PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang - Test Repository

  

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM

PERSPEKTIF HUKUM POSITF DAN HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang)

SKRIPSI DITUJUKAN UNTUK MEMEPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM ISLAM

  

OLEH:

LUQMANUL HAKIM

21111026

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoreksi dan diteliti,maka skripsi saudara: Nama : Luqmanul Hakim NIM : 21111026 Jurusan : Syariah dan ekonomi islam Program Studi : Ahwal Al Syakhshiyyah Judul :PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN

  ANAK DALAM PERSPEKTIF KUKUM ISLAM DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang).

  Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga,....November 2015 Pembimbing Evi Ariayani, M.H.

  NIP.197311172000032002

  

PENGESAHAN

  Skripsi Berjudul:

  

PEKERJA ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGAKERJAAN (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang)

  Oleh: Luqmanul hakim

  Nim:21111026 Telah dipertahankan didepan siding munaqasyah skripsi fakultas syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa, tanggal 12 januari 2016, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum Islam.

  Dewan sidang munaqasyah Ketua sidang : H. Muh. Irfan Helmy, Lc. MA ………………………... Sekretaris sidang : Evi Ariyani, SH., MH

  ………………………… Penguji I

  : Sukron ma‟mun, S.HI., M.Si ………………………… Penguji II : Nafis Irkhami, M.Ag.

  ………………………… Salatiga, 15 januari 2016

Dekan fakultas syari‟ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag

  Nip.19670115 199803 2 002 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Luqmanul Hakim NIM : 21111026 Jurusan : Syariah dan ekonomi islam Program Studi : Ahwal Al Syakhshiyyah

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasar kode etik ilmiah

  Salatiga , 16 November 2015 Yang menyatakan, Luqmanul Hakim MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Learn from the past, live for today and plan for tomorrow.

  (Belajar dari masa lalu, hidup untuk sekarang, dan berencana untuk hari esok.)

  PERSEMBAHAN

  1. Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku yang begitu berjasa dalam hidupku

  2. Sir Makarimal Akhlaq dan Ny. Urip Asmah yang tercinta

  3. Untuk adik-adik saya den bagus Fahim Nur Itsna, Salis Alfan Niam dan den ayu Khalila Yumna Farikha

  4. Untuk para dosen yang telah memberikan ilmunya, utamanya ibu Evi Ariayani, M.H. sebagai dosen pembimbing

  5. Sahabat- sahabatku : Dwy Styawan As, Farid Ma‟ruf, Angin, Chino, Arini Husnia, Istiqomah Aqila. Kalian luar biasa..

  6. Dan seorang Gadis yang selalu mensupport saya I love you, terimakasih juga sudah jadi editor skripsi saya..

  KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuhu..

  Alhamdulillah, Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta nikmat bagi hambanya ini dan bagi umat di dunia ini sehingga kita bisa menjalankan kehidupan dengan tenang dan damai. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan syafa‟at serta hidayah-Nya di hari akhir nanti.

  Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul

  “PEKERJA ANAK

DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF KUKUM ISLAM

DAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN (Studi

Kasus di Desa Suruh Kab. Semarang). Penulis menyadari bahwa

  terselesaikanya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi, tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do‟a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  3. Bapa k Sukron Ma‟mun, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ahwal Al Syahsiyah.

  4. Ibu Evi Ariyani M.H yang telah membimbing saya selama mengerjakan skripsi ini.

  5. Kepada seluruh dosen mata kuliah yang telah memberikan ilmunya kepada saya

  6. Kepada orang tua saya serta keluarga besar, yang senantiasa memberikan

  support . Kalian yang selalu ada untuk saya, membimbimbing dan membesarkan saya.

  7. Kepada teman-teman senansib seperjuangan, AS angkatan tahun 2011.

  8. Sahabat-sahabat terbaikku: Gadis, Alifia, Dwi Rahayu, Dwy setyawan, farid ma‟ruf, Yuliana indah, Nur Salim, Istiqomah Aqila, Arini Husnia, yang selalu membuat saya merasa berarti.

  9. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis, terima kasih atas segala dukunganya baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kalangan insan akademis. Amin Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu..

  Salatiga, 16 November 2015 Penulis

  

ABSTRAK

  Hakim, Luqmanul.2015. Pekerja Anak Dan Perlindungan Anak Dalam Perspektif

  Hujkum Islam Dan UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus Di Desa Suruh Kab. Semarang ). Skripsi. Jurusan Syariah

  Dan Ekonomi Islam. Program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri (Iain) .Salatiga. Pembimbing: Evi Ariayani, M.H.

  Kata kunci: Pekerja Anak Dan Perlindungan Anak Fenomena pekerja anak bukanlah hal yang baru di tengah masyarakat.

  Fenomena ini merupakan isu global yang terjadi hampir di seluruh dunia, utamanya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Keberadaannya telah banyak menjadi perhatian berbagai pihak.

  Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan fenomena pekerja anak dan penerapan perlindungan anak di Desa Suruh. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana fenomena pekerja anak dapat terjadi di Desa Suruh?, dan (2) Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak menurut hukum islam dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003? Untuk menjawab pertanyaan ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

  Hasil penelitian yang telah dihimpun oleh peneliti menunjukkan bahwa fenomena pekerja anak di Desa Suruh bukanlah fenomena yang baru, melainkan sudah terjadi sejak sekian lama. Fenomena ini terjadi karena berbagai faktor yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Faktor tersebut dibagi menjadi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: pandangan hidup, gayahidup, pendidikan rendah. Sedangkan faktor eksternal antara lain: kemiskinan, nilai norma yang berlaku, sosialisasi dari keluarga, serta lingkungan dan pergaulan. Beberapa faktor inilah yang menjadikan upaya penghapusan pekerja anak menjadi sulit dilakukan.

  Ditinjau dari segi manapun baik itu ilmu sosial, Hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia praktik pekerja anak yang terjadi di desa Suruh adalah suatu hal yang salah. Artinya tidak sesuai dengan idealisme yang diusung dalam masyarakat. Walaupun demikian perlindungan terhadap mereka harus tetap ditegakkan. Karena demikianlah amanat Undan-Undang Dasar. Utamanya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.. Anak- anak adalah penerus harapan bangsa, namun perlindungan terhadapnya belum

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN LOGO IAIN SALATIGA ...................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... iii

PERNYATAAN KELULUSAN .................................................................. iv

PERNYATAAN KEAASLIAN ................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

  BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................

  4 C. Tujuan Dan Kegunaan........................................................................

  4 D. Penegasan Istilah ................................................................................

  5 E. Tinjauan Pustaka ................................................................................

  6 F. Metode Penelitian...............................................................................

  9 G. Sistematika Penulisan......................................................................... 13

  BAB II PEKERJA ANAK A. Tinjauan Umum Tentang Pekerja Anak Menurut Undang-Undang .......

  15 B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Pekerja Anak ....................................

  26 C. Tinjauan Sosiologi Mengenai Fenomena Pekerja Anak .........................

  34 BAB III HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Suruh Kec. Suruh Kab Semarang ........................................

  39 B. Fenomena Pekerja Anak Di Desa Suruh .................................................

  46 BAB IV ANALISIS FENOMENA PEKERJA ANAK DI DESA SURUH

  MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN A. Analisis Fenomena Pekerja Anak di Desa Suruh Kec Suruh Kab

  Semarang. .................................................................................................... 53 B. Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Desa Suruh Kec Suruh Kab. Semarang Menurut UU No.13 Tahun 2003 dan Hukum Islam 66

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 72 B. Saran-Saran 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

  hari. Baik kebutuhannya sendiri ataupun kehidupan keluarganya yang berupa kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut seseorang melakukan berbagai macam pekerjaan. Hal ini lazim disebut dengan mencari nafkah.

  Seperti dalam firman Allah SWT :

              

  Artinya: ”Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan (bekerja) ; Tetapi sedikit sekali diantaramu yang bersyukur.” (QS. A‟raf : 10)

  Dalil tersebut telah diterangkan bahwa Allah telah memberikan wahana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Yang perlu dilakukan manusia adalah bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

  Dalam sebuah keluarga orang yang bertugas mencari nafkah adalah patrilineal seorang laki-laki atau ayah memiliki kedudukan yang tinggi. (Goode, 1985: 114)

  Profesi atau pekerjaan seseorang pun sangat bervariasi. Mulai dari pekerjaan ringan sampai dengan pekerjaan berat/kasar. Segalanya dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.

  Dalam kondisi tertentu apabila seoarang kepala keluarga tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, beberapa komponen keluarga yang lain bisa saja membantu atau menggantikan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan sebuah keluarga. Komponen keluarga ini bisa saja seorang istri atau pun seorang anak.

  Seorang anak yang bekerja inilah yang disebut dengan pekerja anak yang apabila mereka belum masuk dalam usia produktif yakni 17 tahun sampai dengan 55 tahun. Ketentuan mengenai batas usia anak yang boleh bekerja juga telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Anak yang dimaksud adalah mereka yang belum genap berusia 18 tahun.

  Ironisnya mereka yang belum memasuki usia produktif sudah melakukan berbagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun keluarganya.

  Namun disisi lain ada banyak orang yang sudah berusia produktif namun belum bekerja. Suatu hal yang lebih ironis dan memprihatinkan adalah bidang pekerjaan anak-anak yang kemudian cenderung kasar. Seperti buruh bangunan, kuli angkut, kurir, dll. Banyak pekerjaan kasar yang kemudian harus mereka lakoni karena terbatasnya kemampuan mereka. Hal ini kemudian menjadi masalah yang kompleks karena mereka yang bekerja diusia dini biasanya tidak memiliki bekal pendidikan yang cukup untuk memperoleh pekerjaan yang layak.

  Akan sangat disayangkan apabila anak-anak sebagai penerus generasi bangsa terbelenggu dalam kemiskinan. Seharusnya mereka dapat memperoleh kemakmuran sehingga mendapat kelayakan dalam kehidupannya. Hal tersebut hanya dapat diperoleh ketika mereka memiliki bekal yang cukup untuk kemudian menjadi pribadi yang berkualitas secara ahlaq dan intelektualnya.

  Namun memang kadang kala kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Disekitar kita masih ada beberapa orang anak yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Lengkap dengan berbagai alasan yang mereka lontarkan.

  Tentu tidak ada satu pun orang yang ingin sengsara dalam kehidupannya.

Bahkan jika kita ingat salah satu falsafah negara kita salah satunya adalah “kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”. Cita-cita bangsa yang begitu mulia

  Bukan perkara mudah untuk mewujudkannya.

  Jika semua pihak yang terkait sadar dan mempunyai keperdulian penuh mengenai fenomena pekerja anak. Maka saya berkeyakinan penuh bahwa fenomena ini bisa teratasi.

  Fenomena ini bukan hal yang baru, sudah berlangsung sekian lama. Hal inilah yang menyebabkan fenomena ini sangat menarik untuk diteliti. Fenomena ini bagaikan rumput yang terus tumbuh dimanapun ia mau. Tidak perduli di kota ataupun di desa. Fenomena ini terus ada. Tidak terkecuali di Desa Suruh.

  Mungkin memang dulunya fenomena ini bukanlah masalah yang besar karena mungkin dulu fenomena ini hal yang wajar di Desa Suruh. Karena pada masa itu pendidikan bukanlah standard untuk seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Tetapi hari ini dimana pendidikan menjadi sebuah standard dalam memeperoleh pekerjaan maka tentu saja fenomena ini menjadi sebuah masalah serius.

  Fenomena ini adalah kenyataan yang harus diterima. Karena memang fenomena ini benar-benar terjadi. Bahkan mungkin dekat sekali dengan kita.

  Walaupun tentu saja kita sepakat bahwa fenomena ini seharusnya tidak terjadi. Tentu kita juga sepakat bahwa mereka yang wajib dilindungi.

  Upaya perlindungan terhadap mereka melalui nilai, norma serta berbagai aturan yang telah dituangkan dalam UU oleh berbagai pihak sudah dilakukan.

  Namun pada tataran praktiknya semua itu ternyata tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka.

  B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana fenomena pekerja anak dapat terjadi di Desa Suruh?

  2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No. 13 tahun 2003? C. Tujuan dan Kegunaan

  2. Memberikan pemahaman tentang bagaimana bentuk perlindunga terhadap pekerja anak menurut Hukum Islam dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagi akademik Berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai pekerja anak sehingga mampu memberikan beberapa paradigma baru dalam dunia keilmuan. Utamanya ilmu sosial.

  2. Bagi masyarakat Menumbuhkan keperdulian masyarakat mengenai pekerja anak, perlindungan anak dan perkembangan psikologisnya.

  D. Penegasan istilah Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pekerja/ buruh diartikan sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun. (Wijayanti, 2009: 1)

  Berbekal pengertian tersebut maka pekerja anak dapat diartikan sebagai seseorang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain yang berusia kurang dari 18 tahun.

  Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini dipaparkan dalam pasal 1 UU Perlindungan Anak.

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan Undang-Undang adalah ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah suatu negara.

  Hukum Islam adalah peraturan yang mengenai kehidupan berdasarkan kitab suci al- Qur‟an dan Hadist. Hukum Islam disebut juga dengan syara‟.

  E. Tinjauan pustaka Ada beberapa skripsi yang membahas tentang fenomena ini. Salah satu skripsi yang telah membahas fenomena ini adalah skripsi yang berjudul

  “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Bangunan Dibawah Umur Dalam

Pandangan Hukum Islam dan UU No 13 Tahun 2003” yang ditulis oleh Prihatin

  Iftakhul Muna seorang mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Skripsi tersebut membahas bagaimana fenomena pekerja anak yang terjadi di Desa Karangampel, Kec. Kaliwungu, Kudus Jawa Tengah. Skripsi deskriptif ini hanya mendialogkan ketentuan undang-undang dengan realitas sosial yang terjadi dilingkungannya tanpa memperhatikan aspek kultur dan etis pada masyarakat tersebut. Sehingga

  Selain itu ada skripsi yang berjudul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pekerja Anak di Bawah Umur (Studi Analisis UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Perspektif Mashlahah)” karangan Thoriqotul Azizah, juga seorang IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini berfokus pada pandangan hukum Islam mengenai pekerja anak dengan menggunakan pisau analisis metode Ushul Fiqh yakni maslahah mursalah.

  Kemudian dalam penelitian yang lain berbentuk skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tenaga Kerja di Bawah Umur (studi kasus pada Lembaga Pelatihan dan Keterampilan “CINTA KELUARGA” Semarang)” yang ditulis oleh Novia Mujiatun seorang mahasiswa IAIN Walisongo yang juga dipaparkan mengenai pekerja anak dalam perspektif hukum Islam menggunakan metode yang normatif.

  Pemerintah pusat juga telah membuat sebuah modul yang disusun guna mempermudah pelaksanaan program penghapusan fenomena pekerja anak. Dalam istilah modul tersebut disebut sebagai pekerjaan terburuk untuk anak. Modul yang berjudul “Modul Penangan Pekerja Anak” ini diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (DEPNAKERTRANS). Modul ini dilangsir resmi di website DEPNAKERTRANS yang dapat diakses langsung oleh masyarakat umum dengan keyword pekerja anak. Modul ini berisi paparan data mengenai pekerja anak dan tata cara penanganan pekerja. Modul ini bersifat general yang menuntut agar dapat dilaksanakan dalam kurun waktu dan tempat normatif. Solusi yang ditawarkan pun menjadi terlalu umum, terkadang tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat. Namun demikian asas-asas yang terdapat dalam modul ini sangat membantu dan mudah diterapkan dalam proses pelaksanaan program penanggulangan tersebut.

  Untuk menghindari persepsi bahwa penelitian ini hanya meniru penelitian yang sudah ada skripsi ini ditulis dengan metode yang berbeda yakni dengan pendekatan intrapersonal yang kemudian menimbulkan keterlibatan langsung terhadap anak-anak tersebut sehingga muncul kedekatan secara emosional.

  Dengan berbekal hal tersebut diharapkan paparan data yang dihasilkan dapat digali secara lebih mendalam.

  Mengingat lokasi tempat dimana penelitian ini dilakukan adalah tempat kelahiran peneliti sehingga kultur masyarakat dan pola kehidupan masyarakat dipahami secara penuh oleh penulis. Dengan demikian tidak ada keraguan bagi penulis untuk menggambarkan bagaiman fenomena ini terjadi dalam masyarakat tersebut. Pendekatan seperti ini disebut juga dengan pendekatan sosiologis, hal ini disebabkan karena obyek yang diteliti adalah pikiran dan perasaan yang membangun perilaku manusia.

  Dengan berbagai metode yang digunakan dan keterlibatan langsung peneliti sebagai bagian dari masyarakat tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai fenomena pekerja anak di Desa Suruh. Dengan F. Metode penelitian

  1. Pendekatan dan Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan sosiologis.

  Yang dimaksud pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial., politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku dimasyarakat. (Soekanto, 1986: 4-5)

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif karena objek utama dalam penelitian ini adalah manusia. Tujuannya agar terjadi hubungan komunikasi langsung antara peneliti dengan informan. (Hikmat, 2011: 37) Dengan demikian proses penggalian data menjadi semakin mudah. Metode kualitatif digunakan mengingat hanya dengan metode ini seorang peneliti akan mengetahui pola perilaku, pikiran dan perasaan seseorang yang menjadi objek penelitiannya. Gambaran tersebut diperoleh dari proses pengamatan dan keterlibatan peneliti di lapangan.

  2. Kehadiaran peneliti Dalam penelitian ini penulis menggunakan gaya campuran. Adakalanya kehadiran peneliti diketahui oleh para narasumber, adakalnya peneliti tidak diketahui oleh narasumber. Narasumber yang sudah berhubungan langsung dengan peneliti dalam pergaulan sehari-hari tidak akan diberikan pemahaman secara eksplisit bahwa peneliti sedang melakukan penelitian terhadap dirinya. diharapkan akan ada variasi paparan data yang cukup banyak. Sehingga memudahkan peneliti dalam menggambarkan fenomena yang terjadi.

  Dengan dua tipe kehadiran peneliti ini diharapkan pula agar menghilangkan aspek subjektifitas penelitian. Sehingga, penelitian ini dapat menggambarkan fenomena di Desa Suruh secara utuh.

  3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten

  Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Profil lengkap mengenai lokasi penelitian akan dipaparkan dalam hasil penelitian.

  4. Sumber data Data yang diperoleh dapat dikatagorisasi menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.

  Data primer diperoleh dari beberapa informan/narasumber sebagai sumber utama. Narasumber disini dapat dibagi menjadi dua, yakni informan utama dan pendukung. Informan utama adalah para pelakunya itu sendiri, sedangkan informan pendukungnya adalah mereka yang berhubungan baik langsung atau tidak langsung dengan para pelaku.

  Sebagai data sekunder peneliti menggunakan data-data yang diperoleh dari analisis data tertulis yang didapat dari kelurahan dan pejabat setempat. Data diperoleh dari :

  a. Wawancara Wawancara merupakan teknik pencarian data atau informasi mendalam yang diajukan kepada informan dalam bentuk pertanyaan lisan. (Hikmat, 2011: 79) Orang-orang yang diwawancarai ada dua macam, yakni informan pokok, informan pangkal. Informan pokok adalah para pekerja anak. Informan pangkal adalah mereka yang berhubungan langsung dengan para pekerja anak.

  b. Catatan pengamatan lapangan (observasi) Dalam penelitian ini dilakukan secara langsung oleh penulis dengan cara mengamati pola keseharian dan perilaku dari pekerja anak. Observasi juga dilakukan dengan cara mengamati lingkungan tempat tinggal pekerja anak tersebut.

  c. Pengkajian dokumen Pengkajian dokumen dilakukan dengan cara menelusuri data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia. Contoh dari data ini berupa data demografi yang didapatkan dari kantor kecamatan atau kantor kelurahan. Data ini merupakan data awal yang digunakan untuk mencari informan. (Hikmat, 2011: 83)

  6. Teknik analisa data Analisis dilakukan dengan cara menguji teori-teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. (Hikmat, 2011: 84) Apakah ada kesesuaian

  Di sini penulis menggunakan triangulasi (menggunakan beberapa sumber, metode, teori) sebagai teknik. Teknik triangulasi adalah teknik yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. (Maleong, 2009: 330)

  7. Pengecekan keabsahan data Proses pengecekan keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulation dan member chek. Teknik ini membandingkan hasil wawancara yang satu dengan lain. (Hikmat, 2011: 85) Proses ini dilakukan pula dengan mendialogkan pengamatan peneliti melalui observasi dengan keterangan narasumber yang diperoleh dari wawancara.

  8. Tahap penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah penelitian pra lapangan, dimana peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang topik yang akan diteliti.

  Tahap yang kedua, peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk menggali data-data yang diperlukan langsung dari narasumber yang telah ditentukan. Narasumber yang dimaksud adalah pekerja anak itu sendiri, kedua orang tuanya dan para pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pekerja anak tersebut.

  Tahap yang ketiga merupakan tahap yang terahir. Tahap penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis temuan data kemudian memaparkannya dalam bentuk narasi deskriptif.

  G. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

  BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

  2. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan akan dipaparkan tinjauan umum tentang pekerja anak menurut Undang-Undang, hukum Islam serta kajian ilmu sosiologi.

  3. BAB III HASIL PENELITIAN Hasil penelitan ini mencakup profil Desa Suruh, bagaimana fenomena pekerja anak terjadi di Desa Suruh.

  4. BAB IV ANALISIS Dalam bab ini akan dipaparkan analisa dari penulis mengenai pekerja anak di Desa Suruh,serta analisa mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja anak tersebut menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 dan Hukum Islam.

  5. BAB V PENUTUP Bab yang terahir ini memuat kesimpulan dan saran.

  senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak- hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

  Namun demikian tidak semua anak beruntung mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Banyak diantara mereka terbelenggu oleh kemiskinan.

  Sehingga tidak terpenuhi haknya secara baik. Hal ini yang kemudian membuat anak terdorong untuk bekerja sebagai pekerja anak.

  Masalah pekerja anak sebenarnya bukanlah isu yang hanya dialami oleh di Indonesia saja. Karena masalah pekerja anak merupakan isu internasional yang terjadi hampir diseluruh dunia utamanya pada negara-negara berkembang. Hal inilah yang mendasari munculnya konvensi hak anak (UN‟s Convention on the right of the child) pada 20 November 1989. Konvensi ini dilakukan oleh badan khusus PBB yang bernama ILO (International Labour Organization) Organisasi ini merupakan organisasi khusus PBB yang mengurusi masalah perburuhan internasional. (Joni, 1999: 1)

  ILO mencatat sekitar 200 juta anak-anak bekerja atau aktif secara ekonomi menunjukkan bahwa sejumlah 7% anak-anak di dikawasan Amerika Latin terlibat dalam perburuhan, dikawasan asia diperkirakan 18% anak-anak menjadi pekerja anak dan bagian yang lebih besae terdapat dikawasan Afrika yaitu sejumlah 25 %. (Joni, 1999: 2)

  Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di

Indonesia diperkirakan 2,4 juta anak usia 10 – 14 tahun aktif secara ekonomi

  Belum lagi anak-anak yang berusia dibawah 10 tahun. Angka ini masih konservatif, artinya masih kecil dibandingkan dengan realitas anak-anak usia belajar yang putus sekolah yang diperkirakan berjumlah 6,5 juta anak. (Joni, 1999: 3)

  Untuk sebuah negara yang memiliki filsafat keadilan sosial seperti Indonesia seharusnya fenomena ini tidak boleh dibiarkan terjadi. Sejak awal Indonesia didirikan dengan menempatkan ideologi keadilan sosial sebagai tujuan akhir dari proses pembangunan ekonomi. (Yustika, 2003: 2) Oleh karena itu perburuhan dan pekerja anak merupakan masalah serius yang harus segera ditangani.

  Sebelum membahas lebih jauh mengenai pekrja anak dan segala bentuk perlindungannya di dalam Undang-Undang, mari kita pahami terlebih dahulu mengenai konsep anak menurut Undang-Undang.

  Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun. Hal senada diungkapkan dalam pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

  Ukuran kedewasaan yang berbeda dipaparkan dalam KUHPer, menurut hukum perdata seseorang dinyatakan dewasa apabila telah berusia 21 tahun atau sudah kawin. (Salim, 2009: 20) Orang yang mempunyai kewenangan hukum hanyalah orang yang telah dewasa. Dengan demikian anak-anak yang belum berusia 21 tahun atau belum kawin belum memiliki kewenangan hukum menurut KUHPerdata.

  Hukum perdata, dalam hal ini KUHPer mengatur seluruh segi kehidupan manusia sejak ia belum lahir dan masih dalam kandungan ibunya sampai meninggal dunia. Hal itu diatur dalam KUHPer pasal 2 ayat 1 : ”anak yang ada dalam kandugan ibunya dianggap telah dilahirkan, apabila kepentingan si anak menghendakinya”. (Kansil, 2004: 2)

  Selanjutya manusia yang telah dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum disebut sebagai subyek hukum. Manusia sebagai subyek hukum itu diatur secara luas dalam buku 1 tentang orang (van person) KUHPer, Undang-Undang kewarganegaraan, Undang-Undang orang asing, dan beberapa peraturan perundangan lainnya. ( Kansil, 2004 :85)

  Pasal 1330 KUHPer mengemukakan bahwa orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian. Orang orang tersebut antara lain : (Kansil, 2004: 87) a. Orang yang belum dewasa c. Orang wanita yang dalam perkawinan atau berstatus sebagai seorang istri.

  (Telah dicabut dalam UU No.1 tahun 1974) Ketentuan yang ada dalam KUHPer mengenai kapan seseorang memiliki hak untuk melakukan perbuatan hukum berbeda dengan ketentuan yang ada dalam

  KUHP mengenai pada siapa berlakunya hukum pidana. Hukum pidana adalah hukum umum yang berlaku pada semua warga negara. Dan tidak membedakan- bedakan kualitas pribadi subyek hukum tertentu. Setiap warga negara harus tunduk dan patuh terhadap hukum pidana umum. (Chazawi, 2002: 11)

  Undang-undang perkawinan memberikan standard yang berbeda, dalam UU perkawinan untuk melaksanakan sebuah perkawinan seseorang laki-laki minimal harus berusia 19 tahun dan perempuan 16 tahun.

  Demikian beberapa aturan mengenai batas kedewasaan dan pengertian yang ada dalam sistem perundang-undangan. Memang setiap UU memiliki ketentuan berbeda-beda mengenai standard kedewasaan tergantung untuk apa aturan tersebut dibuat.

  Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengartikan pekerja/buruh sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun. (Wijayanti, 2009: 1)

  Anak yang bekerja adalah anak melakukan pekerjaan karena membantu orangtua, latihan keterampilan dan belajar bertanggung jawab, misalnya diladang dan lain-lain. Sehingga dalam masalah ini seorang anak tidak seharusnya melakukan sebuah pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Dalam hal ini seorang anak membantu orangtua untuk melakukan pekerjaan ringan yang dilakukan diwaktu senggang dengan tujuan agar anak memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang dunia kerja. Sehingga seorang anak tetap dapat melakukan aktivitas sekolah serta terjaga kesehatan dan keselamatannya. (Warsini, 2005: 11)

  Pekerja anak adalah anak yang melakukan segala jenis pekerjaan yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu pendidikan, membahayakan keselamatan, kesehatan serta tumbuh kembangnya. Sehingga pekerja anak merupakan masalah sosial yang timbul di masyarakat yang kemudian harus ditindak lanjuti dengan kerjasama semua pihak. Karena masalah pekerja anak ini dapat menimbulkan dampak yang kompleks bagi pelakunya itu sendiri dan masyarakat. Salah satu dampak yang terlihat yaitu aktivitas sekolah anak menjadi terganggu, karena anak harus berkerja dalam waktu yang panjang serta dilakukan setiap hari untuk mendapatkan penghasilan. (Warsini, 2005: 10)

  Dasar hukum larangan mempekerjakan anak dan perlindungan hukum bagi anak dibawah umur : a. UU No. 1 tahun 2000, tentang konvensi ILO nomor 182 mengenai pelanggaran dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

  b. UU No. 20 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi ILO nomor 138 d. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

  e. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

  f. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

  g. Keputusan Presiden RI No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan bentuk bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

  h. Keputusan Presiden RI No. 87 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan exploitasi seksual komersial anak. i. Keputusan Presiden RI No. 88 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan perdagangan (trafficking) perempuan dan anak.

  Beberapa aturan mengatur tentang hak dasar anak. Peraturan tersebut berisi berbagai macam hak yang harus didapatkan oleh seorang anak. Beberapa aturan tersebut antara lain: (Warsini, 2005: 2)

  a. Undang-Undang Dasar 1945 Anak sebagai amanah Tuhan Yang Maha Esa yang didalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak asasi yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak yang paling mendasar adalah hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, hal ini tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pada amandemen II pasal 28B ayat (2) yang berbunyi: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

  Anak adalah masa depan bangsa, pada diri anak diharapkan kelak menjadi penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, kewajiban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara untuk memberikan hak-hak anak secara optimal sejak dini.

  b. Hak-hak dasar anak menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak :

  1) Hak untuk hidup layak Setiap anak berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. 2) Hak untuk berkembang

  Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan. Mereka berhak untuk mengetahui identitasnya, mendapatkan pendidikan, bermain, beristirahat, bebas mengemukakan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinan, dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya. 3) Hak untuk mendapat perlindungan

  Setiap anak berhak untuk mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah. 4) Hak untuk berperan serta

  Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat

  5) Hak untuk memperoleh pendidikan Setiap anak berhak memperoleh pendidikan minimal tingkat dasar.

  Bagi anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu dan yang tinggal didaerah terpencil, pemerintah berkewajiban untuk bertanggung jawab untuk membiayai pendidikan mereka.

  c. Prinsip

  • – Prinsip Hak Anak Untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak secara optimal, anak harus mendapat perlindungan yang utuh, menyeluruh dan komprehensif dengan mengacu pada prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak Anak. Asas perlindungan anak menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2002 sebagai berikut :

  1) Non diskriminasi Maksudnya adalah perlindungan kepada semua anak Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak dan kondisi fisik maupun mental anak. 2) Kepentingan yang terbaik bagi anak

  Maksudnya adalah semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legislatif dan yudikatif maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.

  3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan Maksudnya adalah hak azasi anak yang paling mendasar yang harus dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang

  4) Penghargaan terhadap pendapat anak Maksudnya adalah penghargaan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut kehidupan anak. Dari uraian diatas terlihat bahwa sebenarnya pemerintah sudah memiliki upaya untuk melindungi anak. Anak sudah memiliki kedeudukan yang sangat tinggi didalam tatanan masyarakat. Keberadaannya harus dilindungi. Mereka harus terpenuhi haknya, agar dapa berkembang menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara.

  Pada dasarnya anak tidak diperbolehkan untuk bekerja, bahkan pada pasal

  68 UU No. 13 tahun 2003 jelas disebutkan bahwa “Pengusaha dilarang m empekerjakan anak”. Kecuali pada kondisi dan untuk hal –hal tertentu anak diperbolehkan melakukan beberapa pekerjaan. Seperti yang tertulis dalam UU No.

  13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam UU tersebut diuraikan beberapa pekerjaan yang diperbolehkan dan pekerjaan yang dilarang untuk seorang anak.

  Jenis pekerjaan yang diperbolehkan untuk anak antara lain: 1) Pekerjaan ringan 2) Pekerjaan dalam rangka bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan 3) Pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minat

  Jenis pekerjaan yang dilarang antara lain: Jenis pekerjaan yang dilarang bagi anak-anak terkait dengan beberapa pekerjaan terburuk bagi anak yang telah diatur secara rigit dalam beberapa peraturan. Diantaranya pasal 72 ayat 2 UU Ketenagakerjaan. Bentuk Pekerjaan terburuk untuk anak menurut pasal 74 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003 meliputi : 1) Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya. 2) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno atau perjudian.

  3) Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika , psikotropika dan zat adiktif lainnya dan atau semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.

  Jenis pekerjaan yang mebahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak dijabarkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP-115/MEN/VII/2004 tentang jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak. Dalam peraturan ini diuraikan secara detail mengenai jenis pekerjaan tersebut disertai berbagai contoh pekerjaannya.

  Undang-undang ketenagakerjaan juga memuat beberapa sanksi pidana kepada mereka yang melanggar aturan tersebut. Sanksi-sanksi tersebut antara lain:

  1. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum pada pasal 69 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana kejahatan dan diancam sanksi pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

  2. Pengusaha yang mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya wajib memenuhi syarat sebagaimana tercantum pada pasal 71 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP- 115/MEN/VII/2004 tentang Perlindungan bagi Anak yang Melakukan Pekerjaan untuk Mengembangkan Bakat dan Minat. Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran dan diancam sanksi pidana penjara paling singkat 1 bulan dan paling lama 4 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.

  400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).

  3. Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan- pekerjaan yang terburuk. Yang dimaksud dengan pekerjaan-pekerjaan yang terburuk adalah pekerjaan-pekerjaan sebagaimana tercantum pada pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : KEP- 235/MEN/ 2003 tentang Jenis-Jenis Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak. Pelanggaran terhadap norma tersebut merupakan tindak pidana kejahatan dan diancam sanksi pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 5 tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Pekerja Anak.

  1. Pengertian dan hak dasar Anak merupakan bagian penting dalam bangunan masyarakat Islam. Anak merupakan penerus kelangsungan hidup dan peradaban Islam. Keberadaannya merupakan salah satu tujuan dari adanya pernikahan. (Daradjat, 1983: 171) Perlakuan terhadapnya tidak boleh sembarangan.

  Sesampainya seorang anak dianggap dewasa (mukallaf) maka anak tersebut dalam tanggung jawab orangtuanya. Tanggung jawab tersebut terkait berbagai aspek kehidupan, baik menjaga, membesarkan dan mendidik anak tersebut. Agar kelak dikemudian hari dapat menjadi anak soleh/solehah.

  (Daradjat, 1983: 172) Setidaknya ada 4 periode yang harus dilewati seseorang sebelum ia dianggap cakap dan dapat disebut sebagai mukallaf. Periode tersebut antara lain:

  (Daradjat, 1983: 1)

  a. Periode Janin Periode ini dimulai sejak seseorang masih berupa gumpalan darah di dalam rahim seorang ibu sampai ia dilahirkan. Pada periode ini sifat kemanusiaanya belum sempurna.

  b. Periode Thufulah