Tafsir Al-Qur’an Tentang Poligami: Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd - Test Repository

  Tafsir Al- Qur’an Tentang Poligami: Perbandingan

Penafsiran Muhammad Syahrur

dan Nashr Hamid Abu Zayd.

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  

Oleh:

MUHAMAD ABDUL FATAH

NIM 215-13-007

  

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhamad Abdul Fatah NIM : 215-13-007 Fakultas : Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Jurusan : Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul “Tafsir Al-Qur‟an Tentang Poligami: Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd.

  ” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk dengan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 20 September 2017 Yang Menyatakan, Muhamad Abdul Fatah

HALAMAN MOTTO

  إً ْسُْي ِ ْسُْعْلإ َعَم َّن ِ إ

  

Sesungguhnya bersama kesulitan

terdapat kemudahan .

  ( QS. Al- Insyirāh [94]: 6)

Hesitation Make The Strugle Be Fall

  • * Keraguan Membuat Perjuangan Kita

    Menjadi Gagal *

    

Tunjukanlah Kami jalan yang lurus

  

(QS. Al-Fatihah:6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Jika karya ini patut sebagai persembahan maka akan penulis persembahkan untuk ;

  • Ayahanda Jonet Ismail dan Ibunda Siti Asmah

    Om Muslimin SAg dan Keluarga Besar

    *****

    Teman-teman Jurusan Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir

  

IAIN Salatiga Angkatan 2013

  • *****

    Teman-teman Fakultas Ushuluddin Adab dan

    Humaniora IAIN Salatiga

    *****

    Teman-teman Pon-Pes Ittihadul Asna Klumpit

    Salatiga

    ` *****

    Teman-teman P2b Bulu Kalongan Ungaran Timur

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ا

  B Be ba‟

  ب

  T Te ta‟

  ت

  es (dengan titik di atas) ṡa ṡ

  ث

  Jim J Je

  ج

  ha (dengan titik di bawah ḥa‟ ḥ (

  ح

  Kh ka dan ha kha‟

  خ

  Dal D De

  د

  zet (dengan titik di atas) Żal Ż

  ذ

  R Er ra‟

  ز

  ف

  ه

  Wawu W We

  و

  Nun N En

  ن

  Mim M Em

  م

  Lam L El

  ل

  Kaf K Ka

  ك

  Qaf Q Qi

  ق

  fa‟ F Ef

  Gain G Ge

  Zal Z Zet

  ض

  س

  Sin S Es

  ش

  Syin Sy es dan ye

  ص

  ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

  ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

  غ

  ط

  ṭa‟ ṭ te (dengan titik di bawah)

  ظ

  ẓa‟ ẓ zet (dengan titik di bawah)

  ع

  „ain „ koma terbalik (di atas)

  ha‟ H Ha

  ء

  Ditulis

  Ditulis Zakat al-fi

  ةرطفلا ةاكز

  Bila Ta‟ Marbuṭah hidup dengan harakat, fatḥah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.

  auliyā` c.

  Ditulis Karâmah al-

  ءايلولاا ةمرك

  Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

  Ditulis Jizyah (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b.

  Ḥikmah ةيزج

  ةمكح

  Hamzah ` Apostrof

  Bila dimatikan ditulis h

   Ta’ Marbuṭah di akhir kata ditulis h a.

  „iddah C.

  Ditulis

  Muta‟addidah ةدع

  Ditulis

   Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap ةددعتم

  ya‟ Y Ye B.

  ي

  ṭrah

D. Vokal Pendek

  Fat Ditulis A ḥah

  _َ__

  Kasrah Ditulis

  I _ِ__

  Ditulis U Ḍammah

  _ُ__ E.

   Vokal Panjang Fat ḥah bertemu Alif

  Ā

  Ditulis

  Jahiliyyah ةيلهاج

  Fat ḥah bertemu Alif Layyinah Ā

  Ditulis

  Tansa ىسنت

  Kasrah bertemu ya‟ mati Ī

  Ditulis

  Karīm يمرك

  Ḍammah bertemu wawu mati Ū

  Ditulis

  Furūḍ ضورف F.

   Vokal Rangkap Fat ḥah bertemu Ya‟ Mati

  Ai

  Ditulis

  Bainakum مكنيب

  Fat ḥah bertemu Wawu Mati Au

  Ditulis

  Qaul لوق

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

  Ditulis A`antum

  متنأأ

  Ditulis

  U‟iddat تدعأ

  Ditulis

  La‟in syakartum تمركش نئل H.

   Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al

  Ditulis Al-

  Qur`ān نارقلا

  Ditulis Al-

  Qiyās سايقلا

  Ditulis Al-

  Samā` ءامسلا

  Ditulis Al-Syams

  سمشلا I.

   Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

  Ditulis

  Żawi al-furūḍ ضورفلا ىوذ

  Ditulis Ahl al-sunnah

  ةنسلا لها

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نحمرلا للها مسب

  Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah swt. yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhingga, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tafsir Al- Qur‟an Tentang Poligami: Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. beserta keluarganya, sahabat serta pengikut-pengikutnya sampai di

  

yaumul qiyāmah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan,

dan dorongan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

  Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

  1. Kedua orang tua (Ayah Jonet Ismail dan Ibu Siti Asmah) yang dengan ikhlas menerima dan memperjuangkan kami sebagai anak, untuk terus bersekolah dan menjadi hamba yang di ridhoi oleh Allah Swt, di dunia dan di akhirat kelak. Berkat kesabaran ibu, menjadikan saya selalu tabah atas berbagai ujian yang menjadi jalan untuk mencapai keridhaan yang lebih tinggi dihadapan Allah dan manusia. Juga tidak lupa, bagaimana ayah menanamkan bahwa memandang kehidupan tidaklah melulu melalui satu hanya akan diperoleh dengan memperluas wawasan dan keilmuan. Lalu kemudian, tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang teramat kepada Mbah Irpan dan Mbah Toyibah, yang telah dengan rela mencukupkan kebutuhan ananda sebagai cucu, untuk dapat tetap melanjutkan jenjang pendidikan sampai saat ini yang telah banyak sekali membantu penghidupan saya di Ponpes Ittihadul asna.

  2. Abah Muhammad Royhuddin Mahbub, selaku Guru sekaligus orang tua Ponpes Ittihadul Asna. Terimakasih karena telah menjadi jalan bagi Tuhan untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada ananda. Lalu kemudian terimakasih kepada teman-teman santri Ponpes Ittihadul Asna yang selalu mendampingi menuntut ilmu dan juga kepada Ustad Ustadzah yang telah memberikan ilmu kepada saya dan telah membimbing saya dengan kesabaran dan keikhlasan.

  3. Teman-teman seperjuangan, Mahfudz Fawzie, Muhammad Sarifuddin, M Choirurrohman, Rangga Pradipta, Wahyu Kurniawan, Husain Imaduddin, Laila Alfiyanti, Triyanah, terimakasih atas empat tahun perjuangan yang telah kita lewati bersama di IAIN Salatiga.

  4. Dr. Benny Ridwan, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora IAIN Salatiga.

  5. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir, beserta staff-staffnya yang tak pernah menyerah memotivasi kami juga atas fasilitas perpustakaan IAIN Salatiga yang telah dibuka beberapa saat sebelum penulis memulai skripsi ini, sehingga fasilitas tersebut sangat membantu proses penulisan skripsi ini.

  6. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. selaku dosen pembibing skripsi yang telah mengarahkan dan membimbing dari awal hingga akhir, hingga terjadinya skripsi ini.

  7. Dr. Muh. Irfan Helmy, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan kesabarannya berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada saya dalam proses akademik 8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Ittihadul Asna Salatiga.

9. Dan tak lupa pada pihak-pihak terkait yang lain yang tak sempat untuk disebutkan di sini.

  Teriring do‟a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini diterima di sisi Allah swt. dan mendapat pahala yang dilipat gandakan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skipsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

  Salatiga, 20 september 2017 Penulis,

  

ABSTRAK

  Kata Kunci: Poligami Poligami adalah ikatan perkawinan dalam hal suami menikahi lebih dari satu istri dalam waktu yang sama, berabad-abad Islam diwahyukan masyarakat manusia di berbagai belahan dunia telah mengenal dan mempraktekan poligami secara luas di kalangan masyarakat yunani, persia, mesir kuno. Di arab jauh sebelum Islam masyarakat telah memperaktekan poligami tak terbatas, sejumlah riwayat menjelaskan bahwa setelah turun ayat yang membatasi jumlah istri hanya empat yakni Qs Al-

  Nisa‟ ayat 3, Nabi segera memerintahkan semua laki-laki yang memiliki lebih dari empat agar menceraikan istrinya Islam tidak mengajarkan poligami juga tidak melarangnya, Islam hanya membolehkan dengan syarat yang ketat, Nabi melakukan perubahan sesuai pentunjuk kandungan ayat. Pertama membatasi jumlah istri hanya sampai empat kedua menetapkan syarat yang ketat bagi poligami yaitu harus mampu adil.

  Penelitian ini berusaha menemukan bagaimana konsep poligami dalam perspektif Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd dan solusi-solusi yang ditawarkan melalui penafsiran ayat-ayat yang berbicara tentang poligami untuk mengatasi permasalah yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah (1) bagaimana sosio historis Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd? (2) bagaimana menurut Muhammad Syahrur dan Nashr hamid Abu Zayd tentang ayat-ayat poligami? (3)bagaimana persamaan dan perbedaan penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd? . Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode pendekatan tafsir muqaran dengan membandingkan ayat- ayat al-

  Qur‟an yang berbicara tentang poligami sebagai bahan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, juga didukung dengan penelitian kepustakaan library research yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd yang berkaitan dengan poligami..

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Konsep poligami menurut Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd memperbolehkan poligami tetapi dengan syarat yang ketat terkait berhubungan dengan kemanusiaan yaitu istri kedua harus janda yang mempunyai anak yatim yang masih kecil (balita) yang ditingal mati dan kedua harus mempunyai rasa khawatir tidak dapat berbuat adil kepada anak yatim, jika kedua syarat tersebut tidak ada maka alasan poligami menjadi gugur, pendapat Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid tersebut berbeda dengan kebanyakan ulama yang memperbolehkan poligami dalam kondisi isteri mandul, istri sakit yang tidak dapat disembuhkan. Melihat poligami dalam hukum Islam memang berbeda pendapat tetapi pada umumnya ulama memperbolehkan poligami sebagai praktik yang bersyarat ketat yang berbeda, untuk berpoligami dalam konsep Muhammad syarat keduanya ada rasa khawatir tidak dapat berlaku adil harus terpenuhi agar membuat dibolehkanya poligami, tetapi jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka poligami tidak boleh dilakukan, Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd mengingatkan bahwa pada waktu yang sama al-

  Qur‟an juga mendorong laki-laki yang memiliki harta untuk mengawini janda yang memiliki anak yang masih muda, adalah sebuah jalan yang efektif dalam menyiadakan perhatian bagi keluarga yatim, Oleh karena itu sifat dasar dari ayat poligami sejatinya adalah keadilan pada anak yatim. Keseluruhan makna dari ayat poligami sama sekali tidak hubungan dengan para istri itu. Sebagaimana dalam al-

  Qur‟an dalam surat an-nisa ayat 129-130 tidak menuntut bahwa istri-istri harus diperlakukan dengan keadilan sepenuhnya karena mengawini mereka bukanlah demi kepentingan mereka, melainkan lebih karena kepentingan masa depan anak-anak yatim yang ditinggal oleh ayahnya.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL: .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING : .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN :...................................................................... iii HALAMAN KEASLIAN TULISAN : .......................................................... iv HALAMAN MOTTO: ................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN: ................................................................... vi HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI :............................................. vii KATA PENGANTAR: ................................................................................. xii ABSTRAK: ................................................................................................... xv DAFTAR ISI: ................................................................................................ xvii

  BAB I PENDAHULUAN: ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah: ............................................................. 1 B. Pembatasan Masalah: ....................................................................8 C. Rumusan Masalah: ...................................................................... .8 D. Tujuan Penelitian: ....................................................................... .9 E. Kegunaan penelitian: ....................................................................9 F. Kerangka Teori: .......................................................................... .9 G. Telaah Pustaka: .............................................................................9 H. Metode Penelitian: ...................................................................... .12

  BAB II LANDASAN TEORI: ..................................................................... .15 A. Pendekatan Tafsir Muqaran: ....................................................... .15 B. Tinjauan Umum Tentang Poligami : ...................................................................................................... .18 1.

  Pengertian Poligami: ...............................................................18 2. Faktor pendorong Poligami: ...................................................22 3. Poligami dalam lintas sejarah: ................................................24 4. Poligami dalam pandangan hukum Islam: ..............................27

  BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD SYAHRUR DAN NASHR HAMID ABU ZAYD: .................................................................................................. 36 A. Muhammad Syahrur ...................................................................... .36 1. Biografi Muhammad Syahrur..................................................36 2. Karya-Karya Muhammad Syahrur...........................................38 3. Pemikiran Muhammad Syahrur...............................................40 4. Penafsiran Muhammad Syahrur...............................................43 B. Nashr Hamid Abu Zayd 1. Biografi Nashr Hamid Abu Zayd............................................55 2. Karya-Karya Nashr Hamid Abu Zayd......................................58 3. PemikiranNashr Hamid Abu Zayd...........................................59 4. Penafsiran Nashr Hamid Abu Zayd..........................................62

  BAB IV PERBANDINGAN TAFSIR: ........................................................ ..67 A. Temuan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd Tentang Ayat Poligami...........................................................67 1. Karakteristik dari penafsiran Muhammad Syahrur....................67 2. Karakteristik dari penafsiran Nashr Hamid Abu Zayd ..............70 B Analisa Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd Tentang Ayat Poligami.....................................................................73 1. Persamaan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd Tentang Ayat Poligami......................................................73 2. Perbedaan dari Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd Tentang Ayat Poligami......................................................74 BAB V PENUTUP: ...................................................................................... ..78 A. Kesimpulan: ................................................................................ ..78 B. Saran: ........................................................................................... ..81 DAFTAR PUSTAKA: ................................................................................. ..83 LAMPIRAN-LAMPIRAN: ... ...................................................................... ..86 CURRICULUM VITAE: .............................................................................. ..93

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu kodrat makhluk bumi yang bernama manusia diciptakan sang Kholiq ialah hidup berpasang pasangan, oleh Karena itu kapan dan dimana pun

  mereka berada, pada saatnya akan saling mencari dan menemukan pasangannya masing-masing, begitu pula kalau hukum alam untuk menurunkan generasi

  1

  sudah berfungsi tak satu manusia yang dapat menghambat. Salah satu fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari manusia bahwa mereka adalah makhluk yang bermasyarakat. Ibnu Khaldun juga pernah mengatakan bahwa manusia pasti dilahirkan di tengah-tengah masyarakat dan tidak mungkin hidup kecuali

  2 bersama-sama masyarakat itu.

  Dalam agama Islam proses kehidupan bermasyarakat itu diatur dalam aturan melalui lembaga pernikahan, yang bertujuan membangun keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang antara orang yang ada didalamnya. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah dalam surat ar-Ruum 30:21

1 Hasan Aedy, Antar

  a Poligami Syari‟ah dan Perjuangan Kaum Perempuan, (Bandung: Alfabeta 2007), cet. 2, hlm. 82.

  

           

          “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir

  ”.

  Oleh karena itu perkawinan merupakan tuntunan naluriah manusia untuk berketurunan, serta menumbuhkan rasa kasih sayang, Islam menganjurkan agar

  3 orang menempuh perkawinan, dan sengaja membujang tidak dibenarkan.

  Salah satu bentuk perkawinan dalam Islam adalah poligami. istilah poligami yang digunakan sehari-hari di indonesia, adalah seorang suami yang mempunyai istri lebih dari satu orang. Dari segi etimologi, poligami berasal dari kata polygamy, yang berarti suami memiliki pasangan lebih dari seorang.

  Poligami pada dasarnya memiliki dua makna, pertama poliandri, yaitu seorang istri memiliki banyak suami, dalam hukum Islam, perkawinan jenis ini tidak diperbolehkan. Kedua poligini, yaitu satu orang suami yang memiliki lebih dari satu istri.

  Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang ke jazirah arab, poligami merupakan sesuatu yang telah mentradisi bagi masyarakat arab, poligami masa itu dapat disebut poligami tak terbatas, bahkan lebih dari itu tidak ada gagasan keadilan diantara para istri. Kemudian datanglah I slam untuk menegaskan syari‟at tersebut, meluruskan, membatasi, menetapkan syarat-syarat kebolehanya. Di antara dalil yang membolehkan poligami adalah tertuang dalam surat an- nisa‟

  4 ayat 3.

               

                    “dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya

  ”.

  Perhatian penuh Islam terhadap poligami sebagaimana ayat yang Allah SWT turunkan ini bukannya tanpa syarat, akan tetapi Islam menetapkannya dengan syarat, yaitu keadilan dan pembatasan jumlah menjadi syarat karena jika tidak dibatasi, maka keadilan sangat sulit ditegakkan. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka Islam melarangnya, dengan dua persyaratan itu

  5 berarti Islam telah memperhatikan hak-hak perempuan khususnya perkawinan.

4 Muhammad Syahrur, Metodologi Fiqih Islam, ( University of Manchester, England), hlm.

  427.

  Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan ketika menafsirkan surat an-nisa ayat 3, jika ada perempuan yatim dalam perlindunganmu dan kamu khawatir tidak dapat memberinya mahar yang memadai, maka beralihlah kepada wanita selainnya, sebab wanita lain juga masih banyak, dan Allah tidak akan

  6 mempersulitnya.

  Poligami merupakan salah satu tema penting yang mendapat perhatian khusus dari Allah SWT. Sehingga tidak mengherankan kalau dia meletakkannya pada awal surat an- nisa‟ dalam kitabnya yang mulia. Seperti yang kita lihat, poligami terdapat pada ayat ketiga dan merupakan satu-satunya ayat dalam at-tanzil yang membicarakan masalah ini. Akan tetapi, para mufassir dan para ahli fiqih, seperti biasanya, telah mengabaikan redaksi umum ayat dan mengabaikan keterkaitan erat di antara masalah poligami dengan para janda

  7 yang memiliki anak-anak yatim.

  Jika kita perhatikan, Allah SWT mengawali surat an-nisa dengan seruan kepada manusia agar bertaqwa kepada Allah yang juga merupakan tema penutup surat al-imran sebelumnya, serta kepada mereka seruan untuk menyambung tali silatuhrahim dengan berpandangan kepada manusia secara umum, bukan pandangan kelompok atau kesukuan yang sempit, sebagai isyarat

  6 Ringkasan tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet. 1, hlm. 645. 7 Muhammad Syahrur, Metodologi Fiqih Islam, ( University of Manchester, England), hlm. bahwa penciptaan manusia berasal dari nafs yang sama (nafs wahidah) Allah berfirman;

  

           

             

    

  “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

  8 mengawasi kamu.(QS. An- nisa‟ /4:1)”.

  Dalam wawancara dengan beberapa nara sumber kami mendapatkan fakta yang menarik seputar poligami. Menurut Joko Seorang pelaku poligami, ia melakukan poligami karena merasa mampu memberi nafkah lahir yang mencukupi kepada istri-istrinya. Ia merasa nyaman dengan beristri lebih dari satu orang. Secara agama ia merasa takut berbuat zina jika hanya memiliki satu istri. Sedang menurut Hamzah seorang pelaku poligami, ia memiliki tiga istri karena memiliki harta yang cukup dan memiliki libido yang tinggi, dengan tiga istri yang ada dia merasa terlayani dengan baik oleh istrinya, dia termotivasi oleh pemahaman Agama Islam yang membolehkan beristri sampai empat wanita meskipun ia sendiri tidak begitu memahami agama dengan mendalam.

  Sedangkan ustad Umar melakukan poligami dengan memiliki dua istri karena ingin mengajarkan Agama dengan lebih mendalam kepada wanita yang dinikahinya, walaupun dia berkondisi sederhana secara ekonomi, tetapi soal Agama ustad Umar sangat termotivasi dan mendalami dengan menggunakan dalil dalam surah an- nisa‟, ustad Umar menikahi istri yang kedua karena istri yang pertama sedang sakit keras dan ustad Umar merasa akan berbuat zina apabila tidak menikah, makanya ustad Umar menikah lagi dan melakukan poligami.

  Dari fenomena yang terjadi tersebut, ada masyarakat kita ada yang setuju dengan poligami dan ada yang tidak setuju dengan poligami. Yang setuju beranggapan untuk menyelamatkan perekonomian wanita dan mereka menentang praktek poligami yang ada sekarang ini, karena efek negativnya dianggap lebih besar bagi keluarga dan banyak menyakiti perempuan. Namun sebagian lainya menyetujui poligami dengan alasan tertentu. Kelompok terakhir ini beralasan bahwa poligami memiliki banyak resiko, tetapi bukan sesuatu yang dilarang oleh Agama, khususnya Islam.

  Berbicara masalah Ulama kontemporer yang sering muncul belakangan ini, salah satunya yaitu Nashr Hamid Abu Zayd seorang pembaru Islam kebangsaan mesir, ia berpendapat tentang ketidak bolehan menikahi wanita lebih dari satu, Nashr Hamid Abu Zayd yaitu dengan kembali pada pembacaan teks dan hermeneutikanya.

  Nashr Hamid Abu Zayd mencontohkan undang-undang yang berkaitan dengan isu perempuan yang terjadi di Tunisia. Salah satu undang-undang perkawinan yang masih terjadi perdebatan antara kalangan salafi dan liberal, sebagaimana yang dikutip Nashr Hamid Abu Zayd yakni tentang poligami atau Undang-undang perkawinan yang ada di Tunisia tersebut sangat tegas melarang adanya poligami kepada lelaki yang menikah padahal ia mempunyai istri dan akad nikah sebelumnya belum rusak atau Maka ia dihukum kurungan selama satu tahun dan dianggap berhutang 240.000 frank, atau dihukum dengan salah satu dari kedua jenis hukuman itu, walaupun perkawinan barunya itu belum terjalin dengan sesuai undang-undang

  9

  pernikahan. Dari sinilah Nashr Hamid Abu Zayd berpendapat bahwa suatu pernikahan yang dilakukan oleh seorang suami yang lebih dari satu istri adalah dilarang secara mutlak.

  Hal ini bertentangan dengan Ulama salafi yang berpendapat bahwa undang-undang Tunisia yang mengharamkan poligami berkaitan bahwa secara tekstual bertentangan dengan firman Allah dalam surat an-nisa /4:3, Menurut Syahrur poligami harus dikaitkan dengan persoalan perlindungan syah-syah saja, asalkan anak yatim terpenuhi kebutuhan untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraaan.

  Poligami tidak hanya diperbolehkan tapi diajurkan oleh Islam. namun poligami boleh dilakukan dengan dua syarat yang harus terpenuhi, yaitu bahwa isteri kedua, ketiga dan keempat adalah para janda yang memiliki anak yatim; yang kedua, harus terdapat rasa khawatiran tidak dapat berbuat adil kepada anak yatim. Sudut pandang ini yang membedakan Muhammad Syahrur dengan beberapa ahli terdahulu yang menginterprestasikan Al-

  Qur‟an dengan beberapa metode penafsiran yang sudah mapan didunia Islam. Syahrur menjadi kontroversial pada awal tahun 1990-an, ketika ia menerbitkan buku

  

10

  pertamanya (al-kitab wa al- Qur‟an ).

  Berdasarkan latar belakang ini, penulis bermaksud menganalisa dan menggali pendapat Muhammad Syahrur tentang poligami, dalam sebuah karya tulis yang berj udul „‟ Tafsir Al-Qur‟an Tentang Poligami: Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd” B.

   Pembatasan Masalah

  Skripsi ini merupakan kajian disiplin ilmu tafsir Al- Qur‟an yang berhubungan dengan hukum (tafsir ahkam). Dalam kajian ini penulis menampilkan pendapat Muhammad Syahrur yang menolak tradisi fiqih sebagai karya tunggal (monotik) yang tidak akan bertahan lama. Bertitik tolak dari persoalan tersebut, penulis mencoba menganalisa pendapat Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd tentang poligami dengan memfokuskan bahasan pada masalah poligami dalam surat an- nisa‟ menurut pendapat Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd.

C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut te ntang “Tafsir Al-Qur‟an Tentang Poligami: Perbandingan Penafsiran

  Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd dalam surat an- nisa‟” yang dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana Setting Sosio Historis Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd?

  2. Bagaimana konsep Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd tentang ayat poligami dalam surat an- nisa‟.

  3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd? D.

   Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui Setting Sosio Historis Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd.

  2. Untuk mengetahui konsep Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd tentang ayat poligami dalam surat an- nisa‟.

  3. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd.

  E. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang tafsir. Agar hasil penelitian ini betul-betul jelas dan berguna untuk memperkembangkan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini.

  Adapun hasil penelitian ini ada dua, yaitu:

  1. Kegunaan secara teoritis Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan ilmu keagamaan khusunya mengenai Tafsir Al-

  Qur‟an Tentang Poligami: . Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd

  2. Kegunaan secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat bisa memberi kontribusi agar dapat memberi solusi kepada masyarakat dalam menjalankan konsep poligami yang terkandung dalam surat an-ni sa‟ bisa dibangun diatas landasan etis yang dinafasi ajaran religious (Islam) yang bersumber dari Al- Qur‟an.

  F. Kerangka Teori

  Kerangka teoretik bisa berkaitan dengan objek material maupun objek formal. Berkaitan dengan yang pertama, maka kerangka teori berisi tentang kajian yang telah ada seputar materi yang akan kita bahas. Selanjutnya, kerangka teori tersebut akan dijadikan landasan untuk melihat bagaimana wujud dari objek material yang akan dikaji. terkait objek formal yakni tentang poligami dan seluk beluknya maka akan penulis sampaikan beberapa pendapat tentang hal tersebut untuk mendukung penelitian ini.

  Sedangkan objek non formal adalah metode yang penulis pakai dalam meniliti dan mengupas tentang pembahasan poligami ini. metode yang penulis gunakan adalah maudu‟i untuk pengumpulan ayat atau dalil terkait poligami dan begitu juga muqaran yaitu dengan cara mengambil sejumlah ayat kemudian mengemukakan penafsiran para mufasir terhadap ayat yang berkaitan dengan ayat poligami serta membandingkan segi-segi kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan Al-

  Qur‟an.

G. Telaah Pustaka

  Setelah penulis sampaikan beberapa hal penting di atas, penulis mencoba

  melihat berbagai kajian terdahulu yang dilakukan para tokoh dan penulis lain yang pernah ada terkait poligami adalah sebagai berikut :

  1. Studi komparatif tentang syarat istri kedua menurut Muhammad Syahrur dan kompilasi hukum Islam yang ditulis Ummi Athiyah program s1 jurusan al-

  ahwal al-syakh shiyyah fakultas

  syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dia berbicara tentang analisis perbandingan konsep syarat istri kedua menurut Muhammad Syahrur dan kompilasi hukum Islam

  2. Pemikiran Nasr hamid Abu Zaid tentang poligami dan relevansinya dengan undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang ditulis oleh Siti

  Syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dia membahas tentang poligami dalam pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid sedangkan karya tulis ini berbicara tentang konsep poligami menurut Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd dalam surat an- nisa‟

  3. Poligami menurut Muhammad Syahrur dalam pandangan hukum Islam yang ditulis oleh Maria Ulfah program S1 program studi perbandingan madzhab hukum Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dia membahas tentang analisis terhadap kerangka berfikir Muhammad Syahrur tentang poligami dalam kajian ushul fiqih.

  4. Buku metodologi fiqih Islam kontemporer yang ditulis oleh Dr.ir.

  Muhammad Syahrur yang diterjemahkan oleh Sahiron Syamsuddin, MA. yang didalamnya juga membahas tentang poligami.

  5. Jurnal Konsep poligami menurut Muhammad Syahrur yang ditulis oleh Evi M u‟arifah yang membahas tentang pemikiran Muhammad Syahrur tentang poligami.

  6. Rekontruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami yang ditulis oleh Yassirly Amrona Rosyada program S2 program magister pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta yang membahas tentang rekontruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami.

H. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Penelitian ini berjenis kualitatif (qualitative research), yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, pemikiran, tindakan, secara holistic, dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata atau bahasa, pada suatu konteks khusus yang sistematis dengan memanfaatkan berbagai

  11 metode ilmiah.

  Sementara berdasarkan modelnya, penelitian ini masuk dalam katagori penelitian pustaaka (library research ), yaitu penelitian dengan identik mempelajari buku-buku. Riset pustaka sekaligus memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data penelitian. Tegasnya, riset pustaka membatasi kegiatan hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa melakukan riset lapangan.

2. Sumber data penelitian

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data yaitu, data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd. Dan kemudian data sekunder adalah data atau bahan yang diperoleh dari orang kedua dan bukan data orisinil dari orang pertama atau sumber buku yang penulis anggap representatif untuk dijadikan sebagai bahan tambahan dalam kajian ini.

  3. Teknik pengumpulan data Data pengumpulan ini diperoleh melalui pengumpulan data kepustakaan. Dengan cara mengumpulkan berbagai literatur seperti buku- buku, naskah atau dokumen-dokumen serta informasi lainya yang memiliki kaitan dengan pembahasan poligami menurut Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd yang penulis angkat. Data yang dikumpulkan kemudian ditelaah dan diteliti selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan keperluan pembahasan ini. Kemudian data-data yang telah diklasifikasikan disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu pembahasan yang jelas yang mudah difahami atau dianalisa.

  4. Analisis Data Setelah penulis mendapatkan data kemudian penulis menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode muqarran, yaitu membandingkan ayat-ayat al-

  Qur‟an yang berbicara tentang tema tertentu atau membandingkan ayat-ayat al- Qur‟an dengan hadist Nabi termasuk dengan hadis yang makna tekstualnya tampak dengan al-

  Qur‟an atau kajian lainya. Dalam menganalisa, penulis mengkaji, memahami setiap materinya.

  Kemudian data yang penulis dapatkan, diberikanlah analisis dan tersusun

I. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian ini, dan agar tulisan ini lebih tersusun maka penulis menyusun sisitematika penulisan dalam lima bab dengan sub-sub pada masing-masing bab.

  Bab I pendahuluan, yang merupakan garis besar dari keseluruhan pola berfikir yang dituangkan dalam konteks yang jelas serta padat. Atas dasar tersebut, deskripsi skripsi ini diawali dengan latar belakang masalah yang menjelaskan alasan pemilihan judul ini, serta pokok permasalahanya. Dengan penggambaran secara sekilas, subtansi pemilihan ini sudah dapat ditangkap. Selanjutnya untuk lebih memperjelas rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, uraian judul, telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

  Bab II akan berisi tentang landasan teori yang meliputi: pendekatan tafsir muqaran, pengertian poligami, faktor-faktor pendorong poligami, poligami dalam lintas sejarah, poligami dalam pandangan hukum Islam

  Bab III akan berisi tentang: Biografi Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd meliputi karya, pemikiran dan penafsiran

  Bab IV akan berisi tentang perbandingan tafsir, karakteristik, persamaan dan perbedaan dari Nashr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Syahrur dalam penafsiran poligami dalam surat an- nisa‟.

  Bab V penutup, yang akan berisi hasil kajian dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan Tafsir Muqaran 1. Pengertian Tafsir muqaran Metode tafsir muqaran adalah menejelaskan ayat-ayat al- Qur‟an

  dengan merujuk pada penjelasan para mufasir, Metode muqaran mempunyai pengertian lain yang lebih luas, yaitu membandingkan ayat-ayat al- Qur‟an yang berbicara tentang tema tertentu atau membandingkan ayat-ayat al-

  Qur‟an dengan hadist Nabi termasuk dengan hadis yang makna tekstualnya

  12

  tampak dengan al- Qur‟an atau kajian lainya.

  2. Langkah yang ditempuh ketika menggunakan metode ini adalah a.

  Mengumpulkan sejumlah ayat al-Qur‟an b.

  Mengemukakan penjelasan para mufasir baik kalangan salaf atau kalangan kalaf, baik tafsiranya bercorak bi al-matsur atau bi ar- ra‟yi.

  c.

  Membandingkan kecenderungan tafsir mereka d.

  Menjelaskan siapa diantara mereka yang penafsiranya dipengaruhi oleh

  13 madzhab tertentu.

  3. Ciri-ciri metode muqaran a.

  Ayat-ayat al-Qur‟an yang berbeda redaksinya satu dengan yang lain, padahal spintas terlihat bahwa ayat tersebut berbicara tentang persoalan yang sama.

  b.

  Ayat-ayat yang berbeda kandungan informasinya dengan hadits Nabi.

  c.

  Perbedaan pendapat ulama menyangkut penafsiran ayat yang sama. Contoh firman Allah QS Ali Imran ayat 126:

                 

  •   

  “dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa

  14 lagi Maha Bijaksana ”. (QS Ali Imran ayat 126).

  Ayat diatas sedikit berbeda dengan surah al-Anfal ayat 10. Di sana dinyatakan: