PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BAHASA MANDARIN MELALUI METODE SOCIODRAMA LEARNING DI KELAS X SMK SAHID SURAKARTA

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR
BAHASA MANDARIN MELALUI METODE
SOCIODRAMA LEARNING
DI KELAS X SMK SAHID SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Bahasa Mandarin
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh
ERMA SARI
C9612011

FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
i


ii

iii

iv

MOTTO

)31(

‫ي آال ِء َربِّ ُكما تُ َك ِّذبا ِن‬
ِّ َ ‫فَبِأ‬

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. (Ar Rahman 55:13)

v

PERSEMBAHAN


Tugas akhir ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta.
2. Almamater.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alkhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
berjudul PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BAHASA
MANDARIN MELALUI METODE SOCIODRAMA LEARNING DI KELAS X
SMK SAHID SURAKARTA. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan kelulusan pada Program Studi Bahasa Mandarin Diploma III Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan atas adanya saran,
dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat
membuka mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut

adalah guru terbaik bagi penulis. Penulis dengan hormat menyampaikan terima
kasih kepada:
1.

Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sebelas Maret.

2.

Siti Muslifah, S.S, M.Hum., selaku Kepala Program D3 bahasa
Mandarin Universitas Sebelas Maret.

3.

Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik dan
Sekretaris Ujian yang telah memotivasi penulis.

4.

Kristina Indah S R, B.Ed, MTCSOL selaku Dosen Pembimbing Tugas

Akhir yang dengan sabar memberikan pengarahan dan nasihat.

vii

5.

Bapak dan Ibu, kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan
do’a terbaik.

6.

Kakak-kakak serta keponakan yang selalu memberi semangat dan
dukungan.

7.

Lesti Widorowati K, S.S., selaku pegawai kependidikan Diploma III
bahasa Mandarin yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu
penulis dalam mengumpulkan data.


8.

Seluruh staf dosen program studi D3 bahasa Mandarin yang telah
berkenan membagikan ilmu yang bermanfaat.

9.

Naim Mabruri, M.Pd., selaku kepala sekolah SMK Sahid Surakarta
yang telah mengizinkan penulis melaksanakan praktik mengajar.

10. Indah Rohmawati, A.Md., selaku guru pembimbing selama praktik
mengajar berlangsung.
11. Seluruh guru dan karyawan SMK Sahid Surakarta yang tak pernah lelah
membantu penulis untuk mengumpulkan data.
12. Teman-teman D3 bahasa Mandarin yang selalu memberi dukungan.
13. Siswa SMK Sahid yang tak pernah lelah membantu penulis untuk
mengumpulkan data.
14. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
telah terlibat dalam penulisan Tugas Akhir hingga dapat terselesaikan.


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut, dan tidak menutup

viii

diri terhadap segala kritik dan saran yang membangun. Semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat untuk penulis dan para pembaca.

Surakarta, 14 Juli 2017
Penulis

ix

ABSTRAK
Erma Sari. C9612011. 2017. PENINGKATAN MINAT DAN HASIL
BELAJAR BAHASA MANDARIN MELALUI METODE SOCIODRAMA
LEARNING DI KELAS X SMK SAHID SURAKARTA. Program Diploma III
Bahasa Mandarin. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pendekatan Sociodrama Learning merupakan suatu pembelajaran yang

menyenangkan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Melalui metode
Sociodrama Learning materi dapat disampaikan dengan mudah dan menyenangkan
karena tidak hanya guru yang berperan, melainkan juga siswa. Dengan demikian,
penulis tertarik untuk menerapkan metode Sociodrama Learning pada
pembelajaran bahasa Mandarin di SMK Sahid Surakarta. Selain menghilangkan
rasa bosan, metode ini melibatkan semua siswa. Dengan demikian, akan membuat
siswa menjadi lebih aktif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Subjek penelitian adalah kelas X JB 1, X JB 2, X JB 3, X APH 1, X
APH 2, X APH 3, X UPW/BB.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan penerapan metode
Sociodrama Learning dapat meningkatkan partisipasi siswa. Minat terhadap
pembelajaran bahasa Mandarin juga meningkat dan hasil belajar siswa hampir sama
di setiap kelas. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode Sociodrama
Learning adalah masih terdapat beberapa siswa yang malu untuk berbicara dan
memperagakan drama.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa memerlukan
metode pembelajaran yang berbeda dari metode sebelumnya. Pembaharuan metode
pembelajaran yang dilakukan, siswa diharapkan tidak akan merasa bosan bahkan
siswa lebih aktif berperan serta dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin.


Kata Kunci: Sociodrama Learning, Pembelajaran Bahasa Mandarin, Minat.

x

摘要

Erma Sari. C9612011. 2017. 使用社会戏剧教学法提高 Sahid 高中专业学校
一年级的学生对汉语学习的兴趣。Universitas Sebelas Maret 文化科学院中
文专科。

社会戏剧教学法是提高学习兴趣的有趣方法。教师运用社会戏剧教学法由教
师和学生一起参与,有助于拉近教师学生的距离。因此,笔者使用该教学法
来上 Sahid 高中专业学校的汉语课。笔者发现,使用该教学法的确能让学生
更积极参与课堂上的活动。
笔者使用观察法、问答法和书记文献来收集资料。笔者确定了七个班为教学
对象,即一年级 JB 1、JB 2、JB 3、APH 1、APH 2、APH 3 以及 UPW 和
BB 班。

研究结果显示社会戏剧教学法确实有助于提高学生对汉语的学习兴趣。虽然

有些学生比较害羞,不敢说汉语,但总体来说每个班的汉语水平没有太大的
差异。
本文的结论是教师对学生的教学法是否合适都影响到学生对学习的兴趣。可
见,教师应该不断地寻找对学生合适的教学法便避免课堂上的无聊或无趣的
课堂活动。

关键词 :社会戏剧教学法、汉语教学、兴趣

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
ABSTRAK.......................................................................................................... x

摘要........................................................................................................................ xi
DAFTAR ISI....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan.................................................................... 4
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 6
BAB II: LANDASAN TEORI............................................................................ 8
A. Metode Pembelajaran......................................... ...................... 8
1. Pengertian Metode Pembelajaran................................... 8
2. Macam-macam Metode Pembelajaran........................... 8
B. Pendekatan Sociodrama Learning........................................... 13
1. Pengertian Pendekatan................................................... 13
2. Sociodrama Learning................................................... 13
3. Tujuan Sociodrama Learning....................................... 14

xii


4. Kelebihan Metode Sociodrama Learning.................... 14
5. Kekurangan Metode Sociodrama Learning................. 15
6. Langkah-langkah Sociodrama Learning..................... 15
C. Pembelajaran Bahasa Mandarin............................................... 16
1. Pengertian Pembelajaran............................................... 16
2. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pembelajaran....... 19
3. Pembelajaran Bahasa Mandarin.................................... 20
D. Minat Belajar.......................................................................... 22
1. Pengertian Minat Belajar........................................................... 22
2. Peningkatan Minat Belajar........................................................ 22
E. Hasil Belajar.......................................................................... 23
1. Pengertian Hasil Belajar........................................................ 23
BAB III: PEMBAHASAN................................................................................. 25
A. Gambaran Umum Sekolah....................................................... 25
1. Sejarah Berdirinya SMK Sahid Surakarta.................... 25
2. Daftar Nama Kepala Sekolah SMK Sahid Surakarta.... 26
3. Visi SMK Sahid Surakarta............................................ 26
4. Misi SMK Sahid Surakarta........................................... 27
5. Tujuan SMK Sahid Surakarta....................................... 27
6. Kondisi SMK Sahid Surakarta...................................... 28
B. Pelaksanaan Kegiatan Di SMK Sahid Surakarta...................... 29
1. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)................. 29
2. Kegiatan Observasi....................................................... 29
3. Penyusunan Persiapan Mengajar................................... 31
4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran............................. 46
5. Minat Belajar Bahasa Mandarin di SMK Sahid Surakarta...... 65
6. Sociodrama Learning di SMK Sahid Surakarta...................... 66
7. Hasil Evaluasi Pembelajaran dengan Metode SDL......... 68

xiii

8. Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Bahasa Mandarin dengan
Metode Sociodrama Learning.................................................... 80
9. Ha m b at a n d al am P ro s es M en ga j ar da n S ol u si u nt uk
Mengatasi..................................................... ................ 81
BAB IV: SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 83
A. Simpulan................................................................................... 83
B. Saran............................................................ ............................. 83
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 85
DAFTAR WEBSITE........................................................................................... 86
LAMPIRAN......................................................................................................... 87

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1:

Jadwal Pelajaran Bahasa Mandarin.............................................. 32

Tabel 2:

Jadwal Kegiatan Pembelajaran..................................................... 46

Tabel 3:

Daftar Nilai Kelas X JB1.............................................................. 69

Tabel 4:

Daftar Nilai Kelas X JB2.............................................................. 70

Tabel 5:

Daftar Nilai Kelas X JB3.............................................................. 71

Tabel 6:

Daftar Nilai Kelas X APH1........................................................... 73

Tabel 7:

Daftar Nilai Kelas X APH2........................................................... 74

Tabel 8:

Daftar Nilai Kelas X APH3........................................................... 76

Tabel 9:

Daftar Nilai Kelas X UPW/BB..................................................... 78

Tabel 10:

Perbandingan Rata-Rata Kelas Sebelum dan Sesudah Menggunakan
Metode SDL................................................................................... 80

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara Untuk Guru Bahasa Mandarin ........................................ 88
Wawancara Kepada Guru Bahasa Mandarin............................................. 89
Materi Jam (点: diǎn) ......................................................................................... 91
Materi Dirumahmu Ada Berapa Orang? (你家有几口人?: nǐ jiā yǒu jǐ kǒu
rén) ..................................................................................................................... 95
Materi Pekan (星期: xīngqī) .............................................................................. 99
Jadwal Piket Di SMK Sahid Surakarta .............................................................. 104
Nilai Praktik Kerja Lapangan ............................................................................ 105
Lembar Konsultasi Tugas Akhir.......................................................................... 106
Dokumentasi ...................................................................................................... 108

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi menuntut kemampuan berbahasa asing menjadi hal penting
yang harus dimiliki. Hal itu karena adanya kenyataan bahwa dengan memiliki
kemampuan berbahasa asing manusia dapat dengan mudah berkomunikasi dengan
bangsa lain. Penguasaan atau kemampuan berbahasa asing memungkinkan manusia
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Salah satu contoh bahasa asing adalah
bahasa Mandarin. Banyak sekolah yang memberikan pelajaran bahasa Mandarin,
namun banyak yang beranggapan bahwa bahasa Mandarin sangat sulit. Anggapan
itulah yang membuat beberapa siswa malas mempelajari bahasa Mandarin.
(Kusworo Rini Hapsari. 2009: 1)
Aspek-aspek dalam pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan yaitu
aspek mendengar, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Dalam
bahasa Mandarin, aspek-aspek tersebut disebut dengan 听力: tīnglì, 说话: shuōhuà,
阅读: yuèdú dan 写作: xiězuò. 233 siswa kelas X SMK Sahid Surakarta, hanya
beberapa siswa yang paham dengan semua aspek. Beberapa lainnya hanya mampu
menguasai satu atau dua aspek saja. Hal tersebut dikarenakan lebih banyak peran
pengajar dibandingkan peran siswa. Pengajar cenderung lebih aktif dalam
penyampaian materi pembelajaran, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar.

1

Siswa dalam proses belajar mengajar seharusnya menjadi subjek utama
sehingga siswa terlibat secara aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang
didapatnya. Hal itu mengasumsikan siswa aktif sehingga siswa tidak hanya duduk,
diam dan hanya mendengarkan guru menyampaikan materi layaknya ceramah,
tetapi siswa berusaha untuk menemukan pengetahuan sendiri. Salah satu contohnya
dengan menggunakan internet sebagai salah satu media pembelajaran di luar
sekolah.
Banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses belajar
bahasa Mandarin, namun pemakaian metode pembelajaran yang digunakan masih
terpaku dengan satu metode yang membuat para siswa mengalami kebosanan saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jika hal ini dibiarkan akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka cara yang harus ditempuh adalah
menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menjadikan proses belajar
menjadi lebih aktif dan efisien. (Reni Utami. 2011: 2)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa Mandarin di SMK
Sahid Surakarta menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran masih rendah
terutama pada kelas X APH3 dan X JB3, hanya beberapa siswa yang mendengarkan
penjelasan guru, bahkan ada siswa yang masih bermain sendiri atau mengobrol
dengan teman sebangku saat guru sedang menjelaskan. Hasil pengamatan juga
menunjukkan bahwa dalam menyampaikan materi guru masih menggunakan
metode ceramah juga dikolaborasikan dengan tanya jawab yang membuat siswa
merasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran.

2

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengajar dalam mengajarkan bahasa
Mandarin dengan menggunakan berbagai media agar pembelajaran bahasa
Mandarin dapat tercapai dengan baik. Meski demikian, masih banyak kendala yang
dihadapi dalam mengimplementasikan pembelajaran bahasa Mandarin tersebut.
Seperti tingkat antusias siswa yang masih rendah. Dimana hanya sekitar 50% yang
terlibat aktif mengikuti pembelajaran.
Memperlihatkan hasil pembelajaran diatas, ada beberapa dugaan yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu: pemahaman materi bahasa Mandarin para
siswa masih rendah. Selain itu, para siswa menganggap bahasa Mandarin tidak
terlalu penting.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis membuat penelitian dengan judul
“PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BAHASA MANDARIN
MELALUI METODE SOCIODRAMA LEARNING DI KELAS X SMK
SAHID SURAKARTA.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah proses belajar bahasa Mandarin siswa kelas X di SMK Sahid
Surakarta dengan menggunakan metode Sociodrama Learning?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran Sociodrama Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?

3

3. Apa saja hambatan yang terjadi selama pelaksanaan metode Sociodrama
Learning dan bagaimana solusinya?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui proses belajar bahasa Mandarin siswa kelas X di SMK Sahid
Surakarta dengan metode Sociodrama Learning.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar bahasa Mandarin siswa kelas X
di SMK Sahid Surakarta dengan metode Sociodrama Learning.
3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dan penanganan dalam proses belajar
bahasa Mandarin siswa kelas X di SMK Sahid Surakarta dengan metode
Sociodrama Learning.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis sebagai
sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan.

4

2. Manfaat Praktis
2.1. Bagi Penulis
a. Membandingkan teori yang didapatkan di Universitas dengan kenyataan
yang ada.
b. Menambah wawasan mengenai nilai pendidikan untuk dijadikan sebagai
acuan dalam bersikap dan berperilaku.
c. Sebagai persyaratan dalam mencapai gelar ahli madya D3 bahasa
Mandarin di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.2. Bagi Sekolah
a. Menambah wawasan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang
lebih variasi, sehingga dapat menumbuhkan semangat baru dalam
pembelajaran.

2.3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang bahasa asing yang penting untuk dikuasai.
b. Memberikan pelayanan pengajaran yang layak untuk masyarakat.

5

E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan adalah:
1. Observasi
Observasi (Observation Participation) merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut biasanya
berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar dan lain sebagainya.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau non partisipatif. Dalam
observasi partisipatif (participatori observation) pengamat ikut serta
dalam kegiatan yang sedang berlangsung dan dalam observasi non
partisipatif (nonparticipatori observation) pengamat tidak ikut serta
dalam kegiatan, ia hanya berperan sebagai pengamat. (Syaidah
Sukmadinata. 2007: 220)
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak
digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara
lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Sebelum
melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara
yang disebut dengan pedoman wawancara. Pedoman ini berisikan
sejumlah pertanyaan yang nantinya dijawab oleh responden. Bentuk
pertanyaan bisa sangat terbuka, sehingga responden mempunyai

6

keleluasaan dalam memberikan jawaban dan penjelasan. (Nana Syaodih
Sukmadinata. 2007: 216)
Pencarian informasi yang dilakukan penulis dengan mengajukan
pertanyaan kepada Ibu Indah Rohmawati, A.Md selaku guru bahasa
Mandarin di SMK Sahid Surakarta.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan pencarian informasi dan data dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, catatan, majalah, kisah-kisah sejarah dan lain sebagainya.
(Mardalis. 1999)

7

BAB II
LANDASAN TEORI

A.Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Surokhman
dalam Suryobroto (1997:148) menjelaskan bahwa “metode pengajaran adalah caracara pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana teknisinya suatu
bahan pengajaran yang diberikan di sekolah. (Reni Utami. 2011: 13)
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar dari diri siswa. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi poses
belajar dari diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. (Sutikno, 2013:86). (
https://riaarini17.wordpress.com/teknologi-pendidikan/teori-belajar-danpembelajaran/model-pembelajaran diakses pada 22 Mei 2016 pukul 16.17)

2. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Beberapa metode pembelajaran yang bisa dipakai dalam proses
pembelajaran, antara lain:

8

a. Metode Proyek

Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak
dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 83)

b. Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 84)

c. Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang
dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di
laboratorium, di perpustakaan, di rumah atau dimana saja.

9

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak,
sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu
kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan,
maka guru menggunakan metode ini untuk mengatasinya. (Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain. 2013: 85)

d. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana para siswa
dihadapkan dengan suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 87)

e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 90)

f. Metode Problem Solving

Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam metode
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan

10

mencari data dan menarik kesimpulan. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
2013: 91)

g. Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari topik yang berhubungan dengan pembelajaran. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 93)

h. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, dari guru kepada siswa atau siswa kepada guru.
Metode tanya jawab adalah metode tertua dan banyak digunakan dalam proses
pembelajaran, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. (Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 94)

i. Metode Latihan

Metode latihan (training) adalah suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini juga dapat digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. (Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 95)

11

j. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang tradisional, karena metode ini
digunakan sejak dulu sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru
daripada siswa, metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan
pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional seperti di
pedesaan yang masih minim fasilitas. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
2013: 97)

k. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama (Sociodrama Learning) adalah cara penyajian pelajaran
dengan mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial. Penggunaan metode sosiodrama dapat membuat siswa lebih tertarik
perhatiannya pada pelajaran karena mereka bisa secara langsung memerankan
tokoh yang terdapat dalam teks. Siswa yang sedang tidak bermain peran pun tidak
pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan kritik dan saran. (Roestiyah N.K.
2012: 90)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan suatu cara untuk teratur, tersistem, dan digunakan dengan baik dalam
memperoleh pengetahuan mata pelajaran yang dilakukan oleh pihak guru dan
peneliti terhadap siswa.

12

B. Pendekatan Sociodrama Learning
1. Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut Wina Sanjaya dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum.
Menurut Roy Killen terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan
yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
discovery

dan

inkuiri

serta

strategi

pembelajaran

induktif.

(

http://strategipembelajaranaktif1.blogspot.co.id/2013/06/model-pendekatanstrategi-metode-dan.html diakses pada 22 Mei 2016 pukul 22.07)

2. Sociodrama Learning
Sosio drama menurut Drs. Soelaiman Joesoef dan Drs. Slamet Santoso
dimaksudkan mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Oemar
Hamalik berpendapat bahwa kegiatan drama atau ekspresi pada umumnya
disenangi anak.
Djamarah (2000:200) berpendapat bahwa metode sosio drama adalah cara
mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
memainkan peran tertentu.

13

( http://blog.uad.ac.id/ulfi1300001267/2014/12/03/sosiodrama/ diakses pada 22
Mei 2016 pukul 23.01)
Pembelajaran bahasa Mandarin, pengajar menyajikan sebuah cerita dengan
sebuah tema. Siswa memerankan peran masing-masing, dengan peran tersebut,
siswa dapat mempraktikkan empat aspek dalam bahasa Mandarin. Empat aspek
tersebut adalah aspek mendengarkan (听力: tīnglì), berbicara (说话: shuōhuà),
membaca ( 阅 读 : yuèdú) dan menulis ( 写 作 : xiězuò). Sociodrama Learning
diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa
Mandarin.

3. Tujuan Sociodrama Learning
Tujuan pembelajaran menggunakan Sociodrama Learning yaitu sebagai
berikut:
a. Siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b. Menghilangkan perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya
c. Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat.
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
e. Sociodrama Learning ini akan lebih banyak berpengaruh terhadap perubahanperubahan sikap kepribadian. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2013: 88)

4. Kelebihan Metode Sociodrama Learning
Kelebihan dari metode Sociodrama Learning yaitu sebagai berikut:
a. Dapat berkesan dengan kuat dalam ingatan siswa.

14

b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias.
c. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan
siswa.
d. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa.
( http://bahankuliah.info/pdf/metode-pembelajaran-sosio-drama diakses pada 22
Mei 2016 pukul 23.10)

5. Kekurangan Metode Sociodrama Learning
Kekurangan dari metode Sociodrama Learning yaitu sebagai berikut:
a. Sociodrama Learning memerlukan waktu yang relatif panjang atau banyak.
b. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
siswa.
c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerankan suatu adegan tertentu.
d. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

6. Langkah-Langkah Sociodrama Learning
Langkah-langkah

pembelajaran

menggunakan

metode

Sociodrama

Learning yaitu:
a. Awal pembelajaran pengajar memperkenalkan aturan main dari model
pembelajaran yang akan digunakan kepada siswa.
b. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok.

15

c. Pengajar mengarahkan siswa untuk menentukan tema dan scenario yang meliputi
situasi, masalah peristiwa dan latar.
d. Siswa secara bergantian memerankan drama yang telah disiapkannya.
e. Pengajar sebagai sutradara (fasilitator) dapat menghentikan drama (apabila esensi
atau pokok yang akan dibahas telah dicapai).
f. Pengajar mengarahkan pada diskusi. Pada proses ini, pengajar dan siswa
memberikan komentar, kesimpulan, atau catatan mengenai topik yang diangkat
dalam sosio drama dan tanggapan mengenai penampilan siswa.
g. Sociodrama Learning diakhiri dengan diskusi kelas untuk memecahkan masalah,
menghafal dan mencatat kosakata baru. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain. 2013: 89)

C. Pembelajaran Bahasa Mandarin
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses belajar dari diri siswa. Jadi metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi poses
belajar dari diri siswa dalam upaya mencapai tujuan. (Sutikno, 2013:86).
(https://riaarini17.wordpress.com/teknologi-pendidikan/teori-belajar-danpembelajaran/model-pembelajaran diakses pada 22 Mei 2016 pukul 23.10)
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.

16

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran merupakan kombinasi yang
tersusun meliputi unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling
mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga
rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan
pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.
2. Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan.
3. Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi
kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.
(https://trys99.wordpress.com/2014/08/17/pengertian-pembelajaran-menurutpara-ahli/ diakses pada 23 Mei 2016 pukul 11.29)
Tahap-tahap pembelajaran ada 3, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan

merupakan

proses

penyusunan

sesuatu

yang

akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu
sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus
sesuai dengan target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan
pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program sesuai dengan metode yang
akan digunakan.

17

Beberapa prinsip yang perlu diterapkan dalam membuat perencanaan,
yaitu:
a. Memahami tujuan pendidikan
b. Menguasai bahan ajar
c. Memahami prinsip-prinsip mengajar
d. Memahami metode-metode mengajar
e. Memahami prinsip-prinsip evaluasi
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap penerapan atas desain perencanaan yang telah
dibuat oleh guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional
pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini guru melakukan interaksi belajar
mengajar melalui penerapan berbagai metode dan teknik pembelajaran, serta
pemanfaatan media.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku
yang telah terjadi. Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas
proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur
ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi dapat diukur kuantitas dan kualitas
pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa)
mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebagai berikut:
1. Evaluasi belajar pengetahuan dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan daftar
isian pertanyaan.

18

2. Evaluasi belajar keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktik, analisis
keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik.
3. Evaluasi belajar sikap dapat dilakukan dengan mengisi daftar sikap diri sendiri,
daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program dan skala deferensial
sematik.
2. Faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelajaran
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran, yaitu:
1. Faktor guru: guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru,
yaitu:
a. Teacher Formative Experience
Meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru.
b. Teacher Training Experience
Meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas
dan latar belakang pendidikan guru.
c. Teacher Properties
Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru.
2. Faktor siswa: organisme yang berkembang sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Perkembangan anak meliputi perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya. Perkembangan masing-masing anak tidak sama.

19

3. Faktor sarana dan prasarana: segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
4. Faktor lingkungan:
a. Organisasi kelas: organisasi kelas yang terlalu besar kurang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Iklim sosial psikologis: hubungan antara orang yang terlibat dalam
lingkungan sekolah seperti, guru dengan murid, murid dengan murid, guru
dengan guru, guru dengan pimpinan juga hubungan eksternal seperti,
hubungan sekolah dengan wali murid, dan hubungan sekolah dengan
lembaga masyarakat. (Penelitian Tindakan Kelas : Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya,
M.Pd., tahun 2008)
3. Pembelajaran Bahasa Mandarin
Menurut Elizabeth dan rekannya (2000: 5) “Bahasa Mandarin merupakan
suatu bahasa yang paling banyak dipakai orang diseluruh dunia.” Meskipun
terdapat banyak pengucapan yang berbeda-beda, semuanya ditulis dengan cara
yang sama, menurut Elizabeth dan Song Lianyi dalam buku yang telah dialih bahasa
oleh Reni Limarga (2000), dikatakan bahwa “Lebih dari 70% bangsa Mandarin
berbicara dengan dialek/logat urutan sehingga bahasa nasional mereka didasarkan
atas dialek ini.” Dalam bahasa Mandarin ini disebut sebagai pengucapan lazim
Pǔtōnghuà, tetapi kadang-kadang bagi bangsa Barat disebut sebagai bahasa
Mandarin Modern.

20

Mandarin dalam pengertian sempit berarti Pǔtōnghuà dan Guóyǔ yang
merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa
lisan Běifānghuà. Pǔtōnghuà adalah bahasa resmi Tiongkok dan Guóyǔ adalah
bahasa resmi Taiwan. Pǔtōnghuà biasanya sering disebut Huáyǔ juga merupakan
salah satu dari bahasa yang digunakan di Singapura. Sedangkan dalam pengertian
luas, Mandarin berarti Běifānghuà (secara harafiah berarti “bahasa percakapan
utara”), yang merupakan sebuah kategori yang luas dan mencakup beragam jenis
dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian
utara dan barat daya Tiongkok, dan menjadi dasar bagi Pǔtōnghuà dan Guóyǔ.
Běifānghuà mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya
dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat
dimengerti. Seperti ragam-ragam bahasa mandarin lainnya, ada banyak orang yang
berpendapat bahwa bahasa Mandarin itu merupakan semacam dialek, bukan
bahasa. ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Mandarin diakses pada 5 Januari
2017 pukul 23.04 )
Pembelajaran bahasa Mandarin akan berhasil apabila menggunakan cara
belajar sebagai berikut:
1. Sedikit demi sedikit namun sering jauh lebih efektif dibandingkan dengan sesi
pelajaran yang panjang namun jarang-jarang. Ini dapat mempermudah untuk belajar
secara teratur.
2. Revisi dan tes diri sendiri secara teratur.
3. Mendengarkan materi dengan sungguh-sungguh.

21

4. Mencari kesempatan untuk berbicara bahasa Mandarin. Setiap pelajaran
berlangsung diusahakan berlatih berbicara bahasa Mandarin meskipun hanya
sepatah kata.
Penerapan cara belajar menggunakan langkah-langkah seperti yang telah
disebutkan, diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan bahasa
Mandarin menjadi lebih baik.

D. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 114) minat adalah sumber motivasi
yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila
mereka bebas memilih. Disisi lain, minat adalah penerimaan akan suatu hubungan
antar diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. (Djaali. 2006: 121)
2. Peningkatan Minat Belajar
Peningkatan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar biasanya
diekspresikan melalui:
1. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan.
2. Perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati.
3. Rasa ingin tahu dengan melontarkan pertanyaan. (Syaiful Bahri Djamarah. 2011:
167)
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya
dengan dirinya (Slameto, 2010: 180). Adapun cara guru dalam meningkatkan dan
mengembangkan minat belajar siswa antara lain sebagai berikut:
22

1. Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada subjek baru
adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang sudah ada.
2. Membentuk minat-minat baru pada diri siswa.
Dengan membentuk minat-minat baru pada diri siswa, berarti memberikan
informasi pada siswa mengenai hubungan antara materi pelajaran yang akan
disampaikan dengan materi pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi
siswa di masa mendatang.
3. Memberikan insentif.
Insentif disini merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar
melakukan sesuatu yang tidak mau dilakukannya atau yang tidak dilakukannya
dengan baik. (Slameto.2010: 180-181)

E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. (Sudjana. 2004: 22)
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

23

1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis (kecerdasan
intelegensi siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat).
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi
faktor lingkungan sosial (lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat) dan
lingkungaan non social (lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor
materi pelajaran). (Slameto. 2003: 20)

24

BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Berdirinya SMK Sahid Surakarta
SMK Sahid Surakarta bernaung di bawah Yayasan Kesejahteraan
Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya cabang Surakarta didirikan dengan cita-cita untuk
berperan aktif dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keberadaan SMK Sahid Surakarta tidak terlepas dari misi pendiri dan
pembina Bapak Prof. DR. H. Sukamdani S. Gitosardjono dibantu oleh Ibu Hj. Juliah
Sukamdani sebagai wakil Yayasan Sahid Jaya.
SMK Sahid Surakarta berdiri pada tahun 1998, merupakan sekolah kejuruan
yang bergerak dalam bidang Pariwisata dengan Program Keahlian meliputi:
1. Akomodasi Perhotelan (Terakreditasi B)
Tujuan Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan adalah untuk
menghasilkan lulusan yang siap kerja, memiliki pengetahuan,
kemampuan dan terampil dibidang pekerjaan Perhotelan khususnya pada
bagian Front Office (Kantor Depan), House Keeping (Tata Graha), dan
Cruise Ship (Kapal Pesiar).
2. Usaha Perjalanan Wisata (Terakreditasi B)
Tujuan Kompetensi Keahlian Usaha Perjalanan Wisata adalah untuk
menghasilkan lulusan yang siap kerja, memiliki pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan dibidang Travelling (Perjalanan),

25

Perjalanan Wisata (Tour Planning, Tour Marketing, Tour Leader, Tour
Guide, Ticketing and Reservation Staff).
3. Jasa Boga (Terakreditasi B)
Tujuan Kompetensi Keahlian Jasa Boga adalah untuk menghasilkan
lulusan yang siap kerja, memiliki pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan menjadi seorang Cheff yang mampu bekerja dibidang
Restaurant and Catering Business, Cruise Ship (Kapal Pesiar) serta
Wirausaha dibidang Culinary.
4. Busana Butik (Terakreditasi B)
Tujuan Kompetensi Keahlian Busana Butik adalah untuk menghasilkan
lulusan yang siap kerja, memiliki pengetahuan, kemampuan dan
keterampilan dibidang pekerjaan Custome Mode atau berwirausaha
dibidang Modiste, Attelier, Butik, Taylor Mode dan Dress Making.

2. Daftar Nama Kepala Sekolah SMK Sahid Surakarta sejak 1998 sampai
sekarang:
1. Bukhori Ns, BA.

: Juli - Desember 1998

2. Drs. Marimin, MM.

: Januari 1999 - April 2008

3. Dwi Subyanto, S.Pd.

: April 2008 - April 2010

4. Marwahyudi, S.Pd., MT.

: April 2010 - Februari 2014

5. Naim Mabruri, M.Pd.

: Mei 2014 - sekarang

3. Visi SMK Sahid Surakarta
Menciptakan tamatan yang unggul, berbudaya, religius dan berjiwa
entrepreneur.
26

4. Misi SMK Sahid Surakarta
Untuk mewujudkan visi unggul dalam prestasi, berbudaya dan berjiwa
entrepreneur SMK Sahid Surakarta menetapkan suatu bentuk layanan yang
dituangkan dalam bentuk misi, yaitu sebagai berikut:
1. Membekali peserta didik dengan iman dan taqwa.
2. Menghasilkan sumber daya manusia yang menjadi faktor keunggulan dalam
berbagai sektor pembangunan.
3. Mengubah peserta didik dari status beban menjadi asset pembangunan yang
produktif.
4. Menghasilkan tenaga professional untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
industrialisasi dan mampu berdikari.
5. Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk dapat mengembangkan
dirinya secara berkelanjutan berdasarkan kearifan budaya lokal.
5. Tujuan SMK Sahid Surakarta
Adapun tujuan dari berdirinya SMK Sahid Surakarta yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan peserta didik SMK Sahid Surakarta agar menjadi manusia produktif,
serta mampu bekerja mandiri.
2. Menyiapkan pesrta didik SMK Sahid Surakarta agar mampu memilih karier, ulet
dan gigih.
3. Membekali peserta didik SMK Sahid Surakarta dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni serta berakhlak mulia.
4. Membekali peserta didik SMK Sahid Surakarta dengan kompetensi-kompetensi
yang sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya.

27

6. Kondisi SMK Sahid Surakarta
a. Kondisi Fisik
SMK Sahid Surakarta terletak di Jl. Yosodipuro No 87, Timuran,
Banjarsari, Surakarta. SMK Sahid Surakarta memiliki 18 ruang kelas, 2 ruang dapur
produksi, 2 ruang make up room, 2 ruang front office, 1 ruang laboratorium bahasa,
1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang laboratorium laundry, 1 ruang
laboratorium usaha perjalanan wisata (UPW), 1 ruang unit produksi, 1 musola, 1
ruang bursa kerja khusus, 1 ruang musik, 1 ruang TU, 1 ruang wakil kepala sekolah,
1 ruang kepala sekolah dan beberapa area hot spot. SMK Sahid Surakarta juga
mempunyai beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang didukung dengan fasilitas yang
memadahi. Kegiatan ekstrakulikuler yang ada antara lain PMR, paskibraka,
jurnalistik, futsal, BTA, Speech Contest, bahasa Mandarin, juggling, guiding,
pramuka, seni musik, paduan suara, seni tari, sispala (pecinta alam), dan TIK.
b. Kondisi Non Fisik
SMK Sahid Surakarta memiliki jumlah tenaga pendidik dan karyawan yang
cukup memadahi. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 39 orang dan jumlah karyawan
sebanyak 25 orang. Rata-rata guru berpendidikan S1 sedangkan karyawan
berpendidikan D3 dan juga dari lulusan SMU. Berdasarkan kondisi di atas dapat
dikatakan bahwa SMK Sahid Surakarta tidak kekurangan tenaga pendidik hanya
perlu adanya optimalisasi dalam penggunaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan belajar mengajar.

28

B. Pelaksanaan Kegiatan Di SMK Sahid Surakarta
1. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di SMK Sahid
Surakarta selama 3 bulan, dimulai pada tanggal 1 Februari 2016 sampai tanggal 29
April 2016.

2. Kegiatan Observasi
a. Keadaan Kelas X
Kelas yang diobservasi adalah kelas X JB1, X JB2, X JB3, X APH1, X
APH2, X APH3 dan X UPW/BB yang akan digunakan untuk praktik mengajar oleh
penulis dengan menerapkan metode Sociodrama Learning dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Mandarin.
Kelas X JB1 memiliki ruang yang cukup luas. Terdapat 26 siswa, 10 siswa
laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas X JB1 terletak diantara kelas X UPW/BB.
Kelas X JB2 memiliki ruang yang sama dengan kelas JB1. Terdapat

27

siswa, 10 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Kelas X JB2 terletak diantara
kelas X JB1 dan kelas X JB3.
Kelas X JB3 memiliki ruang yang lebih kecil dari kelas X JB1 dan X JB2.
Terdapat 27 siswa, 10 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Kelas X JB3 terletak
diantara X JB2 dan ruang unit produksi.
Kelas X APH1 memiliki ruang yang luas. Terdapat 38 siswa, 24 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan. Kelas X APH1 terletak di lantai dua, bersebelahan
dengan make up room.

29

Kelas X APH2 memiliki ruang yang luas dan nyaman. Terdapat 38 siswa,
25 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kelas X APH2 terletak di lantai dua.
Kelas X APH2 terletak diantara kelas X APH1 dan X APH3.
Kelas X APH3 memiliki ruang yang luas. Terdapat 39 siswa, 28 siswa lakilaki dan 11 siswa perempuan. Kelas yang terletak di lantai dua ini bersebelahan
dengan kelas XI JB1.
Kelas X UPW/BB merupakan dua jurusan yang digabung menjadi satu
kelas. Pada jurusan UPW terdapat 31 siswa, 11 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan. Pada jurusan BB terdapat 8 siswa perempuan. Kelas X UPW/BB
terletak bersebelahan dengan kelas X JB1.
Di dalam masing-masing kelas terdapat meja, kursi, papan tulis, jam
dinding, majalah dinding dan beberapa sapu. Masing-masing kelas memiliki ruang
kelas yang nyaman dan tertata rapi. Dengan ruang kelas yang luas juga dapat
mendukung

berjalannya

metode

Sociodrama

Learning

dalam

kegiatan

pembelajaran bahasa Mandarin.

b. Keadaan Siswa Kelas X Pada Umumnya
Kelas X adalah kelas yang akan digunakan oleh penulis untuk kegiatan
praktik mengajar dengan menerapkan metode Sociodrama Learning.
Siswa kelas X umumnya memiliki keakraban dengan siswa kelas lain.
Mereka juga menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dengan guru yang
mengajar dalam kelas mereka maupun guru yang sedang tidak mengajar dikelas.
Dari segi penampilan, kelas X berpenampilan dengan baik. Para siswa mampu
menjaga kebersihan dan kerapian diri sendiri juga ruang kelas.

30

Saat kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin berlangsung, ada beberapa
siswa yang sering membuat gaduh, belajar mata pelajaran lain, ada juga yang tidak
bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran den

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DI KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG

1 19 90

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MEMPROSES BUKU BESAR MELALUI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA KELAS X AKUNTANSI 3 SMK N I SALATIGA SEMESTER GENAP TAHUN 20132014

0 0 12

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING

0 0 8

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

0 0 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKHLAQ MATERI ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS DENGAN METODE PROJECT BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X TB SMK MUHAMMADIYAH SUMOWONO TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 1 118

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE BRAIN BASED LEARNING DAN BRAIN GYM PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 MAKASSAR

0 2 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR FLEXIILITY DAN ELABORATION SISWA KELAS XII MIPA 1 MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DI SMAN X SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 17

PELAJARAN BAHASA MANDARIN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA SISWA KELAS X UPW DI SMK SAHID SURAKARTA

0 1 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK PEMESINAN BUBUT MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK PEMESINAN SMK BHINNEKA KARYA SURAKARTA TAHUN 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK MELALUI PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PBL) BAGI SISWA KELAS X-B SMK WARGA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20162017

0 0 16