infertilitas dalam prespektif gender

!

"

#

$

" %&

$ # #"#$

" '(
)

*

+

)


) ,-. //0 /,1

2

2
2

2

3

&
2
& 2

+ .//4

&

Penelitian dengan judul :

!

Telah divalidasi di :
FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Laporan Penelitian tersebut telah dapat disahkan dengan ketentuan yang tertuang
dalam Surat Keputusan Rektor No. 287/PT40.H/N/1995, tertanggal 1 Agustus
1995.

Pada tanggal :

Surakarta, Februari 2008
Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Sebelas Maret Surakarta

#)

)


+

NIP. 130 605 279

ii

) 5

&

3

I. Laporan Penelitian : Perseorangan
Drs. Argyo Demartoto, M.Si

(NIP. 132 005 019)

Dengan judul :
!


Telah diseminarkan di : FISIP UNS
Pada tanggal

:

Dengan hasil

: a. Disetujui tanpa revisi
b. Disetujui dengan revisi

II. Tim Validasi

Tanda Tangan

1. Dra. Sri Yuliani, M.Si

1. …………….

2. Drs. Th. A. Gutama


2. …………….

3. Drs. D. Priyo Sudibyo, M.Si

3. …………….

4. Dra. Suyatmi, M.S

4. …………….

5. Dra. LV. Ratna Devi S., M.Si

5. …………….

Mengetahui

Surakarta, Februari 2008

Pembantu Dekan I


Koordinator Penelitian dan

Ketua Jurusan Sosiologi

FISIP UNS

Pengabdian Kepada

FISIP UNS

Masyarakat FISIP UNS

Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si

Didik G. Suharto, S.Sos, M.Si

Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si

NIP. 131 570 157


NIP. 132 304 945

NIP. 131 192 197

iii

&
Argyo Demartoto, 2008,

%

"

'

6

! Surakarta, FISIP UNS.
Nilai anak dalam budaya dan masyarakat Indonesia sangat penting, apalagi
dalam suatu rumah tangga. Hal ini bukan hanya karena penerimaan yang baik

pada mereka yang mampu melahirkan anak (meneruskan keturunan keluarga),
tetapi juga karena sumbangan sosial dan ekonomi bagi rumah tangga. Dalam
banyak literatur seringkali dinyatakan kaitan antara perkawinan dan fertilitas
sangat erat (seperti di Indonesia), karena pada sebagian besar masyarakat proses
reproduksi hanya akan diizinkan bila terjadi dalam institusi perkawinan. Namun,
kenyataan seringkali menunjukkan bahwa selama proses perkawinan tidak
selamanya pasangan langsung memiliki dan dikaruniai anak sebagaimana diidam<
idamkan. Tapi seandainya, kehamilan tersebut tidak kunjung terjadi dalam suatu
rumah tangga, maka dengan serta merta kesalahan tertuju pada kaum perempuan
(istri).
Dalam konteks budaya patriarki yang demikian dominan, bila terjadi
kemandulan seringkali yang disalahkan adalah kaum perempuan karena kodratnya
sebagai yang mampu hamil. Padahal fungsi reproduksi sebenarnya bukan hanya
milik kaum perempuan semata. Kaum laki