BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Karakter Cinta Tanah Air - Indra Gunawan BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Karakter Cinta Tanah Air Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

  menunjukan sikap kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan tinggi terhadap bangsa. Baik di bidang bahasa, sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

  Rasa cinta tanah air, salah satunya, bisa diungkapkan dengan selalu menggunakan produk dalam negeri (Hermawan, 2014:87). Untuk memahami pentingnya pentingnya cinta tanah air, dapat diwujudkan setiap hari dengan bagaimana sikap seseorang dalam menjalani hidup berbangsa dan bertanah air dengan giat, pantang menyerah, peduli, dan saling membantu antar umat. Itu merupakan cerminan dari Cinta Tanah Air.

  Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar cinta tanah air tertanam dihatinya dan menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin yang dilakukan di sekolah dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh bangga, dan mengucapkan Pancasila dengan semangat.

  Meskipun lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran untuk anak usia Sekolah Dasar, tetapi dengan membiasakan mengajak menyanyikannya setiap anak akan hafal dan bisa memhami isi lagu. Merah Putih bisa bisa diangkat menjadi sub tema pembelajaran. Pentingnya sebuah lagu kebangsaan dan itu menjadi sebagai identitas dari negara tersebut, agar dapat mengingat kembali betapa pentingnya cinta terhadap Negara Republik Indonesia.

  Rasa cinta tanah air merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk mewujudkan cita-cita ataupun tujuan bangsa Indonesia. Menumbuhkan rasa cinta tanah air merupakan jawaban dari keterpurukan kehidupan berbangsa saat ini. Karena dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air, akan menciptakan generasi penerus yang baik.

  Hermawan (2014:98) menyebutkan cara-cara meningkatkan rasa Cinta Tanah Air yaitu :

  a) Menggunakan produk buatan dalam negeri

  b) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

  c) Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia d) Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat

  Indonesia Sri Narwanti (2011:67) menyebutkan beberapa indikator pencapaian pembelajaran nilai rasa Cinta Tanah Air yang ditargetkan untuk diinternalisasi oleh siswa: a) Menyanyikan lagu-lagu perjuangan

  b) Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa, peristiwa alam, dan perilaku menyimpang c) Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri

  d) Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran dalam negeri Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan cara mengajarkan lagu-lagu wajib kepada anak-anak dan membiasakan menyanyikan lagu-lagu wajib dengan penuh semangat, dengan mengajarkan lagu-lagu wajib, anak-anak akan memahami bahwa lagu wajib nasional juga berarti kesatuan kita sebagai bangsa Indonesia.

2. Keterampilan Menyanyi

  Seni musik merupakan salah satu ruang lingkup SBK yang perlu diajarkan karena memberi kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk mengembangkan kepribadian siswa, memberi sikap-sikap atau emosional.

  Saat melaksanakan pembelajaran seni musik guru hendaknya memperhatikan empat pilar pendidikan yang ditetapkan UNESCO (dalam Hamdani, 2011:194-195) agar efektif dan tujuan tercapai. Empat pilar pendidikan tersebut adalah

  1) Learning to know

Learning to know maksudnya belajar menguasai ilmu pengetahuan, guru

hendaknya berperan aktif membantu siswa menguasai ilmu pengetahuan.

  Guru memberikan siswa materi seni musik, unsur musik, lagu wajib, teknik menyanyi sehingga siswa menguasai ilmu tentang musik dan menyanyi.

  2) Learning to do Learning to do maksudnya belajar menguasai keterampilan, guru dan

  sekolah hendaknya memberi fasilitas siswa mengembangkan bakat dan minat siswa. Pembelajaran menyanyi memberi kesempatan mengembangkan bakat dan minat siswa pada musik sehingga mendukung keberhasilan siswa.

  3) Learning to live together Learning to live together artinya belajar hidup bermasyarakat,

  mempersiapkan siswa hidup bermasyarakat. Pembelajaran menyanyi lagu wajib dapat membantu siswa mengenal karya bangsa sehingga timbul perilaku saling menghormati, terbuka dan dapat m,enghargai karya.

  4) Learning to be Learning to be artinya belajar untuk mengembangkan diri secara

  maksimal, melalui pembelajaran menyanyi lagu wajib, siswa diarahkan dan diberi fasilitas untuk mengembangkan potensi sesuai karakteristik karena guru memberi kebebasan siswa memilih lagu wajib yang akan dinyanyikan dan gerakan saat menyanyi.

  Saat pembelajaran seni musik siswa belajar mengenai olah vokal (menyanyi) maka siswa mempelajari lirik lagu dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air. Selain itu dalam penelitian ini, materi yang akan diteliti adalah rasa cinta tanah air dan keterampilan menyanyikan lagu wajib karena sebagian besar siswa rasa cinta tanah airnya rendah dan belum hafal bahkan tidak tahu menahu lagu wajib nasional..

  a. Seni Musik Musik adalah suatu bentuk kesenian yang dapat mengeluarkan aneka perasaan dan geloran jiwa melalui suara (Dieter Mack, 2001:4).

  Bentuk kesenian itu dapat dikatakan musik apabila memenuhi beberapa faktor berikut: 1) Ritme

  Ritme merupakan relasi durasi (atau perbedaan durasi) dari suatu urutan suatu bunyi-bunyi.

  2) Tempo Tempo adalah cepat lambatnya lagu. Contoh tanda tempo adalah adagio (lambat), moderato (sedang), allegro (kurang cepat), dan lain sebagainya. 3) Harmoni

  Harmoni adalah urutan nada-nada vertical yang teratur. Dasar harmoni adalah akor/ trinada, yaitu gabungan tiga nada dari pokok tangga nada yang dibunyikan bersama. 4) Melodi

  Melodi adalah susunan rangkaian nada terdiri dari tiga atau lebih terdengar berurutan, teratur, membentuk irama, mengungkapkan suatu gagasan atau perasaan. Dalam melodi terdapat istilah nada, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh sumber suara, kecepatan getarnya teratur.

  b. Keterampilan Menyanyi Seni Vokal tidak lain adalah Seni Suara, yaitu Suara manusia.

  Dalam arti luasnya Seni Vokal meliputi segala bidang yang mempergunakan suara manusia sebagai alat pokok. Seperti seni berbicara, seni berpidato, seni deklamasi, bahkan juga termasuk seni berdialog dalam drama dan film (Pranadjaja, 1976:9).

  (Pranadjaja, 1976:20-23) menyebutkan dasar-dasar teknik menyanyi yang benar, hendaknya dipelajari siswa agar menyanyi dengan baik mencakup: 1) Sikap badan

  Dalam menyanyi sikap badan mempengaruhi pernapasan dan suara, terdapat dua sikap badan saat bernyanyi yaitu berdiri dan duduk.

  a. Sikap berdiri Ciri berdiri yang baik adalah sedikit memutar persendian tulang paha, lutut, pergelangan kaki ke arah luar, sehingga kedua kaki membentuk sudut kira-kira 30 derajat, tumit agak renggang. Kaki dekat satu sama lain, yang sebelah (boleh kanan atau kiri) agak ke depan.

  Dengan cara ini, berat tubuh tidak ditekankan pada tumit. Selanjutnya otot di belakang paha harus agak dikencangkan, tetapi jangan terlalu tegang, sehingga lutut tetap merasa longgar.

  b. Sikap duduk Waktu duduk, sokongan utama berat tubuh berasal dari tempat duduk/ kursi, tubuh dan kepala tetap tegak, tulang belakang direntangkan, duduk dengan paha diletakkan di kursi, punggung lurus, tarik dan regangkan tulang pinggang tegak lurus, otot perut agak dikencangkan sehingga tidak kendur, dada agak dibusungkan sehingga tulang rusuk bebas berkembang.

  2) Cara bernafas dalam menyanyi Dalam pernapasan terdapat kerjasama otot-otot badan, yaitu otot dada, perut, dan sekat rongga badan atau diafragma. Pernapasan dada adalah pernapasan dengan mengisi udara ke dalam paru-paru. Pernapasan dada tidak baik untuk menyanyi karena paru-paru dan rongga dada bertambah besar sehingga otot dada akan bekerja lebih banyak. Pernapasan perut adalah pernapasan yang terjadi karena gerakan perut yang menggembung. Rongga perut menjadi besar, sehingga udara dapat masuk. Pernapasan ini juga tidak baik, karena otot perut tidak cukup memberikan dorongan untuk menghasilkan suara bertenaga saat bernyanyi.

  Pernapasan diafragma adalah pernapasan yang paling ideal untuk seorang penyanyi. Otot diafragma cukup kuat menahan tekanan, sehingga paru-paru tidak tegang. Waktu bernyanyi otot diafragma memberi dorongan kuat kepada paru-paru, mengatur tenaga aliran udara melalui batang tenggorokan, menggetarkan selaput suara dan keluar melalui mulut. 3) Memproduksi nada, yaitu mendapatkan suara bulat penuh dengan cara: a) Ucapkan A dengan membuka mulut, menurunkan rahang bawah, bagian belakang mulut (parynx) dan bagian depan mulut (bibir) akan terbuka.

  b) Bentuklah bibir atas dan bawah di bagian depan mulut menjadi bulat.

  c) Bentuk mulut bagian depan dan bibir bulat, ucapkanlah A kembali.

  (Pranadjaja, 1976:65-72) Dengan demikian, bagian belakang mulut terbuka sehingga mengeluarkan bunyi vokal A yang penuh dan bulat.

  Okatara (2011:40-44) menambahkan beberapa teknik menyanyi yang baik dan benar, perlu diperhatikan sebelum dan saat menyanyi yaitu: 1) Artikulasi

  Artikulasi adalah cara mengucapkan kata-kata lirik lagu. Bentuk/ sikap mulut saat menyanyi sangat mempengaruhi pembentukan nada yang dihasilkan. Artikulasi ada tiga yaitu:

  a) Artikulasi huruf hidup, pembentukan huruf hidup tergantung sikap rongga mulut, terutama lidah. Artikulasi huruf hidup meliputi pembentukan huruf a, i, u, e, o.

  b) Artikulasi huruf mati, mencakup huruf konsonan. Saat menyanyi, pengucapan huruf konsonan sangat jelas.

  c) Artikulasi diftong (bunyi rangkap), diftong merupakan bunyi vokal rangkap dalam satu kata. Cara pelafalannya dengan menekan lebih lama huruf yang mendahuluinya, lalu berpindah luwes ke bunyi berikutnya. Contoh bunyi diftong adalah au, ai, oi, dan lain sebagainya. (Bayu, 2013:36)

  2) Intonasi Intonasi berarti tinggi rendahnya nada, dijangkau dengan tepat.

  Untuk memperoleh intonasi maka pendengaran, kontrol pernapasan, dan rasa musikal harus baik. Hal-hal yang penting dalam diperhatikan dalam intonasi, di antaranya sebagai berikut: a) Relaks, tidak tegang pada saat bernyanyi.

  b) Percaya diri, tidak takut ataupun ragu-ragu dalam mencapai nada- nada tinggi. c) Konsentrasi, tidak ragu-ragu dalam mengambil nada sehingga tinggi nada tidak turun.

  d) Latihan napas diagframa agar mendapatkan napas yang panjang

  e) Latihan pengucapan huruf-huruf hidup (vokal) dengan jelas, agar tinggi nada tidak berubah. (Okatara, 2011:92) 3) Resonansi

  Resonansi berarti seseorang berusaha menghasilkan suara bergema indah tetapi tidak sekedar kuat atau keras seperti berteriak. Berikut ini latihan-latihan yang diperuntuhkan untuk membentuk resonator yang baik.

  a) Mulut dikatupkan dengan bibir saling bersentuhan namun tidak ditekan.

  b) Rahang bawah diturunkan dengan luwes dan tidak kaku.

  c) Gigi atas dan bawah memiliki jarak 1 cm atau setebal jari telunjuk.

  d) Lidah menyentuh gigi bawahh dan permukaanya datar. Pangkalnya dalam keadaan rileks tidak ditekan.

  e) Rongga mulut dan tenggorokan membentuk ruang yang seluas mungkin. (Pamadhi, 2009:5-13) 4) Interpretasi dan ekspresi Interpretasi merupakan pemahaman seseorang terhadap lagu, sedangkan ekspresi, penghayatan seseorang terhadap lagu yang dibawakannya. Dari uraian tersebut, menyanyi memerlukan teknik tertentu: pernapasan, artikulasi, frasering/ pemenggalan kalimat, pembentukan suara, resonanosi/ vibrat, intonasi, improvisasi, interpretasi, ekspresi. Posisi badan, hafalan lirik lagu, kesesuaian dengan unsur-unsur musik, pelafalan lirik serta ekspresi siswa juga penting saat menyanyi. 5) Nada

  Nada adalah bunyi yang dihasilkan oleh sumber suara, kecepatan getarnya teratur. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berlaina.

  Tangga nada yang lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik nada dasar suatu karya music menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dalam teori musik diatonis barat diidentifikasikan menjadi 12 nada yang masing-masing diberi nama, yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta nada-nada kromatis yaitu Cis/Des,Dis/Es/Fis/Ges/As, dan Ais/Bes. Nada diketahui memiliki empat sifat, yaitu sebagai berikut.

  1. Picth, yaitu tinggi rendahnya nada atau ketepatan jangkauan nada.

  2. Durasi, yaitu lamanya sebuah nada harus dibunyikan.

  3. Identitas nada, yaitu keras/lembutnya nada yang harus dibunyikan.

  4. Timbre, yaitu warna suara yang berbeda-beda tiap-tiap orang (Oktara, 2001:80-81)

  6) Tangga nada Tangga nada merupakan urutan nada yang disusun secara berjenjang. Contohnya, do, re, mi, fa, sol, la, si, do

  7) Notasi angka Notasi angka adalah sistem penulisan lagu yang menggunakan simbol angka-angka. Angka-angka yang dipakai adalah sebagai berikut.

  1 2 3 4 5 6 7 do re mi fa sol la si (0) angka nol sebagai tanda diam atau istirahat. Notasi angka lebih cocok dipakai dalam pembelajaran vokal (menyanyi)

  Dalam penelitian ini, tujuan belajar siswa berupa keterampilan menyanyi. Penilaiannya tidak hanya didapat dari praktek menyanyi tetapi juga penguasaan materi dan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran. Sesuai pendapat Rusman (2014) belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman belajar yang dirancang guru.

3. Lagu Wajib

  Dieter Mack (Jamalus dan Busro Hamazah, 2011:4) mengemukakan bahwa „salah satu fungsi pendidikan adalah memperkenalkan anak kepada kehidupan lingkungannya. Itulah sebabnya pendidik harus memberikan pengajaran musik kepada anak-anak. Dengan mempelajari lagu-lagu yang muncul pada kurun waktu tertentu di masa lalu, akan dapat mengira-ngira atau pun mengetahui bagaimana tingkat peradaban yang berlaku pada waktu itu. Inilah alasan kedua mengapa anak-anak harus mendapat pengajaran musik, yaitu agar mereka dapat mempelajari dan mengenal budaya bangsa di masa-masa yang lalu ‟.

  Lagu perjuangan menurut Sri Martomo (1953:668) adalah kemampuan dan daya upaya yang muncul melalui media kesenian di dalam peranannya pada peristiwa sejarah kemerdekaan di Indonesia. Upaya ini disebut sebagai sikap patriotis di dalam konteks sejarah sebelum dan sesudah Kemerdekaan R.I. tanggal 17 Agustus1945, pada masa perang kemerdekaan dan revolusi di Indonesia. Dalam pengertian yang lebih luas sebagai persaan nasional lagu-lagu perjuangan disebut sebagai lagu wajib yang diajarkan mulai pendidikan dasar, hingga perguruan tinggi wajib diketahui seluruh masyarakat Indonesia. Ditegaskan pula menurut peraturan pemerintah berdasarkan Instruksi Menteri Muda Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 1 tanggal 17 Agustus 1959 yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1963, telah ditetapkan 7 (tujuh) buah Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Soepratman. (2) Lagu

  “Bagimu Negeri” cuptaan Kusbini. (3) Lagu “Maju Tak Gentar” c iptaan Cornel Simanjuntak. (4) Lagu “Halo-halo Bandung” ciptaan Ismail

  Marzuki. (5) Lagu “Rayuan Pulau Kelapa” ciptaan Ismail Marzuki. (6) Lagu Berkibarlah Bendaraku” ciptaan Bintang Sudibyo. (7) Lagu “Satu Nu sa Satu Bangsa” ciptaan L.Manik.

  Wisnu (2011:9) menyebutkan ciri-ciri lagu perjuangan antara lain sebagai berikut: a. Teks syair menggunakan bahasa Indonesia, agar mudah dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan berbagai kebinekaannya.

  b. Lagu-lagu perjuangan yang diciptakan oleh para komponis Indonesia

  c. melodi diciptakan dengan pola sederhana agar mudah dinyanyikan oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.

  Dari uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa lagu wajib adalah lagu yang diwajibkan untuk diajarkan oleh guru kepada siswa pada tingkat pendidikan dasar. Pengajaran lagu wajib kepada para siswa merupakan hal yang penting karena fungsi dari lagu-lagu tersebut dalam rangka menanamkan rasa cinta tanah air. Lagu wajib nasional di Indonesia diciptakan oleh komponis-komponis Indonesia yang hidup pada masa sebelum Indonesia merdeka dan pada masa perang kemerdekaan. Lirik dalam lagu wajib nasional menumbuhkan rasa cinta tanah air yang harus harus senantiasa tertanam terhadap keutuhan Negara Republik Indonesia.

4. Model Direct Instruction

  Menurut Suprijono (2012:46-54) dalam pembelajaran langsung (Direct Instruction), guru aktif menyampaikan materi kepada siswa.

  Sesuai pendapat Arends (Trianto, 2007:29), model pengajaran langsung efektif untuk mengajarkan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan jadi dan materi yang bersifat prosedural artinya langkah demi langkah. Pola pembelajarannya bertahap, selangkah demi selangkah sehingga membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memahami materi. Pendapat tersebut diperkuat Roy Killen (dalam Sanjaya, 2011:179) menyebutkan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) menekankan proses penyampaian materi dari guru kepada siswa agar penguasaan optimal.

  Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, Direct Instruction merupakan model pembelajaran yang digunakan guru dapat memacu semangat siswa untuk aktif memperoleh pengalaman belajar. Direct

  Instruction efektif digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Model Direct Instruction menekankan kemampuan guru dalam mengajarkan

  pengetahuan atau keterampilan kepada siswa tahap demi tahap. Dalam model Direct Instruction, guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan agar siswa mengamati langsung dan lebih memahami materi. Suprijono (2012:50) sintak model pembelajaran langsung terdiri dari lima fase yang saling berkesinambungan, yaitu: a. Establishing set (menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik). Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menginformasikan latar belakang dan mempersiapkan peserta didik untuk belajar.

  b. Demonstrating (mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan). Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap.

  c. Guided practice (membimbing pelatihan). Guru merencanakan dan memberi pelatihan awal pada siswa.

  d. Feed back (mengecek pemahaman dengan memberi umpan balik).

  Guru

  e. Enxtended practice (memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan). Guru mempersiapkan dan memberi kesempatan siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan.

  Sanjaya (2006:190-191) berpendapat bahwa model Direct

  

Instruction memiliki beberapa kelebihan untuk meningkatkan efektivitas

  pembelajaran. Kelebihan model Direct Instruction jika diterapkan dalam pembelajaran yaitu: 1) guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi, efektif digunakan pada saat materi yang akan diajarkan luas tetapi waktu yang dimiliki terbatas, 3) siswa dapat mendengarkan penjelasan dan mengamati melalui demonstrasi, 4) efektif digunakan pada jumlah siswa banyak dengan ukuran kelas besar.

  Dari penjelasan tersebut, model Direct Instruction memiliki fase- fase dalam sintaks yang dilaksanakan secara berurutan, serta kelebihan dalam mengajarkan materi dan keterampilan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyanyi siswa.

5. Media Audiovisual

  Selain model pembelajaran, media pembelajaran juga penting untuk mendukung proses pembelajaran karena media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Untuk itu, penggunaan media pembelajaran akan menarik dan memotivasi siswa sehingga siswa senang mengikuti pelajaran.

  1. Pengertian Media Audiovisual Beberapa pengertian media audiovisual menurut Arsyad

  (2011:94) dan Sufanti (2010:88) media audiovisual adalah media visual yang digabungkan dengan suara (audio). Karena merupakan kombinasi media pandang (visual) dan suara (audio), media ini selain dilihat juga dapat didengar .

  Berdasarkan pernyataan tersebut, media audiovisual merupakan media yang dapat dilihat, didengar dalam waktu bersamaan. Media audiovisual membuat siswa lebih memahami pelajaran karena siswa melihat sekaligus mendengar.

  2. Jenis Media Audiovisual Menurut Anitah (2009:6.16) ada beberapa jenis media yang digunakan guru dalam pembelajaran yaitu media audio, visual, dan audiovisual. Sedangkan Sufanti (2010:88-90) menyebutkan macam- macam media audiovisual, dapat digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran meliputi:

  3. Sound Slide (film bingkai bersuara) film bingkai bersuara) merupakan film bingkai

  Sound Slide (

  dikombinasikan dengan suara. Film bingkai diproyeksikan melalui slide proyektor kemudian diberi suara untuk mengiringi gambar tersebut.

  4. Film dan video Film atau gambar hidup merupakan gambar dalam frame, tiap frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Seperti film, video juga menggambarkan objek bergerak bersama-sama dengan suara asli. Film dan video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, meng-ajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, mempengaruhi sikap.

  Video memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat membantu kegiatan pembelajaran. Kelebihan video menurut Wibawa (2001:72) adalah sebagai berikut: 1) penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap, 2) dapat diputar berulang-ulang, 3) kejadian yang rumit dan berbahaya dapat direkam kemudian disajikan dihadapan siswa, 4) pemutarannya mudah dikendalikan guru.

  5. Televisi Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem elektronik tersebut mengubah cahaya dan suara di tempat asal menjadi gelombang elektrik dan mengubahnya kembali ke dalam cahaya dan suara dalam televisi sehingga kita bisa melihat kajadian seperti keadaan asli.

  Dari penjelasan tersebut, media audiovisual memiliki tiga macam yaitu slide bersuara, video dan film serta televisi. Dalam penelitian ini, media audiovisual yang digunakan adalah video. Video yang digunakan adalah video klip macam-macam lagu wajib.

  6. Manfaat dan Kelebihan Media Audiovisual Dale (dalam Arsyad 2011:23) menyebutkan beberapa manfaat yang didapat karena menggunakan media saat pembelajaran yaitu:

  1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas 2) Membuat perubahan tingkah laku siswa 3)Menunjukkan hubungan mata pelajaran dengan kebutuhan dan minat 4) Memberi kesegaran dan variasi untuk pengalaman belajar 5) Menumbuhkan imajinasi dan partisipasi aktif

  Menurut Sumantri (2001:174) media audiovisual memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Memberikan pengalaman belajar secara visual, maupun secara audial, 2) Menumbuhkan minat peserta didik terhadap pelajaran, 3) Memudahkan pemahaman dan pengertian tentang suatu konsep kejadian serta keterampilan

  Menurut Arsyad (2011:8-10), agar pembelajaran berhasil dengan baik, siswa hendaknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi itu dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Jenis media, berhubungan dengan alat indera yang digunakan, mempengaruhi daya ingat manusia untuk menyerap dan mengingat informasi. Terdapat dua ahli menjelaskan hubungan jenis alat indera yang digunakan dengan besarnya perolehan hasil belajar, sebagai berikut:

  Tabel 2.1

  Pengaruh jenis alat indera dengan perolehan hasil belajar

  Alat indera Perolahan hasil belajar Baugh (1986) Dale (1969)

  Pandang 90% 75% Dengar 5% 13% Indera lain 5% 12%

  Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media audiovisual, didasarkan pada system pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009:131) adalah sebagai berikut:

  1. Tahap persiapan

  a. Persiapan dalam merencanakan, berkonsultasi tentang materi dan perencanaan, mencatat beberapa hal yang bias membangkitkan interes, bahan diskusi, dan cara-cara mengkaji pemahaman atau apresiasi.

  b. Berikan pengaran khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa yang akan dikemukakan dalam materi.

  c. Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah perorangan atau kelompok kecil, ataukah besar. Hala ini berhubungan dengan pengolaan penyampaian atau penyajian, penggunaan fasilitas dan penentuan cara evaluasinya. d. Usahakan sasaran harus dalam keadaan siap. Arahkan mereka dengan berbagai stimulus. Pusatkan perhatiannya melalui suatu komentar atau melalui suatu pertanyaan pendahuluan.

  e. Periksa peralatan yang akan dipergunakan. Siapa tahu ada kerusakan atau kelainan yang mengganggu rencana program yang telah ditetapkan.

  2. Langkah penyajian

  a. Sajikan dalam waktu yang tepat dengan kebiasaan atau cara mereka menggunakan waktu untuk melihat, mendengarkan, mengamati dan menafsirkan.

  b. Atur situasi ruangan, mungkin harus menggunakan cahaya yang cukup redup atau bahkan gelap. Hal ini terutama bagi penggunaan OHP dan soun-slide

  c. Berikan semangat untuk mulai melihat, mendengarkan, mengamati, dan mulai konsentrasi dan menafsirkan.

  Usahakan agar mereka: 1) Memperhatikan dengan situasi yang tenang.

  2) Memusatkan perhatian untuk memperhatikan materi yang sedang ditayangkan. 3) Memperhatikan dengan suatu kemauan yang kuat meskipun mungkin mereka akan bertemu dengan hal- hal yang bertentangan dengan kemauan dirinya. 4) Menghubungkan apa yang mereka dengar dan lihat saat itu dengan pengarah sebelumnya.

  3. Tindak lanjut Dalam usaha tindak lanjut perlu memperhatikan hal-hal sebagai beikut: a. apakah seluruhnya atau sebagian saja dari hal-hal yang dipertanyakan pada langkah persiapan sebelumnya, terjawab atau terpenuhi? Bila tidak, apakah langkah yang harus diambil selanjutnya? b. Apakah para siswa setuju dengan apa dikemukakan? Bila tidak, tindakan apa pula yang akan dilakukan selanjutnya? c. Apakah materi yang disajikan telah cocok dengan kemampuan mereka? d. Apakah masih terjadi kesalahpahaman antara maksud materi dengan hasil penangkapan mereka? e. Tentukan bagian-bagian mana saja atau bahkan keselurahannya, yang harus diulang kembali, bila diperlukan.

  f. Pada bagian materi mana, siswa memerlukan suatu pengayaan melalui bantuan penyertaan media lainnya. Tentukan media apa yang akan dipergunakan dan bagaimana pengaturannya.

  Dari uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran seni musik akan menarik perhatian dan memudahkan siswa memahami materi, mengerti cara menyanyikan lagu wajib karena media audiovisual mempunyai suara, ada gearkan dan bentuk objeknya dapat dilihat, media ini paling lengkap, maka tujuan dari media audiovisual adalah untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik dan mudah dimengerti dan jelas. Siswa diharapkan mudah menghafal lagu wajib yang akan dipraktekkan, menyanyikan lagu wajib sesuai unsur-unsur dan teknik menyanyi dan dapat meningkatkan keterampilan siswa menyanyikan lagu wajib karena melibatkan indera ganda yaitu pandang dan dengar.

B. Penelitian Yang Relevan

  Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian yang dipakai sebagai acuan yaitu skripsi Novy Sugiyanti Rahayu (Universitas Negeri Semarang,

  2013) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyanyikan Lagu Daerah Melalui Model Direct Instruction Berbantuan Media Audiovisual

  ” dan memberikan kesimpulan bahwa penggunaan model Direct Instruction Berbantuan Media Audiovisual dapat meningkatkan meningkatkan keterampilan menyanyikan lagu daerah pada siswa kelas IV SDN Sampangan 01 Semarang Tahun pelajaran 2012/2013. Dilihat dari nilai rata-rata yang mengalami peningkatan dari 59,36 pada prasiklus menjadi 65,48 pada siklus I, dan menjadi 84,84 pada siklus II. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya yaitu pada variabel X (model Direct Instruction berbantuan media audiovisual).

  Perbedaannya yaitu terletak pada variabel Y. Penelitian yang telah dilakukan meningkatkan keterampilan menyanyikan lagu daerah berbantuan media Audiovisual, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meningkatkan rasa cinta tanah air dan keterampilan menyanyi lagu wajib berbantuan media audiovisual. Penelitian tersebut dijadikan tolak ukur dan pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti penggunaan model Direct Instruction dapat meningkatkan keterampilan bernyanyi. Penelitian yang akan dilakukan memiliki hipotesis yaitu Upaya Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air dan Keterampilan Menyanyikan Lagu Wajib Dengan Menggunakan Model Direct Instruction Berbantuan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri 2 Cilongok.

C. Kerangka Berfikir

  Penerapan model Direct instruction berbantuan media audiovisual, keterampilan mengajar guru dapat berkembang, siswa aktif melakukan kegiatan belajar. Guru mendemonstrasikan keterampilan, siswa lebih memahami materi. Siswa berkelompok untuk memecahkan masalah, berlatih keterampilan menyanyi, guru mendemonstrasikan keterampilan, membimbing kelompok dan pelatihan.

  Melalui model Direct Instruction berbantuan media audiovisal ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap rasa cinta tanah air dan meningkatkan keterampilan menyanyikan lagu wajib siswa. Hal ini dapat ditunjukan dengan skema kerangka berfikir pada gambar sebagai berikut:

  Rendahnya

  Belum Menggunakan

  Kondisi Awal Cinta Tanah Air

  Model Direct Instrcution

  dan

  Berbantuan Media Audiovisual Keterampilan

  Siklus I Menggunakan Model

  Direct Instrcution

  Tindakan Berbantuan Media

  Refleksi Audiovisual

  Siklus II

  Melalui Model Direct Instrcution Berbantuan Media

  Visual dapat meningkatakan

  Kondisi Akhir

  rasa cinta tanah air dan keterampilan menyanyikan lagu wajib kelas IVB

Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir Penelitian

  Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pada kondisi awal belum menggunakan model Direct

  Instruction Berbantuan Media Audiovisual kemudian rasa cinta tanah air

  dan keterampilan menyanyikan lagu wajib rendah. Pada siklus I dan siklus

  II peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan model Direct

  Instruction berbantuan media Audiovisual maka rasa cinta tanah air dan keterampilan menyanyikan lagu wajib kelas 4B menjadi meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan: “Melalui Model

  

Direct Instruction Berbantuan Media Audiovisual dapat Meningkatkan

  Rasa Cinta Tanah Air dan Keterampilan Menyanyikan Lagu Wajib di Kelas IVB SD Negeri 2 Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2015/2016”.