Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sebelum dan Setelah Merger dan Akuisisi pada Tahun 2003-2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Menjalankan suatu bisnis bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan

yang dihadapi oleh perusahaan, dan era globalisasi menjadikannya semakin sulit
karena perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat baik dalam segi internal
maupun eksternal perusahaan. Donaldson dalam Ross (2002) setelah melakukan
sederetan wawancara mengemukakan bahwa secara umum ada dua tujuan
perusahaan, yaitu survival / kelangsungan hidup dan kebebasan dalam
menjalankan perusahaan. Dalam tujuan menjaga kelangsungan hidup, perusahaan
perlu mengembangkan usaha yang dimiliki dengan melakukan ekspansi.
Agus Sartono (2001:365) membagi ekspansi dengan membedakannya
menjadi dua, yaitu ekpansi usaha (business expansion) dan ekpansi finansial
(financial expansion). Ekspansi usaha dilakukan tanpa mengubah struktur
modalnya dan hanya menambah aktiva lancar, sedangkan ekspansi finansial
dilakukan dengan menambah aktiva tetap dengan mendirikan pabrik baru atau
membeli perusahaan lain sehingga mengubah struktur modalnya. Di samping itu

dalam melakukan ekspansi untuk mengembangkan usaha suatu perusahaan
memiliki dua alternatif, yaitu melakukan ekspansi internal atau ekspansi eksternal.
Ekspansi internal dapat dilakukan dengan mengembangkan divisi-divisi yang ada
di dalam perusahaan melalui kegiatan capital budgetting. Sedangkan ekpansi
eksternal dapat dilakukan dengan kebijakan penggabungan usaha.

Universitas Sumatera Utara

Penggabungan

usaha

dapat

dilakukan

dengan

merger


atau

pengambilalihan/akuisisi. Merger adalah kombinasi antara dua atau lebih
perusahaan yang melebur menjadi satu perusahaan baru (Sartono, 2001:365).
Sedangkan akuisisi adalah pengambilalihan perusahaan lain yang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut
(Ross et

al., 817). Ekspansi eksternal melalui merger dan akuisisi ini pada

umumnya lebih disenangi oleh para pelaku bisnis daripada ekspansi internal
karena ekspansi eksternal dianggap dapat lebih cepat memicu pertumbuhan
perusahaan. Memasuki era global dimana intensitas perkembangan ekonomi juga
semakin cepat, aktivitas merger dan akuisisi pun semakin meningkat. Di Amerika
Serikat, aktivitas merger dan akuisisi merupakan aktivitas yang biasa terjadi. Pada
era 1980an telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas merger dan akuisisi sehingga
era tersebut disebut sebagai dekade merger mania. Di Indonesia, aktivitas merger
dan akuisisi mulai marak terjadi seiring dengan kemajuan pasar modal di
Indonesia. Pada tahun 1998 dimana Indonesia sedang mengalami krisis moneter
terjadi aktivitas merger besar-besaran terutama untuk perusahaan dalam bidang

perbankan. Pada saat itu banyak bank yang tidak mampu memenuhi kewajibannya
sehingga harus dilikuidasi dan mengalami kebangkrutan. Dengan dilakukannya
merger perusahaan-perusahaan berharap akan tetap hidup dan bertahan
menjalankan operasionalnya.
Ambarwati

(2008:284)

mengemukakan

bahwa

alasan

utama

perusahaan di Indonesia melakukan merger dan akuisisi adalah untuk
penghematan pajak. Menurut Syahyunan (2013:135) pada umumnya beberapa

Universitas Sumatera Utara


alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah pertumbuhan dan
diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana, menambah keterampilan manajemen
atau teknologi, pertimbangan pajak, meningkatkan likuiditas pemilik, dan
melindungi diri dari pengambilalihan. Sinergi adalah nilai tambah yang tercipta
dari hasil penggabungan perusahaan. Sinergi ini dapat bersumber dari
penghematan

operasi,

penghematan

keuangan,

perbedaan

efisiensi

dan


peningkatan kekuatan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham dan
Houston, 2001). Melalui sinergi yang tercipta perusahaan mengharapkan
peningkatan kinerja, termasuk kinerja keuangan yang lebih baik dari merger dan
akuisisi, karena perusahaan mengharapkan dengan adanya sinergi setelah merger
dan akuisisi nilai perusahaan yang tercipta dari hasil pertambahan satu ditambah
satu bukan hanya dua, melainkan tiga atau bahkan lebih. Namun tidak selalu
merger dan akuisisi menghasilkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
Penilaian terhadap ada tidaknya peubahan dalam kinerja keuangan dapat
dilakukan dengan melakukan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan. Salah satu alat dalam menilai laporan keuangan adalah dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2011:297). Menurut
Sartono (2001:113) rasio dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki
kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang
cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran
investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan

Universitas Sumatera Utara


memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Rasio keuangan
merupakan cara yang nyaman untuk merangkum sejumlah besar data keuangan
dan membandingkan kinerja perusahaan (Brealey et
(2001:329)

menyatakan

bahwa

analisis

rasio

al., 2007:72). Riyanto

dapat

dilakukan

dengan


membandingkan rasio sekarang dengan waktu yang lalu, dan membandingkan
rasio satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama pada
waktu yang sama.
Suatu perusahaan manufaktur penghasil rokok, Bentoel Internasional
Investama Tbk melakukan merger dengan PT BAT Indonesia Tbk dan bergabung
ke dalam Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2009. Dampak merger
terhadap kinerja keuangan Bentoel Internsaional Investama Tbk. 3 tahun setelah
merger tidak benar-benar menunjukkan hasil yang memuaskan. Berikut adalah
rasio keuangan perusahaan Bentoel Internasional Investama Tbk

satu tahun

sebelum dan tiga tahun setelah merger.

Tabel 1.1
Rasio Keuangan Bentoel Internasional Investama Tbk.
Rasio
2008 (dalam %)
2012 (dalam %)

CR
247,83
153,60
QR
33,19
28,81
ROA
5,48
-2,54
Rasio
2008 (dalam %)
2012 (dalam %)
ROE
14,11
-8,56
NPM
4,03
-2,06
TATO
133,33

105,29
Sumber: idx.co.id (data diolah)
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat terjadi perubahan antara kinerja keuangan satu tahun
sebelum dan 3 tahun setelah merger. Rasio-rasio yang disajikan menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

perubahan yang negatif dengan terjadinya penurunan, bahkan ROA, ROE dan
NPM menyentuh angka negatif. Hasil ini tentu berbeda dari harapan perusahaan
yang mengharapkan terjadinya sinergi yang menghasilkan nilai positif bagi
perusahaan setelah merger dan akuisisi.
Selain dari rasio keuangan yang telah disebutkan di atas, kita juga dapat
menilai dampak merger dan akuisisi dari nilai pasar perusahaan yang dapat kita
ketahui dengan menghitung earning per share (EPS), yang menunjukkan berapa
laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dalam Tabel 1.2
disajikan nilai EPS perusahaan Bentoel International Investama Tbk sebelum dan
sesudah melakukan merger pada tahun 2009.
Tabel 1.2
Earning per Share Bentoel International Investama Tbk.
Tahun

Keterangan
EPS (dalam Rupiah)
2008

1 tahun sebelum merger

35,52

2009

Tahun dilakukannya merger

3,74

2010

1 tahun setelah merger

30,20


2011

2 tahun setelah merger

42,26

2012

3 tahun setelah merger

-21,07

Sumber : idx.co.id (data diolah)
Dari Tabel 1.2 kita dapat melihat bahwa 1 tahun dan 2 tahun setelah dilakukan
merger yaitu pada tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan nilai EPS
perusahaaan. Tetapi pada tahun 2012, terjadi penurunan drastis pada nilai EPS
perusahaan. Hasil yang ada kembali menunjukkan pertentangan dengan teori
tentang sinergi dan menimbulkan pertanyaan apakah keputusan jangka panjang

Universitas Sumatera Utara

dalam melakukan merger dan akuisisi hanya memberikan dampak jangka pendek
yang positif terhadap pemegang saham perusahaan.
Penelitian tentang perbedaan kinerja keuangan dalam merger dan akuisisi
ini telah banyak dilakukan, namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak
selalu sama. Penelitian yang dilakukan oleh Payamta (2001) dengan periode
akuisisi 1990-1996 pada perusahaan publik dengan periode pengamatan dua tahun
sebelum dan dua tahun sesudah akuisisi menggunakan current ratio, quick ratio,
debt ratio, network to debt ratio, total assets turnover, ROI dan NPM
menunjukkan adanya peningkatan kinerja keuangan. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti perbedaan
kinerja keuangan sebelum dan setelah merger dan akuisisi dengan sampel
perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 19901996 dengan menggunakan rasio keuangan, hasilnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh signifikan yang terjadi dengan periode pegamatan dua tahun
sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sarah dan Maksum
(2009) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada rasio
likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan leverage. Putri Novaliza dan Atik Djajanti
(2013) juga melakukan penelitian tentang perbedaan kinerja keuangan terhadap
kinerja perusahaan publik periode 2004-2011 dengan menggunakan rasio
keuangan satu tahun sebelum dan empat tahun sesudah merger dan akuisisi, dan
analisis return saham pada periode jendela 5 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa
perubahan positif hanya terjadi pada rasio ROA, sedangkan return saham tidak

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan adanya perbedaan, sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Helga dan Salamun (2006).
Dengan adanya perbedaan teori yang menyatakan bahwa merger dan
akuisisi dapat memperbaiki kinerja keuangan suatu perusahaan dengan kenyataan
yang tejadi pada perusahaan, serta perbedaan pada hasil penelitian-penelitian
sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kinerja keuangan
pada satu industri dengan jangka waktu yang lebih panjang yaitu membandingkan
kinerja keuangan perusahaan satu tahun sebelum hingga

lima tahun setelah

merger dan akuisisi untuk melihat apakah merger dan akuisisi dapat memberikan
dampak jangka panjang terhadap kinerja keuangan perusahaan sehingga akan
terdapat perubahan kinerja keuangan sebelum dan setelah merger dilakukan. Oleh
karena itu diputuskan untuk dilakukan penelitian dengan judul “Analisis
Perbedaaan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Sebelum dan Setelah Melakukan Merger dan Akuisisi pada Tahun 20032012”

1.2.

Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana kinerja keuangan
perusahaan manufaktur sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi.
Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana perbedaan net profit margin sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?

Universitas Sumatera Utara

2. Bagaimana perbedaan return on assets sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?
3. Bagaimana perbedaan return on investment sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi?
4. Bagaimana perbedaan total assets turnover sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi?
5. Bagaimana perbedaan current ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?
6. Bagaimana perbedaan quick ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?
7. Bagaimana perbedaan debt ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?
8. Bagaimana perbedaan earning per share sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi?
9. Bagaimana perbedaan price earning ratio sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi?

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

A.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah melakukan merger dan
akuisisi.

Universitas Sumatera Utara

B.

Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk memberikan manfaat
pengetahuan mengenai merger dan akuisisi dan pengaruhnya terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
b. Bagi Perusahaan / Emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
merger dan akuisisi dan dapat menjadi salah satu sumber informasi dan
bahan pertimbangan dalam melakukan merger dan akuisisi.
c. Bagi Investor
Manfaat penelitian bagi investor adalah salah satu sumber informasi dan
bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana yang dimiliki, terutama
dalam hal merger dan akuisisi.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian bagi peneliti selanjutnya adalah untuk menjadi salah
satu referensi dan bahan pembelajaran dalam melakukan penelitian
selanjutnya

dengan

memperhatikan

kelemahan-kelemahan

dalam

penelitian ini agar penelitian yang akan dilanjutkan selanjutnya dapat lebih
baik.

Universitas Sumatera Utara