Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Industri
Pengertian Industri secara umum adalah suatu kegiatan mengolah bahan
mentah atau bahan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.
Industri identik dengan sebuah perusahaan. Memang benar, tapi setiap
perusahaan tidak harus besar dan menggunakan mesin. Menurut Dra. Sri
Milaningsih kata Industri berasal dari bahasa latin, yakni industria yang artinya
buruh atau tenaga kerja. Industri juga bisa diartikan sebagai semua bentuk
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan mendapatkan keuntungan dari barang produksi
yang dihasilkan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), Industri merupakan sebuah
kesatuan unit usaha yang menjalankan suatu aktivitas ekonomi yang bertujuan
untuk menghasilkan barang maupun jasa yang berdomisili pada suatu tempat atau
lokasi tertentu dan memiliki catatan administrasi masing-masing.
9
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2000), Industri memiliki arti secara mikro dan makro.
Secara mikro, Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai
sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi makro, Industri adalah kegiatan
ekonomi yang menciptakan nilai tambah.
Menurut Kartasapoetra (2000), Industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih lagi penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun industri dan perekayasaan industri.
Jenis-jenis industri juga dikelompokkan oleh Departemen Perindustrian
(1986) yang mengelompokkan industri ke dalam empat kelompok utama, yaitu
sebagai berikut:
1.
Industri kimia dasar, yaitu industri yang bahan baku atau olahannya
menggunakan bahan-bahan kimia. Contohnya, industri semen, pupuk
pestisida, kertas, bahan peledak dan ban kendaraan.
2.
Industri mesin dan logam dasar, yaitu industri bahan dan produk dasar logam,
perlengkapan pabrik, peralatan listrik dan kendaraan bermotor.
3.
Aneka industri, yaitu kelompok industri yang menghasilkan barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan bermacam-macam kebutuhan masyarakat.
Contohnya, industri makanan dan minuman, aneka sandang, aneka kimia dan
serat, serta aneka bahan bangunan.
4.
Industri kecil, yaitu jenis industri rumah tangga.
10
Universitas Sumatera Utara
2.2
Industri Kreatif
Ada beberapa definisi industri kreatif. Industri kreatif didefinisikan
sebagai industri yang fokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan
intelektual seperti seni, film, permainan atau desain fesyen dan termasuk layanan
kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Menurut UNESCO,
industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun pelayanan yang melingkupi
elemen substansial dari segi artistik atau usaha untuk menciptakan dan mencakup
aktifitas arsitektur dan periklanan.
Sedangkan menurut Jones (2006), industri kreatif merupakan aktifitas
yang memiliki keaslian dalam individu, bakat dan keterampilan serta memiliki
potensi untuk menciptakan pekerjaan dan kesejahteraan melalui generasi dan
eksploitasi hak kekayaan intelektual.
Definisi industri kreatif yang lain adalah semua industri yang berhubungan
dengan produk dan jasa artistik serta budaya umum (Kultur Documentation/
Mediacult/ Wifo 2004, Creativwirtschaft Austria 2004, Marcus 2005 dalam Holzi,
2005). Definisi industri kreatif dari visi pemerintah UK Department of Culture,
Media and Sport adalah industri-industri yang mengandalkan individu,
keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup
dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan atau gagasan dan ekspoloitasi
HKI (Triaksono, 2007).
Sektor usaha industri kreatif menurut Departemen Kebudayaan, Media dan
Olahraga Inggris digolongkan ke dalam 15 sektor yaitu periklanan, arsitektur,
kesenian dan barang antik, kerajinan tangan, desain, tata busana, film dan video,
11
Universitas Sumatera Utara
perangkat lunak untuk hiburan interaktif, musik, seni, pertunjukan, publikasi dan
penerbitan, perangkat lunak dan permainan komputer, televisi dan radio
(Simatupang, 2007).
Sedangkan menurut Jones (2006), industri kreatif meliputi beberapa sektor
antara lain iklan, arsitektur, seni pahat, desain, perancang busana, video dan film,
perangkat lunak, musik, penyelenggaraan seni, penerbitan, radio dan televisi,
museum serta pariwisata. Industri kreatif dapat pula dikategorikan ke dalam tiga
hal; Pertama, kegiatan ekonomi yang secara langsung berhubungan dengan dunia
seni (seni visual, penyelenggaraan seni, penerbitan dan literatur, museum, galeri,
warisan budaya, dan lain-lain. Kedua, aktifitas yang berhubungan dengan media
(penerbitan, industri penyiaran dan media digital). Dan ketiga, aktifitas yang
berhubungan dengan desain (arsitektur, industri desain, pertunjukan dan desain
produk) (Holzl, 2005).
Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia (2008) menggunakan acuan definisi industri kreatif yang
sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesehjatraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) mengelompokkan
subsektor industri berbasis kreatifitas adalah:
1.
Periklanan: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan
(komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi
12
Universitas Sumatera Utara
proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya:
riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material
iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat
kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai
poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur, dan
reklame sejenis, distribusi dan delive industry advertising materials atau
samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
2.
Arsitektur: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan
konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (town planning, urban
design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,
misalnya: arsitektur taman, desain interior).
3.
Pasar Barang Seni: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan
barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang
tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat
musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4.
Kerajinan: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan
distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal
dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain
meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam
maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
13
Universitas Sumatera Utara
Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif
kecil (bukan produksi massal).
5.
Desain: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan
jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6.
Fesyen: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain
alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7.
Video, Film dan Fotografi: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron, dan eksibisi film.
8.
Permainan Interaktif: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,
produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan,
ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi
sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau
edukasi.
9.
Musik:
Kegiatan
kreatif
yang
berkaitan
dengan
kreasi/komposisi,
pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: Kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan usaha
pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
14
Universitas Sumatera Utara
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata
panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid dan konten digital
serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup
penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil,
obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang,
dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir
(engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan,
dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,
integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk
perawatannya.
13. Televisi dan Radio: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,
produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show,
infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan
radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan
televisi.
14. Riset dan Pengembangan: Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif
yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan
15
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses
baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora
seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, seni serta jasa
konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: Kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk
dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi
terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat
ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional. Studi
dilakukan utuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin
mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk di
sebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga
memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini di latarbelakangi bahwa Indonesia
memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya
merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja,
kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan
komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan
ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi
memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya
usaha kuliner, aksesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti
penjual gorengan, bakso, comro, gehu, batagor, siomay, bajigur dan ketoprak.
16
Universitas Sumatera Utara
Sumbangan industri kreatif di Indonesia tidak bisa dikatakan kecil. Seperti
dikatakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Marie E Pangestu tahun 2006,
sebesar Rp 86,917 triliun. Pertama, industri kreatif Indonesia menyumbangkan
sekitar 4,71% dari PDB Indonesia pada tahun 2006, sudah berada diatas sektor
listrik, gas dan air bersih. Kedua, laju pertumbuhan industri kreatif Indonesia
tahun 2006 sebesar 7,28% pertahun (angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi Indonesia 5,14%). Ketiga, penyerapan tenaga kerja tahun 2006 sebesar
4,48 juta orang dengan persentase terhadap total tenaga kerja adalah 4,71%.
Keempat, produktivitas tenaga kerja tahun 2006 Rp 19,38 juta per orang.
Terakhir, empat sektor industri kreatif teratas adalah periklanan, desain fesyen,
kerajinan, dan arsitektur.
2.2.1
Struktur Industri
Pengertian ‘struktur’ sering disamakan dengan bentuk atau susunan
komponen pada suatu bentuk. Dengan kata lain, struktur adalah susunan bagianbagian dalam suatu bentuk bangunan. Bila diartikan dalam konteks ekonomi,
struktur adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi
oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual
(perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi
produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Semakin besar hambatan
untuk masuk. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar. Hambatan masuk meliputi
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemerintah untuk memasuki pasar,
yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan, efesiensi tingkat produksi, bermacammacam usaha penjualan, serta besarnya sunk cost (Kuncoro: 137).
17
Universitas Sumatera Utara
Struktrur industri adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa
yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi
penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli,
diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Struktur pasar
merupakan bahasan yang penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja industri
yang menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Kemudian
biasa dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing. Elemen dalam
struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration),
dan hambatan (barrier). Secara garis besar, jenis-jenis struktur pasar terdiri atas
pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan
monopolistik. Sebaliknya, struktur industri merupakan bentuk atau tipe
keseluruhan pasar industri.
2.3
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas merupakan faktor penting dalam pencapaian produksi dalam
suatu industri. Singkatnya produktivitas kerja dapat dikatakan produktif apabila
hasil yang dicapai lebih besar daripada sumber kerja yang digunakan. Tentunya
dengan adanya efektivitas dan efesiensi kerja, produktivitas dapat dicapai.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seperti:
Pendidikan, Keterampilan dalam bekerja, Disiplin kerja, Sikap dan etika kerja,
Motivasi, Gizi dan kesehatan yang baik, Tingkat penghasilan yang sesuai,
Jaminan soaial, Lingkungan kerja, Kemajuan dan ketepatan teknologi, Sarana
produksi, Manajemen, dan Kesempatan untuk berprestasi merupakan faktor-faktor
pendukung yang dapat membantu tercapainya produktivitas kerja.
18
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kebijakan Pengembangan Kota
Kebijakan adalah pelaksanaan yang dikembangkan dengan tujuan untuk
memandu keputusan dan mencapai hasil yang rasional. Kebijakan berbeda dengan
peraturan atau hukum, dimana hukum dapat memaksakan atau melarang suatu
perilaku (seperti membayar pajak penghasilan) sementara kebijakan hanya
memandu perilaku ke arah perilaku yang paling memungkinkan untuk membuat
keputusan secara politik, manajemen, finansial (seperti penentuan prioritas
pengeluaran), dan administrasi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan publik ditujukan pada nilai-nilai sosial, moral
dan ekonomi yang
mengikat suatu masyarakat. Nilai-nilai yang beragam di berbagai budaya yang
berbeda dan berubah seiring waktu. Kebijakan akan menjadi efektif apabila
kebijakan tersebut konsisten dengan norma-norma yang berlaku umum di
masyarakat dan merefleksikan moralitas kolektif dari masyarakat.
Peran yang tepat bagi pemerintah adalah sebagai suatu katalis dan
penantang dengan maksud untuk memperkuat atau bahkan mendorong perusahaan
untuk meningkatkan aspirasi mereka dan bergerak menuju tingkat kerja
kompetitif yang lebih tinggi. Pemerintah tidak dapat menciptakan industri yang
kompetitif, hanya perusahaan yang mampu melakukan itu. Kebijakan pemerintah
yang berhasil adalah yang mnciptakan suatu lingkungan di mana perusahaan dapat
memperoleh keunggulan kompetitif daripada yang melibatkan pemerintah secara
langsung di dalam proses tersebut.
19
Universitas Sumatera Utara
Cho (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa prinsip dasar
yang
sederhana bahwa pemerintah seharusnya mencakup untuk memainkan peran yang
mendukung dan tepat bagi daya saing nasional, yaitu mendorong perubahan,
mempromosikan persaingan domestik, merangsang inovasi. Beberapa diantara
pendekatan kebijakan khusus untuk memandu negara yang mencoba untuk meraih
keunggulan kompetitif mencakup: fokus pada penciptaan faktor, menghindari
campur tangan dalam faktor dan pasar kurs, memperkuat standar produk,
keamanan, dan lingkungan yang ketat, secara tajam membatasi kerja sama
langsung di antara para pesaing industri, mempromosikan tujuan yang mengarah
pada investasi
yang
bertahan lama,
melakukan deregulasi
persaingan,
menjalankan kebijakan antitrust domestik yang kuat, serta menolak perdagangan
yang diatur.
Pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk membuat
industri kreatif ini menjadi berkembang, dimulai dengan terbentuknya gugus
industri kreatif dan Departemen Budaya, Media dan Olahraga, kemudian
dilakukan pemetaan industri kreatif dan akhirnya diluncurkan program ekonomi
kreatif. Meskipun pemerintah Inggris baru memberikan perhatian sejak sepuluh
tahun terakhir, tetapi industri kreatif di negara ini berkembang pesat. Sedangkan
di Singapura telah menugaskan kementrian informasi Komunikasi dan Seni untuk
mengembangkan industri kreatif melalui pemaduan seni, bisnis, dan teknologi.
Visi negara Singapura dalam mengembangkan industri kreatif ini adalah
menjadikan klaster kreatif untuk menunjang ekonomi kreatif Singapura.
20
Universitas Sumatera Utara
PBB menyatakan China kini telah berkembang menjadi eksportir tingkat
dunia dari produk-produk kreatif karena membuat kebijakan yang menyokong
perkembangan industri kreatif. China merupakan negara pertama yang
membangun sebuah pusat kegiatan dari industri kreatif, yaitu Shanghai Creative
Industry Center (SCIC) pada tahun 2004. SCIC memfasilitasi antara kebijakan
pemerintah dan mengkordinasikan kerjasama antara pemerintah dan lembaga
swasta. China membangun klaster-klaster kreatif dengan adanya taman-taman
kreatif dan distrik-distrik kreatif yang menyatukan para kreator dan menyediakan
fasilitas untuk mereka agar dapat berbagi pengalaman, peralatan dan teknologi.
Pemerintah China menunjukkan perhatiannya terhadap industri kreatif di dalam
rencana 5 tahunannya dengan menyebutkan industri kreatif sebagai strategi
pengembangan.
Di New York, Sejak tahun 2005 pemerintah kota menunjukkan
peningkatan perhatian pelayanan terhadap industri kretif melalui Departemen
Urusan Kebudayaan (DCA) dan Kantor Film, Teater, dan Penyiaran. Akan tetapi
pemerintah belum melakukan banyak untuk mengatasi isu-isu dalam perusahaan
dan pekerja kreatif seperti pekerjaan yang layak dan ruang latihan, dan harga
perumahan yang terjangkau. Dana pemerintah Kota New York untuk kesenian
dan kebudayaan merupakan yang tertinggi di Ameika. DCA memiliki 803 juta
dolar dana untuk 4 tahun untuk menyokong proyek-proyek infrastruktur.
21
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penelitian Terdahulu
June Gwee (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Innovation and the
Creative Industries Cluster: A Case study of Singapore’s Creative Industries”
menyatakan bahwa Untuk mengatasi kendala ekonomi yang relatif kecil di
tengah-tengah tantangan globalisasi, Singapura memulai diversifikasi sebagai
strategi dalam pertengahan tahun delapan puluhan untuk mengembangkan cluster
dan
menjamin
kelangsungan
hidup
ekonomi.
Makalah
ini
membahas
pengembangan industri klaster kreatif kota negara yang mengalihkan fokus
ekonomi dari manufaktur untuk inovasi. Menggunakan Singapura sebagai kasus
belajar, makalah ini akan menjelaskan bagaimana industri kreatif mulai di kota,
membahas bidang kebijakan penting untuk pengembangan sistem inovasi klaster
ini, dan mengusulkan sebuah pendekatan untuk bagaimana klaster ini harus
diusahakan untuk menciptakan inovasi bagi negara. Ini akan menyajikan
tantangan yang khusus untuk Singapura dan menggambarkan keterbatasan dan
potensi bangsa yang lebih kecil ini kebijakan inovasi dan sistem inovasi. Industri
kreatif strategi kluster itu sendiri, meskipun strategi ekonomi, juga kebijakan
inovasi nasional. Kreativitas melalui seni tidak bisa bercerai dari pengembangan
yang lebih kecil dan bangsa yang lebih muda bahkan jika tujuan langsung yang
muncul semata-mata untuk ekonomi. Gagasan seni dan budaya lokal harus
diambil serius dari awal dan dipersiapkan sedini mungkin melalui pendidikan,
sosial dan kebijakan budaya karena kreativitas, kompetensi berpikir kritis, dan
budidaya kepekaan untuk estetika dominan di dalam seni, keterampilan dan
pengetahuan. Ini menjadi perlu sebagai negara yang bergerak ke atas rantai nilai
22
Universitas Sumatera Utara
untuk mencapai tingkat lebih canggih keunggulan yang kompetitif bagi
perekonomian dan untuk kota secara keseluruhan.
Andrzej (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Barriers to the
Development of Creative Industries in Culturally Diverse Region” membahas
tentang menggambarkan kondisi umum untuk pengembangan industri kreatif di
Provinsi Podlasie dari Polandia. Wilayah ini pada latar belakang negara ini
ditandai
dengan
tingkat
tertinggi
keragaman
budaya
dan
kebijakan
multikulturalisme. Namun, ada sejumlah hambatan untuk industri kreatif. Artikel
pertama membahas karakteristik wilayah dan kemudian pendekatan teoritis dasar
dan kesimpulan dari penelitian penulis sendiri. Bagian berikut membahas
kesimpulan dan rekomendasi untuk kebijakan regional dan pengelolaan badan
sektor budaya yang mungkin relevan juga untuk daerah beragam budaya lainnya.
Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menyediakan lengkap, memadai, dapat
diandalkan dan pengetahuan praktis di bidang budaya partisipasi, kebutuhan dan
persepsi oleh penduduk wilayah ini. Sebuah tujuan kedua adalah untuk
menentukan citra kuantitatif dan kualitatif lembaga budaya dan penilaian
manajemen kegiatan seni.
Nurjanah
(2013)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Analisis
Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif melalui Pendidikan Tinggi”
menyatakan bahwa dibutuhkan sumber daya industri kreatif yang memiliki
kompetensi di bidang seni, manajemen, sains dan teknologi, lalu perlu
meningkatkan kompetensi pelaku industri kreatif dikarenakan pelaku industri
kreatif saat ini masih belum memiliki kompetensi dalam menciptakan ide-ide
23
Universitas Sumatera Utara
baru, teknologi-teknologi baru dan konten baru. Industri kreatif membutuhkan
sumber daya manusia di sektor manajemen yang pekerjaannya mengandalkan
daya pikir dan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sangat
dibutuhkan lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan di bidang industri
kreatif.
Atika dan Widiyanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
pengembangan Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen” menyatakan
bahwa usaha kecil dan menengah memiliki peran yang penting dan peranan
strategis dalam perekonomian di Indonesia dan negara-negara lain. Indikasi yang
menunjukkan peranan usaha kecil dan menengah itu dapat dilihat dari
kontribusinya terhadap PDB, ekspor non-migas, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti (M. Irfan, dalam
Anoraga, 2011:47). Berdasarkan hasil observasi didapatkan data rekapitulasi
pengusaha mikro kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Kebumen dengan
total 42.784 buah. Keseluruhan jumlah usaha tersebut berasal dari banyaknya
industri dan perdagangan yang terbagi dalam bebepa jenis usaha.
Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi
Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif
Subsektor Kerajinan: Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik
analisa SWOT menunjukkan Industri ini memiliki peluang yang besar dan dapat
memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang
tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan
sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar
24
Universitas Sumatera Utara
+0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada
diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama
halnya dengan bordir/sulaman.
Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia”
mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif
(kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing –masing
memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai
kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan
menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan
distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan
komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi,
kampanyerelasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan
elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar,
penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan
delive industry advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk
iklan.
Aisyah Irwan Ainul (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi tentang Industri Kreatif
Sektor Kerajinan di Kota Batu) menyatakan bahwa adanya Inovasi dan dan
kreativitas yang timbul pada masyarakat, membuat sektor industri kreatif
mempunyai peran penting dalam pengembangan perekonomian suatu daerah.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan industri kreatif
25
Universitas Sumatera Utara
sektor kerajinan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Kreativitas
pelaku industri mampu meningkatkan hasil produk yang lebih berinovasi. Faktor
pendukung dari pengembangan industri kreatif ini meliputi peran Dinas
Koperindag, kualitas sumber daya manusia dan potensi kota. Pengembangan
industri kreatif diharapkan dapat sesuai dengan RENSTRA dari dinas Koperindag
serta mampu memberikan dan meningkatkan pelatihan serta penyuluhan yang
bermanfaat bagi pelaku industri dalam mengembangkan usaha industrinya.
2.6
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau
batasan-batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang
akan dilakukan. Tahap awal penelitian ini adalah dimulai dengan melakukan
proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder ataupun data primer
mengenai ekonomi berbasis industri kreatif yang ada di Kota Medan. Selanjutnya
melakukan identifikasi terhadap kegiatan industri kreatif guna memberi gambaran
umum tentang kondisi industri kreatif yang ada di Kota Medan. Dalam hal ini
diakukan survei lapangan yang menggunakan metode wawancara mendalam dan
observasi.
26
Universitas Sumatera Utara
Terakhir, dapat dirumuskan beberapa potensi dan kebijakan dalam
pengembangan industri kreatif di Kota Medan dengan pendekatan deskriptif.
Industri Kreatif
Potensi
Kebijakan
Pengembangan
Industri Kreatif
Kota Medan
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
27
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Industri
Pengertian Industri secara umum adalah suatu kegiatan mengolah bahan
mentah atau bahan barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.
Industri identik dengan sebuah perusahaan. Memang benar, tapi setiap
perusahaan tidak harus besar dan menggunakan mesin. Menurut Dra. Sri
Milaningsih kata Industri berasal dari bahasa latin, yakni industria yang artinya
buruh atau tenaga kerja. Industri juga bisa diartikan sebagai semua bentuk
kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang bersifat produktif untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan mendapatkan keuntungan dari barang produksi
yang dihasilkan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), Industri merupakan sebuah
kesatuan unit usaha yang menjalankan suatu aktivitas ekonomi yang bertujuan
untuk menghasilkan barang maupun jasa yang berdomisili pada suatu tempat atau
lokasi tertentu dan memiliki catatan administrasi masing-masing.
9
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2000), Industri memiliki arti secara mikro dan makro.
Secara mikro, Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai
sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi makro, Industri adalah kegiatan
ekonomi yang menciptakan nilai tambah.
Menurut Kartasapoetra (2000), Industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih lagi penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun industri dan perekayasaan industri.
Jenis-jenis industri juga dikelompokkan oleh Departemen Perindustrian
(1986) yang mengelompokkan industri ke dalam empat kelompok utama, yaitu
sebagai berikut:
1.
Industri kimia dasar, yaitu industri yang bahan baku atau olahannya
menggunakan bahan-bahan kimia. Contohnya, industri semen, pupuk
pestisida, kertas, bahan peledak dan ban kendaraan.
2.
Industri mesin dan logam dasar, yaitu industri bahan dan produk dasar logam,
perlengkapan pabrik, peralatan listrik dan kendaraan bermotor.
3.
Aneka industri, yaitu kelompok industri yang menghasilkan barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan bermacam-macam kebutuhan masyarakat.
Contohnya, industri makanan dan minuman, aneka sandang, aneka kimia dan
serat, serta aneka bahan bangunan.
4.
Industri kecil, yaitu jenis industri rumah tangga.
10
Universitas Sumatera Utara
2.2
Industri Kreatif
Ada beberapa definisi industri kreatif. Industri kreatif didefinisikan
sebagai industri yang fokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan
intelektual seperti seni, film, permainan atau desain fesyen dan termasuk layanan
kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Menurut UNESCO,
industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun pelayanan yang melingkupi
elemen substansial dari segi artistik atau usaha untuk menciptakan dan mencakup
aktifitas arsitektur dan periklanan.
Sedangkan menurut Jones (2006), industri kreatif merupakan aktifitas
yang memiliki keaslian dalam individu, bakat dan keterampilan serta memiliki
potensi untuk menciptakan pekerjaan dan kesejahteraan melalui generasi dan
eksploitasi hak kekayaan intelektual.
Definisi industri kreatif yang lain adalah semua industri yang berhubungan
dengan produk dan jasa artistik serta budaya umum (Kultur Documentation/
Mediacult/ Wifo 2004, Creativwirtschaft Austria 2004, Marcus 2005 dalam Holzi,
2005). Definisi industri kreatif dari visi pemerintah UK Department of Culture,
Media and Sport adalah industri-industri yang mengandalkan individu,
keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup
dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan atau gagasan dan ekspoloitasi
HKI (Triaksono, 2007).
Sektor usaha industri kreatif menurut Departemen Kebudayaan, Media dan
Olahraga Inggris digolongkan ke dalam 15 sektor yaitu periklanan, arsitektur,
kesenian dan barang antik, kerajinan tangan, desain, tata busana, film dan video,
11
Universitas Sumatera Utara
perangkat lunak untuk hiburan interaktif, musik, seni, pertunjukan, publikasi dan
penerbitan, perangkat lunak dan permainan komputer, televisi dan radio
(Simatupang, 2007).
Sedangkan menurut Jones (2006), industri kreatif meliputi beberapa sektor
antara lain iklan, arsitektur, seni pahat, desain, perancang busana, video dan film,
perangkat lunak, musik, penyelenggaraan seni, penerbitan, radio dan televisi,
museum serta pariwisata. Industri kreatif dapat pula dikategorikan ke dalam tiga
hal; Pertama, kegiatan ekonomi yang secara langsung berhubungan dengan dunia
seni (seni visual, penyelenggaraan seni, penerbitan dan literatur, museum, galeri,
warisan budaya, dan lain-lain. Kedua, aktifitas yang berhubungan dengan media
(penerbitan, industri penyiaran dan media digital). Dan ketiga, aktifitas yang
berhubungan dengan desain (arsitektur, industri desain, pertunjukan dan desain
produk) (Holzl, 2005).
Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia (2008) menggunakan acuan definisi industri kreatif yang
sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesehjatraan serta lapangan pekerjaan melalui
penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) mengelompokkan
subsektor industri berbasis kreatifitas adalah:
1.
Periklanan: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan
(komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi
12
Universitas Sumatera Utara
proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya:
riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material
iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat
kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai
poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur, dan
reklame sejenis, distribusi dan delive industry advertising materials atau
samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
2.
Arsitektur: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan
konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (town planning, urban
design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,
misalnya: arsitektur taman, desain interior).
3.
Pasar Barang Seni: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan
barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang
tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat
musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4.
Kerajinan: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan
distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal
dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain
meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam
maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
13
Universitas Sumatera Utara
Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif
kecil (bukan produksi massal).
5.
Desain: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan
jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6.
Fesyen: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain
alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7.
Video, Film dan Fotografi: Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron, dan eksibisi film.
8.
Permainan Interaktif: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,
produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan,
ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi
sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau
edukasi.
9.
Musik:
Kegiatan
kreatif
yang
berkaitan
dengan
kreasi/komposisi,
pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: Kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan usaha
pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
14
Universitas Sumatera Utara
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata
panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid dan konten digital
serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup
penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil,
obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang,
dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir
(engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan,
dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,
integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk
perawatannya.
13. Televisi dan Radio: Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,
produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show,
infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan
radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan
televisi.
14. Riset dan Pengembangan: Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif
yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan
15
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses
baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora
seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, seni serta jasa
konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: Kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk
dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi
terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat
ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional. Studi
dilakukan utuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin
mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk di
sebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga
memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini di latarbelakangi bahwa Indonesia
memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya
merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja,
kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan
komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan
ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi
memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya
usaha kuliner, aksesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti
penjual gorengan, bakso, comro, gehu, batagor, siomay, bajigur dan ketoprak.
16
Universitas Sumatera Utara
Sumbangan industri kreatif di Indonesia tidak bisa dikatakan kecil. Seperti
dikatakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Marie E Pangestu tahun 2006,
sebesar Rp 86,917 triliun. Pertama, industri kreatif Indonesia menyumbangkan
sekitar 4,71% dari PDB Indonesia pada tahun 2006, sudah berada diatas sektor
listrik, gas dan air bersih. Kedua, laju pertumbuhan industri kreatif Indonesia
tahun 2006 sebesar 7,28% pertahun (angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan
ekonomi Indonesia 5,14%). Ketiga, penyerapan tenaga kerja tahun 2006 sebesar
4,48 juta orang dengan persentase terhadap total tenaga kerja adalah 4,71%.
Keempat, produktivitas tenaga kerja tahun 2006 Rp 19,38 juta per orang.
Terakhir, empat sektor industri kreatif teratas adalah periklanan, desain fesyen,
kerajinan, dan arsitektur.
2.2.1
Struktur Industri
Pengertian ‘struktur’ sering disamakan dengan bentuk atau susunan
komponen pada suatu bentuk. Dengan kata lain, struktur adalah susunan bagianbagian dalam suatu bentuk bangunan. Bila diartikan dalam konteks ekonomi,
struktur adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi
oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual
(perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi
produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Semakin besar hambatan
untuk masuk. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar. Hambatan masuk meliputi
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemerintah untuk memasuki pasar,
yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan, efesiensi tingkat produksi, bermacammacam usaha penjualan, serta besarnya sunk cost (Kuncoro: 137).
17
Universitas Sumatera Utara
Struktrur industri adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa
yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi
penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli,
diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Struktur pasar
merupakan bahasan yang penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja industri
yang menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Kemudian
biasa dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing. Elemen dalam
struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration),
dan hambatan (barrier). Secara garis besar, jenis-jenis struktur pasar terdiri atas
pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan
monopolistik. Sebaliknya, struktur industri merupakan bentuk atau tipe
keseluruhan pasar industri.
2.3
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas merupakan faktor penting dalam pencapaian produksi dalam
suatu industri. Singkatnya produktivitas kerja dapat dikatakan produktif apabila
hasil yang dicapai lebih besar daripada sumber kerja yang digunakan. Tentunya
dengan adanya efektivitas dan efesiensi kerja, produktivitas dapat dicapai.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seperti:
Pendidikan, Keterampilan dalam bekerja, Disiplin kerja, Sikap dan etika kerja,
Motivasi, Gizi dan kesehatan yang baik, Tingkat penghasilan yang sesuai,
Jaminan soaial, Lingkungan kerja, Kemajuan dan ketepatan teknologi, Sarana
produksi, Manajemen, dan Kesempatan untuk berprestasi merupakan faktor-faktor
pendukung yang dapat membantu tercapainya produktivitas kerja.
18
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kebijakan Pengembangan Kota
Kebijakan adalah pelaksanaan yang dikembangkan dengan tujuan untuk
memandu keputusan dan mencapai hasil yang rasional. Kebijakan berbeda dengan
peraturan atau hukum, dimana hukum dapat memaksakan atau melarang suatu
perilaku (seperti membayar pajak penghasilan) sementara kebijakan hanya
memandu perilaku ke arah perilaku yang paling memungkinkan untuk membuat
keputusan secara politik, manajemen, finansial (seperti penentuan prioritas
pengeluaran), dan administrasi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan publik ditujukan pada nilai-nilai sosial, moral
dan ekonomi yang
mengikat suatu masyarakat. Nilai-nilai yang beragam di berbagai budaya yang
berbeda dan berubah seiring waktu. Kebijakan akan menjadi efektif apabila
kebijakan tersebut konsisten dengan norma-norma yang berlaku umum di
masyarakat dan merefleksikan moralitas kolektif dari masyarakat.
Peran yang tepat bagi pemerintah adalah sebagai suatu katalis dan
penantang dengan maksud untuk memperkuat atau bahkan mendorong perusahaan
untuk meningkatkan aspirasi mereka dan bergerak menuju tingkat kerja
kompetitif yang lebih tinggi. Pemerintah tidak dapat menciptakan industri yang
kompetitif, hanya perusahaan yang mampu melakukan itu. Kebijakan pemerintah
yang berhasil adalah yang mnciptakan suatu lingkungan di mana perusahaan dapat
memperoleh keunggulan kompetitif daripada yang melibatkan pemerintah secara
langsung di dalam proses tersebut.
19
Universitas Sumatera Utara
Cho (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa prinsip dasar
yang
sederhana bahwa pemerintah seharusnya mencakup untuk memainkan peran yang
mendukung dan tepat bagi daya saing nasional, yaitu mendorong perubahan,
mempromosikan persaingan domestik, merangsang inovasi. Beberapa diantara
pendekatan kebijakan khusus untuk memandu negara yang mencoba untuk meraih
keunggulan kompetitif mencakup: fokus pada penciptaan faktor, menghindari
campur tangan dalam faktor dan pasar kurs, memperkuat standar produk,
keamanan, dan lingkungan yang ketat, secara tajam membatasi kerja sama
langsung di antara para pesaing industri, mempromosikan tujuan yang mengarah
pada investasi
yang
bertahan lama,
melakukan deregulasi
persaingan,
menjalankan kebijakan antitrust domestik yang kuat, serta menolak perdagangan
yang diatur.
Pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk membuat
industri kreatif ini menjadi berkembang, dimulai dengan terbentuknya gugus
industri kreatif dan Departemen Budaya, Media dan Olahraga, kemudian
dilakukan pemetaan industri kreatif dan akhirnya diluncurkan program ekonomi
kreatif. Meskipun pemerintah Inggris baru memberikan perhatian sejak sepuluh
tahun terakhir, tetapi industri kreatif di negara ini berkembang pesat. Sedangkan
di Singapura telah menugaskan kementrian informasi Komunikasi dan Seni untuk
mengembangkan industri kreatif melalui pemaduan seni, bisnis, dan teknologi.
Visi negara Singapura dalam mengembangkan industri kreatif ini adalah
menjadikan klaster kreatif untuk menunjang ekonomi kreatif Singapura.
20
Universitas Sumatera Utara
PBB menyatakan China kini telah berkembang menjadi eksportir tingkat
dunia dari produk-produk kreatif karena membuat kebijakan yang menyokong
perkembangan industri kreatif. China merupakan negara pertama yang
membangun sebuah pusat kegiatan dari industri kreatif, yaitu Shanghai Creative
Industry Center (SCIC) pada tahun 2004. SCIC memfasilitasi antara kebijakan
pemerintah dan mengkordinasikan kerjasama antara pemerintah dan lembaga
swasta. China membangun klaster-klaster kreatif dengan adanya taman-taman
kreatif dan distrik-distrik kreatif yang menyatukan para kreator dan menyediakan
fasilitas untuk mereka agar dapat berbagi pengalaman, peralatan dan teknologi.
Pemerintah China menunjukkan perhatiannya terhadap industri kreatif di dalam
rencana 5 tahunannya dengan menyebutkan industri kreatif sebagai strategi
pengembangan.
Di New York, Sejak tahun 2005 pemerintah kota menunjukkan
peningkatan perhatian pelayanan terhadap industri kretif melalui Departemen
Urusan Kebudayaan (DCA) dan Kantor Film, Teater, dan Penyiaran. Akan tetapi
pemerintah belum melakukan banyak untuk mengatasi isu-isu dalam perusahaan
dan pekerja kreatif seperti pekerjaan yang layak dan ruang latihan, dan harga
perumahan yang terjangkau. Dana pemerintah Kota New York untuk kesenian
dan kebudayaan merupakan yang tertinggi di Ameika. DCA memiliki 803 juta
dolar dana untuk 4 tahun untuk menyokong proyek-proyek infrastruktur.
21
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penelitian Terdahulu
June Gwee (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Innovation and the
Creative Industries Cluster: A Case study of Singapore’s Creative Industries”
menyatakan bahwa Untuk mengatasi kendala ekonomi yang relatif kecil di
tengah-tengah tantangan globalisasi, Singapura memulai diversifikasi sebagai
strategi dalam pertengahan tahun delapan puluhan untuk mengembangkan cluster
dan
menjamin
kelangsungan
hidup
ekonomi.
Makalah
ini
membahas
pengembangan industri klaster kreatif kota negara yang mengalihkan fokus
ekonomi dari manufaktur untuk inovasi. Menggunakan Singapura sebagai kasus
belajar, makalah ini akan menjelaskan bagaimana industri kreatif mulai di kota,
membahas bidang kebijakan penting untuk pengembangan sistem inovasi klaster
ini, dan mengusulkan sebuah pendekatan untuk bagaimana klaster ini harus
diusahakan untuk menciptakan inovasi bagi negara. Ini akan menyajikan
tantangan yang khusus untuk Singapura dan menggambarkan keterbatasan dan
potensi bangsa yang lebih kecil ini kebijakan inovasi dan sistem inovasi. Industri
kreatif strategi kluster itu sendiri, meskipun strategi ekonomi, juga kebijakan
inovasi nasional. Kreativitas melalui seni tidak bisa bercerai dari pengembangan
yang lebih kecil dan bangsa yang lebih muda bahkan jika tujuan langsung yang
muncul semata-mata untuk ekonomi. Gagasan seni dan budaya lokal harus
diambil serius dari awal dan dipersiapkan sedini mungkin melalui pendidikan,
sosial dan kebijakan budaya karena kreativitas, kompetensi berpikir kritis, dan
budidaya kepekaan untuk estetika dominan di dalam seni, keterampilan dan
pengetahuan. Ini menjadi perlu sebagai negara yang bergerak ke atas rantai nilai
22
Universitas Sumatera Utara
untuk mencapai tingkat lebih canggih keunggulan yang kompetitif bagi
perekonomian dan untuk kota secara keseluruhan.
Andrzej (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Barriers to the
Development of Creative Industries in Culturally Diverse Region” membahas
tentang menggambarkan kondisi umum untuk pengembangan industri kreatif di
Provinsi Podlasie dari Polandia. Wilayah ini pada latar belakang negara ini
ditandai
dengan
tingkat
tertinggi
keragaman
budaya
dan
kebijakan
multikulturalisme. Namun, ada sejumlah hambatan untuk industri kreatif. Artikel
pertama membahas karakteristik wilayah dan kemudian pendekatan teoritis dasar
dan kesimpulan dari penelitian penulis sendiri. Bagian berikut membahas
kesimpulan dan rekomendasi untuk kebijakan regional dan pengelolaan badan
sektor budaya yang mungkin relevan juga untuk daerah beragam budaya lainnya.
Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menyediakan lengkap, memadai, dapat
diandalkan dan pengetahuan praktis di bidang budaya partisipasi, kebutuhan dan
persepsi oleh penduduk wilayah ini. Sebuah tujuan kedua adalah untuk
menentukan citra kuantitatif dan kualitatif lembaga budaya dan penilaian
manajemen kegiatan seni.
Nurjanah
(2013)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Analisis
Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif melalui Pendidikan Tinggi”
menyatakan bahwa dibutuhkan sumber daya industri kreatif yang memiliki
kompetensi di bidang seni, manajemen, sains dan teknologi, lalu perlu
meningkatkan kompetensi pelaku industri kreatif dikarenakan pelaku industri
kreatif saat ini masih belum memiliki kompetensi dalam menciptakan ide-ide
23
Universitas Sumatera Utara
baru, teknologi-teknologi baru dan konten baru. Industri kreatif membutuhkan
sumber daya manusia di sektor manajemen yang pekerjaannya mengandalkan
daya pikir dan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sangat
dibutuhkan lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan di bidang industri
kreatif.
Atika dan Widiyanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
pengembangan Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen” menyatakan
bahwa usaha kecil dan menengah memiliki peran yang penting dan peranan
strategis dalam perekonomian di Indonesia dan negara-negara lain. Indikasi yang
menunjukkan peranan usaha kecil dan menengah itu dapat dilihat dari
kontribusinya terhadap PDB, ekspor non-migas, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti (M. Irfan, dalam
Anoraga, 2011:47). Berdasarkan hasil observasi didapatkan data rekapitulasi
pengusaha mikro kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Kebumen dengan
total 42.784 buah. Keseluruhan jumlah usaha tersebut berasal dari banyaknya
industri dan perdagangan yang terbagi dalam bebepa jenis usaha.
Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi
Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif
Subsektor Kerajinan: Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik
analisa SWOT menunjukkan Industri ini memiliki peluang yang besar dan dapat
memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang
tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan
sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar
24
Universitas Sumatera Utara
+0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada
diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama
halnya dengan bordir/sulaman.
Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia”
mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif
(kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing –masing
memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai
kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan
menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan
distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan
komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi,
kampanyerelasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan
elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar,
penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan
delive industry advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk
iklan.
Aisyah Irwan Ainul (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi tentang Industri Kreatif
Sektor Kerajinan di Kota Batu) menyatakan bahwa adanya Inovasi dan dan
kreativitas yang timbul pada masyarakat, membuat sektor industri kreatif
mempunyai peran penting dalam pengembangan perekonomian suatu daerah.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan industri kreatif
25
Universitas Sumatera Utara
sektor kerajinan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Kreativitas
pelaku industri mampu meningkatkan hasil produk yang lebih berinovasi. Faktor
pendukung dari pengembangan industri kreatif ini meliputi peran Dinas
Koperindag, kualitas sumber daya manusia dan potensi kota. Pengembangan
industri kreatif diharapkan dapat sesuai dengan RENSTRA dari dinas Koperindag
serta mampu memberikan dan meningkatkan pelatihan serta penyuluhan yang
bermanfaat bagi pelaku industri dalam mengembangkan usaha industrinya.
2.6
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau
batasan-batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang
akan dilakukan. Tahap awal penelitian ini adalah dimulai dengan melakukan
proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder ataupun data primer
mengenai ekonomi berbasis industri kreatif yang ada di Kota Medan. Selanjutnya
melakukan identifikasi terhadap kegiatan industri kreatif guna memberi gambaran
umum tentang kondisi industri kreatif yang ada di Kota Medan. Dalam hal ini
diakukan survei lapangan yang menggunakan metode wawancara mendalam dan
observasi.
26
Universitas Sumatera Utara
Terakhir, dapat dirumuskan beberapa potensi dan kebijakan dalam
pengembangan industri kreatif di Kota Medan dengan pendekatan deskriptif.
Industri Kreatif
Potensi
Kebijakan
Pengembangan
Industri Kreatif
Kota Medan
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
27
Universitas Sumatera Utara