.Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Dahlan, Siamat. 2004.Manajemen Lemabaga Keuangan. FE Universitas Indonesia. Jakarta.
Gumilar, Junjun Giyan. 2013.Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Pendapatan Margin Murabahah, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), Kurs, dan Modal Sendiri Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode Maret 2009-Agustus 2012).
Gujarati, D.N. 2012.Dasar - dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C., Salemba Empat, buku 2, Edisi 5. Jakarta.
Heykal, Mohamad. 2005.Analisis Faktor - faktor yang mempengaruhi margin murabahah. Universitas Indonesia
(5)
Karim, Andiwarman. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanagan. PT Raja Grafindo persada. Jakarta
Karl dan Fair. 2001.pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh. YKPN Yogjakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2007.Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
Krugman dan Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PT.Indeks.
Martono. 2002.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Ekonosia, Yogyakarta.
Muhammad. 2005.Bank Syariah Problem dan Proses Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muljono, Teguh Pudjo. 2001.Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil.BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Ningsih, Kurnia. 2013.Jalur Pembiayaan Bank Syariah dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia.
Prasetiantono,T.A. 2000.Keluar Dari Krisis : Analsis Ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Qomariyah, Nurul. 2014.Penentuan Margin Akad Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang.
Ramirez, Miguel D. and Khan, Shahryar. 1999.Cointegration Analysis of PPP, Trinity College. USA.
Sari, Liana Purnama. 2012.Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri.
Sigit dan Totok Budisantoso. 2013.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.
Sofyan,Yamin. 2009.SPSS Complate Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek, Jakarta.
Sudarsono, Heri. 2004.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Ekonisia, Yogyakarta.
(6)
Sudarto. 1997.Metodologi Penelitian Filsafat. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sugoyono. 2004.Statistik untuk Penelitian.ALFABETA. Bandung.
Sunariyah. 2004.Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cetakan Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Tarsidin. 2010.Bagi Hasil: Konsep dan Analisis. Jakarta. Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi.
Widarjono, Agus. 2005.Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama. Yogyakarta: Ekonisia.
Zaenuri, Fikri. 2012.Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate Terhadap Margin Murabahah (Studi kasus pada PT Bank BRI Syariah).
Krugman dan Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Jakarta: PT.Indeks.
http://www.infobanknews.com/ http://www.bi.go.id/
http://www.ojk.go.id/ http://www.wikipedia.ord/