LPSE Provinsi Papua 01 ADDENDUM KAK

(1)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Jln. Raya Abepura Kantor Dinas-Dinas Otonom Kotaraja Jayapura Papua

Telp/Fax. 0967-582021

ADDENDUM

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KEGIATAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI POTONG

TAHUN 2016 DI PROVINSI PAPUA

SATKER/SKPD

: DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PROVINSI PAPUA

KPA

: Ir. PETRUS D. PASERENG, M.Si.

PPK

: Ir. AGUSTINUS BAGIO, M.MT.

PEKERJAAN

: PENGADAAN TERNAK SAPI POTONG

VOLUME

: 715 (TUJUH RATUS LIMA BELAS) EKOR

LOKASI

: KABUPATEN, JAYAPURA, KEEROM, SARMI DAN

KOTA JAYAPURA


(2)

2

ADDENDUM KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENGADAAN TERNAK SAPI POTONG TAHUN 2016

DI KABUPATEN JAYAPURA, KEEROM, SARMI DAN KOTA JAYAPURA

1. LATAR BELAKANG

Pembangunan Peternakan di Provinsi Papua merupakan

bagian yang terpadu dengan pembangunan pertanian yang lebih fokus pada pengembangan komoditas ternak termasuk komoditas ternak sapi potong. Ternak sapi potong secara nasional merupakan komoditas strategis, sehingga pengembangannya terus didorong oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah guna peningkatan produksi daging untuk memenuhi kebutuhan pangan asal ternak dan mewujudkan ketahanan pangan. Provinsi Papua termasuk salah satu wilayah yang memiliki prospek untuk pengembangan komoditas ternak sapi karena dukungan agroekosistem untuk pakan dan sumber bahan pakan sangat tersedia.

Untuk mendukung pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong sejalan dengan upaya pemberdayaan masyarakat untuk ikut mendorong pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat peternakan sapi potong di Papua, maka Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengalokasikan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) Tahun 2016 yang dituangkan dalam DI PA Tugas Pembantuan Satuan Kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua (06) Tahun Anggaran 2016 untuk kelompok-kelompok peternak di 4 (empat) kabupaten/ kota yang berpotensi untuk pengembangan budidaya sapi potong yaitu Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Kota Jayapura yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik oleh kabupaten penerima kegiatan.

2. MAKSUD DAN

TUJUAN

a. Maksud

Maksud dari pelaksanaan Pengembangan Budidaya Sapi Potong adalah untuk mengembangkan ternak sapi potong dengan penerapan prinsip-prinsip budidaya sapi potong yang baik di Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Kota Jayapura.

b. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Pengembangan Budidaya Sapi Potong adalah untuk menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok dalam membudidayakan ternak sapi potong untuk meningkatkan populasi, produktivitas ternak dan untuk meningkatkan skala usaha peternak di Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Kota Jayapura.

3. TARGET/ SASARAN

: Target/ sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Pengembangan Budidaya Sapi Potong adalah bertambahnya jumlah populasi ternak sapi sebanyak 715 ekor dan jumlah kelompok peternak sebanyak 55 kelompok dalam membudidayakan sapi potong yang baik di Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi dan Kota Jayapura.


(3)

4. NAMA ORGANI SASI

PENGADAAN

BARANG

Nama organisasi yang melaksanakan pekerjaan pengembangan budidaya ternak sapi potong :

K/ L/ D/ I : Kementerian Pertanian

Satker : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua (06) Tahun Anggaran 2016

KPA : I r. Petrus D. Pasereng, M.Si.

PPK : I r. Agustinus Bagia, M.MT.

5. SUMBER DANA

DAN PERKI RAAN

BI AYA

a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong melalui dana APBN-P 2016 pada DI PA Tugas Pembantuan Satuan Kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua (06) Tahun Anggaran 2016 Nomor 018-06.4.259100/ 2016 tanggal 7 Desember 2016 (Revisi 04 tanggal 29 September 2016) dengan Mata Anggaran 1785.226.

b. Total perkiraan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong sebesar : Rp. 11.797.500.000,- (Sebelas Milyar Tujuh Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

6. RUANG LI NGKUP

DAN LOKASI

PEKERJAAN

a. Ruang lingkup/ batasan lingkup pengadaan pekerjaan adalah Ternak Sapi Potong.

b. Lokasi pengadaan pekerjaan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong untuk 55 kelompok dilaksanakan di 4 (empat) kabupaten/ kota yaitu :

1. Kabupaten Jayapura 21 kelompok, 2. Kabupaten Keerom 19 kelompok, 3. Kabupaten Sarmi 10 kelompok, 4. Kota Jayapura 5 (lima) kelompok.

7. JANGKA WAKTU

PELAKSANAAN

PEKERJAAN

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Pengembangan Ternak Sapi Potong 55 (lima puluh lima) hari kalender dalam tahun berjalan terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perjanjian Kerja.

8. METODE

PELAKSANAAN

a. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pekerjaan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang direvisi dengan Peraturan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden RI Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

b. Tahapan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Pengadaan Pengembangan Budidaya Sapi Potong dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1.

Persiapan, meliputi : identifikasi, seleksi dan verifikasi

calon petani dan calon lokasi oleh kabupaten dan provinsi

2.

Sosialisasi, dilaksanakan untuk menyebarluaskan maksud, tujuan dan manfaat bagi kelompok peternak


(4)

4

Jayapura, 10 Oktober 2016 Pejabat Pembuat Komitmen,

I r. Agustinus Bagio, M.MT. Pembina

NI P. 19660527 199712 1 001

3.

Koordinasi dan Pembinaan, dilakukan dalam rangka membangun komunikasi yang sifatnya koordinatif antara pelaksana provinsi dan kabupaten terkait persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan serta pelaksanaan pembinaan kepada kelompok peternak pada tahun berjalan maupun pendampingan berkelanjutan.

4.

Pelaksanaan Kegiatan, aspek penting yang menjadi perhatian untuk dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan mulai dari penetapan lokasi, pembinaan, pengadaan barang, distribusi dan pelaporan.

5.

Monitoring dan Evaluasi, monitoring dilakukan secara periodik baik bulanan, triwulan, semester dan tahunan. Evaluasi dilakukan setiap dilaksanakan item kegiatan sampai pada akhir tahun anggaran.

6.

Pelaporan, dilakukan oleh kelompok penerima, pelaksana kabupaten dan provinsi untuk selanjutnya disampaikan ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

9. KELUARAN/ PRODUK

YANG DI HASI LKAN

Keluaran/ produk yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan :

a.

Tumbuhnya kelompok pengembangan budidaya sapi potong

sebanyak 55 (lima puluh lima) kelompok di 4 (empat) kabupaten/ kota

b.

Tersedia ternak sapi sebanyak 715 ekor (660 ekor betina dan 55 ekor jantan) di 4 (empat) kabupaten/ kota dengan rincian :

1. Kabupaten Jayapura 273 ekor (252 betina, 21 jantan) 2. Kabupaten Keerom 247 ekor (228 betina, 19 jantan) 3. Kabupaten Sarmi 130 ekor (120 betina, 10 jantan) 4. Kabupaten Kota Jayapura 65 ekor (60 betina, 5 jantan).

10.SPESI FI KASI

TEKNI S PEKERJAAN

Spesifikasi teknis pekerjaan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong seperti terlampir.


(5)

I . PERSYARATAN TEKNI S

PENGADAAN TERNAK SAPI POTONG SEBANYAK 715 EKOR

UNTUK KABUPATEN JAYAPURA, KEEROM, SARMI

DAN KOTA JAYAPURA

Ternak Sapi Potong adalah Sapi Potong Jantan dan Betina yang memenuhi kriteria bibit. Sapi Potong yang akan dibeli untuk Provinsi Papua adalah Sapi Bali dari daerah asal Provinsi Sulawesi Selatan dan atau PROVI NSI NUSA TENGGARA BARAT ( NTB) dengan Persyaratan Teknis Sapi Potong Kriteria Bibit Sapi Bali sebagai berikut :

1. Persyaratan Umum :

a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.

b. Sapi betina produktif yang sehat, dibuktikan dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan yang berkompeten.

c. Memiliki organ reproduksi dan ambing normal.

d. Sapi jantan harus sehat dengan kriteria bulu mengkilap, mata jernih, perut tidak kembung, jalan tidak pincang, nafas normal dan tidak cacat kulit;

e. Sapi jantan harus bebas dari cacat alat kelamin, memiliki buah zakar simetris dan tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat genetik.

2. Persyaratan Khusus : a. Persyaratan Kualitatif :

Betina

• Warna bulu merah, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam dan ada garis belut warna hitam pada punggung.

• Tanduk pendek dan kecil.

• Bentuk kepala panjang dan sempit serta leher ramping. Jantan

• Warna: bulu hitam atau merah kuning mengarah kehitaman, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, garis belut hitam pada punggung dan ujung ekor hitam; • Tanduk : Tumbuh baik dan berwarna hitam serta mengarah ke sebelah luar;

• Bentuk Badan : kepala lebar, leher kompak dan kuat, dada dalam dan lebar. b. Persyaratan Kuantitatif :

Betina

• Umur Jantan 18 – 24 bulan; • Tinggi Gumba : minimal 102 cm; Jantan

• Umur Jantan 24 – 36 bulan; • Tinggi Gumba : minimal 105 cm; 3. Persyaratan kesehatan

a. Bebas dari penyakit Brucellosis, Anthrax, SE dan Sura sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terakhir yang dinyatakan dengan Surat Keterangan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan/ Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/ Kota dan Provinsi asal ternak.

b. Dilakukan uji Brucellosis sebanyak 2 (dua) kali, yaitu 1 (satu) kali di daerah asal dan 1 (satu) kali di daerah tujuan. Hasil test positif Brucellosis harus diafkir atau dilakukan pemotongan bersyarat.

c. Untuk uji penyakit Anthrax harus dilakukan oleh Balai Besar/ Balai Veteriner dimana wilayah sumber bibit berada dan dibuktikan dengan hasil laboratorium dari balai tersebut.

d. Hasil pemeriksaan laboratorium negatif terhadap penyakit Anthrax dan SE.


(6)

6

f. Ternak diberikan obat cacing spectrum luas, obat pencegahan parasit darah dan penyemprotan dengan insektisida sistemik 2 (dua) hari sebelum ternak diberangkatkan.

g. Untuk menjaga kesehatan hewan di penampungan, karantina dan selama perjalanan, maka Penyedia wajib menyediakan obat -obatan/ vitamin dan peralatan yang diperlukan yang didampingi/ dikawal oleh kleder/ petugas teknis peternakan.

A. KETENTUAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN 1. Standar Seleksi Ternak Sapi Potong

Seleksi di Daerah Sumber Bibit

a. Ternak sapi potong yang akan diadakan oleh penyedia barang, harus diseleksi oleh penyelia di lokasi penampungan di wilayah sumber bibit berdasarkan spesifikasi teknis ternak yang ada dan dibuktikan dengan Berita Acara hasil seleksi.

b. Ternak yang memenuhi syarat/ lolos seleksi, diberikan nomor telinga (ear tag) dan diberi tali nelon berdiameter 1 (satu) cm sepanjang 7,5 (tujuh setengah) meter per ekor.

c. Ternak yang lolos seleksi sebelum diangkut diberikan pengobatan dengan obat cacing spctrum luas.

Seleksi di Daerah Tujuan

a. Ternak yang telah diseleksi dan diangkut ke pelabuhan tujuan, setelah di penampungan daerah tujuan harus dilakukan seleksi oleh Tim Teknis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua.

b. Ternak yang lolos seleksi di lokasi tujuan diberi tanda oleh Tim Selektor Dinas dan dibuktikan dengan Berita Acara hasil seleksi.

c. Ternak yang telah lolos seleksi di lokasi tujuan selanjutnya diserahkan ke Panitia Pemeriksa dan Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan.

d. Selanjutnya ternak tersebut didistribusikan ke tingkat peternak. 2. Standar Karantina Ternak

a. Sebelum diberangkatkan ke daerah tujuan, seluruh ternak sapi potong harus dikarantinakan sesuai prosedur tetap karantina daerah asal sesuai peraturan yang berlaku. Setelah sampai di daerah tujuan ternak sapi langsung dikarantinakan sesuai dengan peraturan yang berlaku di karantina daerah tujuan.

b. Ternak tersebut harus dikarantinakan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari di daerah asal dan 3 (tiga) hari di daerah tujuan di bawah pengawasan doker hewan setempat atau petugas yang ditunjuk.

c. Ternak tersebut harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dokter Hewan karantina daerah asal/ petugas berwenang yang ditunjuk berdasarkan hasil observasi selama masa karantina yang menyatakan bahwa sapi pejantan pemacek tersebut sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit menular dan bebas dari segala penyakit ektoparasit. d. Setelah sampai di pelabuhan tujuan, ternak sapi tersebut harus diperiksa oleh petugas

karantina setempat.

e. Sebelum ternak diturunkan dari kapal harus diadakan penyemprotan desinfektan dan endoparasit.

3. Syarat-Syarat Pengangkutan a. Angkutan Kapal Laut :

1). Pengangkutan Ternak Sapi pejantan pemacek melalui laut dari daerah asal ternak hingga ke daerah tujuan menggunakan Kapal Motor yang representatif untuk pengangkutan sapi terbuat dari baja, layak muat dan layak berlayar melewati laut/ sungai untuk menjaga kenyamanan ternak sapi dan mencegah kematian dalam kapal, yang dinyatakan oleh instansi berwenang dengan persyaratan sebagai berikut :

i. Paddock :

Ruang kapal dibagi-bagi menjadi paddock-paddock yang masing-masing paddock dapat menampung ternak maksimal 25 (dua puluh lima) ekor dengan pertimbangan kebutuhan ruang per ekor 1,8 m2;


(7)

iii. Jarak paddock dari mesin atau ketel uap minimal 100 cm;

iv. Mesin atau ketel uap harus diberi pelindung agar dapat menahan panas dan suara; v. Lantai paddock tidak licin, drainase baik dan mudah dibersihkan.

2) Pagar Paddock :

 Pagar paddock terbuat dari pipa besi atau kayu berdiameter 5 – 10 cm dengan tinggi 160 cm;

 Jarak antar tiang vertikal 200 cm

 Jarak antara tiang horizontal bagian belakang, samping kiri dan kanan 25 cm;

 Jarak antara tiang horizontal bagian depan (yang menghadap gang way) dari lantai ke atas berturut-turut 25, 25, 50,30, 30 cm. Jarak antara tiang horizontal sejauh 50 cm dimaksudkan ternak dapat mengeluarkan kepalanya untuk makan dan minum.

3) Gang Way :

Tersedia gang way untuk memindahkan pelayanan terhadap pemberian pakan, air minum, mengontrol ternak dan proses bongkar muat.

4) Tangga Bongkar Muat :

 Kapal angkut ternak harus dilengkapi tangga untuk keperluan bongkar muat dan tidak boleh menggunakan jaring kapal;

 Tangga terbuat dari besi atau kayu yang kuat, tidak licin dan aman bagi ternak.  Lantai tangga dipasang penahan dari kayu dengan jarak penahan maksimal 40 cm

dengan bentuk agak bulat;

 Ukuran tangga : lebar 60 cm, tinggi dinding 150 cm, kemiringan maksimal 20 derajat;  Tangga penghubung harus ada pada setiap lantai atau dek kapal;

 Dalam proses bongkar muat, ternak tidak diperkenankan untuk diangkat dengan jaring atau alat pengangkat lainnya;

5) Ventilasi :

Harus ada dan mampu menyalurkan udara segar ke setiap ruangan paddock dan juga tersedia motor ventilasi cadangan;

6) Tempat penyimpanan/ persediaan pakan dan air minum :

Tersedia cukup ruangan untuk menyimpan pakan dan air minum ternak selama pengangkutan ternak sampai ke pelabuhan tujuan;

7) Tempat pakan/ minum ternak :

 Tempat pakan/ minum terbuat dari kayu/ bahan lain yang kuat dan tidak bocor dengan ukuran minimal panjang 120 cm, lebar atas 30 cm, bawah 25 cm dan tinggi 25 cm;  Disediakan tempat penyediaan pakan/ minum dengan jumlah sesuai kebutuhan dan

cukup. 8) Lampu Penerang :

Ruang kapal/ paddock harus dilengkapi dengan lampu penerang. 9) Sanitasi :

Lantai kapal/ paddock harus dibersihkan dan dihapushamakan sebelum dan sesudah mengangkut ternak;

10) Penutup Dek :

 Bila ternak ditempatkan di dek bagian atas, maka harus ada penutup dek yang dapat menahan panas dan air hujan serta dinding sekelilingnya agar ternak terhindar dari panas, hujan, angin atau cuaca buruk;

 Penutup dek dapat dibuka dan ditutup dengan muda disesuaikan dengan kebutuhan;  Tinggi penutup dek minimal 250 cm dari lantai dek.

11) Persyaratan pakan ternak dan air minum.

 Pakan ternak di kapal terdiri dari pakan rumput;

 Jumlah pakan dalam bentuk basah (hijauan segar) sebanyak 20 Kg/ hari/ ekor dan air minum dalam jumlah yang cukup;

 Pemberian pakan maksimal setiap 6 jam sekali;  Pemberian minum minimal 3 kali sehari. 12) Peralatan dan obat -obatan ternak :

 Obat-obatan hewan dan peralatan medis dengan jumlah yang cukup selama perjalanan dari daerah sumber ternak sampai di lokasi penyebaran.


(8)

8

 Jenis dan jumlah obat -obatan tersebut ditentukan oleh petugas teknis dan dibawa serta saat kapal berangkat dari daerah asal ternak;

13) Stockman

Stockman pada kapal angkut ternak ratio/ orang/ 50 ekor ternak. 4. Syarat-Syarat Angkutan di Darat/ Truk

1) Pengangkutan ternak melalui darat harus menggunakan kendaraan angkutan umum/ truck yang layak sebagai angkutan ternak dengan persyaratan teknis sebagai berikut :

 Bak truck terbuat dari kayu yang kuat dengan kapasitas tampung 1,5 m2/ ekor;

 Pagar keliling truck dibuat dari pipa besi/ kayu kuat berdiameter 4-5 cm dengan tinggi 155 cm;

 Penghalang atas dibuat dari pipa besi/ kayu yang kuat berdiameter 3-4 cm, dengan tinggi minimal 30 cm di atas punggung ternak, dibuat membujur dan melintang membentuk segi empat dengan ukuran 70 x 62 cm;

 Bedding (alas truck) berasal dari bahan yang mudah menyerap air dan bau, tidak berdebu, tidak licin dan tidak mudah menggumpal, dapat menggunakan potongan jerami/ rumput kering atau serbuk gergaji yang disebarkan merata di dasar bak dengan ukuran tebal minimal 10 cm;

 Pengikat ternak berupa tali dari bahan yang tidak licin dan tidak tajam, berdiameter 1 cm dengan ukuran panjang 7,5 m disesuaikan dengan kebutuhan jarak ternak, bagian yang diikat adalah leher dan hidung;

 Bak truck harus dibersihkan dan dihapushamakan sebelum dan sesudah pengangkutan.  Jumlah ternak yang diangkut harus disesuaikan dengan kapasitas muat Truk

 Penyedia barang wajib menyediakan seorang tenaga pengawas untuk setiap truk.

2) Ternak sapi harus diistirahatkan selama 1 jam untuk diberikan makan dan minum apabila lama perjalanan lebih dari 6 jam.

5. Memiliki dukungan angkutan perairan (kapal) pengangkut ternak dengan tonase bersih minimal 1.300 GT yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan/ sewa/ dukungan kapal yang dilengkapi surat ukur kapal yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Selain itu juga memiliki dukungan alat angkutan berupa mobil light truck minimal sebanyak 3 (tiga) unit dan 1 (satu) unit pick up sebagai pengangkut ternak. Bagi yang kepemilikan pribadi, melampirkan dan mengupload STNK mobil dimaksud. Bagi yang bukan kepemilikan, dapat mengupload surat dukungan mobil dimaksud atau bukti/ perjanjian sewa mobil yang dilengkapi STNKnya

6. Cadangan

Penyedia harus menyediakan ternak cadangan sebesar minimal 10% dari jumlah ternak yang diadakan dan apabila dalam perjalanan terjadi kematian dan cadangan tidak mencukupi, maka penyedia dapat membeli ternak pengganti di daerah tujuan.

7. Penyerahan Ternak

Penyerahan ternak sapi potong sebanyak 715 ekor dilakukan oleh penyedia barang dan diserahkan kepada penerima di 4 (empat) kabupaten/ kota yaitu : Kabupaten Jayapura sebanyak 273 ekor, Kabupaten Keerom 247 ekor, Kabupaten Sarmi 130 ekor dan Kota Jayapura sebanyak 65 ekor yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua.

8. Penyedia Bibit/ Suplier dan Daerah Sumber Ternak

Penyedia bibit/ supplier adalah perusahaan pembibitan ternak sapi yang profesional dalam penanganan pengadaan ternak antar pulau/ antar provinsi.

Daerah sumber ternak adalah Kabupaten/ Kota Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

9. Surat Pernyataan tenaga ahli (Dokter Hew an dan Sarjana Peternakan) untuk bersedia mengawal ternak dari daerah sumber bibit, selama pengangkutan di atas kapal sampai Ke lokasi penerima. 10. Daftar peralatan utama Minimal Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Seleksi Ternak Sapi:

a. Tongkat Ukur dengan melampirkan Bukti Milik/ Sewa b. Aplikator dengan melampirkan Bukti Milik/ Sewa


(9)

Eartag untuk menandai sapi yang telah lolos seleksi dengan melampirkan Surat Dukungan Ketersediaan Eartag, apabila Dukungan dari Distributor melampirkan Penunjukan Distributor dari Pabrikan Pemilik Merk

10. Bersedia menyediakan kandang penampungan (kandang pemeliharaan dan kandang pemulihan) di Wilayah Sumber Bibit yang secara teknis layak untuk masa pemeliharaan dengan dilengkapi sumber hijauan pakan ternak (HMT) dan sumber air dengan m elampirkan :

a. Denah lokasi kandang; b. Foto lokasi kandang;

c. Bukti kepemilikan lahan/ kandang.

Apabila kandang penampungan tersebut bukan milik sendiri/ sewa, harus melampirkan Surat Perjanjian Pra Sewa Lahan/ Kandang dengan melampirkan denah dan foto lokasi kandang serta bukti kepemilikan lahan/ kandang tersebut. yang merupakan daerah bebas Anthrax, yang meliputi Kabupaten Wajo, Soppeng, Sinjai, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja dan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar : Spesifikasi Teknis Ukuran Sapi Potong

Jayapura, 10 Oktober 2016 Pejabat Pembuat Komitmen,

I r. Agustinus Bagio, M.MT. NI P. 19660527 199712 1 001

KETERANGAN :

TINGGI GUMBA 102 CM (BETINA)

TINGGI GUMBA 105 CM (JANTAN)


(1)

Jayapura, 10 Oktober 2016 Pejabat Pembuat Komitmen,

I r. Agustinus Bagio, M.MT. Pembina

NI P. 19660527 199712 1 001

3.

Koordinasi dan Pembinaan, dilakukan dalam rangka membangun komunikasi yang sifatnya koordinatif antara pelaksana provinsi dan kabupaten terkait persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan serta pelaksanaan pembinaan kepada kelompok peternak pada tahun berjalan maupun pendampingan berkelanjutan.

4.

Pelaksanaan Kegiatan, aspek penting yang menjadi perhatian untuk dilakukan adalah pelaksanaan kegiatan mulai dari penetapan lokasi, pembinaan, pengadaan barang, distribusi dan pelaporan.

5.

Monitoring dan Evaluasi, monitoring dilakukan secara periodik baik bulanan, triwulan, semester dan tahunan. Evaluasi dilakukan setiap dilaksanakan item kegiatan sampai pada akhir tahun anggaran.

6.

Pelaporan, dilakukan oleh kelompok penerima, pelaksana kabupaten dan provinsi untuk selanjutnya disampaikan ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

9. KELUARAN/ PRODUK

YANG DI HASI LKAN

Keluaran/ produk yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan :

a.

Tumbuhnya kelompok pengembangan budidaya sapi potong

sebanyak 55 (lima puluh lima) kelompok di 4 (empat) kabupaten/ kota

b.

Tersedia ternak sapi sebanyak 715 ekor (660 ekor betina dan 55 ekor jantan) di 4 (empat) kabupaten/ kota dengan rincian :

1. Kabupaten Jayapura 273 ekor (252 betina, 21 jantan) 2. Kabupaten Keerom 247 ekor (228 betina, 19 jantan) 3. Kabupaten Sarmi 130 ekor (120 betina, 10 jantan) 4. Kabupaten Kota Jayapura 65 ekor (60 betina, 5 jantan).

10.SPESI FI KASI

TEKNI S PEKERJAAN

Spesifikasi teknis pekerjaan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi Potong seperti terlampir.


(2)

I . PERSYARATAN TEKNI S

PENGADAAN TERNAK SAPI POTONG SEBANYAK 715 EKOR

UNTUK KABUPATEN JAYAPURA, KEEROM, SARMI

DAN KOTA JAYAPURA

Ternak Sapi Potong adalah Sapi Potong Jantan dan Betina yang memenuhi kriteria bibit. Sapi Potong yang akan dibeli untuk Provinsi Papua adalah Sapi Bali dari daerah asal Provinsi Sulawesi Selatan dan atau PROVI NSI NUSA TENGGARA BARAT ( NTB) dengan Persyaratan Teknis Sapi Potong Kriteria Bibit Sapi Bali sebagai berikut :

1. Persyaratan Umum :

a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.

b. Sapi betina produktif yang sehat, dibuktikan dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari dokter hewan yang berkompeten.

c. Memiliki organ reproduksi dan ambing normal.

d. Sapi jantan harus sehat dengan kriteria bulu mengkilap, mata jernih, perut tidak kembung, jalan tidak pincang, nafas normal dan tidak cacat kulit;

e. Sapi jantan harus bebas dari cacat alat kelamin, memiliki buah zakar simetris dan tidak mempunyai silsilah keturunan yang cacat genetik.

2. Persyaratan Khusus : a. Persyaratan Kualitatif :

Betina

• Warna bulu merah, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, ujung ekor hitam dan ada garis belut warna hitam pada punggung.

• Tanduk pendek dan kecil.

• Bentuk kepala panjang dan sempit serta leher ramping. Jantan

• Warna: bulu hitam atau merah kuning mengarah kehitaman, lutut ke bawah putih, pantat putih berbentuk setengah bulan, garis belut hitam pada punggung dan ujung ekor hitam;

• Tanduk : Tumbuh baik dan berwarna hitam serta mengarah ke sebelah luar;

• Bentuk Badan : kepala lebar, leher kompak dan kuat, dada dalam dan lebar. b. Persyaratan Kuantitatif :

Betina

• Umur Jantan 18 – 24 bulan;

• Tinggi Gumba : minimal 102 cm; Jantan

• Umur Jantan 24 – 36 bulan;

• Tinggi Gumba : minimal 105 cm; 3. Persyaratan kesehatan

a. Bebas dari penyakit Brucellosis, Anthrax, SE dan Sura sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terakhir yang dinyatakan dengan Surat Keterangan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan/ Dinas yang Membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/ Kota dan Provinsi asal ternak.

b. Dilakukan uji Brucellosis sebanyak 2 (dua) kali, yaitu 1 (satu) kali di daerah asal dan 1 (satu) kali di daerah tujuan. Hasil test positif Brucellosis harus diafkir atau dilakukan pemotongan bersyarat.

c. Untuk uji penyakit Anthrax harus dilakukan oleh Balai Besar/ Balai Veteriner dimana wilayah sumber bibit berada dan dibuktikan dengan hasil laboratorium dari balai tersebut.

d. Hasil pemeriksaan laboratorium negatif terhadap penyakit Anthrax dan SE.


(3)

f. Ternak diberikan obat cacing spectrum luas, obat pencegahan parasit darah dan penyemprotan dengan insektisida sistemik 2 (dua) hari sebelum ternak diberangkatkan.

g. Untuk menjaga kesehatan hewan di penampungan, karantina dan selama perjalanan, maka Penyedia wajib menyediakan obat -obatan/ vitamin dan peralatan yang diperlukan yang didampingi/ dikawal oleh kleder/ petugas teknis peternakan.

A. KETENTUAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN 1. Standar Seleksi Ternak Sapi Potong

Seleksi di Daerah Sumber Bibit

a. Ternak sapi potong yang akan diadakan oleh penyedia barang, harus diseleksi oleh penyelia di lokasi penampungan di wilayah sumber bibit berdasarkan spesifikasi teknis ternak yang ada dan dibuktikan dengan Berita Acara hasil seleksi.

b. Ternak yang memenuhi syarat/ lolos seleksi, diberikan nomor telinga (ear tag) dan diberi tali nelon berdiameter 1 (satu) cm sepanjang 7,5 (tujuh setengah) meter per ekor.

c. Ternak yang lolos seleksi sebelum diangkut diberikan pengobatan dengan obat cacing spctrum luas.

Seleksi di Daerah Tujuan

a. Ternak yang telah diseleksi dan diangkut ke pelabuhan tujuan, setelah di penampungan daerah tujuan harus dilakukan seleksi oleh Tim Teknis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua.

b. Ternak yang lolos seleksi di lokasi tujuan diberi tanda oleh Tim Selektor Dinas dan dibuktikan dengan Berita Acara hasil seleksi.

c. Ternak yang telah lolos seleksi di lokasi tujuan selanjutnya diserahkan ke Panitia Pemeriksa dan Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan.

d. Selanjutnya ternak tersebut didistribusikan ke tingkat peternak. 2. Standar Karantina Ternak

a. Sebelum diberangkatkan ke daerah tujuan, seluruh ternak sapi potong harus dikarantinakan sesuai prosedur tetap karantina daerah asal sesuai peraturan yang berlaku. Setelah sampai di daerah tujuan ternak sapi langsung dikarantinakan sesuai dengan peraturan yang berlaku di karantina daerah tujuan.

b. Ternak tersebut harus dikarantinakan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari di daerah asal dan 3 (tiga) hari di daerah tujuan di bawah pengawasan doker hewan setempat atau petugas yang ditunjuk.

c. Ternak tersebut harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari Dokter Hewan karantina daerah asal/ petugas berwenang yang ditunjuk berdasarkan hasil observasi selama masa karantina yang menyatakan bahwa sapi pejantan pemacek tersebut sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit menular dan bebas dari segala penyakit ektoparasit. d. Setelah sampai di pelabuhan tujuan, ternak sapi tersebut harus diperiksa oleh petugas

karantina setempat.

e. Sebelum ternak diturunkan dari kapal harus diadakan penyemprotan desinfektan dan endoparasit.

3. Syarat-Syarat Pengangkutan a. Angkutan Kapal Laut :

1). Pengangkutan Ternak Sapi pejantan pemacek melalui laut dari daerah asal ternak hingga ke daerah tujuan menggunakan Kapal Motor yang representatif untuk pengangkutan sapi terbuat dari baja, layak muat dan layak berlayar melewati laut/ sungai untuk menjaga kenyamanan ternak sapi dan mencegah kematian dalam kapal, yang dinyatakan oleh instansi berwenang dengan persyaratan sebagai berikut :

i. Paddock :

Ruang kapal dibagi-bagi menjadi paddock-paddock yang masing-masing paddock dapat menampung ternak maksimal 25 (dua puluh lima) ekor dengan pertimbangan kebutuhan ruang per ekor 1,8 m2;


(4)

iii. Jarak paddock dari mesin atau ketel uap minimal 100 cm;

iv. Mesin atau ketel uap harus diberi pelindung agar dapat menahan panas dan suara; v. Lantai paddock tidak licin, drainase baik dan mudah dibersihkan.

2) Pagar Paddock :

 Pagar paddock terbuat dari pipa besi atau kayu berdiameter 5 – 10 cm dengan tinggi 160 cm;

 Jarak antar tiang vertikal 200 cm

 Jarak antara tiang horizontal bagian belakang, samping kiri dan kanan 25 cm;

 Jarak antara tiang horizontal bagian depan (yang menghadap gang way) dari lantai ke atas berturut-turut 25, 25, 50,30, 30 cm. Jarak antara tiang horizontal sejauh 50 cm dimaksudkan ternak dapat mengeluarkan kepalanya untuk makan dan minum.

3) Gang Way :

Tersedia gang way untuk memindahkan pelayanan terhadap pemberian pakan, air minum, mengontrol ternak dan proses bongkar muat.

4) Tangga Bongkar Muat :

 Kapal angkut ternak harus dilengkapi tangga untuk keperluan bongkar muat dan tidak boleh menggunakan jaring kapal;

 Tangga terbuat dari besi atau kayu yang kuat, tidak licin dan aman bagi ternak.  Lantai tangga dipasang penahan dari kayu dengan jarak penahan maksimal 40 cm

dengan bentuk agak bulat;

 Ukuran tangga : lebar 60 cm, tinggi dinding 150 cm, kemiringan maksimal 20 derajat;  Tangga penghubung harus ada pada setiap lantai atau dek kapal;

 Dalam proses bongkar muat, ternak tidak diperkenankan untuk diangkat dengan jaring atau alat pengangkat lainnya;

5) Ventilasi :

Harus ada dan mampu menyalurkan udara segar ke setiap ruangan paddock dan juga tersedia motor ventilasi cadangan;

6) Tempat penyimpanan/ persediaan pakan dan air minum :

Tersedia cukup ruangan untuk menyimpan pakan dan air minum ternak selama pengangkutan ternak sampai ke pelabuhan tujuan;

7) Tempat pakan/ minum ternak :

 Tempat pakan/ minum terbuat dari kayu/ bahan lain yang kuat dan tidak bocor dengan ukuran minimal panjang 120 cm, lebar atas 30 cm, bawah 25 cm dan tinggi 25 cm;  Disediakan tempat penyediaan pakan/ minum dengan jumlah sesuai kebutuhan dan

cukup. 8) Lampu Penerang :

Ruang kapal/ paddock harus dilengkapi dengan lampu penerang. 9) Sanitasi :

Lantai kapal/ paddock harus dibersihkan dan dihapushamakan sebelum dan sesudah mengangkut ternak;

10) Penutup Dek :

 Bila ternak ditempatkan di dek bagian atas, maka harus ada penutup dek yang dapat menahan panas dan air hujan serta dinding sekelilingnya agar ternak terhindar dari panas, hujan, angin atau cuaca buruk;

 Penutup dek dapat dibuka dan ditutup dengan muda disesuaikan dengan kebutuhan;  Tinggi penutup dek minimal 250 cm dari lantai dek.

11) Persyaratan pakan ternak dan air minum.

 Pakan ternak di kapal terdiri dari pakan rumput;

 Jumlah pakan dalam bentuk basah (hijauan segar) sebanyak 20 Kg/ hari/ ekor dan air minum dalam jumlah yang cukup;

 Pemberian pakan maksimal setiap 6 jam sekali;  Pemberian minum minimal 3 kali sehari. 12) Peralatan dan obat -obatan ternak :

 Obat-obatan hewan dan peralatan medis dengan jumlah yang cukup selama perjalanan dari daerah sumber ternak sampai di lokasi penyebaran.


(5)

 Jenis dan jumlah obat -obatan tersebut ditentukan oleh petugas teknis dan dibawa serta saat kapal berangkat dari daerah asal ternak;

13) Stockman

Stockman pada kapal angkut ternak ratio/ orang/ 50 ekor ternak. 4. Syarat-Syarat Angkutan di Darat/ Truk

1) Pengangkutan ternak melalui darat harus menggunakan kendaraan angkutan umum/ truck yang layak sebagai angkutan ternak dengan persyaratan teknis sebagai berikut :

 Bak truck terbuat dari kayu yang kuat dengan kapasitas tampung 1,5 m2/ ekor;

 Pagar keliling truck dibuat dari pipa besi/ kayu kuat berdiameter 4-5 cm dengan tinggi 155 cm;

 Penghalang atas dibuat dari pipa besi/ kayu yang kuat berdiameter 3-4 cm, dengan tinggi minimal 30 cm di atas punggung ternak, dibuat membujur dan melintang membentuk segi empat dengan ukuran 70 x 62 cm;

 Bedding (alas truck) berasal dari bahan yang mudah menyerap air dan bau, tidak berdebu, tidak licin dan tidak mudah menggumpal, dapat menggunakan potongan jerami/ rumput kering atau serbuk gergaji yang disebarkan merata di dasar bak dengan ukuran tebal minimal 10 cm;

 Pengikat ternak berupa tali dari bahan yang tidak licin dan tidak tajam, berdiameter 1 cm dengan ukuran panjang 7,5 m disesuaikan dengan kebutuhan jarak ternak, bagian yang diikat adalah leher dan hidung;

 Bak truck harus dibersihkan dan dihapushamakan sebelum dan sesudah pengangkutan.  Jumlah ternak yang diangkut harus disesuaikan dengan kapasitas muat Truk

 Penyedia barang wajib menyediakan seorang tenaga pengawas untuk setiap truk.

2) Ternak sapi harus diistirahatkan selama 1 jam untuk diberikan makan dan minum apabila lama perjalanan lebih dari 6 jam.

5. Memiliki dukungan angkutan perairan (kapal) pengangkut ternak dengan tonase bersih minimal 1.300 GT yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan/ sewa/ dukungan kapal yang dilengkapi surat ukur kapal yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Selain itu juga memiliki dukungan alat angkutan berupa mobil light truck minimal sebanyak 3 (tiga) unit dan 1 (satu) unit pick up sebagai pengangkut ternak. Bagi yang kepemilikan pribadi, melampirkan dan mengupload STNK mobil dimaksud. Bagi yang bukan kepemilikan, dapat mengupload surat dukungan mobil dimaksud atau bukti/ perjanjian sewa mobil yang dilengkapi STNKnya

6. Cadangan

Penyedia harus menyediakan ternak cadangan sebesar minimal 10% dari jumlah ternak yang diadakan dan apabila dalam perjalanan terjadi kematian dan cadangan tidak mencukupi, maka penyedia dapat membeli ternak pengganti di daerah tujuan.

7. Penyerahan Ternak

Penyerahan ternak sapi potong sebanyak 715 ekor dilakukan oleh penyedia barang dan diserahkan kepada penerima di 4 (empat) kabupaten/ kota yaitu : Kabupaten Jayapura sebanyak 273 ekor, Kabupaten Keerom 247 ekor, Kabupaten Sarmi 130 ekor dan Kota Jayapura sebanyak 65 ekor yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua.

8. Penyedia Bibit/ Suplier dan Daerah Sumber Ternak

Penyedia bibit/ supplier adalah perusahaan pembibitan ternak sapi yang profesional dalam penanganan pengadaan ternak antar pulau/ antar provinsi.

Daerah sumber ternak adalah Kabupaten/ Kota Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

9. Surat Pernyataan tenaga ahli (Dokter Hew an dan Sarjana Peternakan) untuk bersedia mengawal ternak dari daerah sumber bibit, selama pengangkutan di atas kapal sampai Ke lokasi penerima. 10. Daftar peralatan utama Minimal Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Seleksi Ternak Sapi:


(6)

Eartag untuk menandai sapi yang telah lolos seleksi dengan melampirkan Surat Dukungan Ketersediaan Eartag, apabila Dukungan dari Distributor melampirkan Penunjukan Distributor dari Pabrikan Pemilik Merk

10. Bersedia menyediakan kandang penampungan (kandang pemeliharaan dan kandang pemulihan) di Wilayah Sumber Bibit yang secara teknis layak untuk masa pemeliharaan dengan dilengkapi sumber hijauan pakan ternak (HMT) dan sumber air dengan m elampirkan :

a. Denah lokasi kandang; b. Foto lokasi kandang;

c. Bukti kepemilikan lahan/ kandang.

Apabila kandang penampungan tersebut bukan milik sendiri/ sewa, harus melampirkan Surat Perjanjian Pra Sewa Lahan/ Kandang dengan melampirkan denah dan foto lokasi kandang serta bukti kepemilikan lahan/ kandang tersebut. yang merupakan daerah bebas Anthrax, yang meliputi Kabupaten Wajo, Soppeng, Sinjai, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja dan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar : Spesifikasi Teknis Ukuran Sapi Potong

Jayapura, 10 Oktober 2016 Pejabat Pembuat Komitmen,

I r. Agustinus Bagio, M.MT. NI P. 19660527 199712 1 001

KETERANGAN :

TINGGI GUMBA 102 CM (BETINA)

TINGGI GUMBA 105 CM (JANTAN)