Kajian Keterpaduan Kebijakan Tata Ruang

KAJIAN KETERPADUAN KEBIJAKAN
TATA RUANG DAN PENGELOLAAN
KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI
INDONESIA
Ratna Wulandari Daulay1, Eni Yuniastuti1, Dana Adisukma1
Program BEASISWA UNGGULAN Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Republik Indonesia pada Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta 55281, Indonesia
Email: ratnadaulay@gmail.com
1

Abstrak
Kawasan perbatasan merupakan salah
satu kawasan strategis yang perlu dibangun dan
dikembangkan baik pada tingkat nasional maupun
tingkat
daerah.
Pembangunan
tersebut
membutuhkan suatu kebijakan yang terpadu pada

semua aspek perbatasan. Tujuan makalah ini
adalah
untuk
mengidentifikasi
kebijakan
keterpaduan tata ruang dan pengelolaan kawasan
perbatasan negara di Indonesia secara terpadu.
Hasil
yang
didapatkan
bahwa
terdapat
keterpaduan
dalam mengelola
perbatasan
khususnya dalam menjalankan pengelolaan
kawasan perbatasan sesuai amanah untuk
merencanakan tata ruang kawasan perbatasan
baik ditingkat nasional maupun ditingkat daerah.
Pengelolaan

dan
perencanaan
kawasan
perbatasan ini diharapkan mampu menjadi
alternatif solusi untuk menyelesaikan permasalah
di kawasan perbatasan, baik dari aspek sosialekonomi maupun dari aspek pertahanan dan
keamanan. Alternatif solusi yang ditawarkan
tersebut tentu akan didasarkan pada perencanaan
tata ruang.
Keyword : Keterpaduan, Kebijakan, Kawasan,
Perbatasan
I.
PENDAHULUAN
Perbatasan negara merupakan manifestasi
utama kedaulatan wilayah suatu negara. Perbatasan
suatu negara mempunyai peranan penting dalam
pengelolaan batas wilayah kedaulatan, sumberdaya,
keamanan, dan keutuhan suatu wilayah negara.
Keamanan dan kesejahteraan wilayah perbatasan
mulai menjadi pusat perhatian setiap pemerintah

yang wilayah negaranya berbatasan langsung
dengan negara lain. Kesadaran akan pentingnya
wilayah perbatasan antar negara, telah mendorong
pemerintah sebagai perumus kebijakan untuk
mengembangkan suatu kajian tentang penataan
wilayah perbatasan berbasis penataan ruang yang

dilengkapi dengan perumusan sistem keamanannya.
Hal ini menjadi isu strategis karena penataan
kawasan perbatasan terkait dengan proses nation
state building terhadap kemunculan potensi konflik
internal di suatu negara dan bahkan pula dengan
negara lainnya (neighbourhood countries).
Penanganan perbatasan negara, pada
hakekatnya merupakan bagian dari upaya
perwujudan ruang wilayah nusantara sebagai satu
kesatuan geografi, politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan keamanan (Sabarno, 2001). Namun
kondisi perbatasan di wilayah NKRI sendiri pada
umumnya belum mendapat perhatian secara

proporsional. Kondisi ini terbukti dari kurangnya
sarana prasarana pengamanan daerah perbatasan,
aparat keamanan di perbatasan, dan nilai
pendekatan kesejahteraan bagi wilayah tersebut.
Hal ini telah menyebabkan terjadinya berbagai
permasalahan, contoh kasus yaitu Keputusan
Mahkamah Internasional yang menetapkan
kepemilikan Malaysia terhadap Pulau SipadanLigitan serta terjadinya konflik batas laut, misalnya
di Blok Ambalat yang berada di wilayah laut
Sulawesi,
semakin
menambah
ramainya
perbincangan masalah perbatasan baik di darat
maupun laut.
Husnadi (2006) menambahkan
bahwa pengalaman empiris yang terjadi selama ini
ketertinggalan masyarakat di perbatasan terutama
disebabkan oleh lemahnya penguasaan teknologi
akibat SDM yang rendah dan tidak adanya rencana

yang integratif dan komprehensif. Salah satu
pengalaman tersebut tampak di wilayah utara Pulau
Kalimantan Indonesia yang berbatasan langsung
dengan negara Malaysia tersebut. Kondisi tersebut
membutuhkan suatu bentuk perencanaan tata ruang
yang lebih memperhitungkan aspek sosial
kemasyarakatan, peningkatan kualitas SDM,
pertahanan, dan keamanan wilayah perbatasan.
Putra (2010) menambahkan bahwa adapun bentuk
geografis Indonesia yang didominasi oleh luasnya
perairan serta sebagian besar wilayah perbatasan
Indonesia berada di wilayah lautan, memerlukan

suatu kebijakan pengelolaan perbatasan yang
memberikan perhatian khusus pada pengelolaan
manajemen perbatasan laut, baik dari sisi
pembangunan wilayah pesisir maupun manajemen
keamanan maritim yang terintegrasi. Berdasarkan
permasalahan kondisi yang ada, maka perlunya
keterpaduan antara kebijakan yang satu dengan

yang lain untuk kembali menata ruang yang ada
diwilayah perbatasan Indonesia, agar menjadi
wilayah yang strategis baik dari segi politik, sosial,
ekonomi, budaya, dan lingkungan. Undang-Undang
Dasar 1945 yang telah diamandemenkan pada pasal
25A merupakan payung dari hukum tentang
perbatasan wilayah Indonesia. Undang-undang ini
didasarkan pada peraturan UNCLOS Internasional
pasal 49 ayat 1 tahun 1982 mengenai kebijakan
batas wilayah.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
mengidentifikasi keterpaduan kebijakan tata ruang
dan pengelolaan kawasan perbatasan negara di
Indonesia secara terpadu untuk pembangunan dan
pengembangan perbatasan negara di Indonesia.
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam makalah ini
menggunakan metode deskriptif eksploratif.
Metode deskriptif eksploratif ini sudah digunakan
dalam penelitian laporan akhir oleh Pusat Kajian

Administrasi Internasional Lembaga Administrasi
Negara, dimana wilayah perbatasan negara sebagai
kajiannya. Penelitian ini untuk menemukan
masalah, ide, dan solusi yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya. Metode ini dipilih
dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan
wilayah perbatasan negara, khususnya aspek
kebijakan wilayah perbatasan dan tata ruang
sebagai obyek penelitian secara mendalam.
Kegiatan yang dilakukan dengan cara mencari
sumber informasi yang berkaitan dan relevan
tentang masalah wilayah perbatasan negara.
Sumber informasi tersebut dapat berupa hasil-hasil
penelitian dan karya ilmiah, kebijakan tentang
perbatasan dan tata ruang, literatur yang memiliki
kaitan dengan permasalahan manajemen wilayah
perbatasan ditinjau dari aspek kelembagaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kajian Kebijakan Penataan Ruang sebagai
Payung Kebijakan Pengelolaan Kawasan

Perbatasan Indonesia
Kawasan perbatasan Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan salah satu kawasan yang
memiliki karakteristik yang unik dan berbeda baik
dalam hal pengelolaan dan permasalahan yang
dihadapi. Permasalahan ini timbul karena banyak
hal meliputi kondisi geografis, kondisi sosial
ekonomi dan kondisi pertahanan keamanan di
wilayah perbatasan. Permasalahan tersebut dapat
memicu permasalahan lain yang mungkin timbul
dari permasalahan yang ada. Penataan ruang

sebagai salah satu instrumen untuk mengelola dan
merencanakan wilayah dan kawasan, diharapkan
dapat memberikan alternatif solusi untuk
menyelesaikan permasalahan kawasan perbatasan
sebagai salah satu kawasan strategis di Indonesia.
Penataan ruang sebagai instrumen pengelolaan
dan perencanaan kawasan perbatasan di Indonesia
telah disebutkan di dalam tujuan Undang-Undang

nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
pasal 3. Tujuan penataan ruang tersebut, yaitu
untuk mewujudkan penataan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Tujuan ini juga mendasari
konsep pengelolaan wilayah perbatasan bukan
hanya dari aspek pengelolaan sumberdaya namun
juga pengelolaan patok batas negara yang sering
menjadi konflik di wilayah perbatasan. Konsep
pengelolaan kawasan perbatasan sebagai kawasan
strategis juga telah diatur secara jelas oleh undangundang tersebut. Konsep pengelolaan ini dirancang
dan dilaksanakan oleh pemerintah secara
sistematis. Wewenang pemerintah secara umum
dalam hal pengelolaan kawasan perbatasan sebagai
kawasan strategis dapat dilihat pada UndangUndang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang pada pasal 8 terkait pelaksanaan tata ruang
kawasan strategis. Isi dari undang-undang tersebut
juga diperjelas oleh Peraturan Pemerintah nomor
47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. Penetapan tersebut meliputi
penetapan kawasan strategis, perencanaan tata
ruang kawasan strategis, pemanfaatan ruang
kawasan strategis dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan strategis. Pelaksanaan tata ruang
kawasan strategis ini dilaksanakan pada wilayah
perencanaan tingkat nasional hingga tingkat
kabupaten/kota. Keluaran dari rencana tata ruang
kawasan strategis nasional khususnya kawasan
perbatasan ini menjadi pertimbangan penting bagi
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)
untuk mengelola dan merencanakan kawasan
perbatasan. Selain pelaksanaan tata ruang kawasan
strategis, kawasan perbatasan di Indonesia juga
termasuk dalam bagian dari rencana tata ruang
nasional. Menurut Undang-Undang nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang didukung
oleh Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008
tentang
Rencana

Tata
Ruang
Nasional
menyebutkan bahwa kawasan strategis, yang dalam
hal
ini
merupakan
kawasan
perbatasan,
perencanaan
tata
ruangnya
mendukung
perencanaan kawasan strategis baik pada tingkat
nasional hingga tingkat kabupaten/kota.
Pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia juga
tidak hanya sebatas perencanaan tata ruang wilayah
ataupun perencanaan sebagai kawasan strategis.
Pengelolaan kawasan perbatasan dengan berbagai
masalah yang kompleks juga diatur dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

yang diatur dalam Undang-Undang nomor 17 tahun
2007. Kebijakan tersebut juga didukung dan
dijelaskan oleh Peraturan Pemerintah nomor 7
tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Kedua produk
rencana tersebut akan dijabarkan pada masingmasing
daerah
dalam
bentuk
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) serta Rencana Kerja Pemerintah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKP SKPD). Seluruh
produk rencana pembangunan daerah, khususnya
produk rencana di kawasan perbatasan, akan
menjadi acuan bagi Badan Pengelola Perbatasan
Daerah untuk mengelola kawasan perbatasan.
3.2 Kajian Kebijakan Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Indonesia
Saat ini kawasan perbatasan belum dikelola
secara baik dan belum adanya konsepsi
pembangunan yang jelas, komprehensif dan
terintegrasi. Kegiatan pembangunan yang ada
masih berupa rencana pembangunan parsial dengan
pendekatan yang sangat sektoral. Sebagai contoh
adanya eksploitasi kawasan hutan (legal dan ilegal)
dengan sasaran pokok pertumbuhan ekonomi atau
pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Oleh
sebab itu, maka perlu adanya pengkajian wilayah
perbatasan di wilayah Indonesia. Pengkajian
wilayah perbatasan Indonesia agar lebih kuat dan
tidak menyalahi aturan nasional maupun
internasional maka perlu diatur dalam peraturan
yang berlaku di wilayah negara Indonesia atau
peraturan yang berlaku secara internasional.
Peraturan Internasional yang mengatur tentang
Hukum Laut Internasional didasarkan pada
UNCLOS 1982 pasal 49 ayat 1. Berdasarkan
Undang-Undang nomor 10 tahun 2004 tentang
Peraturan Pembentukan Perundang-Undangan
bahwa dalam menentukan kebijakan batas Negara
Kesatuan Republik Indonesia diatur dalam undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,
keputusan menteri, dan peraturan daerah. Undangundang yang mengatur dan mengkaji tentang
kawasan perbatasan meliputi Undang-Undang
nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara,
Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, Undang-Undang nomor 17
tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS di
Indonesia, Undang-Undang nomor 5 tahun 1983
tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,
Undang-Undang nomor 6 tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia, dan Undang-Undang nomor 27
tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Terdapat tiga peraturan
pemerintah yang mengkaji kawasan pebatasan
Negara Indonesia, yaitu Peraturan Pemerintah
nomor 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat
Geografis Titik Pangkal Kepulauan Indonesia,
Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 1984 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Hayati Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia, Peraturan Pemerintah nomor
62 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau
Terdepan, dan Peraturan Pemerintah nomor 64
tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan presiden
yang mengkaji batas wilayah Negara Indonesia
adalah Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2010
tentang Badan Nasional Pengelolan Perbatasan,
Peraturan Presiden nomor 21 tahun 2007 tentang
Dewan Kelautan Nasional, Peraturan Presiden
nomor 81 tahun 2005 tentang Badan Koordinasi
Keamanan Laut, dan Peraturan Presiden nomor 78
tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar. Keputusan Mentri yang mengkaji wilayah
perbatasan Negara Indonesia diatur dalam
Peraturan Mentri Dalam Negeri nomor 2 tahun
2011 tentang Pedoman Badan Pengelolan
Perbatasan Daerah, Keputussan Menteri Kelautan
dan Perikanan nomor 30 tahun 2010 Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
Perairan, dan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan nomor 8 tahun 2009 tentang Peran Serta
dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan
Daerah yang mengatur tentang kajian wilayah
perbatasan salah satu contonya adalah Peraturan
Gubernur Jawa Tengah nomor 1 tahun 2011 tentang
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil di Provinsi Jawa Tengah. Hukum dan
peraturan baik yang berlaku di dunia Internasional
maupun di Nasional ini sebaiknya digunakan
sebagai pedoman dalam memanfaatkan kawasan
perbatasan, agar dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin demi kepentingan Negara dan masyarakat
Indonesia. Banyaknya peraturan ini sebaiknya
dimanfaatkan untuk menjaga keutuhan wilayah
NKRI, agar tidak terjadi tumpang tindih antara
pihak-pihak yang berkepentingan.
3.3Keterpaduan Kebijakan Penataan Ruang
dengan Kebijakan Pengelolaan Kawasan
Perbatasan Indonesia
Penataan ruang sebagai payung kebijakan dalam
pengelolaan kawasan perbatasan memiliki arti
penting dalam setiap elemen kebijakan pengelolaan
kawasan perbatasan. Bentuk arti penting ini
ditunjukkan dengan adanya klausul-klausul yang
terkait pertahanan nasional dan kesejahteraan
masyarakat yang menyeluruh di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk keterpaduan
kebijakan tersebut ditunjukkan secara jelas dengan
adanya arahan penataan ruang kawasan strategis
baik dari lingkup nasional maupun lingkup daerah.
Penataan ruang kawasan strategis khususnya
kawasan perbatasan ini merupakan salah satu
upaya dalam pengelolaan kawasan perbatasan yang
terintegrasi.
Undang-Undang Penataan Ruang memberikan
amanah dalam pengelolaan kawasan perbatasan

kepada suatu lembaga tersendiri yang dibentuk
oleh Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2010
tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan,
untuk merencanakan dan mengelola kawasan
perbatasan negara di Indonesia. Amanah utama
yang disampaikan dan harus dilaksanakan adalah
perencanaan dan pengelolaan kawasan perbatasan
negara sebagai kawasan strategis nasional yang
tercantum dalam Rencana Tata Ruang Nasional.
Tugas utama pengelolaan dan perencanaan
kawasan perbatasan sebagai kawasan strategis
nasional meliputi perencanaan kawasan perbatasan
sebagai kawasan strategis nasional, perencanaan
tata ruang kawasan perbatasan sebagai kawasan

strategis nasional, pemanfaatan ruang kawasan
perbatasan sebagai kawasan strategis nasional dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
kawasan
perbatasan sebagai kawasan strategis nasional.
Sedangkan untuk pengelolaan wilayah perbatasan
pada tingkat daerah akan dikelola oleh Badan
Pengelola Perbatasan Daerah yang telah diatur
pembentukannya oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 2 tahun 2011 tentang Pedoman
Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan Daerah.
Fungsi badan ini, yaitu untuk mengelola kawasan
perbatasan hingga tingkat perencanaan ruang dan
pemanfaatan ruang hingga kekajian perencanaan
dan pengelolaan sektoral (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram Keterpaduan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara Indonesia
Diagram
keterpaduan
pengelolaan
kawasan
perbatasan
negara
Indonesia
menggambarkan bahwa masing-masing kebijakan
(kususnya kebijakan tata ruang dan perbatasan
wilayah) memiliki integrasi satu dengan yang
lainnya. Integrasi tersebut harus diikuti oleh
instansi-instansi yang mempunyai wewenang untuk
mengelola wilayah perbatasan dan tata ruang.
Pihak yang berwenang mengelola wilayah
perbatasan dan tata ruang harus bekerja sama
dengan BNPP untuk mengelola kawasan perbatasan
Indonesia dengan baik. Tujuannya agar wilayah

perbatasan terjaga keamananya, perekonomian dan
kesejahteraan meningkat, serta
tidak terjadi
kesenjangan sosial, sehingga pulau-pulau yang
berada di perbatasan dan daratan yang ada dapat
layak huni, misalnya untuk dikembangkan sebagai

budidaya laut, pariwisata, usaha penangkapan
ikan, industri perikanan secara lestari,
pertanian dan peternakan berskala rumah
tangga, industri teknologi tinggi non ekstraktif,
pendidikan,
pelatihan,
serta
industri
manufaktur dengan pengelolaan yang tidak
merusak lingkungan.

Undang-Undang nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang dapat diintegrasi dengan
undang-undang perbatasan wilayah Indonesia.
Batas wilayah Indonesia diatur dalam UndangUndang nomor 3 tahun 2002, Undang-Undang
nomor 43 tahun 2008, Undang-Undang nomor 6
tahun 1996, Undang-Undang nomor 5 tahun 1983,
dan Undang-Undang nomor 27 tahun 2007.
Penataan Ruang Kawasan Strategis
Nasional dapat diintegrasikan dengan Peraturan
Presiden nomor 12 tahun 2010 tentang BNPP.
BNPP adalah suatu badan yang mengelola batas
wilayah negara dan kawasan perbatasan,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
nomor 43 tahun 2008 tentang wilayah negara.
Penataan ruang berfungsi untuk mencari kawasan
sesuai potensi sumberdaya yang dimiliki agar dapat
dimanfaatkan dengan baik. Setelah diketahui
rencana penataan ruang kawasan strategis nasional
maka selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan
oleh BNPP baik dari provinsi, kabupaten/kota.
Bidang yang mempunyai wewenang untuk
mengelola adalah Bidang Pengelolaan Potensi
Kawasan dan Bidang Pengelolaan Infrastruktur
Kawasan.
Peraturan Pemerintah tentang Rancangan
Pembangunan Jangka Panjang, Menengah, dan
Pendek dapat dikelola oleh Badan Pengelolaan
Perbatasan Daerah. Peraturan Daerah mengenai
penataan ruang kawasan strategis kepulauan,
provinsi, dan kabupaten/kota juga dapat dikelola
oleh Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa dari
beberapa kebijakan yang ada terkait penataan ruang
sebagai payung utama dalam pengelolaan kawasan
perbatasan yang memiliki keterpaduan dalam
pelaksanaannya.
Bentuk
keterpaduan
ini
ditunjukkan dengan amanah pada Undang-Undang
Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa perlunya perencanaan tata
ruang kawasan strategis baik nasional maupun
hinggal lingkup daerah. Kawasan strategis nasional
yang salah satunya adalah kawasan perbatasan
negara ini telah dilaksanakan pengelolaannya oleh
Badan Nasional Pengelola Perbatasan. Perencanaan
kawasan strategis di tingkat daerah akan
dilaksanakan oleh Badan Pengelola Perbatasan
Daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang
sama dengan Badan Nasional Pengelolaan
Perbatasan. Tugas pokok dan fungsi Badan
Nasional Pengelola Perbatasan dan Badan
Pengelola Perbatasan Daerah terkait penataan dan
perencanaan ruang meliputi penetapan kawasan
perbatasan sebagai kawasan strategis, perencanaan
ruang kawasan perbatasan sebagai kawasan
strategis, pemanfaatan ruang kawasan perbatasan

sebagai kawasan strategis dan pengendalian ruang
kawasan perbatasan sebagai kawasan strategis.
V. SARAN
Penelitian merupakan penelitian awal yang
mengkaji hubungan antara kebijakan dan
keterpaduan. Kebijakan dan keteraduan ini dapat
dikaji lebih lanjut untuk lebih mengoptimalkan
hasil penelitian yang di harapkan.
VI. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Biro Perencanaan dan
Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementrian
Pedidikan Nasional Republik Indonesia yang
telah mendukung pada program BEASISWA
UNGGULAN kepada penulis, dan terima kasih
kepada Panitia Seminar Nasional 2012 Program
Magister dan Doktor, Universitas Brawijaya
Malang atas kesempatan yang telah diberikan pada
penulis untuk dapat ikut berpartisipasi dalam
rangkaian acara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. 2009. Penetapan DAS
Prioritas dalam rangka Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2010-2014; Keputusan
Menteri Kehutanan RI No. SK.328/MenhutII/2009; Jakarta.
Husnadi. 2006. Menuju Model Pengembangan
Kawasan Perbatasan Darat Antar Negara
(Studi Kasus : Kecamatan Paloh dan
Sajingan Barat, Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat). Tesis. Tidak Diterbitkan.
Semarang: Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.
Imam Indratno. 2010. Pengembangan Kawasan
Perbatasan Negara Indonesia – Malaysia
(Kalimantan-Serawak-Sabah)
dalam
Perspektif Penataan Ruang. Makalah.
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung :
Bandung.
Keputusan Presiden No. 21 Tahun 2007 tentang
Dewan Kelautan Nasional. Jakarta
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan N0. 30
Tahun 2010 tentang RPZKKP. Jakarta
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8
Tahun 2009 tentang PSPM Pengembangan
Wilayah Pulau-pulau Kecil. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2002 tentang
Daftar Koordinat, Geografis Titik-titik Garis
Pangkal Kepulauan Indonesia. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1964 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Hayati Zona
Ekonomi Eksekutif Indonesia. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2010 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terdepan.
Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Jakarta

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Nasional. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 tentang
Manajemen
dan
Rekayasa, Analisis
Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu
Lintas. Jakarta
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil . Jakarta
Peraturan Presiden No.81 Tahun 2005 tentang BK
Keamanan Laut. Jakarta
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan.
Jakarta
Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar .
Jakarta
Peraturan Meteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 2011
tentang Pedoman Badan Pengelolaan
Perbatasan Daerah. Jakarta
Peraturan Gubernur No. 1 Tahun 2011 tentang
Rencana Strategis Wilayah Perbatasan
Pulau-Pulau Kecil.
Putra,
Rizal
Darma.
2010.
Manajemen
Pengelolaan
Perbatasan
Laut
dan
Keamanan Perbatasan. Lembaga Studi
Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia.
Jakarta
Pusat Kajian Administrasi Internasional Lembaga
Administrasi
Negara.
2004.
Kajian
Manajemen Wilayah Perbatasan Negara.
Jakarta
Sabarno Hari. 2001. Kebijakan/ Strategi Penataan
Batas
dan Pengembangan Wilayah
Perbatasan. http://wilayahperbatasan.com
Sobirin, A.R. 2002. Perpetaan di Indonesia. Berita
Topografi, Dittop TNI-AD
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 Amandemen Pasal 25 A tentang
Wilayah Negara. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun
1983 tentang Zona Ekonomi Eksekutif
Indonesia. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun
1996 tentang Perairan Indonesia. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun
1985 tentang Pengesahan UNCLOS. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun
2008 tentang Wilayah Negara. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara. Jakarta.