ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA. pdf

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSADANA SAHAM PERIODE PRA,
SAAT DAN PASCAKRISIS KEUANGAN GLOBAL DENGAN METODE SHARPE
Galuh Budi Astuti
Dosen Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Widya Karya Malang
Alamat korespondensi: Jl. Bondowoso No. 2 Malang. Email: galuh_fe@widyakarya.ac.id

ABSTRACT
This study was performed to analyze the comparative performance of mutual fund shares
before the period of crisis, in times of crisis and after the global financial crisis by using the
Sharpe method to prove whether that stock mutual funds as one of the best alternative in
investment. This research compares the performance of mutual fund shares for a period before and
after the global financial crisis using data and statistical analysis and hypothesis testing. The data
used are secondary data derived from Bapepam, Indonesia Stock Exchange and Bank Indonesia
that published over the internet. The data that used in this research include monthly Net Asset
Value (NAV) per unit, monthly Composite Stock Price Index and monthly BI rate respectively for
the period December 2005 to June 2010. The entire population of this study is that mutual fund
shares mutual Information Center listed at Bapepam-LK were 121 mutual funds and sampling
techniques using the purposive sampling method. The steps of analysis 1) calculating the return
and risk of stock mutual funds, 2) calculating the performance and risk of the stock market, 3)
calculating the risk-free, and 4) calculating the performance of mutual fund shares by the method
of Sharpe. The hypothesis test using the Wilcoxon test of difference thus obtained the following

results 1) there is no difference in the performance of mutual fund shares for before (pre) financial
crisis periods and in times of crisis periode, 2) there is no difference in the performance of mutual
fund shares for after (post) crisisperiod and in times of crisis period, 3) there is no difference in the
performance of mutual fund shares for before (pre) and after (post) the global financial crisis
occurred. From these results it can be concluded that mutual funds deserve to be the best
investment alternative, especially for investors who want high returns and willing to take risks but
have limited funds.
Keywords: stock mutual funds, Sharpe method, global crisis

1. PENDAHULUAN
Berinvestasi di pasar modal dapat
dilakukan dengan menghubungi pialang
(broker )
atau
dengan
menghubungi
perusahaan-perusahaan investasi. Perusahaan
investasi merupakan lembaga intermediasi
keuangan yang mengumpulkan dana dari
individu

dan
perusahaan,
kemudian
menginvestasikan dana tersebut dalam
portofolio aset atau surat berharga yang
terdiversifikasi. Reksadana merupakan salah
satu bentuk portofolio surat berharga yang
ditawarkan oleh perusahaan investasi.
Beberapa keunggulan berinvestasi di
reksadana dibandingkan dengan instrumen
lainnya
antara lain, investor tidak
membutuhkan dana yang relatif besar dan

dikelola oleh manajer investasi yang
profesional sehingga lebih efesiensi waktu.
Produk reksadana dibedakan menjadi
empat jenis antara lain, reksadana dana
saham (equity fund), reksadana pendapatan
tetap (fixed income fund), reksadana

campuran dan reksadana pasar uang (money
market fund). Produk reksadana yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
reksadana saham yaitu jenis reksadana
dimana portofolio dananya diinvestasikan ke
efek saham. Reksadana saham lebih diminati
sebab reksadana jenis ini memberikan
keuntungan yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenis reksadana lainnya. Hal tersebut
disebabkan kinerja reksadana saham yang
sangat bergantung pada naik-turunnya nilai
saham, dimana kenaikan harga saham

14

membuktikan apakah reksadana saham masih
tersebut bisa memberikan return jangka
layak dijadikan sebagai alternatif investasi
panjang senilai 40% namun pada saat kondisi
yang terbaik di Indonesia.

krisis bisa memberikan kerugian hingga 40%.
Tiga unsur penting dalam pengertian
Krisis keuangan global melanda dunia
reksadana yaitu (Astuti, 2011):
pada Oktober 2008 yang disebabkan oleh
a. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik
runtuhnya beberapa lembaga keuangan besar
individu maupun institusi
di Amerika dan Eropa juga berdampak
terhadap kondisi keuangan di Indonesia.
b. Investasi bersama dalam bentuk suatu
Dungey et al (2011) membagi periode krisis
portofolio efek yang telah terdiversifikasi
keuangan global tersebut menjadi beberapa
c. Manajer investasi yang dipercaya sebagai
titik yaitu periode pra krisis sebelum 17 Juli
pengelola dana milik masyarakat investor,
2007, periode krisis pada tanggal sesudah 17
sementara,
bank

kustodian
akan
Juli 2007 hingga Desember 2008 dan periode
berperandalam penyimpanan dana atau
sesudah krisis yaitu setelah tanggal 31
portofolio milik investor serta melakukan
Desember 2008.
penyelesaian transaksi dan administrasi
Tiap investor menghendaki return atas
reksadana.
investasi
yang
dilakukan.
Selain
Reksadana pertama kali dikenal di Belgia
menghendaki
return,
investor
harus
pada tahun 1822 berbentuk reksadana

memperhitungkan risiko dari investasinya.
tertutup
(close-end
fund).
Kemudian
Return dan risiko memiliki hubunngan yang
menyebar ke Inggris dan Skotlandia pada
linier, semakin besar return dari investasi
tahun 1860 dengan bentuk Unit Investment
tersebut maka semakin besar risiko yang
Trust dan pertama kali dikenal di Amerika
dihadapinya. Portofolio dilakukan untuk
Serikat pada tahun 1920. Tahun 1940 di
Amerika Serikat dibuat Undang-Undang
memaksimalkan return harapan (expected
Reksadana yang dikenal dengan Investment
return) pada tingkat risiko tertentu yang
Company Act 1940. Di Indonesia, reksadana
terdiversifikasi. Sehingga perhitungan kinerja
baru dikenal pada tahun 1990 berdasarkan

reksadana saham yang baik harus
Kep. Menkeu 1548 dengan bentuk reksadana
memperhitungkan return dan tingkat risiko.
tertutup. Pemerintah mengeluarkan peraturan
Salah satu metode untuk menghitung kinerja
tentang pasar modal yang mencakup
reksadana saham yang mempertimbangkan
peraturan mengenai reksadana melalui UU
return dan risiko adalah metode Sharpe
No. 8 tahun 1995 hingga terbentuk reksadana
dimana metode ini menekankan pada risiko
berbentuk tertutup serta terbuka. Reksadana
total.
mulai berkembang pesat sejak tahun 1996,
Dengan
demikian
penelitian
ini
hingga November 2013 ini terdapat 874
membahas perbandingan kinerja reksadana

reksadana aktif yang terdaftar di Bapepamsaham dengan periode sebelum krisis
LK dengan rincian sebagai berikut.
keuangan global, pada saat krisis keuangan
global dan setelah krisis keuangan global
dengan menggunakan metode Sharpe untuk
Tabel 1. Komposisi Reksadana Aktif per November 2013
Jenis Reksadana
Jumlah
Jenis Reksadana
Jumlah
ETF Fixed Income
1
Proteksi
303
ETF Indeks
1
Syariah Fixed Income
8
ETF Saham
3

Syariah Pasar Uang
1
Fixed Income
178
Syariah Indeks
1
Saham
121
Syariah Mixed
16
Indeks
5
Syariah Terproteksi
17
Mixed
165
Syariah Saham
15
Pasar Uang
40

Sumber: Bapepam-LK diolah

15

Tujuan investor adalah memaksimalkan
return sebagai imbalan dari risiko investasi
yang ditanggungnya. Return realisasi (Ri)
merupakan return yang didapat dari
perubahan
harga
penutupan
saham
individual. Sedangkan expected return
(E(Ri)) adalah tingkat keuntungan yang
diharapkan yang merupakan rata-rata return
realisasi saham individual pada periode
tertentu. Return portofolio (E(Rp)) dihitung
dengan menggunakan rumus:
E(Rp) = αp + βp . E(Rm)
Dimana:

αp
:Alpha portofolio
βp
: Beta portofolio
E(Rm)
: Return ekspektasi pasar
Pengukuran
risiko
yang
relevan
dinyatakan dalam bentuk standar deviasi atau
beta
portofolio.
Standardeviasi
(σi)
menunjukkan seberapa jauh kemungkinan
nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai
yang diharapkan (expected return). Standar
deviasi merupakan akar dari varians saham
individual (σ2i). Beta merupakan risiko yang
terkait dengan pasar (risiko sistematis). Beta
portofolio (βp) dihitung dengan menggunakan
rumus:
βp =
Dimana:
Wi
: Prosentase proporsi dana
βi
: Beta saham individual yang
merupakan hasil bagi standar deviasi saham
individual dengan varians pasar.
Sedangkan risiko portofolio (σp2)
dihitung dengan menggunakan rumus:
σp2 =
Dimana:
βp

: Beta portofolio
: Varians pasar
Wi
: Prosentase proporsi dana
: Varians kesalahan residua
Portofolio efisien merupakan portofolio
yang memberikan return ekspektasi terbesar

dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau
portofolio yang mengandung risiko terkecil
dengan tingkat return ekspektasi yang sudah
pasti. Kemudian portofolio optimal adalah
portofolio yang dipilih investor dari
kumpulan portofolio efisien.
Kinerja pasar merupakan kemampuan
kerja atau prestasi yang dicapai oleh
pembanding (benchmark) dari reksadana
saham yang diperlihatkan dari kinerja pasar
saham (IHSG). Kinerja pasar dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Rm =
Keterangan:
: return pasar selama periode
pengamatan
: nilai IHSG bulan ke-t
: nilai IHSG bulan ke-t-1
Kinerja reksadana merupakan ukuran
kemampuan kerja manajer investasi yang
memperhitungkan NAB per unit yang
merupakan data pengamatan. Kinerja
reksadana
dapat
diperoleh
dengan
menggunakan rumus berikut.
RRD =
Keterangan:
:

return reksadana selama
periode pengamatan
: NAB bulan ke-t
: NAB bulan ke-t-1
Penilaian kinerja dengan metode Sharpe
dikembangkan oleh William Sharpe dan
mendasarkan perhitungannya pada konsep
garis pasar modal (capital market line)
sebagai patok duga dengan cara membagi
premi risiko portofolio dengan standar
deviasinya.

=
Keterangan:
: nilai kinerja Sharpe

16

: rata-rata kinerja reksadana
selama periode pengamatan
: return rata-rata aset bebas
risiko selama jangka waktu pengukuran
: standar deviasi reksadana
selama periode waktu pengamatan
merupakan kompesasi
Premi risiko,
untuk memikul risiko, sedangkan standar
deviasi adalah pengukur risiko. Dengan
demikian, indeks Sharpe merupakan rasio
kompensasi terhadap total risiko. Indeks
Sharpe dapat digunakan untuk membuat
peringkat beberapa portofolio berdasarkan
kinerjanya sehingga semakin tinggi indeks
Sharpe suatu portofolio dibanding dengan
portofolio lainnya, maka semakin baik
kinerja portofolio tersebut (Tandelilin, 2010).
Krisis keuangan global yang dimulai
tahun 2007 dan mengalami puncaknya pada
tahun 2008 merupakan krisis di mana
lembaga keuangan mengalami kehilangan
aset atau nilai dalam jumlah yang besar
sehingga menimbulkan dampak yang luas
dan biasanya meliputi sektor perbankan,
bursa saham, dan valuta asing. McKibbin dan
Stoeckel
(2009)
mengemukakan
ada
beberapa peristiwa yang terjadi selama satu
dekade
sebelumnya
yang
mendasari
terjadinya krisis keuangan tersebut, antara
lain sebagai berikut.
1. Krisis moneter tahun 1997/1998 yang
melanda Asia, meningkatkan aliran
modal dari Asia ke Amerika untuk
menjaga nilai tukar mata uang negaranegara Asia tetap stabil.
2. Pemerintah Amerika melonggarkan
kebijakan moneter untuk menghindari
terjadinya deflasi pada tahu 2001 salah
satunya dengan memberikan kredit
pinjaman yang lunak dan pengawasan
yang longgar. Hal tersebut memicu kredit
pembelian rumah di Amerika meningkat.
3. Kenaikan harga komoditas utama seperti
minyak dunia, mineral dan makanan
yang terjadi pada akhir tahun 2004
memicu
inflasi
global
sehingga
pemerintah
Amerika
memperketat
peraturan kebijakan moneter pada tahun
2004 hingga Juni 2006.

Stiglitz
dalam
Hamidz
(2009)
menyatakan bahwa krisis keuangan global
tersebut sebagai akibat dari kegagalan
pemerintah Amerika dalam menetapkan
kebijakan yang terlalu melindungi sektor
perbankan. Dungey et al (2011) menyebutkan
bahwa periode krisis keuangan dimulai pada
17 Juli 2007 hingga 31 Desember 2008.
Periode tersebut ditandai dengan jatuhnya
The Bear Stearns Companies, Inc yang
bergerak di sektor perbankan, investasi
global dan perdagangan sekuritas yang
berbasis di New York dan disusul oleh
perubahan kebijakan Bank Sentral Amerika
dan beberapa negara Eropa. Dampak krisis
keuang global bagi perekonomian Indonesia
dapat dirasakan pada saat nilai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) merosot turun
demikian juga omset ekspor produk-produk
Indonesia ke pasar dunia terutama Amerika.
Simforianus dan Hutagaol (2008),
melakukan penelitian terhadap kinerja 16
reksadana saham dengan metode Raw
Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino
sehingga dihasilkan reksadana terbaik
(superior) yaitu, Fortis Pesona, Schroder
Prestasi Plus, Dana Reksa Mawar, Fortis
Ekuitas, Trim Kapital, Panin Dana Maksima,
Si Dana Saham, Rencana Cerdas dan Bahana
Dana Prima.
Siagian (2012) menganalisis perbedaan
kinerja 22 reksadana syariah pada saat krisis
(2008) dan sesudah krisis keuangan global
(2009) dengan menggunakan metode Sharpe
danTreynor dan Jensen. Dari uji beda dengan
menggunakan Wilcoxon didapat hasil bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara kinerja
pada saat krisis dan sesudah krisis terjadi
baik dengan menggunakan metode Sharpe
maupun metode Treynor.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif deskriptif yaitu jenis penelitian
yang membandingkan kinerja reksadana
saham untuk periode sebelum krisis, pada
saat krisis dan setelah krisis keuangan global
dengan menggunakan data-data dan analisis
statistik.

17

Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari sumber kedua yaitu
Bapepam, Bursa Efek Indonesia dan Bank
Indonesia yang dipublikasikan melalui
internet. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah metode dokumenter
yang digunakan untuk menelusuri data
historis. Penelitian ini juga menggunakan
metode studi pustaka yang bersumber dari
berbagai buku, buletin, majalah dan artikel
yang dipublikasikan. Data-data yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
a. Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit
bulanan yang termasuk dalam sampel

No
1
2
3

periode Desember 2005 sampai dengan
Juni 2010 yang dipublikasikan di Pusat
Informasi
Reksadana
di
www.bapepam.go.id.
b. Indeks Harga Saham Gabungan bulanan
periode Desember 2005 sampai dengan
Juni 2010 yang diperoleh dari IDX
Monthly
Statistic
dari
laman
www.idx.co.id.
c. Data BI Rate bulanan periode Januari
2006 sampai dengan Juni 2010 yang
dapat diperoleh di www.bi.go.id.
Pembagian periode krisis keuangan
global yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Pembagian Periode Penelitian
Pembagian Periode
Rentang Waktu
Sebelum krisis keuangan global
Januari 2006 - Juni 2007
Krisis keuangan global
Juli 2007 - Desember 2008
Sesudah krisis keuangan global
Januari 2009 -Juni 2010

Jumlah Waktu
18 bulan
18 bulan
18 bulan

Sumber: Dungey et al (2011) diolah

Populasi penelitian ini adalah seluruh
reksadana saham yang tercatat di Pusat
Informasi Reksadana Bapepam-LK sebanyak
121 reksadana saham. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu pengambilan
sampel dengan tujuan dan pertimbangan atau
kriteria tertentu.
Dari populasi tersebut dipilih sampel dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Tercatat di Bapepam-LK secara berturutturut selama periode Desember 2005
sampai dengan Juni 2010.
b. Mempublikasikan NAB bulanan secara
berturut-turut
di
Pusat
Informasi
Reksadana Bapepam-LK selama periode
Desember 2005 sampai dengan Juni 2010.
Sehingga diperoleh sampel sebanyak 17
reksadana saham yang memenuhi kriteria
tersebut, yaitu:
Uji beda pengganti Paired Sample Ttest dalam statistik non parametrik adalah uji
Wilcoxon dengan program SPSS 19.
Hipotesis yang diajukan dalam uji Wilcoxon
adalah sebagai berikut.

1. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan pada
saat krisis keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan pada
saat krisis keuangan global.
2. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
pada saat krisis dan sesudah krisis
keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
pada saat krisis dan sesudah krisis
keuangan global.
3. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan sesudah
krisis keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan sesudah
krisis keuangan global.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

18

Data NAB reksadana saham dari sampel
penelitian tersebut dibagi menjadi tiga
periode yaitu sebelum krisis, pada saat krisis
dan setelah krisis keuangan global masingmasing periode adalah 18 bulan kemudian
dari data tersebut dihitung return dan risiko
dari tiap reksadana saham sesuai dengan
periode yang telah ditetapkan. Kemudian
data IHSG juga dibagi menjadi tiga periode

dan dihitung return dan risiko pasarnya,
demikian juga dengan data BI Rate
digunakan untuk menghitung tingkat bebas
resiko (Risk Free/ RF). Data perhitungan
return dan risiko reksadana saham dan pasar
serta RF digunakan untuk menghitung
kinerja
reksadana
saham
dengan
menggunakan metode Sharpe. Sehingga
didapatkan hasil seperti dalam berikut.

Tabel 3. Perhitungan Kinerja Reksadana Saham Dengan Metode Sharpe Untuk Periode Pra
Krisis Keuangan Global
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

NAMA REKSADANA
BATAVIA DANA SAHAM
BNI Reksadana Berkembang
BNP PARIBAS EKUITAS
BNP PARIBAS PESONA
CIMB-PRINCIPAL EQUITY AGGRESSIVE
Danareksa Mawar
FIRST STATE INDOEQUITY SECTORAL FUND
FS INDOEQUITY DIVIDEND YIELD FUND
Manulife Dana Saham
Panin Dana Maksima
Reksa Dana AXA Citradinamis
REKSA DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF
REKSA DANA SCHRODER DANA ISTIMEWA
REKSADANA DANA PRATAMA EKUITAS
Rencana Cerdas
Schroder Dana Prestasi Plus
TRIM Kapital

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
pada saat sebelum krisis keuangan global
terjadi terdapat 10 reksadana saham yang
memberikan tingkat pengembalian harapan
(expected return) yang lebih tinggidaripada
tingkat
pengembalian
harapan
yang
ditawarkan oleh pasar saham (IHSG)
sehingga jika investor menanamkan dana
investasinya pada reksadana saham tersebut
mengharapkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi daripada jika berinvestasi di
pasar saham. Reksadana saham tersebut
antara lain BATAVIA DANA SAHAM, BNP
PARIBAS EKUITAS, BNP PARIBAS
PESONA, FIRST STATE INDOEQUITY
SECTORAL FUND, FS INDOEQUITY
DIVIDEND YIELD FUND, Manulife Dana
Saham, Panin Dana Maksima, REKSA
DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF,
REKSA DANA SCHRODER DANA

E(Ri)

E(Rm)

0.057983 0.035605
(0.046606) 0.035605
0.138779 0.035605
0.107765 0.035605
0.035125 0.035605
0.025441 0.035605
0.108404 0.035605
0.043787 0.035605
0.082947 0.035605
1.161721 0.035605
0.020508 0.035605
0.241628 0.035605
0.032623 0.035605
1.060886 0.035605
0.024108 0.035605
0.039139 0.035605
(0.017775) 0.035605

σi

σm

0.211265
0.078070
0.125759
0.255594
0.058530
0.110701
0.149639
0.053394
0.108459
0.211265
0.054130
0.271350
0.135145
0.211265
0.098971
0.075711
0.131774

0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418
0.049418

0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889
0.108889

(0.240958)
(1.991743)
0.237679
(0.004396)
(1.260278)
(0.753813)
(0.003239)
(1.219272)
(0.239186)
4.983469
(1.632774)
0.489180
(0.564331)
4.506178
(0.856620)
(0.921264)
(0.961218)

ISTIMEWA,
REKSADANA
DANA
PRATAMA EKUITAS, dan Schroder Dana
Prestasi Plus. Tetapi tingkat pengembalian
yang diharapkan tersebut berbanding lurus
dengan risikonya sehingga semua reksadana
saham yang menjadi sampel pada penelitian
ini menunjukkan risiko yang lebih tinggi
daripada risiko jika berinvestasi di pasar
saham. Jika dibandingkan dengan Risk Free
terdapat 4 (empat) produk reksadana saham
yang memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan BI Rate yaitu BNP PARIBAS
EKUITAS, Panin Dana Maksima, REKSA
DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF
dan REKSADANA DANA PRATAMA
EKUITAS. Dari perhitungan kinerja dengan
menggunakan Metode Sharpe terdapat 3
(tiga) reksadana saham yang memiliki kinerja
positif yaitu, BNP PARIBAS EKUITAS

19

dengan nilai SRD sebesar 0,237679, Panin
Dana Maksima dengan nilai SRD sebesar
4,983469 dan REKSADANA DANA
PRATAMA EKUITAS dengan nilai SRD
sebesar 4.506178.
Tabel 4. Perhitungan Kinerja Reksadana Saham Dengan Metode Sharpe Saat Krisis
Keuangan Global
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

NAMA REKSADANA
BATAVIA DANA SAHAM
BNI Reksadana Berkembang
BNP PARIBAS EKUITAS
BNP PARIBAS PESONA
CIMB-PRINCIPAL EQUITY AGGRESSIVE
Danareksa Mawar
FIRST STATE INDOEQUITY SECTORAL FUND
FS INDOEQUITY DIVIDEND YIELD FUND
Manulife Dana Saham
Panin Dana Maksima
Reksa Dana AXA Citradinamis
REKSA DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF
REKSA DANA SCHRODER DANA ISTIMEWA
REKSADANA DANA PRATAMA EKUITAS
Rencana Cerdas
Schroder Dana Prestasi Plus
TRIM Kapital

Dari tabel dapat dilihat bahwa pada saat
krisis keuangan global terjadi terdapat 11
reksadana saham yang memberikan tingkat
pengembalian harapan (expected return)
yang
lebih
tinggi
daripda
tingkat
pengembalian harapan yang ditawarkan oleh
pasar saham (IHSG) sehingga jika investor
menanamkan dana investasinya pada
reksadana saham tersebut mengharpkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi
daripada jika berinvestasi di pasar saham.
Reksadana saham tersebut antara lain BNP
PARIBAS EKUITAS, Danareksa Mawar,
FIRST STATE INDOEQUITY SECTORAL
FUND, FS INDOEQUITY DIVIDEND
YIELD FUND, Manulife Dana Saham, Panin
Dana Maksima, Reksa Dana AXA Citra
Dinamis, REKSA DANA MANDIRI
INVESTA ATRAKTIF, REKSADANA
DANA PRATAMA EKUITAS, Rencana
Cerdas dan Schroder Dana Prestasi Plus.
Hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa
reksadana saham layak untuk menjadi
alternatif investasi walaupun pada saat krisis
sekalipun. Tetapi tingkat pengembalian yang
diharapkan tersebut berbanding lurus dengan
risikonya sehingga semua reksadana saham

E(Ri)
(0.019484)
(0.039187)
0.053529
(0.012260)
(0.024550)
0.064037
0.035192
(0.016563)
(0.008107)
0.995012
(0.006388)
0.078314
(0.030141)
0.912973
(0.017961)
0.019642
(0.039187)

E(Rm)

σi

σm

(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)
(0.019230)

0.110549
0.148916
0.205191
0.127975
0.133335
0.193695
0.160025
0.108592
0.125289
0.110549
0.127033
0.220203
0.107715
0.110549
0.113319
0.123658
0.148916

0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337
0.104337

0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139
0.085139

(0.946393)
(0.834869)
(0.154052)
(0.761079)
(0.822659)
(0.108944)
(0.312119)
(0.936550)
(0.744251)
8.230506
(0.720497)
(0.030993)
(1.070224)
7.488401
(0.909820)
(0.529662)
(0.834869)

yang menjadi sampel pada penelitian ini
menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari
pada risiko jika berinvestasi di pasar saham.
Jika dibandingkan dengan Risk Free terdapat
2 (dua) produk reksadana saham yang
memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan BI Rate yaitu Panin Dana Maksima,
dan REKSADANA DANA PRATAMA
EKUITAS. Dari perhitungan kinerja dengan
menggunakan Metode Sharpe terdapat 2
(dua) reksadana saham yang memiliki kinerja
positif yaitu, Panin Dana Maksima dengan
nilai
SRD
sebesar
8,230506
dan
REKSADANA
DANA
PRATAMA
EKUITAS dengan nilai SRD sebesar
7,488401.

20

Tabel 5. Perhitungan Kinerja Reksadana Saham Dengan Metode Sharpe Pasca Krisis
Keuangan Global
NO

NAMA REKSADANA

E(Ri)

E(Rm)

σi

σm

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

BATAVIA DANA SAHAM
BNI Reksadana Berkembang
BNP PARIBAS EKUITAS
BNP PARIBAS PESONA
CIMB-PRINCIPAL EQUITY AGGRESSIVE
Danareksa Mawar
FIRST STATE INDOEQUITY SECTORAL FUND
FS INDOEQUITY DIVIDEND YIELD FUND
Manulife Dana Saham
Panin Dana Maksima
Reksa Dana AXA Citradinamis
REKSA DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF
REKSA DANA SCHRODER DANA ISTIMEWA
REKSADANA DANA PRATAMA EKUITAS
Rencana Cerdas
Schroder Dana Prestasi Plus
TRIM Kapital

0.016251
0.024062
0.034066
0.029047
0.032367
0.015981
0.013590
0.024832
0.028406
1.070850
0.904234
0.022785
0.046563
1.042675
0.048765
0.042433
0.024062

0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588
0.045588

0.132829
0.137022
0.093230
0.084510
0.118271
0.086976
0.081024
0.079121
0.078678
0.132829
3.663751
0.093363
0.090245
0.132829
0.090003
0.069250
0.137022

0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603
0.069603

Kemudian hasil dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa pada periode setelah krisis
keuangan global terjadi terdapat 5 reksadana
saham
yang
memberikan
tingkat
pengembalian harapan (expected return) yang
lebih tinggi daripda tingkat pengembalian
harapan yang ditawarkan oleh pasar saham
(IHSG) sehingga jika investor menanamkan
dana investasinya pada reksadana saham
tersebut mengharapkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi daripada jika berinvestasi di
pasar saham. Reksadana saham tersebut
antara lain Panin Dana Maksima, Reksa Dana
AXA Citra Dinamis, REKSA DANA
SCHRODER
DANA
ISTIMEWA,
REKSADANA
DANA
PRATAMA
EKUITAS, dan Rencana Cerdas. Tetapi
tingkat pengembalian yang diharapkan
tersebut berbanding lurus dengan risikonya
sehingga semua reksadana saham yang
menjadi sampel pada penelitian ini
menunjukkan risiko yang lebih tinggi
daripada risiko jika berinvestasi di pasar
saham. Jika dibandingkan dengan Risk Free

0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306
0.069306

(0.399421)
(0.330193)
(0.377986)
(0.476382)
(0.312323)
(0.613093)
(0.687644)
(0.562102)
(0.519835)
7.540098
0.227889
(0.498280)
(0.252003)
7.327978
(0.228219)
(0.388048)
(0.330193)

terdapat 2 (dua) produk reksadana saham
yang memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan BI Rate yaitu Panin Dana Maksima,
Reksa Dana AXA Citra Dinamis dan
REKSADANA
DANA
PRATAMA
EKUITAS. Dari perhitungan kinerja dengan
menggunakan Metode Sharpe terdapat 3
(tiga) reksadana saham yang memiliki kinerja
positif yaitu, Panin Dana Maksima dengan
nilai SRD sebesar 7,540098, Reksa Dana
AXA Citra Dinamis dengan nilai SRD
sebesar 0,227889 dan REKSADANA DANA
PRATAMA EKUITAS dengan nilai SRD
sebesar 7,327978.
Sebelum dilakukan uji beda terhadap data
mentah, data tersebut harus diolah dengan
menggunakan program SPSS 19 untuk
mengetahui
sebaran
datanya
melalui
histogram dan uji normalitas data sehingga
didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan
Gambar 1.
Sedangkan hasil uji normalitasnya seperti
yang ditunjukkan dalam table berikut.

21

Gambar 1 Grafik Histogram Sebaran Data Kinerja Reksadana Saham Metode Sharpe
Sebelum (Pra), Pada Saat Krisis dan Sesudah (Pasca) Krisis Keuangan
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data

Grafik histogram untuk data yang
terdistribusi normal akan berbentuk lonceng
sedangkan p-value > 0,05 yang ditunjukkan
pada kolom Sig. Nilai Sig yang digunakan
adalah Shapiro-Wilk sebab n data mentah
kurang dari 50. Data kinerja reksadana saham
dengan Metode Sharpe untuk periode
sebelum krisis, pada saat krisis dan sesudah
krisis keuangan global terjadi menunjukkan
tidak terdistribusi normal dengan grafik

histogram yang menunjukkan kecenderungan
berbentuk moderate positive Skewness.
Demikian juga dari hasil Test of Normality
pada Tabel 5.6 yang ditunjukkan dengan
Nilai Shapiro-Wilk kurang dari 0,05 baik
untuk periode sebelum (pra) krisis keuangan
yaitu 0,001, pada saat krisis yaitu 0,000 dan
sesudah (pasca) krisis keuangan global yaitu
0,000. Data tersebut dapat ditransform
menjadi normal dengan cara sebagai berikut.

22

a. Data mentah yang bernilai negatif harus
ditransform menjadi postif. Dalam
penelitian ini terdapat 43 kinerja yang
bernilai
negatif
sehingga
rumus
transformasi yang digunakan adalah = +2
untuk menghilangkan nilai negatif.
b. Data yang telah ditransformasi dengan
rumus = +2 akan menjadi data baru untuk
ditransformasi kembali menjadi data
mentah baru. Dari grafik histogram untuk
data periode sebelum (pra) krisis, pada
saat krisis dan sesudah (pasca) krisis

menunjukkan kecenderungan berbentuk
moderate positive Skewnesssehingga
rumus transformasi yang dilakukan
adalah = SQRT (x + 1) dimana x adalah
variabel kinerja reksadana untuk periode
pra, krisis dan pasca krisis sedangkan +1
digunakan sebab nilai reksadana kurang
dari 10 sehingga dihasilkan data mentah
baru seperti yang ditunjukkan pada tabel
berikut.

Tabel 7. Kinerja Reksadana Saham dengan Menggunakan Metode Sharpe sesudah Proses
Transformasi
KINERJA REKSADANA
NO
NAMA REKSADANA
PRA KRISIS PASCA
1 BATAVIA DANA SAHAM
1.661036 1.433041 1.612631
2 BNI Reksadana Berkembang
1.004120 1.471438 1.633955
3 BNP PARIBAS EKUITAS
1.799355 1.686994 1.619264
4 BNP PARIBAS PESONA
1.730781 1.496302 1.588590
5 CIMB-PRINCIPAL EQUITY AGGRESSIVE
1.318985 1.475582 1.639414
6 Danareksa Mawar
1.498728 1.700311 1.544962
7 FIRST STATE INDOEQUITY SECTORAL FUND
1.731116 1.639476 1.520643
8 FS INDOEQUITY DIVIDEND YIELD FUND
1.334439 1.436471 1.561377
9 Manulife Dana Saham
1.661570 1.501915 1.574854
10 Panin Dana Maksima
2.825503 3.351195 3.246552
11 Reksa Dana AXA Citradinamis
1.169284 1.509802 1.796633
12 REKSA DANA MANDIRI INVESTA ATRAKTIF
1.867935 1.723081 1.581683
13 REKSA DANA SCHRODER DANA ISTIMEWA
1.560663 1.389164 1.657708
14 REKSADANA DANA PRATAMA EKUITAS
2.739741 3.238580 3.213717
15 Rencana Cerdas
1.464029 1.445745 1.664867
16 Schroder Dana Prestasi Plus
1.441782 1.571731 1.616154
17 TRIM Kapital
1.427859 1.471438 1.633955

c. Data tersebut menjadi data mentah
baru
yang
selanjutnya
perlu
dilakukan uji normalitas kembali

sebelum dilakukan uji hipotesis
sehingga dihasilkan uji normalitas
sebagai berikut.

23

2

Gambar 2
Grafik Histogram Sebaran Data Kinerja Reksadana Saham Metode Sharpe Sebelum (Pra),
Pada Saat dan Sesudah (Pasca) Krisis Keuangan setelah Ditransformasi
Sedangkan hasil uji normalitasnya seperti
yang ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data sesudah Transformasi

Data kinerja reksadana saham dengan
Metode Sharpe setelah ditransformasi baik
untuk periode sebelum krisis, pada saat krisis
dan sesudah krisis keuangan global tetap

menunjukkan tidak terdistribusi normal
dengan grafik histogram yang menunjukkan
kecenderungan berbentuk moderate positive
Skewness. Demikian juga dari hasil Test of

24

Normality yang ditunjukkan dengan Nilai
Shapiro-Wilk kurang dari 0,05 baik untuk
periode sebelum (pra) krisis keuangan yaitu
0,006, pada saat krisis yaitu 0,000 dan
sesudah (pasca) krisis keuangan global yaitu
0,000. Data yang tidak terdistribusi normal
tidak dapat dilakukan uji beda T-paired
sehingga uji statistik yang dilakukan adalah
uji statistik non-parametrik dengan uji beda
Wilcoxon. Data kinerja reksadana saham

pada Tabel 8 diolah menggunakan program
SPPS 19 dengan analisis non-parametrik uji
beda Wilcoxon dengan tingkat signifikan
95% atau α sebesar 0,05 sehingga diperoleh
hasil sebagai berikut.

Tabel 12
Hasil Uji Beda Wilcoxon
Test Statisticsb
PASCA
PRA
-1.681a
(2- .093

Z
Asymp. Sig.
tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa:
Untuk hipotesis pertama yaitu:
1. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan pada
saat krisis keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan pada
saat krisis keuangan global.
Ho diterima dengan p-value yang
ditunjukkan dengan nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,523 > 0,05 sehingga
secara signifikan kinerja reksadana
saham untuk periode sebelum (pra) krisis
keuangan global dan pada saat krisis
keuangan global terjadi ternyata tidak
berbeda.
2. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
pada saat krisis dan sesudah krisis
keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
pada saat krisis dan sesudah krisis
keuangan global.

- KRISIS
PRA
-.639a
.523

- PASCA
KRISIS
-1.539a
.124

-

Ho diterima dengan p-value yang
ditunjukkan dengan nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,124 > 0,05 sehingga
kinerja reksadana saham untuk periode
sesudah (pasca) krisis keuangan global
dan pada saat krisis keuangan global
terjadi ternyata tidak berbeda secara
signifikan.
3. Ho : Tidak terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan sesudah
krisis keuangan global.
H1 : Terdapat perbedaan kinerja
reksadana saham dengan metode Sharpe
untuk periode sebelum krisis dan sesudah
krisis keuangan global.
Ho diterima dengan p-value yang
ditunjukkan dengan nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0,093 > 0,05 sehingga
secara signifikan kinerja reksadana
saham untuk periode sebelum (pra) krisis
keuangan global dan sesudah (pasca)
krisis keuangan global terjadi ternyata
tidak berbeda.
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu:

25

1. Pada periode sebelum (pra) krisis
keuangan global terjadi terdapat 10
reksadana saham yang memberikan
expected return yang lebih tinggi
daripada tingkat expected return IHSG
artinya pada periode ini investor yang
menanamkan dananya di reksadana
saham tersebut akan mengharapkan
return yang lebih tinggi daripada jika
berinvestasi di pasar saham. Namun
return yang tinggi tersebut berbanding
lurus
dengan
tingkat
risikonya.
Berinvestasi di reksadana saham tersebut
lebih cocok bagi investor yang suka
mengambil risiko demi mendapatkan
tingkat pengembalian yang tinggi (risk
seeker). Jika dibandingkan dengan Risk
Free terdapat 4 (empat) produk reksadana
saham
yang
memiliki
tingkat
pengembalian yang diharapkan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan BI Rate
artinya investor yang menanamkan
modalnya di reksadana saham tersebut
akan mendapatkan keuntungan yang lebih
tinggi daripada berinvestasi di produk
perbankan.
2. Pada saat krisis keuangan global terjadi
terdapat 11 reksadana saham yang
memberikan expected return yang lebih
tinggi daripada expected return IHSG
Hasil tersebut menunjukkan bahwa
reksadana saham layak untuk menjadi
alternatif investasi walaupun pada saat
krisis sekalipun walaupun tingkat
pengembalian yang diharapkan tersebut
berbanding lurus dengan risikonya
sehingga risiko berinvestasi dalam
reksadana saham lebih tinggi daripada
berinvestasi di pasar saham. Jika
dibandingkan dengan Risk Free terdapat 2
(dua) produk reksadana saham yang
memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan BI Rate.
3. Pada periode setelah krisis keuangan
global terjadi terdapat 5 (lima) reksadana
saham
yang
memberikan
tingkat

4.

5.

6.

7.

pengembalian harapan (expected return)
yang lebih tinggi daripda tingkat
pengembalian harapan yang ditawarkan
oleh pasar saham (IHSG) sehingga jika
investor menanamkan dana investasinya
pada
reksadana
saham
tersebut
mengharapkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi daripada jika
berinvestasi di pasar saham. Tetapi
tingkat pengembalian yang diharapkan
tersebut berbanding lurus dengan
risikonya sehingga semua reksadana
saham yang menjadi sampel pada
penelitian ini menunjukkan risiko yang
lebih tinggi daripada risiko jika
berinvestasi di pasar saham. Jika
dibandingkan dengan Risk Free terdapat 2
(dua) produk reksadana saham yang
memiliki tingkat pengembalian yang
diharapkan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan BI Rate.
Dari
perhitungan
kinerja
dengan
menggunakan Metode Sharpe terdapat 3
(tiga) reksadana saham yang memiliki
kinerja positif yaitu, Panin Dana
Maksima, Reksa Dana AXA Citra
Dinamis dan REKSADANA DANA
PRATAMA EKUITAS.
Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon
menunjukkan bahwa kinerja reksadana
saham untuk periode sebelum (pra) krisis
keuangan global dan pada saat krisis
keuangan global terjadi ternyata tidak
berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon
menunjukkan bahwa kinerja reksadana
saham untuk periode sesudah (pasca)
krisis keuangan global dan pada saat
krisis keuangan global terjadi ternyata
tidak berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon
menunjukkan kinerja reksadana saham
untuk periode sebelum (pra) krisis
keuangan global dan sesudah (pasca)
krisis keuangan global terjadi ternyata
tidak berbeda secara signifikan.

26

REFERENSI
Astuti, Galuh Budi. 2011. Analisis Kinerja
Reksa Dana Saham Periode Sesudah
Krisis Keuangan Global. Thesis
STIE Malangkucecwara.
BI Rate. Diambil 16 Agustus 2103 dari
http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/data/Default.aspx.
Dungey, Mardi et al. 2011. Observing The
Crisis: Characterising The Spectrum
Of Financial Markets With High
Frequency Data, 2004-2008.Diambil
29
Desember
dari
http://www.unc.edu/~maguilar/metri
cs/DHY_Jan5_11.pdf.
Hamid, Edy Suandi. 2009. Akar Krisis
Ekonomi Global dan Dampaknya
Terhadap Indonesia. La Riba, Jurnal
Ekonomi Islam. Vol. 3 No. 1.
Indeks Pasar. Diambil 25 November 2013
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/informasipasar/indekspa
sar.aspx
McKibbin, Warwick J.and Stoeckel, Andrew.
2009. The Global Financial Crisis:
Causes and Consequences.Working
papers in International Economics
No. 2.09. Diambil 23 Agustus 2013
dari
http://www.mitpressjournals.org/doi/
abs/10.1162/asep.2010.9.1.54#.U_h
AdaOvxYE.
Siagian,
Naomi
Angeline.
2012.
Perbandingan Kinerja Reksadana

Syariah Selama Periode Krisis
(Tahun 2008) Dan Periode Setelah
Krisis (Tahun 2009) Dengan
Menggunakan Indeks Sharpe Dan
Indeks Treynor. Skripsi Universitas
Indonesia. Diambil 20 Januari 2014
dari
http://www.google.co.id/url?sa= t&r
ct= j&q= &esrc= s&source= web&cd
= 1&ved= 0CB4QFjAA&url= http%3
A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffil
e%3Ddigital%2F20293032-SNaomi%2520Angeline%2520Siagia
n.pdf&ei= NQ74U4inHcKiugTDp4C
wBw&usg= AFQjCNGlMtCawECRL
612vITS3aTfahtBFw&bvm= bv.7361
2305,d.c2E.
Simforianus dan Hutagaol, Yanthi. 2008.
Analisis Kinerja Reksa Dana Saham
Dengan Metode Raw Return,Sharpe,
Treynor, Jensen Dan Sortino.
Journal of Applied Finance and
Accounting Vol. 1 No.1 194.
Diambil 3 November 2013 dari
http://oldbbs.binus.edu/journal/Rnd
Data/Journal/Data/20110923090800.
pdf.
Statistik NAB Reksadana . Diambil 30
November
2013
dari
http://aria.bapepam.go.id/reksadana
/statistik.asp?page= statistik-nabrd#.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Jogyakarta: Kanisius.

27