Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian survey dengan pendekatan metode

explanatory research

yaitu menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap kinerja

perawat dalam menjalankan profesinya di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura,

Langkat. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada survei awal yang telah
dilakukan menunjukkan kinerja perawat yang masih rendah.
3.2.2

Waktu Penelitian
Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1. Waktu Penelitian

No

Kegiatan

1
2
3

Penelusuran Pustaka
Studi Pendahuluan

Konsultasi Judul dengan ketua
program
Konsultasi pembimbing
Pengurusan administrasi penelitian
Persiapan bahan kolokium
Kolokium
Persiapan alat dan bahan
Pengumpulan data

Jan

4
5
6
7
8
9

Feb


Bulan
Mar Apr

Mei

Jun

31
Universitas Sumatera Utara

32

10
11
12

Pengolahan dan Analisa Data
Penyusunan laporan tesis
Seminar hasil


3.3

Populasi dan sampel Penelitian

3.3.1

Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Rawat

Inap RSUD Tanjung Pura. Adapun jumlah perawat yang bekerja di ruangan rawat
inap berjumlah 63 orang.
3.3.2

Sampel
Sehubungan dengan jumlah populasi yang relatif kecil maka teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dimana seluruh
populasi dijadikan sampel penelitian yaitu 63 orang.

3.4


Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan wawancara yang

berpedoman padaa kuesioner terstruktur dengan jawaban tertutup yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Untuk melengkapi hasil wawancara peneliti juga
melakukan observasi.

Universitas Sumatera Utara

33

3.5

Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1

Variabel Independen
Stres kerja adalah reaksi fisik, psikologi, dan perilaku yang timbul sebagai


respon adaptif terhadap tuntutan kerja. Stres kerja diukur melalui indikator gejala
psikologis, gejala fisiologis dan perilaku yaitu:
a. Gejala psikologis adalah perubahan proses mental dan kejiwaan yang timbul
akibat stres kerja seperti ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan
dan suka menunda-nunda pekerjaan
b. Gejala fisik adalah adalah perubahan pada jasmani atau badan yang timbul
akibat stres kerja seperti meningkatnya detak jantung dan pernapasan,
meningkatnya tekanan darah, dan sakit kepala
c. Gejala perilaku adalah perubahan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar akibat stres kerja seperti perubahan pola tidur, pola
makan dan produktivitas kerja.
3.5.2

Variabel Dependen
Kinerja perawat adalah hasil kerja seorang perawat dalam menjalankan

profesinya.Kinerja diukur melalui standart praktik keperawatan yaang meliputi
pengkajian


keperawatan

diagnosa

keperawatan,

perencanaan

keperawatan,

imlpementasi, dan evaluasi keperawatan
1. Pengkajian keperawatan adalah pegumpulan data tentang status kesehatan pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

34

2. Diagnosa keperawatan adalah penentuan gejala, masalah dan penyebab masalah
pasien dengan mengalisa data pengkajian

3. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien
4. Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan
5. Evaluasi keperawatan adalah penilaian kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawatan dan memodifikasi pereencanaan.

3.6

Metode Pengukuran
Adapun metode pengukuran dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu aspek

pengukuran variabel bebas dan variabel terikat seperti dijelaskan dibawah ini :
Tabel 3.1 Variabel Stres Kerja dan Kinerja
Variabel
Stres kerja
Stres berat
Stres sedang
Stres Ringan


Kinerja
Baik
Sedang
Tidak baik

Bobot nilai 1 variabel = 1
indikator

Bobot nilai 1 variabel = 24
indikator

3
2
1
Bobot nilai 1 variabel = 1

72
48
24
Bobot nilai 1 variabel = 24

indikator

3
2
1

75
50
25

Universitas Sumatera Utara

35

3.7

Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan

pada kuesioner arus diuji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar
(konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel . Validitas konstruk ialah
ketepatan pengukuran dalam menilai ciri atau keadaan subyek yang diukur
sehubungan dengan teori yang melatarbelakanginya (Budiman dan Riyanto, 2013).
Uji coba validitas instrument penelitian dilakukan di RSU Sulaiman Serdang
Bedagai dengan jumlah responden sebanyak 30 responden perawat ruang rawat inap
yang memiliki karakteristik sama dengan subyek penelitian namun selain responden
yang akan dijadikan subyek penelitian. Kemudian mengkorelasikan pada masing –
masing skor yang diperoleh pada masing- masing item pernyataan dengan skor dan
teknik korelasi yang dipakai adalah korelasi product moment.
Validitas butir pertanyaan dapat dilihat pada nilai Corrected Item-Total
Correlation. Butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total
Correlation lebih besar dari r-tabel (0.361) pada taraf signifikansi 95%

dengan

jumlah responden sebanyak 30 responden (Budiman dan Riyanto, 2013).
Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Reliabilitas dilihat dari nilai Alpha Cronbach, jika nilai Alpha Cronbach > 0,60 maka
butir soal dinyatakan reliabel atau handal (Budiman dan Riyanto, 2013)

Universitas Sumatera Utara

36

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Stres Kerja
Variabel

Stres kerja 1
Stres kerja 2
Stres kerja 3
Stres kerja 4
Stres kerja 5
Stres kerja 6
Stres kerja 7
Stres kerja 8
Stres kerja 9
Stres kerja 10
Stres kerja 11
Stres kerja 12
Stres kerja 13
Stres kerja 14
Stres kerja 15
Stres kerja 16
Stres kerja 17
Stres kerja 18
Stres kerja 19
Stres kerja 20
Stres kerja 21
Stres kerja 22
Stres kerja 23
Stres kerja 24

Corrected
item- total
Correlation

r- tabel

Hasil

Cronbach
Alpha

0,697
0,655
0,616
0,585
0,510
0,879
0,575
0,509
0,454
0,725
0,655
0,879
0,375
0,587
0,375
0,666
0,879
0,879
0,725
0,655
0,490
0,536
0,728
0,637

0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,945

Hasil

Reliabel

Tabel 3.1 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
lebih besar dari nilai r-tabel yang nilainya 0,361 dari 30 responden dan terdiri dari 24
pertanyaan, artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel
stres kerja semuanya valid. Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,945 dan lebih besar
dari nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan stres kerja pada
responden sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan

Universitas Sumatera Utara

37

bahwa variabel stres kerja pada responden telah memenuhi persyaratan validitas dan
reabilitas.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Kinerja Perawat
Variabel

Kinerja 1
Kinerja 2
Kinerja 3
Kinerja 4
Kinerja 5
Kinerja 6
Kinerja 7
Kinerja 8
Kinerja 9
Kinerja 10
Kinerja 11
Kinerja 12
Kinerja 13
Kinerja 14
Kinerja 15
Kinerja 16
Kinerja 17
Kinerja 18
Kinerja 19
Kinerja 20
Kinerja 21
Kinerja 22
Kinerja 23
Kinerja 24
Kinerja 25

Corrected
item- total
Correlation

0,571
0,757
0,921
0,927
0,838
0,890
0,849
0,872
0,728
0,680
0,854
0,755
0,553
0,875
0,865
0,864
0,947
0,878
0,718
0,922
0,913
0,928
0,878
0,816
0,889

r- tabel

Hasil

Cronbach
Alpha

Hasil

0,361

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,983

Reliabel

Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation
lebih besar dari nilai r-tabel yang nilainya 0,361 dari 30 responden dan terdiri dari 25
pertanyaan, artinya seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel
kinerja semuanya valid. Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,983 dan lebih besar dari

Universitas Sumatera Utara

38

nilai 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan kinerja pada responden
sudah reliabel sebagai alat ukur. Berdasarkan hasil diatas disimpulkan bahwa variabel
kinerja pada responden telah memenuhi persyaratan validitas dan reabilitas.

3.8

Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik regresi linear untuk

menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap kinerja perawat dalam menjalankan
profesinya di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura. Penggunaan uji statistik regresi
linear sesuai dengan skala ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
interval.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umum RSUD Tanjung Pura Langkat

4.1.1 Visi dan Misi
4.1.1.1 Visi
“Terwujudnya RSUD Tanjung Pura yang maju dan mandiri, dengan
pelayanan yang prima dan bermutu, serta menjadi pilihan pertama sarana kesehatan
rujukan”. Penjelasan dari kata-kata yang terdapat dalam visi adalah sebagai berikut :
1. Maju
Rumah Sakit mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan dan semakin baiknya sarana dan prasarana pendukung rumah sakit.
2. Mandiri
Rumah Sakit mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan dan pelayanan
terhadap masyarakat.
3. Pelayanan yang Prima dan Berkualitas
Rumah Sakit umum mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada
masyarakat tanpa membeda-beda.
4. Pilihan Pertama Sarana Kesehatan Rujukan
Dengan tercapainya Rumah Sakit yang maju dan mandiri serta didukung dengan
pelayanan yang prima dan bermutu akan memberikan image dan kepercayaan

39
Universitas Sumatera Utara

40

yang baik terhadap masyarakat dimana Rumah Sakit akan menjadi pilihan
pertama sarana kesehatan rujukan.
4.1.1.2 Misi
Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat
adalah sebagai berikut :
1. Misi Pertama

: Meningkatkan profesionalisme tenaga medis, paramedis,
para non keperawatan dan tenaga administrasi, dengan
tujuan :

a. Meningkatkan aparatur pemerintah yang professional.
b. Meningkatkan pelayanan prima.
2. Misi Kedua

: Meningkatkan ketersediaan dan mutu sarana dan
prasarana kesehatan rumah sakit, dengan tujuan :

a. Meningkatnya sarana dan prasarana pendukung
b. Meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Misi Ketiga

:

Meningkatkan mutu pelayanan spesialistik rumah sakit
kepada

pengguna

jasa

rumah

sakit,

terutama

masyarakat yang kurang mampu dan rujukan dari
Puskesmas, dengan tujuan :
a. Meningkatnya image yang baik dari masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum
b. Meningkatnya kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
4. Misi Keempat

:

Ikut berperan aktif bersama instansi-instansi terkait
dalam meningkatkan peran serta pemerintah daerah

Universitas Sumatera Utara

41

demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dengan
tujuan:
a. Meningkatkan peran serta instansi-instansi terkait dalam rangka peningkatan
kesehatan masyarakat.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui kerjasama
dengan instansi terkait.
5. Misi Kelima

:

Meningkatkan

pelayanan

administrasi

umum,

keuangan, penelitian, perencanaan dan evaluasi kinerja
rumah sakit, dengan tujuan :
a. Meningkatkan peran serta aparatur dalam pelaksanaan kegiatan operasional di
Rumah Sakit.
b. Meningkatnya system dan tata kerja aparatur yang efektif, efisien dan
berkualitas.
4.2

Gambaran Karakteristik / Identitas Responden
Gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik/ Identitas Responden
No
1

2

Karakteristik/ Identitas
Umur
21 – 30 tahun
31 – 40 tahun
41 – 50 tahun
Jumlah
Suku
Melayu
Batak
Jawa

f

%

42
16
5
63

66.7
25.4
7.9
100,0

19
12
21

30.2
19.0
33.3

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 4.1 (Lanjutan)

3

4

5

6

7

8

Minang
Aceh
Betawi
Sunda
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
Status Perkawinan
Belum menikah
Menikah
Janda / Duda
Jumlah
Pendidikan Terakhir
SPK
D3 Keperawatan
S1 Keperawatan
Jumlah
Status Kepegawaian
PNS
Honorer
TKS
Jumlah
Bertugas di Ruang
Ruang Flamboyan
Ruang Teratai
Ruang Melati
Ruang Perinatologi
Ruang Mawar
Ruang Cempaka
Ruang Kasturi
Jumlah
Lama Bekerja
< 6 bulan
6 bulan – 1 tahun

8
1
1
1
63

12.7
1.6
1.6
1.6
100,0

14
49
63

22.2
77.8
100,0

21
38
4
63

33.3
60.4
6.3
100,0

1
50
12
63

1.6
79.4
19.0
100,0

26
12
25
63

41.3
19.0
39.7
100,0

12
9
9
6
8
9
10
63

19.0
14.3
14.3
9.5
12.7
14.3
15.9
100,0

3
13

4.8
20.6

Universitas Sumatera Utara

43

Tabel 4.1 (Lanjutan)
1 tahun – 5 tahun
5 tahun – 10 tahun
>10 tahun
Jumlah
Berdasarkan tabel

28
14
5
63

44.4
22.3
7.9
100,0

4.1 dapat dilihat distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur yaitu mayoritas umur 21-30 tahun sebanyak 42 perawat (66,7%).
Distribusi responden berdasarkan suku yaitu mayoritas suku jawa sebanyak 21
perawat (33,3%). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu : mayoritas
perempuan sebanyak 49 perawat (77,8%). Distribusi responden berdasarkan status
perkawinan yaitu : mayoritas menikah sebanyak 38 perawat (60,4%). Distribusi
responden berdasarkan Pendidikan terakhir yaitu: mayoritas D3 sebanyak 50 perawat
(79,4%). Distribusi responden berdasarkan status kepegawaian yaitu : mayoritas PNS
sebanyak 26 perawat (41,3%) . Distribusi responden berdasarkan ruang tugas yaitu :
mayoritas bekerja di ruang flamboyan (VIP) sebanyak 12 perawat (19,0%). Distribusi
responden berdasarkan lama bekerja yaitu : mayoritas 1 tahun – 5 tahun sebanyak 28
perawat (44,4%).

4.3 Stres Kerja Responden
Stres kerja responden diukur melalui indikator gejala fisik, gejala
psikologi dan gejala perilaku. Distribusi frekuensi besarnya stres kerja pada perawat
ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Universitas Sumatera Utara

44

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi besarnya stres kerja pada pegawai Perawat
Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat
Stres Kerja
Berat
Sedang
Ringan
Total

f
12
31
20
63

%
19,0
49,3
31,7
100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa besarnya stres kerja perawat ruang
rawat inap di RSUD Tanjung Pura mayoritas nilai stres kerja sedang sebanyak 31
orang (49,3%), nilai stres kerja ringan sebanyak 20 orang (31,7%) dan nilai stres
kerja berat sebanyak 12 orang (19,0%).

4.4 Kinerja Responden
Kinerja responden diukur melalui stadart praktik keperawatan yakni asuhan
keperawatan yang terdiri daripengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keeperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Distribusi
responden berdasarkn kinerja dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja pada Pegawai Perawat
Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura Langkat Tahun 2016
Kinerja
Baik
Sedang
Tidak Baik
Total

f
9
49
5
63

%
14,3
77,8
7,9
100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 63 responden mayoritas
mempunyai kinerja Sedang / Kurang baik sebanyak 49 responden (77,8%). Distribusi
responden yang mempunyai kinerja baik sebanyak 9 responden (14,3%) dan

Universitas Sumatera Utara

45

distribusi responden yang mempunyai kinerja tidak baik sebanyak 5 responden
(7,9%).

4.5 Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen. Dikarenakan skala data yang digunakan adalah interval
maka sebelumnya dilakukan uji kenormalan datanya dengan uji kolmogorov
smearnov.

Hasil analisis uji kenormalan data dengan kolmogorov smirnov:
1. Stres kerja p value 0,001 (< 0,05) berarti data tersebut berdistribusi tidak normal.
2. Kinerja p value 0,0001 (< 0,05) berarti data tersebut berdistribusi tidak normal.
Oleh karena kedua variabel data tersebut berdistribusi tidak normal maka
digunakan uji korelasi Spearman Rho untuk melihat hubungan antara stres kerja
terhadap kinerja perawat. Hasil hubungan stres kerja terhadap kinerja dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kinerja pada Pegawai
Perawat Ruang Rawat Inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2016

Stres
Kerja
Berat
Sedang
Ringan

Kinerja Perawat Ruang
Rawat Inap
Baik
Sedang
f
%
f
%
0
1
8

0.0
3,2
40,0

7
30
12

58,3
96,8
60,0

Total
Tidak
Baik
f
%
5 41,7
0 0.0
0
0,0

rs
f
12
31
20

%
100,0
100,0
100,0

-0,600

Sig.(ρ)

0,0001

Universitas Sumatera Utara

46

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui bahwa hubungan stres kerja terhadap kinerja
kerja pada pegawai perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura, mayoritas kinerja
perawat yaitu pada kategori sedang / kurang baik dengan stress kerja kategori sedang
sebanyak 30 responden (96,8%).
Pada hasil uji Spearman rho antara stres kerja terhadap kinerja pegawai
perawat ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura dapat diperoleh nilai rs = - 0,600,
berarti korelasi stres kerja dengan kinerja perawat mempunyai hubungan yang kuat .
Nilai koefisien bernilai korelasi negative yang merupakan hubungan kuat dan
berlawanan arah sehingga semakin berat atau semakin tinggi stres kerja pada perawat
dapat menurunkan kinerja perawat dan nilai p- value pada kolom sig (2-tailed)
sebesar 0,0001 < 0,05 (signifikan). Hal ini diinterpretasikan bahwa Ho di tolak, yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat
pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura.
Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan angka r 2 = 0,366 atau
36,6% dengan signifikansi ρ = 0,0001 (signifikan), berarti 36,6% variasi kinerja
perawat dapat dijelaskan oleh variabel stres kerja. Sedangkan sisanya (100% - 36,6%
= 63,4%) dijelaskan oleh variabel lain diluar model atau dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti oleh peneliti. Dengan demikian model regresi dapat digunakan
untuk memprediksi kinerja perawat pelaksana.
Dari hasil tabel 4.5 juga menunjukkan untuk variabel stres kerja diperoleh nilai
Sig 0,0001 < dari ρ = 0,05, berarti terdapat pengaruh signifikan variabel stres kerja
dengan kinerja perawat ruang rawat inap.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Variabel Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Ruang Rawat
Inap di RSUD Tanjung Pura Langkat
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian besar perawat
berjenis kelamin perempuan hal ini disebabkan jumlah perawat perempuan di RS
tanjung pura 3 kali lebih banyak dibandingkan perawat laki laki.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur yaitu sebagian besar perawat
berumur 21-30 tahun. Berdasarkan rata rata usia tersebut perawat berada tahap
perkembangan dewasa muda dan produktif.
Distribusi responden berdasarkan status perkawinan yaitu sebagian besar
perawat berstatus menikah. Peneliti berasumsi bahwa status menikah akan
menyebabkan perawat harus menyesuaikan perannya antara menjadi istri/suami/ibu/
ayah dengan perannya sebagai perawat di rumahsakit. Adanya masalah rumah tangga
dan kesibukan bekerja dan mengurus rumah tangga menyebabkan perawat lebih
rentan terhadap stres.
Distribusi responden berdasarkan Pendidikan terakhir yaitu sebagian besar
berpendidikan D3. Hal ini dapat terjadi karena perbandingan jumlah perawat lulusan
diploma dan sarjana di Indonesia hingga saat ini belum seimbang. Data statistik
menunjukkan program studi keperawatan terbanyak di Indonesia adalah jenjang D3
(Dirjen Dikti Kemdikbud, 2011)

47
Universitas Sumatera Utara

48

Hasil analisis data menunjukkan sebagian besar perawat mengalami stres
kerja sedang. Dimana dari jawaban responden yang paling sering dialami responden
adalah gejala fisik dari stres kerja. Hal tersebut merupakan usaha adaptasi tubuh
untuk beradaptasi dengan stressor pekerjaan.
Dari jawaban responden didapati gejala fisik yang sering dialami yaitu merasa
otot kaku / kaku leher saat atau setelah bekerja, kelelahan saat bekerja di rumah sakit
dan sering mengalami sakit kepala saat bekerja di rumah sakit. Gejala psikologi yang
sering dialami yaitu perawat merasa bosan dengan pekerjaannya di rumah sakit.
Gejala perilaku yang sering dialami yaitu perawat mengalami kesulitan tidur saat
bekerja atau karena memikirkan masalah pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Gustian (2010), dimana dari hasil penelitian
pada perawat ruang rawat inap RSUD Pasaman Barat didapati 67.8% mengalami
stres kerja sedang. Seperti RSUD Tanjung Pura,RSUD Pasaman Barat juga
merupakan Rumah sakit daerah tipe C.
Dari hasil wawancara gejala fisik berupa sakit kepala , merasa otot kaku dan
merasa kelelahan dialami perawat dikarenakan perawat merasa beban kerja yang
cukup berat dimana perawat harus banyak berjalan, menulis dan bekerja. Karena
selain merawat pasien perawat harus segera mendokumentasikan asuhan keperawatan
dan juga mengurus administrasi.
Selain itu perawat juga harus menjaga kebersihan ruangan, mengambil diet
pasien, mengambil obat pasien, dan meminjam alat ke ruangan lain jika sedang
dibutuhkan. Meminjam alat ke ruangan lain sering dilakukan perawat dikarenakan

Universitas Sumatera Utara

49

tidak semua ruangan memiliki alat seperti alat pengukur kadar gula darah dan suction
yang cukup sering harus digunakan saat dokter visite ataupun saat pasien kritis.
Adanya beban kerja yang cukup berat yang dirasakan perawat dan timbulnya
gejala fisik menyebabkan perawat kurang maksimal dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Dimana perawat tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskan
kondisi pasien secara keseluruhan dan memberikan penyuluhan kepada setiap pasien
dan keluarga pasien.
Sejalan dengan penelitian Loo ( 2012) di Rumah Sakit A Selangor Darul
Ehsan, Malaysia. Dimana dari penelitian tersebut didapati gejala stres kerja yang
paling banyak timbul yaitu kelelahan dan nyeri kepala. Pada penelitian tersebut dari
180 orang perawat yang dijadikan sampel didapati 62.3 % perawat mengeluh
kelelahan saat bekerja di rumah sakit. Dan didapati 52 % perawat mengeluh
mengalami nyeri kepala teratur karena merasa tidak dapat santai dan tidak dapat
melupakan masalah pekerjaan.
Dari hasil wawancara didapati perawat merasa bosan dengan pekerjaan
dikarenakan harus melakukan hal yang sama setiap hari dengan beban pekerjaan
cukup berat namun tidak ada kejelasan akan perubahan karirnya di masa depan.
Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari status kepegawaian, rata- rata
tenaga keperawatan masih berstatus Tenaga Kerja Sukarela (TKS), hal ini dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan atau diskriminasi struktur organisasi yang
menggambarkan garis tanggung jawab dalam suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

50

pendapat National Safety Council (2004) salah satu penyebab stress adalah kurangnya
penghargaan dan pengakuan kerja.
Dari hasil penelitian Olusegun dkk (2014) di Rumah Sakit Tersier di Nigeria
didapati 73.8 % pekerja menyatakan sangat setuju bahwa ketidakjelasan
perkembangan karir menyebabkan stres kerja. Kemudian 66.2 % pekerja menyatakan
sangat setuju bahwa beban kerja menyebabkan stres kerja. Dan 56.9 % pekerja
mengalami gejala- gejal dari stres kerja yang menyebabkan mereka absen dari
pekerjaan.
Hasil wawancara didapati perawat mengalami gangguan tidur saat akan shift
malam, dimana perawat merasa cemas kemungkinan akan ada pasien gawat darurat
yang harus ditanganinya segera. Kurang istirahat akan menyebabkan perawat mudah
kelelahan dan kurang fit sehingga pelayanan keperawatn yang diberikan tidak
maksimal.
Dari hasil observasi didapati perawat kurang terampil dalam menangani pasien
pasien dengan gawat darurat. Pada penelitian Firmansyah (2014) didapati 58.2 %
perawat di ruang rawat inap RSUD Tanjung Pura tidak terampil.
Menurut Prihartini (2008) beban kerja akan menjadi sumber stres bila beban
kerja tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waku yang
tersedia bagi perawat.
Menurut Direktur RSUD Tanjung Pura telah dilakukan pengiriman perawat
untuk mengikuti pelatihan setiap tahunnya. Namun karena adanya keterbatasan
menyebabkan tidak seluruh perawat dapat mengikuti pelatihan. Untuk selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

51

perawat yang dikirim pelatihan akan dioptimalkan untuk memberi pengajaran kepada
perawat yang belum mengikuti pelatihan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan
seluruh perawat.
Hasil penelitian didapati sebagian besar perawat memiliki kinerja sedang. Hasil
penelitian menunjukkan dari pertanyaan kinerja yang paling banyak perawat tidak
pernah lakukan adalah mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan lengkap.
Dari pertanyaan kinerja yang paling banyak perawat sering lakukan adalah pada
implementasi dan diagnosis asuhan keperawatan.
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Firmansyah (2014)
dimana didapati kinerja perawat Ruang Rawat Inap RSUD Tanjung Pura belum baik.
Dari hasil penelitian tersebut didapati 61.8% perawat dengan kategori kinerja tidak
baik. Perbedaan ini terjadi kinerja pada penelitian Firmansyah (2014) dinilai melalui
dokumentasi asuhan keperawatan pada status pasien.
Hasil penelitian didapati sebagian besar perawat tidak melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan secara lengkap. Dari hasil wawancara dengan perawat, mereka
menyadari bahwa asuhan keperawatan kepada pasien merupakan tanggung jawab
mereka. Namun kesibukan mengurus pasien menyebabkan mereka tidak memiliki
cukup waktu untuk melakukan asuhan keperawatan yang optimal sampai
mendokumentasikan asuhan keperawaatan dengan lengkap.
Hal tersebut menyebabkan perawat hanya menulis apa yang menurut mereka
penting seperti pada lembar rekam medis diagnosis dan implementasi asuhan
keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

52

Sejalan dengan penelitian Firmansyah (2014) dokumentasi tebanyak didapati
pada kolom diagnosa keperawatan berdasarkan kondisi pasien 72.7% perawat
mengisi dan kolom implementasi keperawatan 61.8 % perawat mengisi. Sementara
yang paling banyak tidak diisi mengkaji kondisi pasien 61.8% perawat tidak mengisi
dan rencana perawatan 61.8 % tidak mengisi.
Analisis bivariat data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman
Rank dan didapatkan ada hubungan stres kerja perawat ruang rawat inap di RSUD
Tanjung Pura. Nilai koefisien bernilai negatif artinya seberapa besar stress kerja yang
ada dapat memberikan dampak sebaliknya pada kinerja perawat, bila stress kerja
meningkat maka kinerja perawat akan menurun dan begitu juga sebaliknya
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Gustian (2010), menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara stres kerja perawat dengan kinerja perawat
pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Pasaman Barat tahun 2010 (p= 0,035).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hidayat (2008) tentang hubungan
faktor stres kerja dengan kinerja perawat di Instalasi gawat darurat RS Premier
Surabaya, berdasarkan hasil uji Spearman Rank didapatkan ada hubungan yang
bermakna antara stres kerja dan kinerja perawat (p=0,001 dan r= -0,831).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Wahyu (2015) yang menyatakan ada
hubungan negatif yang signifikan antara stres kerja dengan mutu pelayanan

Universitas Sumatera Utara

53

keperawatan di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (p = 0.001
dan r = -0.389)
Pada penelitian Khamisa dkk (2015) pada 895 perawat pada rumah sakit di
Afrika Selatan didapati adanya hubungan signifikan negatif antara stres kerja dengan
kepuasan kerja perawat. Dari hasil penelitian Riza (2015) didapati adanya pengaruh
signifikan positif dari kepuasan kerja terhadap kinerja (p= 0.043 dan koefisien=
0.406). Artinya semakin tinggi tingkat kepuasan akan semakin baik kinerja dan
begitu juga sebaliknya.
Hasil analisis regresi linier sederhana didapati ada pengaruh signifikan
variabel stres kerja dengan kinerja perawat ruang rawat inap. Hal ini sejalan dengan
penelitian Riza (2015), di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kabupaten Lumajang Jawa
Timur dimana variabel stress kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja
perawat artinya seberapa besar stress kerja yang ada akan memberikan pengaruh
sebaliknya pada kinerja perawat, bila stress kerja meningkat maka kinerja perawat
akan menurun dan begitu juga sebaliknya (p= 0.006 dan koefisien= -0.342)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Long dkk (2013) yang
dilakukan pada 300 perawat dari 7 rumah sakit swasta di Malaysia. Dari penelitian
tersebut didapati adanya pengaruh signifikan negatif stressor pekerjaan terhadap
kinerja perawat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Fauji (2013) pada
karyawan PT Karya Mandiri Environtment didapati adanya pengaruh stres kerja
terhadap semangat kerja karyawan. Dimana semakin tinggi stres kerja maka semakin
rendah semangat kerja karyawan (p= 0.015)

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar perawat ruang inap RSUD Tanjung Pura mengalami stres kerja
sedang diikuti dengan stres kerja ringan kemudian stres kerja berat
2. Sebagian besar responden atau perawat ruang inap memiliki

kinerja perawat

sedang, diikuti dengan kinerja perawat baik kemudian kinerja perawat tidak baik.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat
dengan korelasi negatif

yang menunjukkan semakin tinggi stres kerja dapat

menurunkan kinerja perawat . Terdapat pengaruh stres kerja terhadap kinerja
perawat ruang rawat inap di RSUD Tanjung Pura Langkat.

6.2 Saran
a. Bagi pihak RSUD Tanjung Pura Langkat
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar memperhatikan kondisi perawat,
lingkungan kerja, dan kelengkapan alat di setiap ruangan rawat inap. Sebaiknya
manajemen Rumah Sakit lebih memberikan perhatian khusus terhadap kondisi stres
yang dialami para perawat ruang rawat inap. Disarankan untuk melakukan konseling
periodik dan pembagian kuesioner sebagai bahan evaluasi dan bahan pertimbangan
untuk melakukan menejemen stres pada perawat
54
Universitas Sumatera Utara

55

b. Bagi Perawat
Bagi perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap agar melakukan menejemen
stres secara pribadi agar tingkat stres menurun dan kinerja semakin membaik,
sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan secara optimal terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Universitas Sumatera Utara