Telaah Kebijakan Pembatasan Imigran Oleh

Telaah Kebijakan Pembatasan Imigran Oleh Swiss dan Konsekuensi
Hubungannya Dengan Uni Eropa
Oleh : Muchammad Chasif Ascha

Abstrak :
Masalah Imigran merupakan masalah yang dihadapi oleh beberapa
negara. Begitu pula dengan Swiss yang sekitar 23% penduduknya merupakan
imigran. Pembatasan imigran yang dilakukannya sejak referendum pada
Februari ternyata membawa imbas tertentu. Paper ini akan membahas
pembatasan imigrasi tersebut dengan melihat aspek-aspek yang akan
diperhatikan, seperti faktor yang membawa dukungan terhadap pembatasan
imigran dan penolakannya. serta implikasi yang diperoleh Swiss dalam
menghadapi respon Uni Eropa terhadap keputusan pembatasan tersebut,
karena pembatasan tersebut berkaitan pula dengan perjanjian yang dijalankan
dengan Uni Eropa.

Kata Kunci : Swiss, Uni Eropa, Referendum, Pembatasan Imigran, SVP.

Latar Belakang
Pada 9 Februari 2014, mayoritas pemilih Swiss menyetujui referendum untuk
membatasi imigran. Mayoritas pemilih tersebut pun tak jauh berbeda bilangannya

dengan yang menolak, karena hanya berada dalam kisaran 50,34% saja. Konsekuensi
dari hal tersebut jelas, pembatasan kuota imigran akan dilaksanakan.1
Referendum itu diajukan atas prakarsara Partai Rakyat Swiss, SVP .

2

Partai

Rakyat Swiss merupakan partai sayap kanan, yang menentang adanya pendatang

1

Prof. Vincent Cheta, The Swiss Vote against Mass Immigration and International
Law: A Preliminary Assessm, Global Migration Policy Brief, 2014, Jurnal Online, diakses di
http://graduateinstitute.ch/files/live/sites/iheid/files/sites/globalmigration/shared/News/Global%20Migr
ation%20Policy%20Brief%201%20-%203%20March%202014.pdf
2
Swiss Ethnological Society, Jurnal Online, diakses di http://www.anthro.unibe.ch/
unibe/philhist/anthro/content/e3872/e453443/SEGengl.ForThoughtswithoutBorders_ger.pdf


1

yang banyak masuk ke Swiss. Mereka mengatakan bahwa Pemerintah tidak sanggup
lagi menangani imigran baru yang berkisar 80.000 setiap tahunnya,3
Dengan hasil referendum tersebut tentunya

pemerintah Swiss akan

menyusun undang-undang tentang pembatasan imigran terutama dari eropa, sebagai
penyuplai mayoritas imigran. pembatasan tersebut menyebabkan implikasi yang besar
pengaruhnya, karena selama ini pekerja dari negara-negara Uni Eropa bebas tinggal
dan bekerja di Swiss, begitu pula sebaliknya.4
Oleh karenanya, adanya referendum tersebut membuat Swiss harus
merundingkan kembali perjanjiannya dengan Uni Eropa, tentang beberapa perjanjian
yang kebolehan perpindahan orang secara bebas antara Swiss dengan Uni Eropa,
dimana orang Swiss secara bebas boleh berpindah ke Lingkungan Uni Eropa, begitu
pula sebaliknya.5 Selama ini sekitar 500.000 warga Uni Eropa Tinggal dan bekerja di
Swiss.

6


Perlu diingat bahwa Swiss merupakan negara yang tidak masuk dalam Uni

Eropa, negara itu land-locked bukan dari segi gegrafis namun juga dalam nonanggotanya dalam Uni Eropa.
Pembahasan
Referendum di Swiss merupakan salah satu instrumen fundamental dari
implementasi “demokrasi langsung” di Swiss. Yang lainnya adalah inisiatif populer

3

UU Anti-Imigrasi Swiss Picu Ketegangan dengan Uni Eropa , situs berita VOA Indonesia,
10 Februari 2014, dapat diakses di http://www.voaindonesia.com/content/uni-eropa-tinjau-hubungandengan-swiss-setelah-referendum-imigrasi-disahkan/1848383.html
4
Swiss Akan Batasi Imigrasi, Uni Eropa Kecewa , 10 Februari 2014, situs berita DW, dikases
di http://www.dw.de/swiss-akan-batasi-imigrasi-uni-eropa-kecewa/a-17420982
5
UU Anti-Imigrasi Swiss Picu Ketegangan dengan Uni Eropa , situs berita VOA Indonesia,
10 Februari 2014
6


Kampanye Anti-Muslim, Referendum Swiss Perketat Lagi Aturan Imigrasi , Situs Berita
Kompas, 10 Februari 2014, dapat diakses di http://internasional.kompas.com/read/2014/02/10/0432396/Ada.Kampanye.Anti-Muslim.Referendum.Swiss.Perketat.Lagi.Aturan.Imigrasi

2

yang substansinya tak jauh berbeda. Referendum ini adalah proses terakhir dari
pengambilan keputusan yang akan diberlakukan dalam suatu kebijakan Swiss.7
Referendum mengenai pembatasan imigran tersebut dilakukan atas inisiatif
partai SVP sebagai penyokong utama dalam pembatasan tersebut. Partai SVP
merupakan partai populis sayap kanan dalam dinamika politik di Swiss. Fokus utama
dari SVP adalah masalah imigrasi, perpajakan, dan kriminal.8 Fokus SVP tersebut
bukan baru-baru saja dikampanyekan, tetapi sudah sedari dulu, dan akhirnya pada
Februari 2014 itulah, lewat referendum, tujuan mereka berhasil diimplementasikan.
SVP merupakan partai yang memobilisasi pemilu dalam melawan
Europanisation. Partai ini pulalah yang menolak proposal Swiss untuk bergabung

dengan Uni Eropa pada 1992. Suara bagi partai tersebut terus naik hingga pada 2011
partai tersebut memperoleh 26% suara, tertinggi dari partai-partai lainnya.9 Dari
pemilian nasional tahun 2007 hingga tahun-tahun berikutnya, masalah imigrasi
menjadi isu utama bagi SVP. 10

Hal yang menjadi menarik ialah ketika sebelum referendum tersebut
digulirkan, banyak yang mengkirakan lewat jejak pendapat bahwa hasilnya akan tetap
menolak terhadap pembatasan tersebut.11 Namun, kehendak berkata lain, ternyata
sebanyak 50,34 pemilih mendukung pembatasan tersebut. SVP menganggap imigran
ini sebagai suatu masalah, tetapi apakah permasalahan yang dirisaukan SVP benarbenar suatu kondisi yang riil, memang ada, apakah sebaliknya, bahwa adanya imigran
tersebut bagi Swiss merupakan hal yang menguntungkan?.
7

Kriesi, Hanspeter dan Alexander H. Treschel, The Politics of Switzerland : Continuity and
Change in a Consensus Democracy, Cambridge : Cambridge University Press, 2008, hal. 56
8
Church, Clive H., The Politics and Government of Switzerland , New York : Palgrave
Macmillan, 2004, hal 64.
9
http://www.bfs.admin.ch/bfs/portal/fr/index/themen/17/02/blank/data/05/03.html
10
Wolf Linder, Multicultural Switzerland and the Challenge of Immigration , Artikel Online,
hal. 13, bisa diakses di http://www.wolf-linder.ch/wp-content/uploads/2010/11/Swiss-Politics-ofImigration6.pdf
11


Switzerland Backs Immigration Quotas by Slim Margin, situs berita The Guardian, 10
Februari 2014, dapat diakses di http://www.theguardian.com/world/2014/feb/09/swiss-referendumimmigration-quotas

3

Dalam suatu survei yang dipublikasikan Kantor Statistik Federal Swiss, ada
876.000 jumlah pekerja luar negeri di Swiss, dengan sebanyak 63,8% datang dari
negara-negara Uni Eropa dan EFTA yang berkisar sebanyak 559.000 orang. Italia
merupakan negara penyumbang terbanyak (16%) sekitar 301.254 orang, kemudian
diikuti Jerman (15,5%) 293.156 orang, Portugal (13,5%) 253.769 orang, Perancis
(5,8%) 110.190 orang, dan negara-negara lainnya.12 Sedangkan pertahunnya para
imigran datang sekitar 70.000 sampai 100.000 orang. Swiss adalah salah satu negara
dengan proporsi penduduk asing tertinggi di Eropa.13
Dengan melihat hasil survei tersebut, dari banyaknya imigran yang datang ke
Swiss, negara-negara tetangga seperti Jerman dan Italia merupakan dua dari negara
penyumbang terbesar para imigran tersebut. Hal tersebut sebenarnya tidak
mengherankan karena dua negara tersebut merupakan negara yang berbatasan
langsung dengan Swiss sehingga akses untuk dapat memasuki negara tersebut
demikian mudah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya kesamaan kultural
dari dua negara tersebut. Swiss merupakan negara yang multietnis dengan komposisi

penduduknya yang beragam.
Keragaman etnis penduduk Swiss biasanya cenderung disebutkan dengan
suatu penamaan yang disandarkan pada bahasa yang melekat padanya. Seperti
German-Speaking, France-Speaking, Italian-Speaking, dan Romansh-Speaking.

Populasi terbesar dari keempat linguistic group tersebut secara berurutan adalah
German (72,5%), French (21%), Italian (4,3%), Romansh (0,6).14

Selain kedekatan geografis, dengan dipergunakannya bahasa tiga bahasa dari
tiga negara Eropa tersebut (Jerman, Italia, dan Perancis) membuat Swiss tujuan utama
para pekerja luar negeri di tiga negara tersebut, sehingga para pekerja lebih mudah

12

Federal Office For Migration, Statistics From the Aliens and Asylum Sectors , reportasi,
dapat diakses di https://www.bfm.admin.ch/dam/data/bfm/publiservice/statistik/auslaenderstatistik
/2013/ts-2013-e.pdf
13
Wolf Linder, Multicultural Switzerland and the Challenge of Immigration , Artikel Online,
14

Wolf Linder, Swiss Democracy : Possible Solution to Conflict in Multicultural Societies,
New York : Palgrave Macmillan, 2010, hal.26

4

dalam komunikasi sehariannya. Namun yang menarik, konsentrasi tinggi para pekerja
bisa ditemukan di kanton-kanton urban French-Speaking dan utara-timur Swiss, yang
notabene berpenduduk German-Speaking.15 Sedangkan pekerja dari Perancis sendiri
seedikit jika dibandingkan dengan Pekerja asal Italia maupun Jerman.
Argumen yang digunakan SVP dalam pembatasan imigran adalah bahwa, para
imigran sering membuat pelanggaran hukum. Kebanyakan penyalur narkoba adalah
para imigran, dan dengan menurut statistik federal, bahwa 70% narapidana adalah
para imigran.16 selain itu, SVP melihat banyak warga Swiss sendiri sulit mendapatkan
pekerjaan atau tidak mendapatkan pekerjaan populer, karena para pekerja asing telah
mengambil jatah tersebut. Kepentingan para pribumi lah yang ingin dijaga SVP.17
Aspek sosial dan ekonomi merupakan hal yang disorot oleh SVP sehingga partai
tersebut menggelontorkan inisiatif referendum tersebut. 23,3% warga asing di Swiss
merupakan hal yang sudah cukup menjengahkan bagi mereka.
Pembatasan imigran ini akan berimplikasi pada hubungan Swiss dengan Uni
Eropa, mengingat keduanya mempunyai kesepakatan pada tahun 2007. Memang

sebelumnya pada tahun 2002 Swiss secara resmi megikuti sistem Schengen yang
mebebaskan paspor untuk lalu lntas antara keduanya dan ditegaskan dalam
kesepakatan di Brussels tahun 2007 mengenai kebebasan perpindahan orang dari
Swiss ke Uni Eropa maupun sebaliknya.18
Kesepakatan Brussels memang menyatakan bahwa tujuh tahun setelah
kesepakatan pada tahun 2007 dilaksanakan, Swiss dan Uni Eropa harus membuat
keputusan final tentang keberlanjutan perjanjian tersebut. Jika dalam voting suara
15

Council of Europe, Switzerland in Europe after the Referendum on Immigration Quotas ,
Jurnal Online, hal. 1, dapat diakses di http://www.coe.int/t/policyplanning/ALER_T/Synopses/ALERT_51.pdf
16
Elaine Scolino, Immigration, Black Sheep and Swiss Rage , situs berita New York Times, 8
Oktober 2008, dapat diakses di
http://www.nytimes.com/2007/10/08/world/europe/08swiss.html?pagewanted=all&_r=0
17
SVP, Party Programme, Hal. 54, dapat diakses di
http://www.svp.ch/de/assets/File/positionen/parteiprogramm/svp_parteiprogramm_e.pdf
18
Melissa Eddy, Swiss Voters Narrowly Approve Curbs on Immigration , situs berita New

York Times, 9 Februari 2014, dapat diakses di http://www.nytimes.com/2014/02/10/world/europe
/swiss-voters-narrowly-approve-curbs-on-immigration.html?_r=0

5

terbanyak keberlanjutan itu ditolak, maka Uni Eropa bisa menghentikan tujuh
perjanjian yang disepakati antara kedua belah pihak pada 1999. 19 Hal inilah yang
dimanfaatkan SVP, dengan mengadakan inisiatif referendum terhadap pembatasan
imigran tersebut.
Meskipun demikian, sebenarnya adanya kebebasan perpindahan bagi para
pekerja terutama, itu membawa dampak positif bagi perekonomian Swiss.20 Karena
pekerja asing dibutuhkan disana. Hal ini dibuktikan dengan dukungan pebisnis dan
pebankan untuk menolak terhadap referendum tersebut.2122 Penolak pembatasan
imigran melihat aspek ekonomi, tidak melihat aspek sosial seperti yang SVP
dengungkan,
Hal yang menjadi dilema sebenarnya bagi Swiss adalah perjanjian yang telah
dilakukan dengan Uni Eropa terancam dibatalkan juga. Hubungan Swiss dengan Uni
Eropa sebenarnya sangat menguntungkan, dimana negara tersebut sangat bergantung
pada Uni Eropa, dimana 62% ekspor dan 79% impor negara itu digantungkan
dengannya. Swiss merupakan negara kedua partner terbesar Uni Eropa jika sektor

jasa juga dimasukkan.23
Swiss akhirnya pun terkena dampak dari pembatasan yang dilakukannya
terhadap para imigran. Uni Eropa membekukan perjanjian-perjanjian seperti Program
Erasmus+ tentang pendidikan dan pasar listrik yang dibekukan setelah diadakannya
referendum pada 9 Februari lalu.24 Tentunya pejanjian-perjanjian lain akan terganggu
juga atas dampak referendum tersebut. Hal ini tidak bisa ditolak oleh Swiss terhadap
19

Church, Clive H., Switzerland and the European Union , New York : Routledge, 2007, hal.

156
20

Church, Clive H., Switzerland and the European Union , hal 161.
Swiss Business Leaders Campaign Against Limiting Immigration, situs Euractive.com, 27
Oktober 2014, dapat diakses di http://www.euractiv.com/sections/global-europe/swiss-businessleaders-campaign-against-limiting-immigration-309507
21

23

Council of Europe, Switzerland in Europe after the Referendum on Immigration Quotas ,
Jurnal Online, hal. 1
24
Robert, Alin, The Formal Cooling of EU-Swiss Relations, situs Euractiv.com, 18
September 2014, dapat diakses di http://www.euractiv.com/sections/global-europe/formal-cooling-euswiss-relations-308529

6

konsekuensi yang dihadapinya. Hubungan dengan Uni Eropa pastinya tidak semesra
seperti sebelumnya. Hal yang mungkin dapat dilakukan oleh Swiss adalah melakukan
lobbi-lobbi dengan cara negoisasi agar negara tersebut minimal tak mendapat imbas
yang buruk dari hubungannya terhadap Uni Eropa.
Penutup
Pembatasan Imigran yanng dilakukan oleh Swiss merupakan hasil dari
kampanye yang dilakukan oleh Partai Rakyat Swiss (SVP) yang getol disuarakannya
sejak adanya perjanjian tentang kebebasan perpindahan orang (baca: imigrasi) pada
2007 di Brussels. Faktor SVP dalam mendukung pembatasan itu adalah karena
banyak permasalahan yang diakukan oleh para imigran, dengan melihat dari segi sisi
sosial. Sedangkan yang menolak pembatasan tersebut, seperti pebisnis dan bankir,
berargumen bahwa pekerja tersebut sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda
perekonomian Swiss.
Hubungan Swiss dengan Eropa pun terancam dalam masa suram, karena
dalam perjanjian 2007 tersebut, jika kesepakatan kebebasan perpindahan orang
dibatalkan, maka perjanjian lainnya pun juga dapat gugur sebagai imbasnya.
Sedangkan selam ini Hubungan Swiss dengan Uni Eropa berjalankan dengan
menguntungkan bagi Swiss, dimana Ekspor dan Impor mereka sangat bergantung
kepadanya.

7