Faktor Yang Mempengaruhi Non-Performing Loan Pada Bank Pemerintah Dan Bank Asing Di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Bank
2.1.1 Definisi Bank
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat”
(dalam Dendawijaya, 2001 : 189). Sedangkan menurut Howard dan George
(dalam Rivai et al, 2007 : 321), bank adalah suatu organisasi yang
menggabungkan

usaha

manusia

dan

sumber-sumber


keuangan

untuk

melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan
untuk memperoleh keuangan bagi pemilik.
Menurut Stuart (dalam Hasibuan, 2008 : 2), bank adalah badan usaha yang
wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa
uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang
baru kertas atau logam. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan suatu lembaga/badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito dan menyalurkannya kembali dalam
bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan.
2.1.2 Jenis - jenis Bank
Jenis perbankan ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2008 : 20)
1. Dari segi fungsinya

11
Universitas Sumatera Utara


a. Bank Umum
Pengertian Bank Umum menurut UU RI No 7 tahun 1992 sebagaimana diubah
dalam UU RI nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan Bank Umum adalah Bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR )
Pengertian Bank menurut UU RI No 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dalam
UU RI nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan BPR adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Dari segi kepemilikannya
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki
bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan
tersebut adalah:
a. Bank milik pemerintah
Akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Adapun yang termasuk
bank pemerintah adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat

Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk.
Namun Bank Indonesia selaku bank sentral menyebut keempat bank tersebut
sebagai bank persero, karena keempat bank tersebut telah go public dan sahamnya

12
Universitas Sumatera Utara

tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik
masyarakat.
b. Bank Pemerintah Daerah ( BPD )
BPD merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah.
BPD memiliki peranan dalam menggerakkan perekonomian daerah, sebagai
penyimpan uang daerah dan kontributor utama pendapatan asli daerah (PAD).
c. Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.
d. Bank milik koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.

e. Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik
swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar
negeri.
f. Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara
Indonesia.
3. Dari segi status
a. Bank devisa

13
Universitas Sumatera Utara

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devis, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank
devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

4. Dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum
islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
2.1.3 Bank Persero dan Bank Asing
2.1.3.1 Definisi Bank Persero
Bank Persero, atau juga sering disebut bank BUMN, pada awalnya
masing-masing didirikan dengan undang-undang tersendiri dimana diatur
mengenai bidang tugas masing-masing bank. Selanjutnya dalam kegiatan
opersionalnya, bank persero tetap tunduk pada undang-undang perbankan dengan
diundangkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, bank-bank persero
lebih lanjut ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Siamat, 2005 : 54).
Menurut Siamat (2005 : 54), bank persero, atau sering disebut bank
pemerintah, adalah bank umum yang secara mayoritas sahamnya dimiliki
pemerintah. Di awal dekade 2000-an, pemerintah melakukan restrukturisasi yang
sangat fundamental terhadap bank-bank persero sebagai dampak terjadinya krisis

14
Universitas Sumatera Utara


perbankan. Bank Persero sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil jumlahnya
menjadi hanya 4 bank. Kebijakan pemerintah terhadap bank persero dilakukan
dengan menggabungkan (merger) bank bumi daya, bank pembangunan indonesia,
dan bank dagang kedalam bank mandiri sementara BTN, bank BNI 46, BRI tetap
terus beroperasi seperti sebelumnya. Komposisi kepemilikan bank persero juga
ikut mengalami perubahan, dimana saham bank-bank persero tidak lagi
sepenuhnya dimiliki pemerintah. Beberapa bank persero telah menjadi bank
publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal (divestasi)
antara lain : bank BNI, bank mandiri, dan bank BRI (Siamat, 2005 : 54).
2.1.3.2 Definisi Bank Asing
Menurut Siamat (2005 : 56), bank asing merupakan kantor cabang dari
suatu bank diluar Indonesia yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di
Jakarta dan membuka kantor cabang pembantu pada beberapa ibukota provinsi
selain Jakarta yaitu: Semarang, Surabaya, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang,
Medan dan Batam. Bank asing diperkenankan membuka kantor cabang sejak
pertengahan tahun 1999 dengan memenuhi syarat yang ditetapkan.
Jasa-jasa yang ditawarkan oleh bank asing pada dasarnya sama dengan
bank-bank umum swasta nasional, kecuali dalam hal pembukaan kantor cabang
pembantu diwilayah tertentu di Indonesia. Bank asing juga tidak diperbolehkan

untuk memberikan jasa layanan dalam bentuk tabungan dari masyarakat. Segmen
yang ditekuni oleh bank asing adalah adalah segmen corporate banking.
Karakteristik kegiatan bank asing juga ditandai dengan penyediaan jasa dibidang
invesment bank yang menawarkan jasa dipasar modal.

15
Universitas Sumatera Utara

Menurut Siamat (2005 : 56), ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan
dengan peraturan bank berlaku juga bagi bank asing antara lain: net open
piosision, giro wajib minimum, legal lending limit, kewajiban penyediaan modal
minimum (Capital Adequacy Ratio), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan tingkat
kesehatan bank. Bentuk hukum cabang bank asing mengikuti bentuk hukum
kantor pusat dimana bank tersebut didirikan.
2.1.4 Tugas dan Fungsi Bank
Verryn Stuart (dalam Pandia et al, 2005 : 11), menyatakan bahwasanya
ada 2 tugas bank :
1. Sebagai perantara kredit yakni bank memberikan kredit kepada pihak ketiga
atau debitur yang berasal dari simpanan pihak ketiga (masyarakat)
2. Menciptakan kredit yakni meminjamkan dana yang tidak berasal dari dana

milik masyarakat.
Ada tiga bentuk tugas atau operasi yang dilakukan bank yakni :
a. Operasi perkreditan secara aktif yakni tugas bank dalam rangka menciptakan
atau memberikan kredit.
b. Operasi perkreditan secara pasif yaitu tugas bank dalam menerima simpanan
atau dana pihak ketiga yang dipercayakan masyarakat.
c. Usaha bank sebagai perantara dalam pemberian kredit.
Menurut Budisantoso dan Triandaru (2008 : 9), secara umum, fungsi
utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial
intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai :

16
Universitas Sumatera Utara

1.

Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal


penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola
dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang
telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanan dananya di bank. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau
masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa
debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana
pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar
pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik
untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2.

Agent of Development
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan

investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat
bahwa kegiatan investasi, distribusi, konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak
lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

3.

Agent of Services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasajasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian

17
Universitas Sumatera Utara

masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang,
jasa penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
2.1.5 Kegiatan-kegiatan Bank
Menurut Irmayanto et al (2009 : 65), tiga kegiatan pokok bank yaitu :
1. Penghimpunan

dana

(giro,


deposito,

tabungan)

dengan

sasaran

meminimumkan biaya perolehan dana.
2. Alokasi dana (kredit & investasi) dengan sasaran memaksimumkan
pendapatan bank.
3. Pelayanan jasa keuangan (transfer, letter of credit, cek perjalanan, money
changer, bank garansi dll) dan jasa non keuangan (pelatihan pegawai,
pergudangan, kotak pengamanan, jasa-jasa komputer), dengan sasaran
memaksimumkan kepuasan nasabah.
2.1.6 Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2008 : 45), pengertian sumber dana bank adalah usaha
bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Secara garis besar sumber dana
bank dapat diperoleh dari :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah
dana yang diperoleh dari dalam bank. Salah satu jenis dana yang bersumber dari
bank itu sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham. Adapun pencarian
dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari :

18
Universitas Sumatera Utara

a. Setoran modal dari pemegang saham, yaitu merupakan modal dari pemegang
saham lama atau pemegang saham baru
b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank
dan sementara waktu belum digunakan
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum
dibagikan kepada para pemegang saham.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank
dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari
sumber dana ini. Sumber dana yang dimasud adalah :
a. Simpanan giro
b. Simpanan tabungan
c. Simpanan deposito
3. Dana yang bersumber dari lembaga lain
Sumber dana ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Perolehan dana dari
sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. Bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan
Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
b. Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak
mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek
dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lain.

19
Universitas Sumatera Utara

c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh
perbankan dari pihak luar negeri.
d. Surat berharga pasar uang (SPBU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SPBU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik
perusahaan keuangan maupun non keuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan
dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.
2.2 Non Performing Loan (NPL)
Menurut Siamat (2005 : 358), kredit bermasalah atau problem loan dapat
diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali
debitur. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/9/PBI/2004
pasal 2 ayat (2), yang dimaksud dengan kredit bermasalah (Non Performing Loan)
adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif yang berlaku.
Kredit bermasalah sering juga disebut non-performing loan yang dapat
diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitasnya merupakan gambaran kondisi
pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya
kembali dana yan ditanamkan dalam surat-surat berharga (Siamat, 2005 : 358).
Menurut Siamat (2005 : 358), penilaian kolektibilitas kredit digolongkan kedalam
5 kelompok yaitu : lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Apabila
kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit

20
Universitas Sumatera Utara

bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan, dan macet.
Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah
untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun
pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang
baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin. Dengan kata lain,
tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam menjalankan
proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit,
termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan
tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun
indikasi gagal bayar (Djohanputro dan Kountur, 2007 : 3).
Sesuai dengan Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001,
NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit
yang diberikan. Adapun formulasinya sebagai berikut:
NPL =

������ ����������

����� ������ ���� ���������

× 100%

2.3 Faktor yang mempengaruhi Non-Performing Loan
Kredit lancar yang diberikan bank dapat berubah menjadi kredit bermasalah
(kurang lancar, diragukan, maupun macet). Untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kredit bermasalah tersebut, maka perlu diadakan sistem “pengenalan diri”
secara sistematis yang berupa daftar kejadian atau gejala yang dapat menyebabkan
kredit menjadi bermasalah. Gejala tersebut terjadi karena beberapa faktor berikut
(Dendawijaya, 2001 : 190) :

21
Universitas Sumatera Utara

1. Faktor interal bank yang memberikan kredit, seperti : mark up yang dilakukan
dengan sengaja, feasibility study yang dibuat supaya proyek sangat feasible,
adanya praktik KKN, kurang ketatnya monitoring kredit, dan sebagainya. Adanya
faktor-faktor ini setidaknya berpengaruh terhadap rasio keuangan bank seperti
CAR, LDR, NIM, KAP, BOPO dan ROE yang dapat dijadikan tolak ukur untuk
menilai tingkat kesehatan bank, serta mempengaruhi total asset yang dimiliki oleh
bank yang tercermin dalam rasio bank size.
2. Faktor internal perusahaan (nasabah bank), seperti mismanagement dalam
perusahaan nasabah, kesulitan keuangan, kesalahan dalam produksi, kesalahan
dalam marketing strategy, dan sebagainya.
3. Faktor eksternal seperti keadaan ekonomi secara makro yang tercermin dalam
tingkat Gross Domestic Product dan juga tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar US
dolar terhadap rupiah yang menaikkan harga pokok produk/jasa, kebijakan
pemerintah, dan sebagainya.
Adapun dari berbagai faktor tersebut, dapat diambil beberapa rasio yang sesuai
dengan research gap dan fenomena gap yang terjadi, antara lain :

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal
minimum yang harus dimiliki oleh bank. Pemenuhan kewajiban penyediaan
modal minimum didasarkan atas risiko aktiva, salah satunya dalam bentuk resiko
kredit (Riyadi, 2004 : 50). Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum yang
memberikan kredit membentuk cadangan aktiva yang diklasifikasikan. Cadangan
yang dibentuk nilainya harus diambil dari modal bank, semakin besar kredit
bermasalah maka modal bank akan “digerogoti” oleh banyaknya kredit yang

22
Universitas Sumatera Utara

bermasalah terutama yang sudah masuk dalam kategori kredit macet. Oleh karena
itu semakin besar cadangan yang dibentuk dari modal dapat menurunkan resiko
kredit bermasalah (Dendawijaya, 2001 : 191). Dengan demikian semakin tinggi
presentase CAR maka NPL semakin menurun. Bank Indonesia menetapkan
minimal CAR sebesar 8% (Riyadi, 2004 : 143).
Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (Hasibuan, 2011 : 58) :
CAR =

����� ������� (����� ���� + ����� ���������)

���� (������ ������ + ������ ������������)

× ���%

2. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Riyadi (2004 : 146), LDR adalah perbandingan antara total kredit
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh
bank. Praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank
adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%
(Dendawijaya, 2001 : 119). Ratio LDR menunjukkan salah satu penilaian
likuiditas bank (Dendawijaya, 2001 : 118). Likuiditas adalah kemampuan bank
untuk membayar kewajibannya. Menurut Irmayanto et al (2009 : 90), semakin
tinggi rasio LDR berarti semakin rendah likuiditas bank, karena terlalu besar
jumlah dana masyarakat yang dialokasikan ke kredit. Oleh karena itu maksimal
LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110% (Riyadi,
2004 : 146), jika lebih maka jumlah kredit yang disalurkan terlampau besar
sehingga memungkinkan terjadinya resiko kredit bermasalah. Dengan demikian
semakin tinggi presentase LDR maka NPL juga semakin tinggi.
Rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai, 2013 : 484) :

23
Universitas Sumatera Utara

Loan to Deposit Ratio (LDR) =
3. Net Interest Margin (NIM)

������ ������ ���� ���������
����� ���� ����� ������

× ���%

Menurut Rivai et al (2013 : 481), Net Interest Margin (NIM) adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan earning assets (aktiva produktif) dalam
menghasilkan pendapatan bunga. Menurut Riyadi (2004 : 140), Net Interest
Margin (NIM) adalah perbandingan antara Interest Income (pendapatan bunga)
dikurangi Interest Expenses (biaya/beban bunga) dibagi dengan Average Interest
Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang digunakan).
Menurut Rivai et al (2013 : 394), didalam pos laporan laba rugi bank umum
konvensional, pendapatan bunga terdiri atas :
a. Hasil Bunga
Pendapatan yang dimasukkan ke pos ini adalah pendapatan bunga, baik dari
pinjaman yang diberikan, maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan
oleh bank, seperti giro, deposito berjangka, obligasi, dan surat pengakuan
utang lainnya.
b. Provisi dan Komisi
Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan
diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Sementara
komisi, adalah beban yang diperhitungkan kepada nasabah yang menggunakan
jasa bank.
Menurut Riyadi (2004 : 9), biaya bunga merupakan biaya terbesar yang
dikeluarkan oleh sebuah bank konvensional, berasal dari dana yang dipinjam atau
dibeli. Biaya tersebut dapat dibagi dua yaitu :

24
Universitas Sumatera Utara

a. Biaya bunga, dari simpanan nasabah
b. Biaya bunga, dari pasar uang/modal
Rasio Net Interest Margin (NIM) dapat dirumuskan sebagai berikut
(Rivai, 2013 : 481) :
NIM =

���������� ������ (���������� �����−����� �����)
������ ���������

× ���%

Semakin besar NIM maka biaya bunga yang harus dikeluarkan terus
meningkat sementara pendapatan bunga kredit tidak meningkat, karena kualitas
pembayaran kredit menurun yang nantinya mengarah pada kredit macet (NPL)
(Dendawijaya, 2001 : 185). Dengan demikian semakin tinggi presentase NIM
maka NPL juga semakin tinggi.
4. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Menurut Dendawijaya (2001 : 153), KAP adalah perbandingan antara
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk (PPAD) dan penyisihan
penghapusan akiva produktif yang wajib dibentuk (PPAWD). Sedangkan menurut
Rivai (2013 : 474), Kualitas aktiva produktif (KAP) adalah perbandingan antara
aktiva produktif yang dikasifikasikan/classified assets (kredit kurang lancar,
kredit diragukan dan kredit macet) dengan total aktiva produktif/earning assets
(kredit yang diberikan, surat berharga, aktiva antarbank dan penyertaan). Menurut
Siamat (2005 : 319), aktiva produktif atau earning assets adalah semua
penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
Menurut Darmawi (2005 : 319), komponen aktiva produktif bank terdiri dari :

25
Universitas Sumatera Utara

a. Kredit yang diberikan
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian
hasil keuntungan, termasuk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi
dengan NPA (Note Purchase Agreement), dan pengambilalihan tagihan dalam
rangka kegiatan anjak piutang (factoring).
b. Penempatan pada bank lain
Penempatan pada bank lain antara lain dalam bentuk call money, deposito
berjangka, deposit on call, dan setifikat deposito.
c. Surat-surat berharga
Penanaman dana dalam surat-surat berharga meliputi : Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), Bankers Acceptance, Surat berharga Pasar Uang (SBPU),
Comercial Paper, Reksadana, dan saham-saham yang terdaftar di bursa efek.
d. Penyertaan
Penyertaan modal adalah penanaman dana dalam bentuk saham secara
langsung (direct investment) pada bank atau lembaga keuangan lain yang ber kedudukan di dalam dan di luar negeri.
Menurut Siamat (2005 : 210), aktiva produktif yang dikasifikasikan adalah
aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut :

26
Universitas Sumatera Utara

a. 25% dari aktiva produktif, digolongkan dalam perhatian khusus (Special
Mention).
b. 50% dari aktiva produktif, digolongkan kurang lancar (Substandard).
c. 75% dari aktiva produktif, digolongkan diragukan (Doubtful).
d. 100% dari aktiva produktif, digolongkan macet (Loss).
Semakin kecil rasio ini semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah
semakin kecil. Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva
produktif yang tingkat tagihannya atau kolektibilitasnya tergolong kurang lancar,
diragukan dan macet (Rivai, 2013 : 474). pengertian aktiva produktif dalam hal ini
salah satunya adalah kredit bermasalah (NPL). Dengan demikian semakin kecil
persentase KAP menggambarkan jumlah NPL semakin menurun.
Rasio KAP dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai, 2013 : 475) :
KAP =

���� ��������
���� �����

× 100%

5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Riyadi (2004 : 140), BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan opersional. Sedangkan menurut Rivai (2013 :
482), BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO akan lebih
baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban) operasional
dengan pendapatan operasionalnya (Rivai, 2013 : 482). Dengan demikian semakin

27
Universitas Sumatera Utara

kecil persentase rasio BOPO maka bank dapat menutupi kredit macet yang
merupakan salah satu beban operasional bank dengan pendapatan operasionalnya.
Batas maksimal rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia
adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia (Riyadi, 2004 : 141).
Rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai, 2013 : 482) :
BOPO =
6. Bank Size

����� (�����) �����������
���������� ����������

× ���%

Ukuran sebuah bank dapat dinilai dari total aset yang dimiliki bank tersebut.
Bank dengan aset yang besar memliki kemungkinan untuk menghasilkan
keuntungan yang lebih besar apabila diikuti dengan hasil dari aktivitasnya.
Ukuran bank adalah skala besar kecilnya bank yang ditentukan oleh beberapa hal,
antara lain total asset dan modal bank (Ranjan dan Dahl, 2003).
Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total assets yang dimiliki
bank yang bersangkutan pada periode tertentu. Perhitungan size tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut (Ranjan dan Dahl, 2003) :
Bank Size = Ln of Total Assets
7. Return On Equity (ROE)
Menurut Dendawijaya (2001 : 120), ROE adalah perbandingan antara laba
bersih bank dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Irmayanto et al, (2009 :
91), Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan modal
sendiri dalam memperoleh keuntungan (laba) bersih bank. Kenaikan dalam rasio

28
Universitas Sumatera Utara

ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Semakin
besar laba bersih maka semakin besar kemampuan bank dalam membentuk
cadangan yang digunakan untuk memperkuat struktur permodalan bagi bank,
yang nantinya dapat digunakan untuk tujuan tertentu, salah satunya untuk
menutupi kredit macet (NPL) (Riyadi, 2004 : 58). Dengan demikian semakin
tinggi persentase ROE maka NPL semakin menurun.
Rasio ROE dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai, 2013 : 481) :
Return On Equity (ROE) =
8. Gross Domestic Product (GDP)

���� ������� �����
����� �������

× ���%

Menurut Bakti et al (2010 : 17), pengertian pendapatan domestik bruto (gross
domestic product) sebagai total output yang diproduksi didalam negeri termasuk
pendapatan dari perusahaan milik asing. Menurut Mankiw (2006 : 6), Produk
domestik bruto-PDB (gross domestic product-GDP) adalah nilai pasar dari semua
barang dan jasa akhir (final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu
periode.
Ada dua tipe GDP (Bakti et al, 2010 : 17) :
1) GDP nonimal
GDP nominal berupa banyaknya barang yang diproduksi pada tahun tertentu
dikalikan dengan harga barang yang bersangkutan pada tahun tersebut.
2) GDP real
GDP real adalah banyak barang yang diproduksi pada tahun tertentu dikalikan
dengan harga tahun dasar.

29
Universitas Sumatera Utara

Komponen-komponen PDB (Mankiw, 2006 : 11), yaitu :
1) Konsumsi
Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga.
2) Investasi
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan
untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa.
3) Belanja pemerintah
Belanja pemerintah (goverment purchase) mencakup pembelanjaan barang dan
jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal).
4) Ekspor netto
Ekspor netto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh
orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
negara (impor).
Pertumbuhan GDP yang lebih tinggi mengakibatkan pendapatan masyarakat
meningkat sehingga kemampuan melunasi hutang semakin tinggi (Nir Klein,
2013). Dengan demikian semakin tinggi persentase GDP maka NPL semakin
menurun.
9. Tingkat Inflasi
Menurut Rosyidi (2006 : 131), inflasi adalah gejala kenaikan harga yang
berlangsung secara terus-menerus. Menurut Andjaswati (2010 : 133), yang
dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terusmenerus. Menurut Bakti et al (2010 : 97), inflasi dapat diartikan sebagai

30
Universitas Sumatera Utara

kecenderungan kenaikan harga barang secara umum yang berlangsung sepanjang
masa sehingga mengakibatkan jumlah uang yang beredar lebih besar
dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia atau nilai uang lebih
rendah dihadapkan dengan nilai barang atau jasa.
Inflasi yang tinggi melemahkan daya beli masyarakat dan melumpuhkan
kemampuan produksi suatu perusahaan yang mengarah pada krisis produksi dan
konsumsi, karena tingkat pendapatan menurun (Andjaswati, 2010 : 140).
Pendapatan menurun akan mempengaruhi kemampuan baik masyarakat atau
perusahaan dalam membayar angsuran kredit yang nantinya mengarah pada kredit
macet. Dengan demikian semakin tinggi persentase inflasi maka NPL semakin
tinggi.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi
dalam penelitian ini antara lain :
1.

Hermawan Soebagio (2005)
Hermawan Soebagio (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non-Performing Loan (NPL) pada
Bank Umum Konvensional”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah NonPerforming Loan dan variabel independen adalah Nilai Kurs, Tingkat Inflasi,
GDP, CAR, KAP, Tingkat Suku Bunga Kredit dan LDR. Metode penelitian yang
digunakan adalah Metode Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitiannya adalah
Nilai Kurs, Inflasi, KAP, Tingkat Suku Bunga Kredit berpengaruh positif
signifikan terhadap Non-Performing Loan, GDP berpengaruh positif tidak

31
Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap Non-Performing Loan dan CAR serta LDR mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap terjadinya Non-Performing Loan.
2.

Tarron Khemraj and Sukrishnalall Pasha (2005)
Tarron Khemraj and Sukrishnalall Pasha (2005) melakukan penelitian yang

berjudul “The Determinants of Non-Performing Loans : an Econometric Case
Study of Guyana”. Variabel dependennya adalah Non- Performing Loan dan
variabel independennya adalah GDP, real interest rate, inflasi, real effective
exchange rate, SIZE. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini adalah SIZE, real interst rate
berpengaruh positif signifikan terhadap NPL, GDP berpengaruh negatif signifikan
terhadap NPL dan real effective exchange rate tidak berpengaruh terhadap NPL.
3.

Iksan Adisaputra (2012)
Iksan Adisaputra (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Non-Performing Loan pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah NPL. Sedangkan
variabel independennya adalah CAR, LDR, NIM dan BOPO. Dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa CAR, LDR dan BOPO berpengaruh positif signifikan
terhadap NPL dan NIM berpengaruh positif tidak signifikan terhadap NPL.
4.

Kevin Greenidge dan Tifanny (2010)
Kevin Greenidge dan Tifanny (2010) dalam penelitian yang berjudul

“Forcasting Non Performing Loan in Barbados”. Variabel dependen dalam
penelitian ini

adalah NPL.

Sedangkan

variabel

independennya

adalah

32
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan riil GDP, tingkat inflasi dan rata-rata tingkat loan. Dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan riil GDP, tingkat inflasi dan rata-rata tingkat
loan memiliki pengaruh terhadap tingkat non performing loan (NPL).
Pertumbuhan GDP berdampak negatif terhadap rasio NPL pada bank sedangkan
inflasi memberikan pengaruh positif terhadap NPL.
5.

Ali Shingjergji (2013)
Ali Shingjergji (2013) dalam penelitian yang berjudul “The Impact of Bank

Specific Variables on the Non Performing Loans Ratio in the Albanian Banking
System”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio NPL. Sedangkan
variabel independennya adalah Loans level, net interest margin (NIM), loan to
asset ratio, capital adequacy ratio (CAR) and return on equity (ROE). Dengan
menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa CAR berhubungan negatif dengan rasio NPL namun tidak
signifikan secara statistik, NIM dan loans level berhubungan positif dengan rasio
NPL, dan ROE & loan to asset ratio berhubungan negatif dengan rasio NPL.
Secara ringkas, penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut ini :

33
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 :
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti dan
Teknik
Variabel Penelitian
Judul penelitian
Analisis
Regresi
Hermawan Soebagio Dependen (Y) :
1. (2005)
Non Performing Loan linear
berganda
“Analisis FaktorIndependen (X):
Faktor yang
Nilai Kurs, Tingkat
Mempengaruhi
Inflasi, GDP, CAR,
Terjadinya NonKAP, Tingkat Suku
Bunga Kredit dan
Performing Loan
(NPL) pada Bank
LDR.
Umum
Konvensional”.

2.

3.

4.

Dependen (Y) :
Regresi
Non Performing Loan linear
berganda
Independen (X):
“The Determinants of GDP, real interest
rate, inflasi, real
Non-Performing
effective exchange
Loans : an
rate,SIZE
Econometric Case
Study of Guyana”

Tarron Khemraj
And
Sukrishnalall (2005)

Iksan Adisaputra
(2012)

Dependen (Y):
NPL.

“Analisis FaktorFaktor Yang
Mempengaruhi Non-Performing
Loan pada PT. Bank
Mandiri”.
Kevin Greenidge
dan Tifanny
Grosvenor (2010)

Independen (X):
CAR, LDR, NIM dan
BOPO

“Forcasting Non
Performing Loan in
Barbados”

Hasil penelitian
Nilai Kurs, Inflasi, KAP,
Tingkat Suku Bunga
Kredit berpengaruh positif
signifikan terhadap NonPerforming Loan, GDP
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap NonPerforming Loan dan
CAR serta LDR
Mempunyai pengaruh
Negatif signifikan
Terhadap terjadinya NonPerforming Loan.
SIZE, real interst rate
Berpengaruh positif
Signifikan terhadap NPL,
GDP berpengaruh negatif
signifikan terhadap NPL
dan real effective
exchange rate dan inflasi
tidak berpengaruh
terhadap NPL.

Regresi
linear
berganda

CAR, LDR dan BOPO
berpengaruh positif
signifikan terhadap NPL.
NIM berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
NPL.

Dependen (Y):
Regresi
Non performing Loan Linier
berganda
Independen (X):
Pertumbuhan riil
GDP, tingkat inflasi
dan rata-rata tingkat
loan

pertumbuhan riil GDP,
tingkat inflasi dan ratarata tingkat loan memiliki
pengaruh terhadap tingkat
non performing loan
(NPL). Pertumbuhan
GDP berdampak negatif
terhadap rasio NPL pada
bank sedangkan inflasi
memberikan pengaruh
positif terhadap NPL

34
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No.

5.

Peneliti dan
Judul penelitian
Ali Shingjergji
(2013)

Teknik
Hasil penelitian
Analisis
Ordinary CAR berhubungan
Dependen (Y):
Least
Rasio NPL
negatif dengan rasio
Square NPL namun tidak
Independen (X):
signifikan secara
statistik, NIM dan loans
Loans level, net
level berhubungan
interest margin
positif dengan rasio
(NIM), loan to asset
NPL, dan ROE & loan
ratio, capital
adequacy ratio
to asset ratio
berhubungan negatif
(CAR) and return on
dengan rasio NPL
equity (ROE)

Variabel Penelitian

“The Impact of Bank
Specific Variables
on the Non
Performing Loans
Ratio in the
Albanian Banking
System”

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah variabel yang
digunakan. Pemilihan variabel pada penelitian ini didasarkan pada 14 penelitian
terdahulu

yang

menggunakan

variabel

dependen

NPL.

Penelitian

ini

menggunakan 9 variabel independen yang terdiri dari CAR, LDR, NIM, KAP,
BOPO, BANK SIZE, ROE, GDP dan Tingkat Inflasi yang dipilih dari beberapa
variabel independen pada penelitian sebelumnya.
2.6 Kerangka Konseptual
Non Performing Loan (NPL) merupakan risiko kerugian bagi bank karena
debitur tidak melunasi kembali pokok pinjamannya (plus bunga) yang sangat
mempengaruhi stabilitas perbankan. Kredit macet dapat terjadi disebabkan
menurunnya kondisi usaha debitur (counter-party), baik akibat kesalahan
pengelolaan (mismanagement), pengaruh faktor ekonomi makro atau sektor
industri tertentu. Perubahan variabel internal dan eksternal (kondisi ekonomi
makro) mempengaruhi risiko kredit macet perbankan. Variabel internal yaitu
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposits Ratio (LDR), Net Interest
Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional Pendapatan

35
Universitas Sumatera Utara

Operasional (BOPO), Bank Size, Return On Equity (ROE) mempengaruhi
peningkatan dan penurunan kredit macet (NPL).
CAR adalah rasio kecukupan modal (solvabilitas), dari modal dibentuk
cadangan guna meng-cover kerugian yang disebabkan oleh kredit macet oleh
karena itu Semakin tinggi CAR maka NPL semakin menurun (Dendawijaya,
2001 : 191). LDR adalah ratio menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank
(Dendawijaya, 2001 : 118), semakin tinggi rasio LDR berarti semakin rendah
likuiditas bank, karena terlalu besar jumlah dana masyarakat yang dialokasikan ke
kredit. Oleh karena itu maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia
adalah sebesar 110% (Riyadi, 2004 : 146), jika lebih maka jumlah kredit yang
disalurkan terlampau besar sehingga memungkinkan terjadinya resiko kredit
bermasalah. Dengan demikian semakin tinggi presentase LDR maka NPL juga
semakin tinggi. NIM adalah rasio yang menggambarkan penghasilan bunga bank
dari aktiva produktif, semakin besar NIM maka biaya bunga yang harus
dikeluarkan terus meningkat sementara pendapatan bunga kredit tidak meningkat
karena kualitas pembayaran kredit menurun yang nantinya mengarah pada kredit
macet (NPL), semakin tinggi NIM maka NPL juga semakin tinggi (Dendawijaya,
2001 : 185). Menurut Rivai (2013 : 474), KAP adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan aktiva produktif bank untuk menutupi aktiva produktif yang
diklasifikasikan melalui cadangan aktiva produktif yang dibentuk. Semakin kecil
rasio ini semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah semakin kecil.
Aktiva produktif yang dianggap bermasalah adalah aktiva produktif yang tingkat
tagihannya atau kolektibilitasnya tergolong kurang lancar, diragukan dan macet

36
Universitas Sumatera Utara

(Rivai, 2013 : 474). pengertian aktiva produktif dalam hal ini salah satunya adalah
kredit bermasalah (NPL). Dengan demikian semakin kecil persentase KAP
menggambarkan jumlah NPL semakin menurun. BOPO adalah rasio yang
mengukur tingkat efisiensi kinerja manajemen bank. Semakin tinggi efisiensi
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya maka pendapatan operasional
meningkat yang nantinya dapat digunakan untuk meminimalisir terjadinya kredit
macet (Rivai, 2013 : 482). Semakin kecil rasio BOPO maka NPL akan menurun.
Ukuran bank adalah skala besar kecilnya bank yang ditentukan oleh beberapa hal,
antara lain total asset dan modal bank (Ranjan dan Dahl, 2003). Menurut BM
Misra dan Dhal (2010) bank-bank besar lebih cenderung memiliki tingkat kredit
macet lebih tinggi daripada bank-bank kecil. Menurut Irmayanto et al, (2009 :
91), ROE digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam
memperoleh keuntungan bersih bank. Menurut Klein (2013), keuntungan bersih
yang lebih tinggi (ROE) berkontribusi pada penurunan NPL.
Indikator ekonomi makro juga dapat mempengaruhi peningkatan dan
penurunan kredit macet (NPL) yang memiliki hubungan dengan terjadinya krisis
perbankan adalah sebagai berikut: pertumbuhan GDP dan inflasi. Pertumbuhan
GDP yang lebih tinggi mengakibatkan pendapatan masyarakat meningkat
sehingga kemampuan melunasi hutang semakin tinggi (Klein, 2013). Inflasi yang
tinggi mengakibatkan melemahkan daya beli masyarakat dan melumpuhkan
kemampuan produksi suatu perusahaan yang mengarah pada krisis produksi dan
konsumsi (Andjaswati, 2010 : 140), karena tingkat pendapatan menurun.

37
Universitas Sumatera Utara

Pendapatan menurun akan mempengaruhi kemampuan baik masyarakat atau
perusahaan dalam membayar angsuran kredit.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual yang
ditetapkan adalah sebagai berikut:

Bank Pemerintah

Bank Asing

− CAR (X1)
− LDR (X2
− NIM (X3)
− KAP (X4)
− BOPO (X5)
− BANK SIZE (X6)
− ROE (X7)
− GDP (X8)
− TINGKAT INFLASI(X9)

− CAR (X1)
− LDR (X2)
− NIM (X3)
− KAP (X4)
− BOPO (X5)
− BANK SIZE (X6)
− ROE (X7)
− GDP (X8)
− TINGKAT INFLASI(X9)



NPL (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Kualitas
Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

38
Universitas Sumatera Utara

(BOPO), Bank Size dan Return on Equity (ROE) terhadap Non Performing
Loan (NPL) bank pemerintah dan bank asing di Indonesia.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposits Ratio (LDR), Net Interest
Margin (NIM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Bank Size, Return on Equity (ROE), Gross
Domestic Product (GDP) dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) bank pemerintah dan bank asing di Indonesia.

39
Universitas Sumatera Utara