aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isolasi Sosial

2.1.1 Pengertian
Isolasi sosial merupakan perilaku yang teramati pada respon sosial
maladaptif yang mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan
merasa tidak aman. Respon yang sering yang sering terjadi meliputi manipulasi,
narkisme dan impulsif (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Carpenito (2006)
isolasi sosial merupakan individu atau kelompok yang mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mempu membuat kontak.
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
masalah dalam kepercayaan yang mengganggu kemampuannya untuk membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan
sikap negatif dan mengancam dirinya serta perasaan klien yang merasa bahwa ia
telah mengecewakan keluarganya karena tidak dapat hidup secara mandiri atau
berhasil dalam hidup (Videbeck, 2008).


2.1.2

Rentang respon sosial
Rentang respon pada sosial menurut Videbeck (2008):

Respon adaptif

Respon Maladaptif

Menyendiri

Merasa sendiri

Manipulasi

Otonomi

Menarik diri


Impulasif

Bekerjasama

Tergantung pada orang lain

Membanggakan diri

Saling tergantung
Keterangan dari rentang respon sosial (Videbeck, 2008):
1. Solitut (Menyendiri)
Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
untuk menentukan langkahnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan (Mutualisme)
Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkungannya.

6. Menarik diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan
orang lain atau lingkungannya.
7. Ketergantungan (Dependent)
Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai
penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.

2.1.3

Penyebab

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, 1998).
A. Faktor predisposisi
Menurut Stuart & Sundeen (1998), ada beberapa faktor yang menjadi
pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial:

1. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga
dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga
bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran
yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.

Pendekatan kolaboratif

sewajarnya dapat

mengurangi menyalahkan

keluarga oleh tenaga profesional.
2. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini

(Stuart and Sundeen, 1998).

4. Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Adanya sikap bermusuhan, sikap
mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekan anak, selalu mengkritik,
meyalahkan anak dan tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
pendapat, tidak adanya pujian atas keberhasilan anak,kurang kehangatan
dalam keluarga, ekspresi emosi yang tinggi (marah, berteriak dan
penggunaan kekerasan fisik), dan double bind (dua pesan yang bertentangan
disampaikan saat bersamaan).
B. Faktor Persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara
lain (Stuart & Sundeen, 1998):
1. Stressor Sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena
dirawat di rumah sakit.

2. Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini

dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang
mengalami gangguan hubungan (menarik diri).
3. Stressor Biokimia
a. Teori Dopamin
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf
dapat mengakibatkan terjadinya skizofrenia.
b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oxidase)
Menurunnya MAO didalam darah dapat meningkatkan jumlah dopamin
dalam otak, karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin. Maka menurunnya MAO dapat juga merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
c. Faktor Endokrin
Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia.
Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertyroidism, adanya peningkatan maupun penurunan

hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laki psikotik.
d. Viral Hipotesis
Beberapa

jenis

virus

dapt

menyebabkan

gejala-gejala

psikotik

diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak.
4. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara invidu, lingkungan, maupun biologis.


2.1.4

Tanda dan gejala

Menurut Purba, dkk (2012), tanda dan gejala klien isolasi sosial yang
dapat ditemukan dengan wawancara adalah klien menceritakan perasaan
kesepian atau ditolak oleh orang lain, klien merasa tidak aman berada dekat
dengan orang lain, klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain, klien merasa bosan dan lambat dalam menghabiskan waktu, klien tidak
mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna dan tidak
yakin dapat melangsungkan hidup.
2.1.5

Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan
koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan
contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam

hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stressinterpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart & Sundeen, 1998)
2.1.6

Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan
untuk (Purba, dkk. 2012) : 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2)
klien dapat menyadari penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien
dapat berinteksi dengan orang lain. Setelah mendapat terapi keperawatan
diharapkan

klien

dapat

meningkatkkan

keterampilan


dalam

berinteraksi,

berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan sosial, mengurangi rasa kesendirian dan
menciptakan interaksi yang baik dalam keluarga. Tindakan keperawatan yang

diberikan kepada klien dilakukan secara komprehensif meliputi terapi individu,
kelompok, keluarga maupun komunitas.
2.2 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi aktifitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Keliat &
Akemat, 2014). Sosialisasi yang dimaksud memfasilitasi psikoterapis untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi serta memantau penerimaan
stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
2.2.1 Tujuan TAKS
A. Tujuan umum
Tujuan umum TAKS menurut Purwaningsih & Karlina (2009) adalah
meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi,
saling

memperhatikan,

memberi

tanggapan

terhadap

orang

lain,

mengekspresikan ide serta menerima stimulus emosi eksternal.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari TAKS menurut (Keliat & Akemat, 2014) adalah:
klien mampu menyebutkan identitasnya, mampu menyebutkan identitas
orang lain, berespon terhadap klien yang lain dan mengemukakan pendapat
dan perasaannya.
2.2.2 Karakteristik Peserta TAKS
Ada bebrapa karakteristik peserta TAKS menurut Purwaningsih &
Karlina (2009), yaitu: 1) klien yang kurang berminat atau tidak inisiatif untuk

mengikuti kegiatan ruangan; 2) klien yang sering berada ditempat tidur; 3) klien
yang menarik diri, kontak sosial kurang; 4) klien dengan harga diri rendah; 5)
klien yang gelisah, curiga, takut dan cemas; 6) tidak ada inisiatif memulai
pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan; 7) sudah dapat
menerima trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
2.2.3 Sesi TAKS
TAKS terdiri dari 7 sesi, yaitu:
1.

Sesi 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri
a.

Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, nama pangilan, asal dan hobi.

b.

Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan uangan
nyaman dan tenang.

c.

Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran
atau stimulasi.

e.

Langkah-langkah
Persiapan: memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial
menarik diri, membuat kontrak dengan klien, mempersiapkan alat dan
tempat pertemuan.
Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan salam terapeutik: salam
dari terapis, evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini,
kontrak (menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri,

menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis lama
kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
Tahap Kerja: 1) jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan
dihidupkan serta bola akan diedarkan berlawanan dengan arah jarum
jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota
kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri; 2) hidupkan
kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengun
arah jarum jam; 3) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama
lengkap, nama pangilan, hobi dan asal dimulai terapis sebagai contoh;
4) tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai; 5)
ulangi 2,3 dan 4 sampai semua anggota kelompok dapat giliran; 6) beri
pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok); 2)
Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari,
memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian klien); 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan

berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menyepakati
waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi dilakukan pada saat proses
TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai
kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang di nilai adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi I,
Evaluasi kemempuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan non
verbal; 2) Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien ketika
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien
mengikuti Sesi 1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara
verbal dan non verbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien
lain di ruang rawat.
2.

Sesi 2: Kemampuan Berkenalan
a. Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, nama pangilan, asal dan hobi.
b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan
nyaman dan tenang.
c. Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.
d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran
atau stimulasi.

e.

f. Langkah-langkah
Persiapan: mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok seperti
yang telah disepakati pada terminasi sesi TAKS 1, mempersiapkan alat
dan tempat pertemuan.
Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan salam terapeutik: salam
dari terapis dan peserta serta terapis memakai papan nama;
evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan
apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain;
kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok, menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan
meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis, lama
kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di scbelah kanan
dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama lengkap, nama
pangilan, asal dan hobi, menanyakan nama lengkap, nama pangilan,
asal dan hobi lawan bicara, dimulai oleh terapis sebagai contoh; 3)
ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran; 4)
hidupkan bembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape (dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola

untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya
kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi
dimulai dan tempis sebagai contoh; 5) ulangi 4 sampai semua anggota
mendapat giliran; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan
Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok); 2)
Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
perkenalan diri, memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien); 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati
kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan
pribadi, menyepakati waktu dan tempat).
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi dilakukan pada saat proses
TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS
Sesi 2, evaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut; 2)
Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien ketika mengikuti
TAKS pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, jika klien
7 untuk verbal dan 3 untuk nonverbal, catatan keperawatan adalah:
klien mengikuti Sesi 2 TAKS, klien mampu berkenalan secara verbal
dan non verbal, anjurkan klien berkenalan dengan klien lain, buat
jadwal.

3.

Sesi 3 : Kemampuan Bercakap-Cakap
a.

Tujuan: Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
(menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok,
menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

b.

Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan
nyarnan dan tenang.

c.

Alat: Tape recorder, kaset “marilah kernari” (Titik puspa ), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain
peran/simulasi.

e.

Langkah Kegiatan
Persiapan: mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 2
TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan: 1) salam terapeutik:
salam dari terapis dan peserta serta terapis memakai papan nama; 2)
evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan
apakah klien telah mencoba berkenalan dengan orang lain; 3) kontrak:
menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan bertanya dan menjawab
tentang kehidupan pribadi, menjelaskan aturan main berikut: jika ada
klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai.

Tahap kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di
sebelah kanan dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama
panggilan, menanyakan kehidupan pribadi: keluarga, sekolah atau
pekerjaan, dimulai oleh terapis sebagai contoh; 3) ulangi 1 dan 2
sampai semua anggota kelompok mendapat giliran; 4) beri pujian untuk
tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberikan tepuk tangan.
Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok), 2)
Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok bercakapcakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan seharihari, memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian
klien), 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan berikut,
yaitu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan tertentu,
menyepakati waktu dan tempat).
Evaluasi dan Dokumentasi: Evaluasi dilakukan ketika proses TAK
berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Scsi 3,
dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya dan menjawab pada saat
bercakap-cakap serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan
formulir evaluasi. Dokumentasi: dokumentasi kemampuan yang

dimiliki klien ketika TAKS pada catatan proses keperawatan klien
misalnya, nilai kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal
menjawab 2, dan kemampuan non verbal 2, maka catatan keperawatan
adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum mampu bercakapcakap secara verbal dan nonverbal dianjurkan latihan di ulang di
ruangan (buat jadwal).
4.

Sesi 4 : Kemampuan Bercakap-Cakap Topik Tertentu
a.

Tujuan: Kilen mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu
dengan anggota kelompok (menyampaikan topik yang ingin di
bicarakan, memilih topik yang ingin dibicarakan, memberi pendapat
tentang topik yang dipilih).

b.

Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan ruangan
nyaman dan tenang

c.

Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipehart/whiteboard
dan spidol

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain
peran/simulasi

e.

Langkah Kegiatan
Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 3
TAKS, mempersiapkan alat dani tempat pertemuan.
Orientasi: Salam terapeutik (pada tahap ini terapis melakukan: memberi
salam terapeutik, peserta dan terapis memakai papan

nama.

Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan
apakah telah mencoba latihan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih
dan memberi pendapat tentang topik percakapan., menjelaskan aturan
main berikut: jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
menyampaikan satu topik yang ingin di bicarakan. Dimulai oleh terapis
sebagai contoh misalnya : “cara bicara yang baik“ atau cara mencari
teman; 3) tuliskan pada flipchart/whiteboard topik yang di sampaikan
secara berurutan; 4) ulangi 1, 2 dan 3 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan topik yang ingin di bicarakan; 5) hidupkan lagi kaset
dan edarkan bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang memegang
bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan dan dafiar yang ada;
6)Ulangi 5 sampai semua anggota kelompok memilih topic; 7) Terapis
membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih; 8) hidupkan
lagi kaset dan edarkan lagi bola tenes. Pada saat dimatikan anggota
yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang
dipilih; 9) Ulangi 8 sampai semua anggota kelompok menyampaikan
pendapat; 10) buat rangkuman pendapat dari anggota kelompok; 10)

beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.
Tahap Terminasi : 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan kilen setelah
mengikuti TAKS, memberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2)
Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakapcakap tentang topik tertentu dengan orang lain pada kehidupan seharihari, memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian
klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut,
yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, menyepakati
waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika
proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS Sesi 4, dievaluasi kemampuan verbal menyampaikan, memilih
dan memberi pendapat tentang topik percakapan serta kemampuan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi. 2) Dokumentasi:
dokumentasi yang klien miliki ketika TAK pada catatan proses
keperawatan klien misalnya, kemampuan verbal menyampaikan dan
memilih topik percakapan 3, kemampuan memberi pendapat 2, dan
kemampuan nonverbal 2. Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah:
Klien mengikuti TAKS Sesi 4, klien mampu menyampaikan dan
memilih topik percakapan, tetapi belum mampu memberi pendapat.

Secara non verbal juga belum mampu. Dianjurkan melatih klien
bercakap-cakap dengan topik tertentu di ruangan.
5.

Sesi 5 : Kemampuan Bercakap-Cakap Masalah Pribadi
a.

Tujuan: Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi dengan orang lain: Menyampaikan masalah pribadi, memilih
satu masalah untuk dibicarakan, memberi pendapat tentang masalah
pribadi yang dipilih.

b.

Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan
nyaman dan tenang.

c.

Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipchart/whiteboard
dan spidol.

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain
peran/simulasi.

e.

Langkah Kegiatan
Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 4
TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis melakukan: salam
dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama).
Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan
apakah telah latihan bercakap-cakap tentang topik / hal tertentu dengan
orang lain.

Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: Jika ada peserta
yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis,
lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai.
Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk
menyampaikan satu topik yang ingin dibicarakan. Dimulai oleh terapis
sebagai contoh misalnya : “sulit bercerita“ atau tidak diperhatikan
ayah/ibu/kakak/teman; 3) tuliskan pada flipehart/whiteboard masalah
yang di sampaikan; 4) ulangi 1, 2 dan 3 sampai semua anggota
kelompok menyampaikan masalah yang ingin dibicarakan; 5) hidupkan
lagi kaset dan edarkan bola tenes. Pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola memilih masalah yang ingin dibicarakan; 6) ulangi 5
sampai semua anggota kelompok memilih mamilih masalah yang ingin
dibicarakan; 7) terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak
dipilih; 8) hidupkan lagi kaset dan edarkan lagi bola tenes. Pada saat
dimatikan anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat
tentang masalah yang dipilih; 9) ulangi 8 sampai semua anggota
kelompok menyampaikan pendapat; 10) beri pujian untuk tiap
keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, emberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana
tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap
tentang masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari,
memasukan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada
jadwal kegiatan jadwak klien; 3) Kontrak yang akan datang:
menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam kelompok,
menyepakati waktu dari tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika
proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS sesi 5, dievaluasi kemampuan verbal klien menyampaikan,
memilih dan memberi mendapat tentang topik percakapan mengenai
masalah pribadi, serta kemampuan nonverbalnya; 2) Dokumentasi:
dokumentasi kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan
proses keperawatan klien misalnya, kemampuan verbal menyampaikan
topik masalah pribadi yang akan di percakapkan 3 memilih dan
memberi pendapat memberi pendapat 2, dan kemampuan non verbal 4.
Oleh karena itu, catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS
Sesi 5, klien mampu menyampaikan masalah pribadi yang ingin
dibicarakan, belum mampu mernilih dan memberi pendapat, tetapi non
verbalnya baik. Dianjurkan melatih klien bercakap-cakap dengan
tentang masalah pribadi dengan perawat dan klien di ruangan.

6.

Sesi 6: Kemampuan Bekerjasama
a.

Tujuan: Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok: bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhannya pada
orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan
permintaan

b.

Setting: klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan
nyaman dan tenang.

c.

Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, kartu kwartet.

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain
peran/simulasi.

e.

Langkah Kegiatan
Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 5
TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis memberi salam
terapeutik: salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan
nama).
Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan
apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
orang lain.
Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan
meminta kartu yang diperlukan serta menjawab dan memberi kartu
pada anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: Jika ada

peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dan
awal sampai selesai.
Tahap Kerja: 1) terapis membagi empat buah kartu kwartet untuk setiap
anggota kelompok Sisanya diletakkan di atas meja; 2) terapis meminta
tiap anggota kelompok mcnyusun kartu sesuai dengan seri (satu seri
mempunyai empat kartu); 3) hidupkan kaset pada tape recorder dan
edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 4) pada saat
tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mcmulai
permainan berikut: meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum
lengkap) kepada anggota kelompok disebelah kanannya, jika kartu yang
dipegang serinya lengkap, diumumkan kepada anggota kelompok dengan
membaca judul dari sub judul, jika kartu yang dipegang isinya tidak
lengkap diperkenankan mengambil satu kartu dari tumpukan kartu di
atas meja, jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang
pada yang meminta, ia herhak mengambil satu kartu dari tumpukan
kartu di atas meja, setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terima
kasih; 5) Ulangi 3 dan jika 4 (2) atau 4 (3) terjadi; 6) beri pujian untuk
setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.
Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2)
Rencana tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
bertanya, meminta, menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-hari,

memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien;
3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu
bekerja sama dalam kelompok, menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika
proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien scsuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya,
meminta, menjawab dan memberi serta kemampuan nonverbal; 2)
Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK berlangsung, pada catatan proses keperawatan hari klien
misalnya, kemampuan verbal kemampuan verbal bertanya, meminta,
menjawab dan memberi 4, serta kemampuan non verbal 4. maka catatan
keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 6, klien mampu
secara verbal dan non verbal daalam bertanya, meminta, menjawab dan
memberi. Anjurkan klien melakukan di ruang rawat.
7.

Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
a.

Tujuan: Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat
kegiatan kelompok yang telah dilakukan.

b.

Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan
nyaman dan tenang.

c.

Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis,
buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d.

Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab

e.

Langkah Kerja
Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 6
TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Orientasi: Salam terapeutik (salam dari terapis, peserta dan terapis
memakai papan nama.
Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan
apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan
orang lain.
Kontrak: Melaksanakan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat
enam kali pertemuan TAKS, menjelaskan aturan main berikut: jika ada
peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenes berlawanan dengan arah jarun jam; 2) pada saat tape dimatikan,
anggota kelompok yang memegang bola mendapat kesernpatan untuk
menyampaikan pendapat tentang manfaat dari enam kali pertemuan
yang telah berlalu; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok
menyampaikan pendapat; 4) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan.
Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok,
menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu; 2)

Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap
melatih diri untuk enam kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS
maupun di rumah. melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
untuk memberi dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup
sehari-hari; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati rencana evaluasi
secara periodik.
Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika
proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk
TAKS Sesi 7, dievaluasi kemampuan-kemampuan klien menyampaikan
manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi secaia verbal dan disertai
kemampuan nonverbal. 2) Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan
yang dimiliki klien ketika akhir TAKS, pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Disimpulkan kemampuan yang telah dapat
diterapkan oleh klien sehari-hari. (melalui jadwal kegiatan harian), Jika
klien belum mampu, klien dapat disertakan pada kelompok TAKS yang
baru.
2.3 Evidence Based Aplikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Klien Isolasi
Sosial
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
masalah dalam kepercayaan yang mengganggu kemampuannya untuk membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain. Tindakan keperawatan klien isolasi
sosial terintegrasi dengan profesi kesehatan lain termasuk tindakan medis. Tindakan

medis yang diberikan yaitu pemberian terapi psikofarmaka, peran perawat dalam
pemberian psikofarmaka adalah memberikan informasi kepada klien tentang
pemberian terapi, dosis, obat, waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil terapi
yang efektif, serta efek samping yang mungkin terjadi, dan diharapkan klien mampu
melaporkan bila terjadi gejala-gejala efek samping dari obat antipsikotik (Shives,
2005). Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan
untuk: 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2) klien dapat menyadari
penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien dapat berinteksi dengan
orang lain (Keliat & Akemat, 2014).
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara
komprehensif meliputi terapi individu, kelompok, keluarga maupun komunitas, baik
berupa terapi generalis maupun terapi psikososial. Terapi generalis yang dapat
dilakukan pada kelompok klien adalah terapi aktivitas kelompok. Menurut Keliat &
Akemat (2005) terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan
yang ditujukan untuk kelompok klien dengan masalah yang sama serta
memfasilitasi pengalaman seseorang, meningkatkan respon sosial dan harga diri
klien.
Menurut Purwaningsih & Karlina (2009), penggunaan kelompok dalam
praktek kesehatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
pengobatan atau terapi pemulihann kesehatan seseorang. Keuntungan yang dapat
diperoleh klien melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dukungan, peningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga
mengunakan uji realitas pada klien dengan gangguan orientasi realitas. Hal ini

sesuai dengan tujuan umum dilakukannya terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu
meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta
menerima stimulus emosi eksternal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Surtiningrum (2011), ada
peningkatan kemampuan interaksi sosial setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi pada klien. Peningkatan kemampuan interaksi yang terjadi dinilai
berdasarkan peningkatan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor.
Terapi aktivitas kelompok yang dilakukan bertujuan untuk memberikan
dukungan kepada klien sehingga klien mampu mengekspresikan perasaannya dan
mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan cara membangun hubungan
yang bersifat suportif dengan anggota kelompok. Dari hasil penelitian Surtiningrum
(2011), terdapat peningkatan terhadap kemampuan aspek afektif pada klien sebesar
14,27% dengan peningkatan yang bermakna. Hal ini berarti ada pengaruh terapi
aktivitas kelompok sosialisasi yang dilakukan terhadap peningkatan aspek afektif
klien dalam bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Vindebeck (2008) yang
menyimpulkan bahwa mengekspresikan perasaan dan memiliki perasaan yang
positif dan sejahtera terhadap hubungan dengan orang lain akan meningkatkan
kemampuan besosialisasi dengan orang lain yang dilakukan melalui kelompok yang
telah dibentuk.
Kemampuan

kognitif

klien

dalam

bersosialisasi

juga

mengalami

peningkatan yang bermakna (Nyumirah, 2012). Pengetahuan/kognitif diperoleh dari
proses pembelajaran, budaya, pendidikan dan pengalaman hidup lainnya

(Notoatmodjo, 2010). Pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien
isolasi sosial sangat bermanfaat pada peningkatan kemampuan kognitif klien karena
klien dilatih untuk berbagi pengalaman dengan teman satu kelompok, belajar cara
berkomunikasi menyampaikan pendapat melalui setiap sesi yang ada, membuat
sebuah keputusan, mencari sistem pendukung yang dapat membantu mengatasi
masalah klien dan pembelajaran lain yang didapatkan klien berdasarkan tujuan
setiap sesi yang ada seperti yang tertulis dalam buku Keliat & Akemat (2014).
Selain peningkatan pada aspek afektif dan kognitif, pemberian terapi
aktivitas kelompok juga mampu meningkatkan kemampuan psikomotor klien dalam
bersosialisasi dengan anggota kelompok (Surya, 2011). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Surtiningrum (2011) yang mana terjadi peningkatan
pada aspek psikomotor yang ditunjukkan oleh klien isolasi sosial yaitu adanya
perilaku menarik diri, malas berbicara dengan orang lain, tidak menatap muka lawan
bicara, malas melakukan kegiatan sehari-hari dan perilaku lainnya yang ditunjukkan
klien isolasi sosial sesuai dengan pendapat Townsend (2009). Peningkatan
kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi pada klien isolasi sosial terjadi karena
pada terapi aktivitas kelompok klien dilatih mengekspresikan perasaan dan latihan
perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Stuart & Laraia (2005) yang menyatakan bahwa keterampilan dalam
bersosialisasi dapat dipelajari oleh orang yang tidak memilikinya. Peningkatan
psikomotor dalam bersosialisasi pada kelompok juga menunjukkan bahwa tindakan
yang diberikan dirumah sakit seperti tindakan keperawatan generalis, terapi aktivitas

kelompok sosialisasi (TAKS) dan terapi medik saling melengkapi untuk terjadinya
peningkatan kemampuan psikomotor klien isolasi sosial dalam bersosialisasi.
Menurut Yanto (2013), terapi aktivitas kelompok sosial sangat berpengaruh
terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial di rumah sakit jiwa.
Selain peningkatan kemampuan bersosialisasi, TAKS juga dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi klien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa ada pengaruh terapi modalitas
sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada pasien isolasi sosial di ruang
cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Terapi aktivitas kelompok juga
mampu meningkatkan kemampuan kerjasama klien. Hal ini sesuai dengan hasil
yang dilakukan oleh Masdelita, dkk (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh terapi
aktivitas kelompok terhadap peningkatan kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Penelitian mengenai TAKS telah terbukti banyak memberikan manfaat
dalam mengatasi berbagai masalah yang dialami oleh klien isolasi sosial seperti
peningkatan kemampuan berinteraksi baik dari aspek afektif, kognitif, psikomotor,
serta peningkatan pada kemampuan bersosialisasi, peningkatan kemampuan
berkomunikasi dan peningkatan kemampuan kerjasama klien dalam kelompok.