Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya Di Tempat Kerja Departemen Pk Crushing Plant Bagian Produksi Pt. Mna Kuala Tanjung Tahun 2017 Chapter III VI

46

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah bersifat kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan
karyawan mengenai bahaya di tempat kerja Departemen PK Crushing Plant
Bagian Produksi di PT. MNA Kuala Tanjung tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Departemen Palm Kernel Crushing
Plant Bagian Produksi di PT. MNA Kuala Tanjung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2016 - Maret 2017.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012). Namun pada pelaksanaannya peneliti
dibantu oleh pedoman pengambilan data yaitu:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan supaya wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan pedoman umum
wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan
oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara

47

3.4 Informan
Moelong (2005), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam
penelitian ini, penentuan informan menggunakan teknik nonprobability sampling
secara sampling purposive. Informan dalam penelitian ini adalah karyawan PK
Crushing Plant bagian produksi di PT. MNA Kuala Tanjung yaitu sebanyak 4
informan, yang mana informan tersebut yaitu terdiri dari 2 orang mandor
karyawan PK Crushing Plant bagian produksi dan 2 orang karyawan PK Crushing
Plant bagian produksi.
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara untuk mendapatkan informasi pengetahuan, sikap dan tindakan
karyawan mengenai bahaya di tempat kerja.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari PT. MNA Kuala Tanjung yang meliputi
gambaran umum perusahaan dan informasi yang terkait dengan penelitian ini.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara
secara mendalam dan tidak berstruktur terhadap informan kemudian dibandingkan
dengan teori pada tinjauan pustaka. Tahap analisis data yang digunakan pada
pendekatan kualitatif ini menggunakan analisis domain yaitu upaya peneliti untuk
memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian. Selanjutnya data yang

Universitas Sumatera Utara

48

terkumpul akan diolah dan disajikan secara narasi dalam bentuk table matriks
menurut variabel yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


49

BAB IV
HASIL
4.1 Gambaran Umum PT. Multimas Nabati Asahan
4.1.1 Sejarah dan Lokasi PT. Multimas Nabati Asahan
PT. Multimas Nabati Asahan adalah salah satu perusahaan swasta
berbadan hukum perseroan terbatas yang bergerak dalam industri minyak kelapa
sawit dan termasuk dalam Wilmar Group. PT. Multimas Nabati Asahan terletak di
Jl. Access Road Dusun IV Tanjung Permai, Desa Kuala Tanjung, Kecematan Sei
Suka, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelah barat PT.
Multimas Nabati Asahan berbatasan dengan lahan Pertamina, sebelah timur
berbatasan dengan PT. Citra Mill, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka,
dan sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Access Road Dusun IV Tanjung
Permai.
PT. Multimas Nabati Asahan terdiri dari unit pengolahan kelapa sawit
(PKS), unit pengolahan minyak sawit kasar (Refinery), unit pengolahan inti sawit
(Palm Kernel Plant), dan unit pengolahan produk turunan minyak kelapa sawit.
PT. Multimas Nabati Asahan mulai beroperasi tanggal 9 September 1996. Pada

awalnya PT. Multimas Nabati Asahan hanya mendirikan satu plant saja yang
terdiri dari bagian Refinery dan Fraksinasi dengan kapasitas masing-masing 1500
ton/hari. Untuk mengantisipasi permintaan pasar yang terus meningkat maka pada
tahun 1999, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan Plant kedua dengan
kapasitas 1000 ton perhari. Karena bahan baku yang berupa Crude Palm Oil
(CPO) yang dipasok dari berbagai supplier untuk bahan baku produksi ternyata

Universitas Sumatera Utara

50

belum dapat memenuhi kapasitas produksi perusahaan. Maka untuk memenuhi
kapasitas produksi, PT. Multimas Nabati Asahan mendirikan Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) yang berlokasi di areal perusahaan itu sendiri.
Saat ini kegiatan PKS meliputi pengolahan buah kelapa sawit menjadi
Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas 75MT/hari. Kegiatan pabrik refinery
meliputi pengolahan CPO dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menjadi minyak
goreng dan stearin dan turunannya dengan kapasitas produksi terpasang: Refined
Belached Deodorized Palm Oil (RBDPO) 5510 MT/hari, Palm Fattyacid
Distillate (PFAD) 261 MT/hari, Refined Bleached Deodorized Palm Stearin

(RBDPS) 1026 MT/hari dan Refined Bleached Deodorized Olein (RBDOI) 4734
MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Stearin (HPKS) 100 MT/hari, Hydrogenated
Palm Kernel Oil (HPKO) 101 MT/hari, Hydrogenated Palm Kernel Olein
(HPKOlein) 100 MT/hari, serta kegiatan Power Plant sebagai sumber energi
untuk kebutuhan sendiri dengan kapasitas 2x10 MW (Laporan Pelaksanaan
Proper Pabrik Minyak Goreng PT. Multimas Nabati Asahan, 2015).
4.1.2 Visi dan Misi
Visi : “Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan
industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap
mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia
melalui kemitraan dan manajemen yang baik”.
Misi : “Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak dipercaya bagi
stakeholders”.

Universitas Sumatera Utara

51

4.1.3 Sumber Daya Manusia dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang bekerja di PT. Multimas Nabati Asahan berjumlah 1452

orang, yang terdiri dari Manager & Asisten Manager, Staff/Karyawan, ditambah
dengan karyawan kontraktor yang berasal dari pusat jasa tenaga kerja swasta yang
ada di sekitar lokasi perusahaan. Penggunaan tenaga kerja diutamakan bagi tenaga
kerja lokal melalui proses seleksi yang dilakukan oleh PT. Multimas Nabati
Asahan. Adapun rincian jumlah keseluruhan tenaga kerja di PT. Multimas Nabati
Asahan pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia PT. Multimas Nabati Asahan Kuala
Tanjung
No. Klasifikasi Karyawan

Jumlah
(orang)

Jenis Kelamin
Laki-laki

Perempuan

1.


Manager & Asisten

18

17

1

2.

Staff/Karyawan

706

665

41

3.


Kontraktor

746

720

26

1470

1402

68

Total

Jam kerja yang diberlakukan di PT. Multimas Nabati Asahan untuk
operasional adalah 8 jam/shift, terbagi menjadi 3 shift selama 7 hari kerja dalam
seminggu, dengan rincian sebagai berikut :
1. Shift I


: Pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB

2. Shift II

: Pukul 15.00 WIB – 23.00 WIB

3. Shift III

: Pukul 23.00 WIB – 07.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

52

Jam kerja untuk office mulai dari jam 08.00 – 16.45 WIB dengan waktu
istirahat dari jam 12.00 – 13.00 WIB. Waktu operasional dalam 1 minggu adalah
6 jam kerja dengan waktu kerja selama 24 jam/hari.
4.1.4 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. Multimas
Nabati Asahan

Masalah keselamatan dan kesehatan adalah salah satu prioritas utama dari
PT. Multimas Nabati Asahan, dimana Perseroan memberikan perhatian terhadap
pelaksanaan dan kepatuhan terhadap prosedur standar baku operasi sebagai suatu
cara untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, oleh
sebab itu perusahaan menetapkan beberapa kebijakan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja di PT. Multimas Nabati Asahan yang dibuat dan diatur langsung
oleh Wilmar Group Indonesia dan ditandatangani langsung oleh Country Head
Wilmar Group Indonesia. Isi dari kebijakan tersebut ialah:
a. Wilmar Group berkomitmen menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi
setiap karyawan dan mengupayakan pengamanan yang memadai untuk
melindungi karyawan dari kecelakaan/cedera serta melindungi perusahaan dan
anak perusahaan dari kerugian atau kerusakan asset.
b. Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan keamanan
lingkungan kerja.
c. Manajemen bertanggung jawab untuk meminimalisasi semua risiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan di
masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab untuk melatih semua
kayawan agar dapat bekerja dengan aman.

Universitas Sumatera Utara


53

d. Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap karyawan.
e. Setiap karyawan harus mengikuti peraturan dan prosedur keselamatan kerja
dari Wilmar Group.
f. Setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam program
keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.
g. Wilmar Group tidak mentoleransi penyalahgunaan obat terlarang (narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya).
h. Kebijakan perusahaan untuk menjaga lingkungan kerja bebas dari konsumsi
alkohol dan penyalahgunaan obat terlarang dan dampaknya.
4.1.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.
Multimas Nabati Asahan
Prinsip-prinsip manajemen keselamatan dan kesehatan kerja PT. Multimas
Nabati Asahan adalah:
1. Semua kecelakaan dan cedera dapat dicegah.
2. Keterlibatan dari semua karyawan merupakan syarat dasar.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan tanggung jawab manajemen dan
semua karyawan.
4. Semua dampak pekerjaan dapat dijaga.
5. Pelatihan karyawan untuk bekerja dengan aman merupakan syarat dasar.
6. Bekerja dengan aman merupakan syarat dari pekerjaan.
7. Manajemen wajib melakukan audit.
8. Semua kekurangan harus segera diperbaiki.
9. Keselamatan kerja di dalam dan di luar tempat kerja sangat dijunjung tinggi.

Universitas Sumatera Utara

54

10. Prosedur dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilaksanakan
dengan baik.
4.2 Proses Produksi di PK Crushing Plant
1. Pengiriman Palm Kernel ke Hoper
Palm Kernel yang telah di terima di salurkan ke hoper yang kemudian akan di
salurkan ke mesin press, tapi sebelum disalurkan palm kernel akan dibersihkan
dahulu agar tidak terkontaminasi dengan material lain, seperti metal.

Gambar 4.1 Pemisahan material lain, seperti metal
2. Proses Press Pertama
Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan (silo) akan di transfer ke
hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk
kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang
keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada
bak oil pit ini terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk
mengangkat endapan- endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas
(PKM) dan masuk kedalam mesin press II untuk mendapatkan minyak yang

Universitas Sumatera Utara

55

masih terkandung pada ampas. Kemudian minyak yang ada di bak oil pit akan
menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak
Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Apabila
telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO (Crude Palm Kernel Oil)
tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian menuju Daily Tank.
Ampas (PKM) yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam
conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan
menggunakan elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari
conveyor tersebut maka ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat
menuju hopper ampas (PKM). Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya
akan memasuki tahap proses kedua (Second Fress).

Gambar 4.2 Proses Press Pertama
Pada proses press menimbulkan debu yang dihasilkan dari ampas palm
kernel yang dapat menganggu penglihatan dan pernapasan karyawan saat bekerja,
adanya tumpahan minyak yang terjadi karena proses pengepressan palm kernel
yang membuat lantai menjadi licin.

Universitas Sumatera Utara

56

Gambar 4.3 Ampas Hasil Press
3. Proses Press Kedua
Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju
mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya.
Dimana ampas yang berasal dari mesin press I masih mengandung minyak ± 15 %
sehingga perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari
mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan

Gambar 4.4 Bak Vibrating

Universitas Sumatera Utara

57

menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak
Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu
akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank.
Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor
melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk
dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill,
ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu
ampas menurun dengan kadar airnya (moisture) max 10% pada saat menuju
gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu ampas
masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

Gambar 4.5 Menggorek ampas untuk disalurkan ke Hummer Mill

Universitas Sumatera Utara

58

4.3 Karakteristik Informan
Gambaran karakteristik karyawan PK Crushing Plant bagian produksi
yang menjadi informan pada penelitian ini berdasarkan jabatan dan masa kerja
yaitu:
Tabel 4.2 Distribusi informan berdasarkan jabatan
Jabatan

Jumlah (orang)

Mandor

2

Karyawan PK Crushing Plant bagian produksi

2

Total

4

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 4 informan, 2 orang sebagai mandor
bagian produksi dan 2 oran lainnya bekerja sebagai karyawan PK Crushing Plant
bagian produksi.
Tabel 4.3 Distribusi Informan berdasarkan masa kerja
Masa kerja

Jumlah (orang)

12 Tahun

1

17 Tahun

1

18 Tahun

1

20 Tahun

1

Total

4

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai
karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 12 tahun, sebanyak 1 orang
telah bekerja mandor karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 17
tahun, sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai karyawan PK Crushing Plant

Universitas Sumatera Utara

59

bagian produksi selama 18 tahun, dan sebanyak 1 orang telah bekerja sebagai
mandor karyawan PK Crushing Plant bagian produksi selama 20 tahun.
Tabel 4.4 Distribusi Informan berdasarkan tingkat pendidikan
Pendidikan

Jumlah (orang)

SMP

1

SMA

2

SMK

1

Total

4

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 1 orang memiliki tingkat
pendidikan SMP, sebanyak 2 orang memiliki tingkat pendidikan SMA, dan
sebanyak 1 orang memiliki tingkat pendidikan SMK.
4.4 Pengetahuan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan
tentang pengetahuan karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, hal ini
dijelaskan dalam tabel matriks berikut.
Tabel Matriks 4.1 Matriks pengetahuan karyawan mengenai bahaya di
tempat kerja
Informan 1

Bahaya merupakan sesuatu yang menyebabkan kecelakaan dan

Mandor

kerugian bagi pekerja. Setiap rangkaian pekerjaan dan proses
produksi pasti menimbulkan bahaya bagi pekerja, seperti bising,
panas, dan debu yang merupakan dampak dari proses produksi.
Pihak manajemen telah membuat SOP yang termasuk didalamnya
penggunaan alat pelindung diri yang dapat digunakan pekerja saat

Universitas Sumatera Utara

60

bekerja untuk menghindari bahaya yang ada di tempat kerja.
Informan 2

Bahaya merupakan hal yang mampu menyebabkan kecelakaan dan

Mandor

menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan pekerjanya. Saat
proses produksi sedang berlangsung menggunakan mesin yang
menimbulkan bising, panas, debu, dan juga lantai yang licin hasil
dari produksi. Manajemen membuat aturan-aturan keselamatan dan
kesehatan kerja, terbukti dengan adanya standar operasional
prosedur dan juga tersedianya alat-alat keselamatan, seperti:
masker, sarung tangan, kacamata, penutup telinga dan helm.

Informan 3

Menurut saya bahaya itu suatu kondisi yang memiliki potensi

Karyawan

menyebabkan cedera atau kematian yang dapat merugikan bagi
perusahaan dan pekerjanya. Mesin yang digunakan untuk proses
produksi dapat menjadi sumber bahaya bagi pekerja karena
menimbulkan debu, panas dan bising yang membuat saya tidak
nyaman dalam bekerja, dan juga lantai yang licin disekitar area
mesin. Pihak manajemen sangat mengutamakan keselamatan dan
kesehatan karyawan saat bekerja, oleh karena itu manajemen
membuat standar operasional prosedur dan menyediakan alat
pelindung diri.

Informan 4

Menurut saya bahaya merupakan keadaan yang berpotensi

Karyawan

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan cedera bagi karyawan.
Proses produksi yang semakin maju membuat sebuah perusahaan
menggunakan mesin-mesin yang berteknologi

canggih yang

Universitas Sumatera Utara

61

otomatis lebih mampu menimbulkan bahaya bagi karyawan
maupun lingkungan kerja, seperti mesin press yang digunakan saat
berproduksi yang mampu menimbulkan panas, debu dan bising.
Manajemen selalu mendukung keselamatan di tempat kerja, oleh
karna itu manajemen membuat aturan-aturan keselamatan dan
kesehatan seperti bekerja sesuai standar operasional prosedur dan
menyediakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata, sarung
tangan, penutup telinga dan helm.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang pengetahuan
karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, dapat diketahui bahwa ke 4 informan
mengetahui tentang bahaya di tempat kerja, 3 orang dari 4 orang informan
mengatakan bahaya yang ada di bagian produksi panas, bising, debu, dan lantai
yang licin dan 1 orang dari 4 orang informan mengatakan bahwa bahaya yang ada
itu seperti panas, debu dan bising, dan ke 4 orang informan mengetahui tindakantindakan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja.
4.4 Sikap Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan
tentang sikap karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, berdasarkan pernyataan
berikut:
Tabel 4.2 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya
Kebisingan di Tempat Kerja
No.
1.

Informan
Informan 1

Pernyataan
“Tingkat kebisingannya saya rasa lumayan tinggi, suara

Universitas Sumatera Utara

62

bising tersebut berasal dari komponen mesin press seperti
gearbox dan elektromotor yang sedang beroperasi, tetapi
saya tidak merasa terganggu walaupun kebisingannya
melebihi NAB. Karena sudah terbiasa mungkin dek jadi
gak terganggu lagi. Memang manajemen menyediakan
penutup telinga tapi gak nyaman kali dipakai.”
2.

Informan 2

“Kebisingannya sangat tinggilah, soalnya banyak mesin
disini udah pastilah menimbulkan bising, bahkan kadang
sampai mencapai 93 db makanya jadi gak nyaman kali
sebenarnya kerja karena bisingnya, tapi mau gimana lagi
udah terbiasa dan juga tuntutan pekerjaan.”

3.

Informan 3

“Namanya juga crushing plant, udah pasti menggunakan
mesin dan otomatis menimbulkan bising yang sangat tinggi
sehingga kerja pun jadi gak nyaman , pusing juga kadangkadang karena bisingnya, belum lagi komunikasi dengan
sesama anggota jadi terganggu, ngomong pun harus kuatkuat biar kedengaran dan ya paling pakai penutup telingalah
untuk mengurangi dampak dari bising tersebut.”

4.

Informan 4

“Kalau ditanya kondisi kebisingan sih disini tingkat
kebisingannya bisa dikategorikan tinggi, soalnya ada 142
mesin disini otomatis akan menimbulkan bising yang luar
biasa. Tapi karena saya juga sudah terbiasa jadi gak terlalu
terganggu lagi dengan kondisi bising di pk plant.”

Universitas Sumatera Utara

63

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai kondisi bahaya kebisingan di tempat kerja bahwa kondisi kebisingan di
pk plant cukup tinggi dan suara bising itu berasal dari mesin gearbox dan
elektromotor yang sedang beroperasi. Para informan merasa tidak nyaman dan
terganggu dengan adanya suara bising di pk plant tetapi ada juga informan yang
merasa sudah terbiasa dan tidak terganggu sama sekali dengan suara bising
tersebut.
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya Panas di
Tempat Kerja
No.
1.

Informan

Pernyataan

Informan 1

“Kalau suhu di area pk plant ini dapat dipastikan bahwa
suhunya lumayan tinggi mencapai 33,7oC, soalnya setiap
mesin press beroperasi pasti mengeluarkan panas, otomatis
membuat lingkungan kerja juga menjadi panas, manajemen
telah membuat blower untuk menyerap panas dari dalam dan
dialirkan ke luar pk plant, tapi tetap saja masih terasa
panasnya, sehingga kerja pun jadi gak nyaman karena
gampang lelah.”

2.

Informan 2

“Kondisi suhunya cukup panas, dan panas tersebut timbul
dari mesin press yang sedang berproduksi, yang kemudian
membuat lingkungan kerja jadi panas, membuat kerja jadi
gak nyaman soalnya gampang haus dan lelah.”

3.

Informan 3

“Suhu disini sangat panas dan itu ditimbulkan oleh mesin-

Universitas Sumatera Utara

64

mesin press yang sedang beroperasi di area pk plant ini,
padahal udah ada blower untuk membantu mengurangi
panasnya tapi tidak membantu sepenuhnya, tetap saja
panasnya masih sangat terasa apalagi disaat bekerja jadi
tidak nyaman karena gampang lelah, konsentrasi berkurang
dan gampang haus lagi, terkadang sampai buka baju saat
bekerja karena tidak tahan dengan panasnya.”
4.

Informan 4

“Kondisi suhu disini cukup panas, karena disini banyak
menggunakan mesin untuk mengepress palm kernel, yang
otomatis mesin-mesin tersebut mengeluarkan uap panas.
Panas tersebut pun mmebuat jadi gampang lelah, kerja jadi
gak nyaman, terkadang sampai dehidrasi jadi harus lebih
banyak minum air untuk menggantikan cairan dalam tubuh
yang banyak keluar karena keringat berlebih.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai kondisi bahaya panas di tempat kerja bahwa kondisi panas 64ip k plant
cukup panas dan panas tersebut dihasilkan oleh mesin-mesin press yang sedang
beroperasi, yang kemudian membuat suhu dilingkungan kerja jadi meningkat,
informan mengatakan bahwa panas yang ditimbulkan membuat karyawan tidak
nyaman dalam bekerja, gampang lelah, konsentrasi menurun, dan gampang haus.

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kondisi Bahaya Debu di
Tempat Kerja
No.

Informan

Pernyataan

1.

Informan 1

“Kalau kondisi debu disini lumayan banyak karena saat proses
palm kernel di press menimbulkan ampas dalam berbagai
ukuran, ukuran besar akan disalurankan untuk di buang,
sementara ukuran kecil dalam bentuk partikel atau debu akan
berada

di

udara.

Debu

tersebut

dapat

mengganggu

pernapasan dan juga penglihatan, sehingga saat bekerja harus
menggunakan masker dan kacamata.”
2.

Informan 2 “Debu pk plant cukup banyak, ini dihasilkan saat mesin press
sedang berproduksi yang otomatis menimbulkan debu yang
berterbangan di lingkungan kerja pk plant, adanya debu ini
sangat tidak nyaman saat bekerja karena mampu mengganggu
pernapasan dan penglihatan, adanya ventilasi juga tidak
membantu dalam mengurangi jumlah debu di area ini
sehingga dibantu dengan penggunaan masker dan kacamata
saat bekerja.”

3.

Informan 3

“Saya rasa kondisi debu disini banyak ya, kan itu
berterbangan di udara debunya dek, debunya itu berasal dari
ampas pengepressan palm kernel itu dek, dengan adanya debu
itu jadi gak nyaman kali bekerja soalnya susah bernapas terus
melihat pun susah karena sakit kalau debunya masuk ke mata,

Universitas Sumatera Utara

66

padahal udah ada ventilasinya disini tetap aja debunya masih
banyak.”
4.

Informan 4

“Kondisi debu disini lumayan banyak, debu tersebut
dihasilkan oleh proses press palm kernel yang kemudian
berterbangan diudara, yang membuat pernapasan dan
penglihatan jadi terganggu sehingga kerjapun jadi gak
nyaman. Pihak manajemen pun telah membuat ventilasi
sebagai

solusi

pengendalian

tetapi

tetap

saja

tidak

membantu sepenuhnya karena debunya tetap saja masih
banyak, makanya saat bekerja harus pakai masker dan
kacamata lah untuk menghindari dampak dari debu tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai kondisi bahaya debu di tempat kerja bahwa kondisi debu di pk plant
cukup banyak dan debu tersebut ditimbulkan dari proses press palm kernel yang
menghasilkan ampas dalam berbagai ukuran, ukuran besar akan di salurkan untuk
di buang dan dalam bentuk partikel kecil atau debu akan berada di udara,
informan mengatakan adanya debu tersebut membuat karyawan tidak nyaman
dalam bekerja karena mampu mengganggu pernapasan dan penglihatan mereka.
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Bahaya Kondisi Lantai
Licin di Tempat Kerja
No.
1.

Informan
Informan 1

Pernyataan
“Menurut saya tidak seluruh lantai licin di pk plant, lantai
licin hanya berada di beberapa tempat salah satunya bak

Universitas Sumatera Utara

67

oil pit, ketika pembersihan atau penggorekan ampas harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terpleset.”
2.

Informan 2

“Kalau lantai licin di pk plant ada dibeberapa titik, ini
ditimbulkan dari ceceran minyak dari hasil proses press
palm kernel, tidak terlalu berpengaruh dengan pekerjaan,
tetapi tetap harus rutin dibersihkan dan selalu berhati-hati
saat berada diarea lantai yang licin.”

3.

Informan 3

“Lantai yang licin ada di area penampungan minyak
sementara atau diarea bak oil pit, ini terjadi karena adanya
ceceran minyak saat disalurkan, lantai licin ini bisa
membahayakan karena karyawan bisa terpleset, sehingga
harus rutin dibersihkan, berjalan dengan hati-hati dan
harus memakai safety shoes .”

4.

Informan 4

“Adanya lantai licin di pk plant disebabkan adanya minyak
yang tercecer saat disalurkan ke bak oil pit, bahaya juga
terkadang lantai licin ini kalau gak hati-hati pas ngorek
ampas disekitar area bak oil pit bisa-bisa terpleset pula.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai kondisi bahaya lantai licin di tempat kerja bahwa kondisi lantai licin di
pk plant

ada dibeberapa area salah satunya di area bak oil pit, informan

mengatakan lantai licin tersebut bisa membahayakan karyawan karena bisa
terpleset sehingga karyawan harus selalu hati-hati saat bekerja di area bak oil pit,

Universitas Sumatera Utara

68

harus rutin membersihkan area tersebut dan selalu memakai safety shoes saat
bekerja.
4.5 Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Hasil wawancara dengan informan mengenai tindakan karyawan mengenai
bahaya di tempat kerja Departemen PK Crushing Plant bagian produksi.
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang
dilakukan Terhadap Bahaya Kebisingan
No
1.

Informan
Informan 1

Tindakan
“Kalau tindakan saya untuk bahaya bising ini ya paling
menggunakan ear plug saat berada diarea pk plant.”

2.

Informan 2

“Menurut saya tindaknnya ya menggunakan penutup
telinga saat berada di area yang bising.”

3.

Informan 3

“Menurut saya kalau untuk mengantisipasi bising ini
tindakan yang harus dilakukan ya menggunakan
penutup telinga selama berada diarea bising .”

4.

Informan 4

“Tindakan saya pasti menggunakan penutup telingalah
saat bekerja.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai tindakan informan terhadap bahaya kebisingan di tempat kerja
diketahui bahwa tindakan yang dilakukan informan ada yang menggunakan ear
plug selalu, ada informan hanya kadang-kadang menggunakan ear plug dan ada
juga yang berpindah tempat keruangan yang lebih rendah bisingnya.

Universitas Sumatera Utara

69

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang
dilakukan Terhadap Bahaya Panas
No

Informan

Pernyataan

1.

Informan 1

“Menurut saya tindakan untuk bahaya panas ini
memakai

baju

yang

disediakan

perusahaan,

berpindah keruang istirahat atau tempat yang
temperaturnya lebih rendah sekali 2 jam dan rutin
minum air.”
2.

Informan 2

“Tindakan saya terhadap bahaya panas itu ya
bekerja dengan pakaian yang telah disediakan,
sekali

2

jam

berpindah

ke

tempat

yang

temperaturnya lebih rendah atau ruang istirahat dan
selalu rutin minum air.”
3.

Informan 3

“Kalau tindakan saya terhadap panas ya terkadang
buka baju kerja yang disediakan diganti dengan
kaos biasa yang tipis, terus ya sekali 2 jam pindah
ke area yang temperaturnya lebih rendah atau ruang
istirahat dan minum air yang cukup.”

4.

Informan 4

“Tindakan saya untuk mengendalikan panas disini
yang paling minum air yang cukup dan sekali 2 jam
pindah ke tempat yang temperaturnya lebih rendah
atau ke ruang istirahat.

Universitas Sumatera Utara

70

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai tindakan informan terhadap bahaya panas di tempat kerja diketahui
bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah memakai baju yang disediakan, ada
juga yang menggunakan kaos tipis, berpindah tempat sekali 2 jam ke tempat yang
temperaturnya lebih rendah atau ruang istirahat, dan minum air yang cukup.
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang
dilakukan Terhadap Bahaya Debu
No.

Informan

Pernyataan

1.

Informan 1

“Tindakan saya terhadap bahaya debu ya dengan
menggunakan masker dan kacamata saat bekerja.”

2.

Informan 2

“Kalau tindakan yang harus dilakukan terhadap bahaya
debu seharusnya menggunakan masker dan kacamata.”

3.

Informan 3

“Menurut saya tindakan yang harus dilakukan untuk
menghindari

bahaya

debu

ya

dengan

rutin

menggunakan masker dan kacamata.”
4.

Informan 4

“Tindakan saya saat bekerja untuk menghindari
bahaya debu sudah pasti harus memakai masker dan
kacamata walaupun tidak rutin saya pakai.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai tindakan informan terhadap bahaya debu di tempat kerja diketahui
bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah memakai masker dan kacamata saat
bekerja.

Universitas Sumatera Utara

71

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Tindakan Yang
dilakukan Terhadap Bahaya Lantai Licin
No.

Informan

Pernyataan

1.

Informan 1

“Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan
bahaya lantai licin ya rutin membersihkan ceceran
minyak area yang sering adanya ceceran minyak,
memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati
diarea tersebut.”

2.

Informan 2

“Tindakan saya untuk selalu mengingatkan anggota
agar rutin membersihkan lantai di area yang selalu ada
ceceran minyak, memakai safety shoes dan berhatihati berjalan saat bekerja di area lantai licin.”

3.

Informan 3

“Ketika adanya lantai yang licin seperti sekitar bak oil
pit maka saya akan rutin membersihkan area tersebut,
memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati
disekitar area itu.”

4.

Informan 4

“Terhadap lantai licin otomatis saya akan rutin
membersihkannya, memakai safety shoes saat bekerja
dan berhati-hati saat bekerja di area tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan
mengenai tindakan informan terhadap bahaya lantai licin di tempat kerja diketahui
bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah rutin membersihkan lantai yang

Universitas Sumatera Utara

72

tercecer minyak, menggunakan safety shoes saat bekerja dan berjalan hati-hati
saat bekerja di lantai yang licin.

Universitas Sumatera Utara

73

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. MNA diketahui bahwa yang
menjadi informan dalam penelitian ini mandor karyawan PK Crushing Plant
bagian produksi dan karyawan PK Crushing Plant bagian produksi.
Mandor bertanggung jawab atas keselamatan para pekerjannya, peran dan
tugasnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepada anggota dalam
melaksanakan pekerjaan dan membantu anggota di lapangan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 1 dari 4 orang informan
telah bekerja selama 12 tahun, 1 orang informan telah bekerja selama 17 tahun, 1
orang informan telah bekerja selama 18 tahun dan 1 orang informan telah bekerja
selama 20 tahun sebagai karyawan PK Crushing Plant bagian produksi.
5.2 Pengetahuan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Berdasarkan penelitian tentang pengertian bahaya di tempat kerja,
karyawan memberikan pendapat bahwa bahaya merupakan sesuatu hal yang dapat
menyebabkan kecelakaan dan kerugian bagi perusahaan dan pekerjannya.
Jika dibandingkan pendapat karyawan PK Crushing Plant bagian produksi
tentang pengertian bahaya yang merupakan sesuatu hal yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan kerugian bagi perusahaan dan pekerjanya sesuai dengan Ridley
(2008) tentang, bahaya (hazard), adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan
kerugian/kelukaan.

Universitas Sumatera Utara

74

Berdasarkan penelitian untuk bahaya yang mungkin terjadi , saat proses
produksi berlangsung menggunakan mesin yang menimbulkan bising dan panas,
saat proses press sedang berlangsung menimbulkan debu dan mesin yang
bergerak.
Jika dibandingkan bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja saat proses
produksi berlangsung menggunakan mesin yang menimbulkan bising dan panas,
saat proses press sedang berlangsung menimbulkan debu sesuai dengan Ramli
(2010) bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara
unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja
seperti: bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis (bising, tekanan, getaran,
suhu, cahaya, radiasi dan bahan kimia), pencemaran lingkungan, dan bahaya
biologi.
Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Brauer (1990)
mengatakan sejalan dengan beberapa pandangan ditegaskan bahwa kemampuan
mempersepsi dan mengenal bahaya adalah sesuatu yang sangat penting untuk
keselamatan

kerja.

Untuk

melakukan

tindakan

yang

benar

seseorang

membutuhkan keterampilan di dalam membuat pertimbangan dan membuat
keputusan tindakan yang benar sehingga menjadi selamat.
Berdasarkan penelitian untuk tindakan untuk mengendalikan bahaya,
manajemen membuat aturan keselamatan dan kesehatan, seperti membuat standar
operasional prosedur dan menyediakan alat pelindung diri yang harus digunakan
saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara

75

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.
MNA yaitu Wilmar Group memprakarsai penerapan, prosedur, dan peraturan
keamanan lingkungan kerja dan manajemen bertanggung jawab untuk
meminimalisasi semua risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
kerja bagi semua karyawan di masing-masing lokasi dan juga bertanggung jawab
untuk melatih semua kayawan agar dapat bekerja dengan aman.
Mayoritas informan memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya di
tempat kerja. Pada dasarnya informan sudah diberikan informasi tentang bahaya
di tempat kerja oleh pihak manajemen dan mendapatkan pelatihan secara rutin,
sehingga informan memiliki pengetahuan yang baik mengenai bahaya di tempat
kerja.
Menurut Salami dkk (2015) tindakan pengendalian pada penerima bahaya
ialah pendidikan dan pelatihan agar bekerja dengan aman dan tidak menderita
kecelakaan/penyakit dan penggunaan APD atau alat pengaman diri. Pendidikan
dan pelatihan diberikan kepada karyawan agar dapat terampil untuk memantau
dan menilai kualitas lingkungan kerja, termasuk mempelajari proses produksi, alat
proses produksi, produk utama dan sampingan, dapat memberi usulan cara kerja
demi perbaikan lingkungan kerja, mengukur besaran eksposur yang diterima
pekerja, menguji sampel lingkungan dan sampel biologis.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

Universitas Sumatera Utara

76

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan dan Dewi,
2011)
5.3 Sikap Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu objek, dengan suatu cara menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyerap
atau menyerap objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan merupakan
pelaksaan motif tertentu. Dalam hal ini sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Kepercayaan, ide, konsep, kehidupan emosional, kecenderungan untuk
bertindak terhadap suatu objek, membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan
sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang
peranan penting. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang
lain yang berada disekitar kita (Notoadmodjo, 2012).
Berdasarkan penelitian untuk informasi tentang bahaya di tempat kerja
penting bagi karyawan, bahwa informasi tentang bahaya yang ada di tempat kerja
penting diberikan bagi karyawan, agar karyawan mampu melindungi dirinya
untuk memahami dan mengenali setiap bahaya di tempat kerja.
Hal ini sesuai dengan Oborne yang dikutip oleh Winarsunu (2008), dua
prinsip utama pemberian reinforcement adalah: pertama, reinforcement positif
cenderung membuat suatu tindakan lebih mungkin untuk dilakukan, dan kedua,
semakin sering suatu tindakan di beri reinforcement maka pengaruh belajarnya
akan semakin tinggi.

Universitas Sumatera Utara

77

Tenaga

kerja

dapat

membuat

kesalahan-kesalahan

akibat

dari

terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian. Terganggunya
pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenankan
adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan
menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan adanya kebisingan di area
pk plant, karena komunikasi menjadi tidak lancar, tetapi ada juga karyawan yang
menunjukan sikap tidak terganggu dengan adanya bising ditempat kerja karena
merasa sudah terbiasa.
Masalah temperatur tentunya akan memengaruhi efesiensi kerja.
Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk menunjang
tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang telalu panas mengakibatkan
perasaan cepat lelah dan mengantuk. Oleh karena itu, tanpa perlindungan pakaian
yang cukup, seorang pekerja yang bekerja di luar akan mengalami masalah
kesehatan yang serius (Salami dkk, 2015).
Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan
menunjukan sikap tidak nyaman dan terganggu dengan suhu panas di area pk
plant, karena gampang lelah, konsentrasi berkurang dan gampang haus lagi,
terkadang sampai buka baju saat bekerja karena tidak tahan dengan panasnya.
Debu yang dihasilkan bersumber dari hasil proses press palm kernel yang
kemudian berada di udara, sehingga dengan menggunakan banyak mesin untuk
proses press palm kernel debu yang dihasilkan akan lebih banyak.

Universitas Sumatera Utara

78

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan
menyatakan kondisi debu di pk plant lumayan banyak, debu tersebut dihasilkan
oleh proses press palm kernel yang kemudian berterbangan diudara, yang
membuat pernapasan dan penglihatan jadi terganggu sehingga kerjapun jadi gak
nyaman. Pihak manajemen pun telah membuat ventilasi sebagai solusi
pengendalian tetapi tetap saja tidak bisa membantu sepenuhnya karena debunya
tetap saja masih banyak, makanya saat bekerja harus pakai masker dan kacamata
lah untuk menghindari dampak dari debu tersebut.
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan
air dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai
licin akibat tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap
terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset.
Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan
menyatakan kalau lantai licin di pk plant ada dibeberapa titik, ini ditimbulkan dari
ceceran minyak dari hasil proses press palm kernel, tidak terlalu berpengaruh
dengan pekerjaan, tetapi tetap harus rutin dibersihkan dan selalu berhati-hati saat
berada diarea lantai yang licin.
Berdasarkan penelitian untuk penggunaan alat pelindung diri secara
lengkap saat bekerja itu penting, menerapkan aturan-aturan keselamatan saat
bekerja itu penting salah satunya penggunaan alat pelindung diri secara lengkap
dan tepat demi keselamatan saat bekerja dan mencegah terjadinya kecelakaan.
Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.
MNA yaitu keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab setiap

Universitas Sumatera Utara

79

karyawan dan setiap karyawan memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam
program keselamatan kerja di perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.
Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Reamer (1980),
bahwa indikasi tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan kerja dapat dilihat
dari keputusan untuk mendukung atau tidak mendukung keselamatan kerja setelah
pekerja mengalami pertentangan atau konflik antara kebutuhan untuk melakukan
sesuatu secara aman tetapi tidak menyenangkan di satu sisi berhadapan dengan
tuntutan untuk memuaskan kebutuhan yang menyenangkan tetapi dilakukan
secara tidak aman.
5.4 Tindakan Karyawan Mengenai Bahaya di Tempat Kerja
Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan
mengenai bahaya kebisingan di tempat kerja diketahui bahwa informan
menyatakan kalau tindakan saya untuk bahaya bising ini ya paling menggunakan
ear plug saat berada diarea pk plant.
Pengontrolan suara secara langsung pada telinga penerima dengan
menggunakan earplug dan earmuffs dapat sangat efektif di lingkungan industri.
Meskipun demikian ternyata penggunaan alat pelindung diri inipun menimbulkan
masalah. Masalah yang ditimbulkan antara lain yaitu suara peringatan (emergency
sounds) mungkin tidak terdengar serta ketidaknyamanan dalam pemakaiannya
(Anizar, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang
lingkungan kerja pk plant sangat bising yang ditimbulkan oleh suara mesin tetapi

Universitas Sumatera Utara

80

hanya 1 orang informan yang menggunakan ear plug saat bekerja dan 3 orang
informan tidak menggunakan ear plug karena merasa tidak nyaman.
Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan
mengenai bahaya panas di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan
menurut saya tindakan untuk bahaya panas ini memakai baju yang disediakan
perusahaan, berpindah keruang istirahat atau tempat yang temperaturnya lebih
rendah sekali 2 jam dan rutin minum air.
Sebagai usaha preventif terhadap lingkungan kerja bersuhu tinggi yang
paling penting adalah aklimatisasi pekerja kepada lingkungan. Pekerjaan fisik
yang sangat berat, biarpun untuk mereka yang keadaan tubuhnya sangat sesuai
untuk pekerjaan demikian, mereka harus dihindarkan langsung bekerja penuh
ditempat bersuhu tinggi tersebut melainkan diatur secara bertahap dan diruang
bekerja bersuhu tinggi harus tersedia cukup air minum dan juga tablet garam
dapur (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang
lingkungan kerja di pk plant sangat panas sehingga dari beberapa informan hanya
memakai kaos tipis saat bekerja dan informan juga rutin minum air.
Untuk mengurangi paparan debu terhadap pekerja, seharusnya dalam
bekerja, pekerja memakai APD berupa masker. Masih adanya pekerja dengan
APD yang mengalami gangguan saluran pernafasan kemungkinan besar
disebabkan APD yang digunakan tidak aman.
Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan
mengenai bahaya debu di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan

Universitas Sumatera Utara

81

menurut saya tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari bahaya debu ya
dengan rutin menggunakan masker dan kacamata.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang
terdapat banyak debu diudara tetapi hanya 1orang informan yang menggunakan
masker dan kacamata saat bekerja dan 3 orang informan lainnya tidak memakai
masker dan kacamata karena merasa tidak nyaman dan terganggu.
Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan sehat area kerja
harus dibersihkan secara teratur.
Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan karyawan
mengenai bahaya lantai licin di tempat kerja diketahui bahwa informan
menyatakan tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan bahaya lantai licin ya
rutin membersihkan ceceran minyak area yang sering adanya ceceran minyak,
memakai safety shoes dan berjalan dengan hati-hati diarea tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama terjun dilapangan memang
terdapat lantai licin dibeberapa area dan karyawan secara rutin membersihkan area
tersebut dan selalu memakai safety shoes saat berada di area tersebut.
Menurut Rijanto (2011), tidak menggunakan alat pelindung diri dengan
benar adalah tidak menggunakan alat pelindung diri sebagaimana yang
diharuskan, tidak memelihara alat tersebut, atau tidak menggunakannya dengan
cara yang benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benarbenar terlindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri
dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu
menggunakan alat-alat pelindung ketika melaksanakan pekerjaan. Alat pelindung

Universitas Sumatera Utara

82

diri merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang ditimbulkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja
baik bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.
Informan mengetahui bahaya di tempat kerja dan memiliki sikap yang
positif mengenai bahaya di tempat kerja tetapi memiliki tindakan yang tidak
sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya, ini terjadi karena tidak adanya
pengawasan dan pemberian sanksi atau teguran bagi karyawan yang melanggar
aturan K3 seperti tidak menggunakan APD secara lengkap dan benar.
Menurut Silami (2015) mengatakan bahwa kesalahan pekerja sering terjadi
bukan karena mereka tidak memahami peraturan, melainkan karena tidak
mematuhi peraturan dengan berbagai alasan. Kelalaian pada dasarnya dapat
diatasi dengan disiplin yang kuat serta pengawasan yang baik dan benar.
Menurut Notoatmodjo (2012) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
sesuatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak lain. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh
pengetahuan dan sikap, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

Universitas Sumatera Utara

83

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PK Crushing Plant Bagian
Produksi PT. MNA

mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan

karyawan mengenai bahaya di tempat kerja, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Karakteristik

informan

berdasarkan

tingkat

pendidikan

diperoleh

mayoritas karyawan memiliki tingkat pendidikan tamat SMA.
2. Pengetahuan karyawan dapat diketahui bahwa ke 4 informan mengetahui
tentang bahaya di tempat kerja, mengenali dan memahami bahaya-bahaya
yang ada di tempat kerja dan mengetahui tindakan-tindakan untuk
mengendalikan bahaya di tempat kerja.
3. Sikap Karyawan dapat diketahui bahwa informan memiliki sikap yang
positif karena informan mengatakan informasi tentang bahaya di tempat
kerja memang penting diberikan kepada karyawan, informan merasa tidak
nyaman dengan adanya bahaya di tempat kerja seperti kebisingan, panas,
debu dan lantai licin.
4. Tindakan Karyawan dapat diketahui bahwa:
a. Tindakan

informan

terhadap

bahaya

kebisingan

adalah

dengan

menggunakan ear plug saat berada di area pk plant.
b. Tindakan informan terhadap bahaya panas adalah dengan mengunakan
pakaian yang disediakan, berpindah tempat sekali 2 jam ke tempat yang

Universitas Sumatera Utara

84

lebih rendah temperaturnya atau keruang istirahat dan minum air yang
cukup.
c. Tindakan informan terhadap bahaya debu adalah dengan menggunakan
masker dan kacamata saat bekerja.
d. Tindakan informan terhadapa bahaya lantai licin adalah dengan rutin
membersihkan lantai yang tercecer minyak, menggunakan safety shoes dan
berjalan dengan hati-hati diarea lantai licin.
6.2 Saran
1. Pihak manajemen PT. MNA harus mengawasi karyawan saat bekerja dan
memeriksa kelengkapan APD untuk menghindari bahaya di lingkungan
PK Crushing Plant Bagian Produksi .
2. Pihak manajemen perlu memberikan sanksi yang tegas bagi karyawan
yang tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan kerja PK Crushing Plant Bagian Produksi.
3. Karyawan PK Crushing Plant Bagian Produksi hendaknya selalu
mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja seperti bekerja
sesuai standar operasional prosedur dan menggunakan alat pelindung diri
saat bekerja secara lengkap.
4. Perusahaan seharusnya menyediakan air minum untuk karyawan di PK
Crushing Plant.

Universitas Sumatera Utara