STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK - FISIP Untirta Repository

STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi

  Oleh: Annisa Nurprabandari NIM. 6662102364 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA BANTEN

PERNYATAAN ORISINALITAS

  Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Annisa Nurprabandari NIM : 6662102364 Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Mei 1992 Program Studi : Ilmu Komunikasi Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul STRATEGI RADIO REPUBLIK

  INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

  Serang, Juni 2014 Annisa Nurprabandari

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah : 6)

Tanpa D-U-I-T (Doa-Usaha-Ikhtiar-Tawakal) Tidak Akan

Ada Suatu Keberkahan dan Keberhasilan Untuk Mencapai

Suatu Cita-cita (Annisa Nurprabandari)

  Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda tercinta dan adikku tersayang, yang sangat menginginkan aku menjadi sarjana........

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “STRATEGI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) BANTEN DALAM MEMBANGUN EKSISTENSI SEBAGAI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK ”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada konsentrasi Ilmu Humas program studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Perlu disebutkan pula bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, antara lain kepada:

  1. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa beserta Wakil Dekan I, II, III.

  2. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Idi Dimyati, S. Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

  5. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

  6. Kepada Bapak Darwis Sagita, S.I.Kom selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan perkuliahan 7. Kepada pihak RRI khususnya Bapak Zahral Mutzaini, Bapak Engkay

  Karsila, Pak Ardan, Mba Gita, Mas Dede Firdaus yang telah membantu memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini.

  8. Terima kasih untuk orang tuaku yang tersayang, Ibu Sri Hardiyati, serta adikku Ichsan Nurfajri Baihaqy yang telah mencurahkan kasih sayangnya, mendukung, baik moril maupun materiil dan memberikan doa serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tanpa doa dan dukungan dari kalian penulis tidak akan berhasil seperti ini, sayang kalian selalu.

9. Sepupuku Dini Iftita Insani, Sabila Fikri Hanifa, si kecil mungil Khalisa

  10. Narti, Om Bogor (Om Rudy, Om Rony, Om Awang, Om Akew, Ade), seluruh keluarga di Bogor dan seluruh saudara yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih telah mendukung serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  11. Teman – temanku, Rosa, Vitha, Maya Maul, Puput, Septa, Widi, Sarah, Amel, Indra, Putri Delia. Kekonyolan dan kekompakan kalian takkan pernah terlupa. Sahabatku yang selalu bersama-sama bimbingan skripsi dan menjadi teman sharing dalam penyusunan skripsi, Ifat, Dede, Lulu, Ara, Geby, Nurhamidah, Maya Lestari, Okta Zikriani, Tika, Ade Irfan terima kasih sudah menjadi teman yang baik. Seluruh teman-teman seperjuangan Humas & Jurnalistik baik reguler maupun nonreguler angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dengan lelucon-leluconnya dan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

  12. Terimakasih untuk teman-teman kosanku di blok C3 No.17, ka Novi, teh Merry, teh Wulan, teh Tanti, Aulia, Suci yang selalu memberikan semangat, perhatian, saran, menjadi teman saat suka maupun duka, berbagi keluh kesah. Kalian yang terbaik bagiku, sayang kalian semua. Ayo kita karaokean dan menggila lagi kawan...! 13. Terimakasih untuk kakakku, Teh Silvi, Teh Isti walupun kita beda jurusan kalian selalu memberikan semangat, perhatian kepada penulis. Untuk Teh

  Thia, Teh Astri (Ante), Teh Anis Nisfu, Teh Fitri Febrianti, Teh Salsa, Teh

  14. yang selalu menjadi teman bertukar pendapat, berbagi cerita, dan diskusi yang mendukung serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, kalian senior terbaik.

  15. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran penulis saat penyusunan skripsi ini. Kritik serta saran yang membangun penulis harapkan sebagai bahan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Serang, Juni 2014 Annisa Nurprabandari

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

ABSTRAK ......................................................................................................... xvi

ABSTRACT ........................................................................................................xvii

  

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusaan Masalah ............................................................................. 6 1.3. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6 1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

2.1. Tinjauan Konseptual ........................................................................... 8

  2.1.1 Pengertian komunikasi ............................................................ 8

  2.1.3 Media Penyiaran ..................................................................... 12 2.2. SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi ......................................... 20 2.3.

  Teori Niche (Ekologi Media) ............................................................. 25 2.4. Eksistensi RRI Banten Sebagai Lembaga Pers ................................... 27 2.5. Kerangka Berpikir .............................................................................. 31 2.6. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 32

  

BAB III METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 36

3.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 36 3.2. Paradigma Pospositivistis ................................................................... 37 3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 38 3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data..................................... 40 3.4.1. Observasi ................................................................................ 40 3.4.2. Wawancara ............................................................................. 40

  3.4.2.1 Kriteria dan Teknik Pemilihan Informan .................... 42

  3.4.3 Discussion Research (Riset Diskusi) ........................................ 44

  3.4.4 Dokumentasi ............................................................................. 45 3.5. Uji Validitas ........................................................................................ 45 3.6. Teknik Analisis Data .......................................................................... 47 3.7.

  Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................. 49

  3.7.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 49

  3.7.2 Jadwal Penelitian .................................................................... 49

  

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 50

  4.1.1 Profil Perusahaan ......................................................................... 50

  4.4.1 SWOT RRI Banten ...................................................................... 61

  4.4.2.2 Strategi meminimalkan kelemahan untuk membangun eksistensi .................................................... 69

  4.4.2.1 Strategi menggunakan kekuatan untuk membangun eksistensi .................................................... 68

  4.4.2 SWOT Sebagai Cara Membentuk Strategi .................................. 68

  4.4.1.4 Ancaman (Threath) RRI Banten ..................................... 67

  4.4.1.3 Peluang (Opportunities) RRI Banten .............................. 66

  4.4.1.2 Kelemahan (Weakness) RRI Banten ............................... 65

  4.4.1.1 Kekuatan (Strength) RRI Banten ..................................... 62

  4.4 Analisis dan Pembahasan ...................................................................... 60

  4.1.2 Sejarah RRI Banten ..................................................................... 51

  4.3.3 Agus Ardan Maulana.,SH ............................................................ 60

  4.3.2 Drs. H. Zahral Mutzaini ............................................................... 60

  4.3.1 H. Engkay Karsila.,SE ................................................................. 59

  4.3 Deskripsi Informan ............................................................................... 59

  4.2 Personalia .............................................................................................. 58

  4.1.5 Program Siaran RRI Banten ........................................................ 57

  4.1.4 Aplikasi Visi – Misi RRI ............................................................. 54

  4.1.3 Visi – Misi dan Motto Perusahaan .............................................. 52

  4.4.2.3 Strategi memanfaatkan peluang untuk

  4.4.2.4 Strategi menghindari ancaman untuk membangun eksistensi ......................................................................... 71

  4.4.3 Strategi RRI Banten Berdasarkan Teori Niche (Ekologi Media) .......................................................................................... 74

  4.4.4 Eksistensi RRI Banten ................................................................. 78

  

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81

  5.1 Kesimpulan ................................................................................. 81

  5.2 Saran ............................................................................................ 83

  5.2.1 Saran Teoritis ..................................................................... 83

  5.2.2 Saran Praktis....................................................................... 84

  

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103

  

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 2.1 : Matriks SWOT Penentuan Strategi ................................................... 23Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu ......................................................................... 34Tabel 3.7 : Jadwal Penelitian .............................................................................. 49Tabel 4.1 : Kekuatan RRI Banten ....................................................................... 64Tabel 4.2 : Kelemahan RRI Banten .................................................................... 65Tabel 4.3 : Peluang RRI Banten .......................................................................... 65Tabel 4.4 : Ancaman RRI Banten ....................................................................... 67Tabel 4.5 : Matriks SWOT Manajemen RRI Banten .......................................... 73

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 : Surat Keterangan Hasil Penelitian Lampiran 3 : Sejarah RRI Banten Lampiran 4 : Struktur Organisasi RRI Banten Lampiran 5 : Program Acara RRI Banten Lampiran 6 : Data Informan Penelitian Lampiran 7 : Pedoman Wawancara Lampiran 8 : Hasil Wawancara Lampiran 9 : Dokumentasi Foto Lampiran 10 : Foto copy kartu bimbingan Lampiran 11 : Foto copy kartu sit-in sidang Lampiran 12 : Foto copy sertifikat TOEFL Lampiran 13 : Daftar riwayat hidup

  

ABSTRAK

Annisa Nurprabandari. 6662102364. Skripsi. Strategi Radio Republik

Indonesia (RRI) Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga

Penyiaran Publik. Pembimbing 1: Idi Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom dan

Pembimbing II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom

  RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai mengudara pada tahun 2012 dan siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta. Beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang, RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif menggunakan beberapa langkah yaitu: Observasi, wawancara, riset diskusi, dokumentasi, uji validitas dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis SWOT, penelitian ini menemukan bahwa Radio Republik Indonesia Banten 94,9 FM mempunyai kekuatan diantaranya RRI Banten merupakan bagian dari pemerintah sehingga permodalan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kelemahan, yaitu Kekurangan personil dalam struktur organisasi. Peluang, Segmentasi siaran yang dibidik oleh RRI adalah masyarakat-masyarakat yang tidak terjangkau oleh hiburan-hiburan seperti halnya TV dan radio-radio swasta lainnya di pelosok-pelosok daerah. Ancaman, Banyaknya kompetitor seperti radio swasta, televisi, dan koran. Dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut, dapat ditentukan strategi yaitu, memaksimalkan akses yang dimiliki untuk kerjasama serta merangkul pemerintah untuk memudahkan perluasan jaringan, meningkatkan kualitas SDM karyawan dengan promosi ke lain daerah, rotasi dan memberi reward, menambah segmentasi PRO 2 yang kontennya untuk anak muda/remaja serta melengkapi sistem siaran dengan audio dan video streaming.

  Kata Kunci: RRI Banten, Analisis SWOT, Eksistensi

  

Abstract

Annisa Nurprabandari. 6662102364. Essay. The strategy of RRI Banten in

building the existence as the broadcast public institution. Perceptor 1: Idi

Dimyati, S.Ikom.,M.Ikom and Perceptor II: Andin Nesia, S.IK., M.Ikom

RRI banten is the youngest RRI in Indonesia that begin the on air in 2012 and the

broadcast production is under the guidance RRI Jakart a. It’s operate on 94.9 FM

in Karundang, Serang. RRI Banten is the Programma (PRO 1) that’s the channel

of society empowerment, the broadcast segmentation it self is include for

universal category or universal age, so the management of 94.9 FM RRI Banten is

still under control RRI Jakarta (Central RRI). The purpose of this research is to

know the strategy of RRI Banten in building the existence as the public broadcast

institution. This research use qualitative approach with descriptive method that

needed some steps like: observation, interview, discussion research,

documentation, validity test, and make a conclusion. Based on the SWOT

analytical, the researcher found that 94.9 FM RRI Banten has a strength, such as:

RRI Banten is the part of the government, so the financial capital is come from the

calculation income and state expenditure or calculation income and region

expenditure. The weakness of the RRI Banten is lack of the staffin the organization

structure. The opportunity of RRI Banten is the broadcast segmentation that focus

on the communities that can’t reach by the other entertainment on the TV station

and the private Radios in the outlying region. Threat, its so many competitor such

private radio, television, and newspaper. From the strength, weakness,

opportunity and the threat above, the researcher found the strategy: maximizing

the access that RRI Banten have to work together and huddle up the government

to make the network expansion easier, increasing the quality of the employee

human resource with promote to the other region, rotation and give a reward,

adding the PRO 2 segmentation which is the contain is exclusive for the young

people/teenager and also completing the broadcast system with the audio and

video streaming.

  Key Words: RRI Banten, SWOT analytical, Existence

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Di Indonesia, radio merupakan alat komunikasi penting sejak negara ini baru berdiri. RRI adalah salah satu radio tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1945 dan menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, RRI adalah Lembaga penyiaran publik (LPP), yang merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah.

  Salah satu jaringan radio RRI pusat yaitu RRI Banten yang merupakan stasiun tipe C atau stasiun siaran kelas C, yang berkedudukan di wilayah kota, yang siaran produksinya di bawah naungan atau binaan RRI Jakarta, yang beroperasi pada frekuensi 94,9 FM di daerah Karundang, Serang. Dengan pemancar berkekuatan 5 Kwh RRI Banten mencoba memberikan siaran berita/informasi, siaran pendidikan/budaya, dan hiburan untuk lingkup siaran wilayah Kota/Kab Serang, Kota Cilegon, Kab. Pandeglang, Cikupa, dan Balaraja.

  Dengan ditunjang karyawan yang berjumlah 14 orang, sebagai lembaga penyiaran yang mengutamakan kepentingan publik, RRI Banten tetap beroperasi dan terus membangun dan mengembangkan siaran, dan memperluas jaringan dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh RRI. Terkait dengan RRI Banten yang merupakan stasiun di bawah naungan RRI Jakarta, maka, segala sesuatu yang berhubungan dengan konten siaran, pendistribusian berita, bahkan pembiayaan operasional masih membutuhkan subsidi anggaran dari pusat oleh karena itu, sebagai lembaga penyiaran publik, yang berjaringan terluas, RRI Banten masih berupaya terus membangun dan megembangkan siarannya.

  Disadari atau tidak, banyaknya kompetitor juga merupakan suatu kendala bagi RRI. Sekarang ini khususnya masyarakat di Banten lebih cenderung memilih televisi dengan programnya yang cukup menarik dan variatif. Dan selain itu masyarakat juga membagi porsi terhadap media massa, seperti koran, majalah, media online. Namun hal tersebut merupakan kendala yang sehat, karena dengan penggunaan gaya bahasa yang komunikatif oleh penyiar RRI saat berinteraksi dengan pendengarnya tidak membuat RRI kehilangan popularitas hingga saat ini RRI Banten masih terus tetap eksis, tetap ada pendengar spesial.

  RRI Banten merupakan RRI termuda dari seluruh RRI di Indonesia yang mulai mengudara pada tahun 2012. RRI Banten merupakan Programma 1 (PRO 1) yang merupakan kanal pemberdayaan masyarakat, yang segmentasi program siarannya digolongkan untuk semua golongan atau usia, sehingga manajemennya masih diawasi oleh pusat.

  Sebagai radio publik yang berada di daerah Banten, RRI Banten terus mencoba membangun eksistensi, mengembangkan dan memperluas jaringan penyiarannya dengan menambahkan kanal PRO 2 dengan frekuensi 101,6 FM yang merupakan pusat kreatifitas anak muda yang segmentasi dan seluruh siarannya ditujukan untuk anak muda.

  Dengan menerapkan secara baik dan konsisten strategi manajemen penyiaran tersebut, kiranya lembaga penyiaran publik RRI Banten akan mampu membangun dan mengembangkan eksistensi di daerahnya, dan diharapkan RRI

  1 Banten dapat berubah menjadi stasiun tipe B atau stasiun siaran kelas B.

  Manajemen media penyiaran diterapkan untuk membangun eksistensinya sebagai radio penyiaran publik. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya, RRI Banten memiliki beberapa posisi yang tergabung dalam tim penyiar, reporter, teknik, maupun layanan usaha. Satu hal yang menarik dengan keterbatasan jumlah awak kru tersebut, RRI Banten menerapkan sistem multifungsional bagi setiap karyawannya. Posisi yang ada dalam struktur organisasi setiap karyawan memiliki peran ganda untuk tetap menjalankan manajemennya. Seperti contohnya posisi penyiar diperkenankan merangkap menjadi reporter. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak biasa dalam pengelolaan suatu media penyiaran. Oleh karena itu, manajemen media penyiaran merupakan manajemen yang unik dan tidak biasa dibandingkan dengan manajemen yang lainnya.

  RRI pada awalnya merupakan lembaga yang dibawah naungan Departemen Penerangan yang status karyawannya adalah pegawai negeri sipil atau PNS. Dan setelah RRI tidak bernaung lagi dengan Departemen Penerangan, yang sekarang menjadi Kementerian Komunikasi dan Informasi, RRI menjadi LPP dan pegawai lama yang dulu masih dalam naungan Departemen Penerangan tersebut, statusnya Pegawai Negeri Sipil. Sementara untuk pegawai yang baru, disebut Pegawai Bukan Pegawai Negeri Sipil atau PBPNS. Perekrutan karyawan baru, ditentukan kemampuan dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tiap-tiap stasiun.

  RRI menduduki posisi penting pada era awal pembangunan nasional di masyarakat maupun media massa. RRI tidak lagi menjadi media penyiaran tanpa saingan, karena semakin bermunculan radio siaran swasta maupun televisi. Namun hal tersebut tidak menyurutkan eksistensi RRI hingga sekarang. Dengan program-program yang disajikan RRI yang meliputi siaran pendidikan, seni budaya, musik dan hiburan, berita, dan lain-lain. Dengan berbagai program yang disajikan tersebut RRI mencoba tetap eksis di media penyiaran di tengah persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus memperbaiki mutu program agar tetap diminati oleh masyarakat.

  Hingga saat ini RRI mempunyai 250 stasiun di seluruh Indonesia dan RRI menggunakan frekuensi AM (Amplitude Modulation) untuk di luar kota, FM (Frekuansi Modulation) untuk di dalam kota, dan SW (Short Wave) untuk diluar negeri. Salah satu keunggulan RRI adalah menggunakan satelit Palapa C2 untuk sistem komunikasinya, sehingga bisa siaran dimana saja dan jangkauannya luas.

  Sebagai upaya untuk menyiasati agar RRI semakin berkembang, maka RRI mengembangkan siarannya yang dulu RRI hanya audio fining saja, tetapi dengan mengimbangi dari teknologi canggih itu sekarang melengkapi dengan

  

audio streaming dan video streaming. Bahkan ada fasilitas di Smartphone

Android yaitu RRI Play yang bisa didengarkan di mana saja.

  Berbeda dengan radio lainnya, RRI adalah lembaga penyiaran publik, satu-satunya radio yang menyandang nama negara, siarannya ditujukan untuk kepentingan publik seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia bahkan di daerah perbatasan dan pelosok-pelosok di Indonesia.

  Di setiap stasiun RRI, minimal mempunyai empat programma (PRO) meliputi kanal PRO 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat, PRO 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda, PRO 3 Pusat siaran jaringan berita nasional, PRO 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan, dan Voice of Indonesia (VOI) siaran luar negeri dengan 8 bahasa asing.

  Strategi manajemen media radio seperti RRI, tidak dapat dilepaskan dari strategi program, manajemen, dan pemrograman dari stasiun secara keseluruhan.

  Dalam hal ini, radio penyiaran publik seperti RRI mempunyai kekuatan tersendiri yaitu RRI sebagai fasilitas lembaga pemerintahan untuk memberikan aspirasi yang tidak mungkin disaingi oleh stasiun radio swasta niaga sebagai pesaing terberat stasiun RRI. Selain itu RRI merupakan jaringan dengan frekuensi yang luas, mempunyai kanal-kanal tersendiri dengan frekuensi yang berbeda disetiap programmanya. Persoalannya tinggal bagaimana mengelola perusahaan agar dapat terus membangun dan mengembangkan eksistensinya.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik dan mencoba untuk mengangkat sebagai topik pe nelitian dengan judul “Strategi RRI Banten Dalam Membangun Eksistensi Sebagai Lembaga Penyiaran Publik”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana strategi RRI Banten dalam membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik

  .”

  1.3 Identifikasi Penelitian 1.

  Bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan (strength) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

  2. Bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

  3. Bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

  4. Bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik?

  1.4 Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menggunakan kekuatan

  2. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten meminimalkan kelemahan (weakness) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.

  3. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten memanfaatkan peluang (opportunities) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.

  4. Untuk mengetahui bagaimana strategi RRI Banten menghindari ancaman (threat) untuk membangun eksistensi sebagai lembaga penyiaran publik.

1.5 Manfaat Penelitian

  Aspek Teoritis Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran mengenai ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi massa dan organisasi serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan pengembangan teori-teori komunikasi dan dapat memberi wawasan baru dalam studi komunikasi, khususnya studi kehumasan.

  Aspek Praktis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan khususnya bagi RRI agar dapat lebih menjaga eksistensinya. Dan penelitian ini juga diharapkan agar penulis mendapatkan pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terdapat di lapangan, serta menerapkan ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konseptual

2.1.1 Pengertian Komunikasi

  Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin Communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

  communicare

  yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.

  Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “kita berbagi pikiran”, “kita mendiskusikan makna”, dan “kita

  2

  mengirimkan pesan” Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima

  3 informasi dapat memahami.

2 Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya. hal.41

  Adapun beberapa definisi komunikasi yang dikutip dari Riswandi adalah

  4

  sebagai berikut: 1.

  Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang komunikator menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya atau khalayak (Carl Hovland & Kelley).

  2. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat apa atau hasilnya apa, (Who

  says what in which channel to whom and with what effect ) (Harrold Lasswell).

  3. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simnol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain (Bernard Berelson & Gary A. Steiner).

  4. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya (Weaver).

  5. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi tentunya tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi dengan sesama untuk memenuhi kebutuhannya.

  Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan bahwa komunikasi akan dapat berhasil baik apabila pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan tersebut, yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil dengan baik.

  Dari sini dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi dapat berhasil dengan baik apabila ada saling pengertian dan pemahaman makna antara pihak komunikator (pemberi informasi) dan pihak komunikan (penerima informasi). Informasi tersebut dapat berupa rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjuk- petunjuk, saran-saran, dan sebagainya.

2.1.2 Komunikasi Massa dan Media Massa

  Banyak definisi tentang komunikasi massa, yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.

  Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan media massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa massa, yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tidak ada, bentuk media dari definisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk

  5 komunikasi massa bisa ditambah dengan internet.

  Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa, namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memlih-milih media.

  Komunikasi massa memiliki beberapa karekteristik. Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua,

  6 selalu ada proses seleksi.

  Industri media massa menggambarkan delapan jenis usaha atau bisnis media massa. Kata industri ketika dipakai untuk menggambarkan usaha/bisnis media, menekankan tujuan utama dari media massa untuk menghasilkan uang. Kedelapan industri media tersebut adalah buku, surat kabar, majalah, rekaman,

  7 radio, film, televisi, dan internet.

  5 6 Nurudin, M.Si, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007 hal.3-5

Rivers, WL, Jensen JW, Peterseon, Theodore, 2003, Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi

Kedua, Jakarta: Prenada Media.hal. 18-19

  Media massa dalam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media elektronik yang yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online

  8 (internet).

  Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaannya radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel,

  9 elektronic games , dan personal casset players.

2.1.3 Media Penyiaran

  Penyiaran atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Broadcasting, adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai

  10 kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar/pemirsa di satu tempat.

  Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiensnya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran

  8 Ardianto, Elvinaro, Drs, Msi., Komala, Lukiati, Dra, Msi., Karlimah, Siti,Dra,M.Si, 2007, 9 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, hal. 103 Ibid. Hal. 123 memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.

  Kemampuan media penyiaran untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas menjadikan media penyiaran sebagai objek penelitian penting dalam ilmu komunikasi massa, disamping ilmu komunikasi lainnya yaitu ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dann komunikasi organisasi.

  Media penyiaran merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karena itu, seperti politik atau ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan suatu sistem tersendiri yang

  11 merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.

  Diambil dari kajian literatur kepenyiaran, Chester, Garrison, dan Willis dalam bukunya “television and radio” (dalam Harley Prayudha, 2005:23) menyatakan bahwa “penyiaran sebagai pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuansi dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau di dengar dan dilihat ol eh publik”. Beberapa tipe penyiaran: penyiaran bunyi standar AM (Amplitude Modulation) dan penyiaran FM (Frekuansi Modulation) bentuk ketepatan tinggi dari bunyi pancaran, televisi, pancaran dari gambar dan bunyi.

  Media penyiaran dapat diklasifikasikan jenisnya menurut UU No. 32/2002 tentang penyiaran, yaitu sebagai lembaga penyiaran yang terdiri dari jasa penyiaran radio dan televisi. Dalam hal ini, media penyiaran dapat dikalsifikasikan sebagai (Pasal 13 UU tersebut):

  1. Lembaga penyiaran publik (LPP), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional dari APBN untuk stasiun pusat yang berkedudukan di ibukota Jakarta dan APBD untuk stasiun daerah. Disamping itu, dana operasionalnya dapat juga berasal dari iuran masyarakat serta usaha-usaha stasiun tersebut yang sah. LPP yang dimaksudkan adalah RRI dan TVRI.

  2. Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional secara swadaya melalui potensi siaran iklan dan jasa-jasa lain seperti pembuatan produksi yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Mempunyai wilayah siaran secara lokal dan berjaringan secara terbatas. Berjaringan secara terbatas diatur mengikuti skema tertentu, yaitu berdasarkan potensi ekonomi satu daerah yang masuk dalam jaringannya. Penentuan skema ini didasarkan pada asas keadilan, sehingga masing-masing LPS tidak saling dirugikan.

  3. Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK), merupakan stasiun penyiaran yang mendapatkan anggaran operasional secara swadaya yaitu dari pengumpulan donasi komunitasnya atau pihak-pihak yang bersimpati. Dalam UU penyiaran, LPK dilarang untuk mendapatkan dana dari siaran iklan. Mempunyai wilayah siaran yang terbatas (radius 2,5 km) dan berdaya pancar maksimum 50 watt (Pasal 5 PP No. 51/2002). Menurut

  pasal 3 PP tersebut dijelaskan, bahwa LPK didirikan oleh komunitas dalam wilayah tertentu, bersifat independen, tidak komersial, dan hanya

  12 untuk melayani kepentingan komunitasnya.

  Perkembangan media penyiaran di Indonesia semakin pesat, jenisnya pun semakin beragam, yakni televisi, radio, internet, dan juga media cetak. Diantara media-media tersebut, radio menjadi salah satu media penyiaran yang cukup menarik dan juga unik.

  Menurut Dodi Mawardi (2007) radio adalah media auditif, yang hanya bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio.

  Sedangkan penyiaran radio menurut Undang-undang Penyiaran No.32/2002 adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

  Radio sebagai media komunikasi berjenis-jenis, tetapi hanya radio siaran (radio broadcast) yang merupakan media massa, tidak demikian radio telegrafi, radio telefoni seperti radio CB (Citizen Band), dan lain-lain, yang sifatnya interpersonal.

  Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optik. Dengan televisi, kalaupun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audio visual.

  Penyampaian pesan melaui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya, tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik.

  Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya auditori dan santai untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk acara yang menarik, dan orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil.

  Namun, dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”, pesan yang sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Arus balik tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi.

  Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut

  13 sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif.