Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Di Workshop PT. Putra Tunas Megah Medan Tahun 2017 Chapter III VI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat
deskriptif yaitu survei yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya
kecelakaan kerja pada pekerja workshop.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di workshop PT. Putra Tunas Megah Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini akan di lakukan pada bulan Oktober 2016 - April
2017.
3.3 Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan tabel identifikasi Job Safety Analysis (JSA)
untuk membantu mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada dalam proses
produksi. Job Safety Analysis (JSA) digunakan bagi perusahaan yang
menggunakan kemampuan teknis dan melibatkan banyak pekerjaan seperti pada
proyek konstruksi.
40
Universitas Sumatera Utara
41
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2002). Dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui observasi langsung terhadap pekerja di PT. Putra Tunas Megah
yang dilakukan dengan pengamatan pada proses kerja dan dokumentasi.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari
orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto,
2002). Dalam Penelitian ini data sekunder yang akan digunakan adalah:
1. Profil perusahaan PT. Putra Tunas Megah
2. Data kecelakaan kerja tahun 2013-2016
3. Data proses kerja pada area workshop PT. Putra Tunas Megah
3.6 Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk melihat potensi bahaya-bahaya yang ada
dengan cara menentukan unit kerja yang akan diteliti dan mengidentifikasi bahaya
pada setiap unit kerja. Potensi bahaya akan dianalisa menggunakan metode Job
Safety Analysis (JSA).
Potensi bahaya akan dianalisa menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA) dengan langkah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection)
2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)
3. Mengidentifikasi bahaya ( Hazard identification)
Universitas Sumatera Utara
42
4. Pengendalikan bahaya (Hazard control)
5. Penyajian dalam bentuk lembar Job Safety Analysis (JSA)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT. Putra Tunas Megah Medan
PT. Putra Tunas Megah pada awalnya didirikan oleh perusahaan asing
yang berdomisili di Singapura (Asysmec, Co.). PT. Putra Tunas Megah didirikan
di Indonesia pada tahun 1984, dengan nama PT. Putra Tunas Megah Teknik.
Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT. Putra Tunas Megah pada
tahun 2005.
PT. Putra Tunas Megah merupakan sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dalam bidang konstruksi pabrik kelapa sawit (PKS) dan pembuatan
mesin-mesin untuk keperluan PKS. Pada awalnya, perusahaan ini memproduksi
mesin-mesin pabrik kelapa sawit dalam skala kecil. Namun seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar, maka perusahaan ini terus mengembangkan
produknya dan memperluas daerah pemasarannya. Dan saat ini, perusahaan Putra
Tunas Megah telah mengembangkan daerah pemasarannya sampai ke Kalimantan,
Jawa dan Sulawesi.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
PT. Putra Tunas Megah memiliki kantor pusat yang beralamat di Jl.
Gandhi No. 136 Medan yang menjadi tempat pengurusan masalah administrasi
dan masalah di luar produksi lainnya. PT. Putra Tunas Megah memiliki dua
engineering workshop. Engineering workshop pertama berlokasi di Jl. M. G.
43
Universitas Sumatera Utara
44
Manurung I No. 8, Medan. Workshop ini memproduksi sterilizerdan berbagai
jenis mesin yang dipesan oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Engineering workshop
kedua terletak di KIM 1 Pergudangan Intan Paya Rumput. Workshop ini
dikhususkan untuk pembuatan pintu sterilizer.
4.1.3
Visi dan Misi Perusahaan
4.1.3.1 Visi Perusahaan
Visi merupakan pernyataan keinginan perusahaan untuk menjadi apa di
masa yang akan dating. Visi PT. Putra Tunas Megah adalah:
“Menjadi kontraktor pabrik kelapa sawit yang terpercaya di Indonesia dan
produsen sterilizer door yang dominan di pasar pabrik kelapa sawit.”
4.1.3.2 Misi Perusahaan
Untuk mewujudkan visinya, PT. Putra Tunas Megah memiliki misi
sebagai berikut:
1.
Secara aktif berpartisipasi di dalam tender pembangunan pabrik kelapa sawit
dan mengajukan harga yang bersaing.
2.
Mengelola dan menjaga biaya operasional perusahaan sehingga margin
keuntungan perusahaan dapat maksimal.
3.
Bersaing dengan menyediakan produk yang bermutu, sesuai dengan
spesifikasi permintaan.
4.
Menjaga kualitas produksi dengan melakukan pengawasan yang ketat
terhadap para karyawan bagian produksi dan karyawan lapangan.
Universitas Sumatera Utara
45
4.1.4
Struktur Organisasi
PT. Putra Tunas Megah menggunakan struktur organisasi lini-fungsional.
Hubungan fungsional adalah hubungan kerja dengan pembagian tugas dilakukan
menurut fungsi-fungsi tugas yang diberikan perusahaan. Hubungan fungsional
yang dijumpai pada perusahaan ini, yaitu di bawah General Manager ada 6
bagian sesuai dengan fungsinya (Keuangan, Pembelian dan Penjualan, Produksi,
Design Engineering, Gudang Material dan Produk Jadi, Gudang Peralatan).
Selain itu terdapat juga hubungan lini yang terlihat dari pimpinan tertinggi
sampai pada operator, yaitu dari Direktur kepada General Manager, Sekretaris
kepada General Manager. Dengan demikian, dari struktur organisasi perusahaan
terlihat jelas hubungan kerja dalam perusahaan. Berikut gambaran struktur
organisasi perusahaan:
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 4.1 Tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap pemegang jabatan.
Sumber: PT. Putra Tunas Megah
4.1.5
Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
4.1.5.1 Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT. Putra Tunas Megah digolongkan menjadi dua jenis yang
terdiri dari:
1.
Tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang mendapat upah/gaji tetap setiap
bulannya sesuai dengan jabatan dan pekerjannya.
2.
Tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja borongan) yaitu tenaga kerja yang
upah/gajinya dibayar oleh kontraktor yang mempekerjakannya.
Jumlah dari seluruh tenaga kerja di PT. Putra Tunas Megah mencapai 81
orang. Untuk mengetahui rincian tenaga kerja tersebut secara lebih lengkap, dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.1 Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Putra Tunas Megah
Jabatan
Pria
Direktur
Wanita
1
Jumlah
1
General Manager
1
1
Sekretaris
1
1
Pembelian & Penjualan
1
1
Keuangan
1
1
Manager
3
3
Design Engineering
1
1
Supervisor
8
8
Mekanik
3
3
Satpam
4
4
Karyawan Bagian Produksi
30
Karyawan Lapangan
25
Total
75
2
32
25
6
81
4.1.5.2 Jam Kerja
PT. Putra Tunas Megah menetapkan hari kerja efektifnya dimulai dari hari
Senin sampai hari Jumat dengan jam kerja sebanyak delapan jam per hari. Apabila
seorang pekerja bekerja di luar dari jam kerja tersebut, maka akan dihitung
sebagai jam kerja lembur. Untuk keterangan lebih rinci mengenai jam kerja di PT.
Putra Tunas Megah baik bagi tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja borongan
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jam Kerja Pada PT. Putra Tunas Megah
No.
Waktu
Keterangan
1. Pukul 08.00 – 12. 00 WIB
Kerja Aktif
2. Pukul 12.00 – 13. 00 WIB
Istirahat
3. Pukul 12.00 – 17. 00 WIB
Kerja Aktif
Universitas Sumatera Utara
48
4.2
Proses Pembuatan Produksi Sterilizer PT. Putra Tunas Megah Medan
Pada PT. Putra Tunas Megah memiliki beberapa alur produksi,
diantaranya sebagai berikut:
1.
Pemotongan
Pada tahap awal proses pemotongan dilakukan dengan cek material yang
akan dipotong dengan melihat ukuran plat besi. Selanjutnya marking yaitu
penandaan pada plat besi yang akan dipotong oleh pekerja bagian
pemotongan.
2. Pengerolan
Lembaran baja yang telah dipotong selanjutnya dipindahkan ke mesin roll
dengan menggunakan crane. Pengerolan merupakan proses pembentukan
yang dilakukan dengan menjepit plat diantara dua rol. Rol tekan dan rol
utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan plat. Plat
bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di
bawah garis gerakkan plat, sehingga plat tertekan dan mengalami
pembengkokan.
3. Pengelasan
Pengelasan
dilakukan
untuk
menyambungkan
bagian-bagian
dari
sterilizer. Pengelasan memerlukan panas dan bahan lain untuk menghasilkan
bahan sambungan.
4. Pembubutan
Bagian yang telah dilas kemudian dipindahkan ke mesin pembubutan
untuk menghaluskan bagian yang kasar dan untuk mebuat ulir.
Universitas Sumatera Utara
49
5. Fabrikasi
Dalam tahap ini dilakukan perakitan dari tiap komponen sampai pengecatan.
4.3
Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Mengunakan
Metode Job Safety Analysis
Analisa data dilakukan dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection)
2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)
3. Mengidentifikasi bahaya ( Hazard identification)
4. Pengendalian bahaya (Hazard control)
4.3.1 Memilih Pekerjaan (Job Selection)
Pekerjaan yang dianalisa yaitu pekerjaan yang terdapat pada proses:
a) Pemotongan
b) Pengerolan
c) Pengelasan
d) Pembubutan
e) Fabrikasi
4.3.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)
4.3.2.1 Pemotongan
Pada proses pemotongan terbagi menjadi 3 bagian yaitu, pemotongan
material ukuran besar, pemotongan bagian dish end, dan pemotongan komponen
kecil pintu. Tahapan kerja ketiga bagian ini sama satu sama lain, hanya pola nya
saja yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
50
Langkah-langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Cek material
Pengecekan dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa material ada
sebelum diproses. Selanjutnya sebelum plat besi diukur dan dipisahkan
menurut ukurannya masing-masing karena ketebalan tiap plat besi berbedabeda.
2. Menyiapkan alat
Peralatan yang digunakan yaitu palu, paku, meteran, dan cutting toast yang
digunakan untuk memotong plat. Pekerja menyusun lintasan cutting toast
diatas plat besi yang telah ditandai kemudian meletakkan cutting toast diatas
lintasan.
3. Marking
Sebelum dilakukan proses pemotongan terlebih dahulu dilakukan pembuatan
pola pada plat yang akan dipotong. Plat yang akan dipotong ditandai/digrip
dengan palu dan paku sesuai dengan bagian yang akan dibuat.
4. Menghidupkan cutting toast
Setelah cutting toast berada pada posisi yang benar, selanjutnya pekerja
menyambungkan daya mesin dengan listrik pada saklar. Setelah daya
tersambung pada alat selanjutnya diberi percikan api pada bagian pemotong
dan akan bekerja secara otomatis.
Universitas Sumatera Utara
51
5. Menjalankan cutting toast
Mesin cutting toast akan bekerja secara otomatis selanjutnya pekerja
mengawasi jalannya dan memindahkan alat kebagian lain yang sudah
ditandai.
6. Cek hasil pemotongan
Plat yang telah dipotong akan di cek apakah sesuai dan benar sesuai dengan
pola.
7. Memindahkan plat menggunakan crane
Plat yang sudah dipotong dipindahkan ke tempat penumpukan bahan
sementara menggunakan crane untuk di lakukan proses pengerolan.
4.3.2.2 Pengerolan
Material yang akan di roll adalah material ukuran besar. Langkah-langkah
kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin roll
Pekerja menghidupkan mesin dengan menekan tobol pada panel.
2. Mengambil bahan dengan crane
Bahan yang akan di roll diambil menggunakan crane dan dibawa ke mesin
roll.
3. Menjalankan mesin roll
Setelah mesin roll hidup pekerja membawa plat besi yang terdapat di crane
untuk dimasukkan diantara 3 buah roll mesin roll. Hal ini bertujuan untuk
membuatplat melengkung membentuk lingkaran.
Universitas Sumatera Utara
52
4.3.2.3 Pengelasan
Pada bagian pengelasan terbagi menjadi beberapa bagian:
a) Pengelasan material ukuran besar
1. Menyiapkan alat
Pada proses pengelasan pekerja digunakan menyiapkan peralatan yang
digunakan. Peralatan diambil dari gudang dan dibawa menuju tempat
pengelasan.
2. Potong sisa pengerolan (pancingan)
Plat yang telah selesai di roll akan dipotong sisa pengerolan/ pancingan
yang berada di ujung plat. Pancingan adalah sisa dari plat yang tidak di
roll oleh mesin.
3. Las pertemuan roll
Selanjutnya pertemuan roll dilas secara manual. Proses pengelasan
dilakukan dengan keadaaan plat besi masih berada di mesin roll.
4. Cek dimensi
Hasil pengelasan di check untuk melihat hasil pengelasan.
5. Gerinda
Hasil dari pengelasan akan di gerinda yang bertujuan untuk merapikan
hasil las.
6. Mengeluarkan hasil roll dari mesin
Pekerja membuka sisi samping mesin rol dan mengendurkan jepitan pada
plat agar mudah dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
53
7. Memindahkan dengan crane
Hasil pengerolan yang sudah bisa dikeluarkan kemudian diangkat dan
dipindahkan ke tempat penumpukan sementara menggunakan crane.
b) Pengelasan dish end
1. Diangkat menggunakan crane
Material yang sudah dipotong dipidahkan ke mesin jack menggunakan
crane.
2. Jack
Proses pengejekan masih dibantu dengan tenaga manusia untuk memutar
plat besi yang sedang di jack.
3. Cek hasil
Material yang sudah di jack kemudian dilakukan pengecekan
untuk
melihat hasil pengejekan.
c) Stel las
Stel las adalah proses pengelasan untuk menggabungkan atau menyatukan
dua buah komponen menjadi satu. Pada tahap ini komponen yang
digabungkan antara lain: komponen body dengan ring body, komponen dish
end dengan ring dish end. Proses pengelasan dilakukan menggunakan las
robot otomatis dan dengan las manual.
3.3.2.4 Pembubutan
1. Menghidupkan mesin
Pada tahap awal pekerja menghidupkan mesin yang akan digunakan.
Universitas Sumatera Utara
54
2. Memindahkan ke mesin bubut
Bagian yang akan dibubut yaitu komponen sterilizer yang sudah
digabungkan kemudian dibawa ke mesin bubut menggunakan crane.
3. Pengetesan bubut
Setelah bagian body diletakkan di atas mesin bubut, pekerja mengunci
body agar tidak bergeser ketika mesin mulai berputar. Kemudian pekerja
mengidupkan mesin dan mengatur mata pahat bubut pada bagian yang
akan di bubut. Bagian body yang sudah terkunci kemudian diputar oleh
mesin bubut untuk mengetahui apakah body sudah pada posisi yang pas
dan tidak akan bergeser ketika berputar.
4. Bubut primary
Pada pembubutan primary dilakukan untuk menghaluskan sisi body dan
membuat ulir pada body.
5. Ambil sampah bubut
Ketika proses pembubutan berlangsung terdapat sampah sisa bubutan
yang harus dibersihkan. Pekerja menggunakan besi panjang untuk
mengambil sampah bubutan pada sekitar body yang sedang berputar.
6. Potong gigi
Pemotongan bagian atas body membentuk siku.
7. Pasang SUS
Melapis material yang sudah dibuat dengan plat stainless agar tidak
berkarat.
Universitas Sumatera Utara
55
8. Bubut secondary
Menghaluskan kembali setelah dilakukan potong gigi dan pasang sus.
3.3.2.5 Fabrikasi
1. Memindahkan dengan crane
Komponen pintu sterilizer yang sudah selesai dibubut dan dilas
dipindahkan menggunakan crane.
2. Perakitan
Semua komponen pintu sterilizer dirakit kemudian dilakukan pengelasan
kembali dan kemudian dilakukan pemasangan baut.
3. Pengecatan
Pintu sterilizer yang sudah selesai dirakit kemudian dicat menggunakan
cat semprot (spray gun).
4.3.3
Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Semua potensi bahaya yang terdapat pada proses pembuatan sterilizer
akan diidentifikasi dan selanjutnya akan diberikan pengendalian bahaya untuk
memberikan makna terhadap potensi bahaya tersebut. Hal ini diperlukan untuk
memilah mana potensi bahaya yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan
dan mana yang tidak.
Universitas Sumatera Utara
56
4.3.3.1 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pemotongan
Tabel 4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pemotongan
No
Work Steps
1.
Cek material
2.
Menyiapkan
alat:
a. Cutting
toast
b. Palu
c. Paku
3.
Marking
4.
Menghidupkan
cutting toast
Identifikasi
bahaya
Tersandung
plat
Dampak
Pengendalian
Bahaya
Luka
memar Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Tergores
Luka gores
Menggunakan
pinggiran plat
safety gloves yang
telah disediakan.
Tersandung
Luka
memar Kabel
yang
kabel
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus digulung atau
ditata dengan rapi,
tidak berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Tertimpa
Luka
memar Memperhatikan
mesin cutting pada tubuh
posisi pada saat
toast
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tertimpa palu Luka
memar Memperhatikan
pada tubuh
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tertusuk paku Luka
Menggunakan
safety gloves dan
menggunakan
wadah
ketika
membawa paku.
Terpukul palu Memar
Gunakan palu yang
ukurannya sesuai
dengan
kebutuhannya.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
Universitas Sumatera Utara
57
menghentikan
fungsi jantung
5.
Menjalankan
cutting toast
Tersambar api
ketika
menghidupkan
alat
Luka bakar pada
tubuh pekerja,
gangguan
penglihatan
Tersandung
kabel
Luka memar
Bising
Gangguan
pendengaran
Tersandung
kabel
Luka
ringan
memar
Tertimpa
Luka
memar,
mesin cutting bengkak
toast
Bising
Gangguan
pendengaran
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Gunakan pakaian
pelindung,
kaca
mata
pelindung
dengan pelindung
samping, helm, dan
pelindung muka.
Kabel
yang
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Kabel
yang
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Universitas Sumatera Utara
58
Terkena
percikan api
6.
Cek hasil
pemotongan
Tergores
pinggiran plat
Tersandung
alat atau kabel
7.
Memindahkan
dengan crane
Gangguan
penglihatan,
luka bakar pada
pekerja,
menimbulkan
ledakan
atau
kebakaran
Luka gores
Luka
ringan
memar
Tertimpa
Luka
memar,
material yang patah tulang
akan
dipindahkan
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan
bernafas,
terbakar,
menghentikan
fungsi jantung
Tersandung
material
Luka
ringan
Tergores
material
Luka gores
memar
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Kabel
yang
menghubungka
n dengan arus
listrik harus di
gulung
atau
ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga tidak
menyebabkan
pekerja terlilit
dan terjatuh.
Menggunakan
safety
shoes
yang
telah
disediakan.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
59
4.3.3.2 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengerolan
Tabel 4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengerolan
No
Work Steps
Identifikasi
Dampak
Pengendalian
bahaya
Bahaya
1.
Menghidupkan Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
mesin roll
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka
memar Kabel
yang
kabel
ringan
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Tersandung
Luka
memar Memindahkan
material dan ringan, terkilir
material
dan
peralatan
peralatan
yang
disekitar
menghalangi jalan,
mesin
menggunakan
safety shoes.
2.
Mengambil
Tertimpa
Luka
memar, Memperhatikan
bahan dengan material yang patah tulang
posisi pada saat
crane
akan di roll
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka
memar Memindahkan
material
di ringan
material
yang
sekitar mesin
menghalangi jalan,
roll
menggunakan
safety shoes..
Universitas Sumatera Utara
60
3.
Menjalankan
mesin roll
Tergores
Luka gores
material yang
akan diroll
Tertimpa
Luka
memar,
material
patah tulang
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Terjepit mesin Memar, terkilir, Mematuhi prosedur
roll
patah tulang
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Universitas Sumatera Utara
61
4.3.3.3 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengelasan
Tabel 4.5 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengelasan
No
Work
Steps
Identifikasi
bahaya
Dampak
Bahaya
Pengendalian
Bahan Material Besar
1.
Menyiapkan
peralatan:
a. Mesin
las
listrik
Tersandung
kabel
Tertimpa
mesin las
Tergores
Kejut listrik
b. Mesin
gerinda
Tersandung
kabel
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Universitas Sumatera Utara
62
Tertimpa
mesin gerinda
2.
Potong sisa
pengerolan
3.
Las pertemuan
roll
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tergores mata Luka gores
Menggunakan
gerinda
safety gloves yang
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Terkena
Tergores,
Menggunakan
pemotong
terpotong
APD berupa safety
gloves.
Terkena
Terbakar
Menggunakan
percikan api
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Bising
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Terkena
Gangguan
Menggunakan
percikan api
penglihatan,
APD
berupa
luka bakar pada pakaian pelindung,
pekerja,
kacamata
las,
menimbulkan
safety gloves serta
ledakan
atau helm las.
kebakaran
Bising
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Asap/debu las Gangguan
Memastikan
terhirup
pernafasan
terdapat pertukaran
pekerja
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan
APD.
Universitas Sumatera Utara
63
Terkena sinar
ultra violet dan
infra merah
4.
Cek dimensi
Tergores hasil
pengerolan
Tersandung
alat atau kabel
di sekitar
mesin
5.
Gerinda
Terkena
percikan api
akibat gerinda
Pisau
pemotong
tajam
Bising
6.
Mengeluarkan
hasil roll dari
mesin
Tertimpa
material yang
selesai dirol
Terjepit
Merusak mata
dan kulit
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata las serta
helm las.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Luka memar
Kabel
yang
ringan
menghubungka
n dengan arus
listrik harus di
gulung
atau
ditata
dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga tidak
menyebabkan
pekerja terlilit
dan terjatuh.
Menggunakan
safety
shoesyang telah
disediakan.
Luka bakar pada Menggunakan
tangan
pakaian
khusus
tahan
api
dan
kacamata
pelindung.
Tergores,
Menggunakan
terpotong
safety gloves yang
telah disediakan.
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Luka
Memperhatikan
memar,patah
posisi pada saat
tulang
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Terluka, terkilir Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
64
7.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Kejut listrik
Tersandung
material
disekitar area
pengelasan
Tergores
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Dish End
1.
Menghidupka Kejut listrik
n mesin
Tersandung
material
2.
Memindahka
n dengan
crane
Tertimpa
material yang
akan di jack
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan
bernafas,
terbakar,
menghentikan
fungsi jantung
Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka memar,
Memperhatikan
patah tulang
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Universitas Sumatera Utara
65
Tersandung
material di
sekitar mesin
jack
3.
Jack
Tergores
material dish
end
Tertimpa
material
Kejut listrik
Terjatuh pada
saat duduk
Luka ringan
pada tubuh,
terjatuh
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Luka
Memperhatikan
memar,patah
posisi pada saat
tulang
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar,
Mematuhi prosedur
patah tulang,
kerja
dan
terkilir
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
66
Stel Las
1.
Menyiapkan
Tersandung
mesin las robot kabel
otomatis
Tertimpa
peralatan
Tergores
Kejut listrik
2.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material
Kejut listrik
Tersandung
material
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat dan
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar,
Memperhatikan
patah tulang
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan
helm dan safety
shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Universitas Sumatera Utara
67
3.
Las
Tergores
material
Luka gores
Terkena
percikan api
Menimbulkan
ledakan atau
kebakaran, luka
bakar pada
pekerja
Asap/debu las
terhirup
pekerja
Gangguan
pernafasan
Terkena sinar
ultra vioet dan
infra merah
Merusak mata
dan kulit
Terjepit
diantara
material
Terluka, terkilir,
patah tulang
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Memastikan
terdapat pertukaran
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan
APD.
Menggunakan
APD berupa
pakaian pelindung,
kacamata dan
kedok las serta
helm las.
Mematuhi
prosedur kerja dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
68
4.3.3.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pembubutan
Tabel 4.6 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pembubutan
No
1.
Work Steps
Identifikasi
bahaya
Memindahkan Tertimpa
ke mesin bubut material
bubutan
2.
Menghidupkan
mesin bubut
3.
Pengetesan
bubut
Dampak
Bahaya
Luka memar,
patah tulang
Pengendalian
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka memar
Memindahkan
material
ringan
material
yang
disekitar mesin
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
bubutan
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka memar
Memindahkan
material dan
ringan
material
dan
peralatan
peralatan
yang
disekitar mesin
menghalangi jalan.
bubut
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
telah disediakan.
Terkena
Luka memar,
Memastikan
lemparan
patah tulang
prosedur
material yang
pemasangan
sedang dibubut
terpenuhi,
menggunakan
helm.
Universitas Sumatera Utara
69
4.
5.
Bubut primary
Ambil sampah
bubut
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah tulang
Tergores
material
Luka gores
Terkena
lemparan
material ketika
mesin berputar
Luka memar,
patah tulang
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Tergores
sampah bubut
Luka gores
Terkena
lemparan
material
Luka memar,
patah tulang
Terjepit di
antara mesin
dan material
Memar, terkilir,
patah tulang
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
70
Sampah bubut
terkena mata
6.
Potong gigi
Tergores
material
Terkena
pemotong
Kejut listrik
Tersandung
material dan
peralatan
Bising
Terkena
percikan api
7.
Pasang SUS
Tergores
material
Kejut listrik
Tersandung
material dan
peralatan
8.
Bubut
secondary
Tergores
material
Iritasi, buta
Menggunakan
kacamata
kerja
(gogless).
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Tergores,
Menggunakan
terpotong
APD berupa safety
gloves.
Shock, terbakar, Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
dan
peralatan
yang
menghalangi jalan.
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Menimbulkan
Menggunakan
ledakan atau
APD
berupa
kebakaran, luka pakaian pelindung,
bakar pada
kacamata
las,
pekerja
safety gloves serta
helm las.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
dan
peralatan
yang
menghalangi jalan.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
71
Terkena
lemparan
material ketika
mesin berputar
Luka memar,
patah tulang
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
4.3.3.5 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Fabrikasi
Tabel 4.7 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Fabrikasi
No
Work Steps
Identifikasi
Dampak
Pengendalian
Bahaya
Bahaya
Fabrikasi
1.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Kejut listrik
Tersandung
material di
area fabrikasi
Tergores
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
72
2.
Perakitan
Tertimpa
material yang
sedang dirakit
Tergores
Terpukul palu
Terkena
percikan api
Asap/debu las
terhirup
pekerja
Terjepit
diantara
material
3.
Pengecatan
Terciprat
cairan cat ke
mata
Penyemprotan
terlalu dekat
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memar
Gunakan palu yang
ukurannya sesuai
dengan
kebutuhannya.
Gangguan
Menggunakan
penglihatan,
APD
berupa
luka bakar pada pakaian pelindung,
pekerja,
kacamata
las,
menimbulkan
safety gloves serta
ledakan
atau helm las.
kebakaran
Gangguan
Memastikan
pernafasan
terdapat pertukaran
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan APD
berupa
kedok
pernapasan.
Memar, terkilir, Mematuhi prosedur
patah tulang
kerja dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Iritasi
Kacamata
Pusing,pingsan,
iritasi
Luka memar,
patah tulang
Masker, kacamata
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemotongan
Pada tahap awal proses pemotongan, pekerja melakukan cek material
terhadap plat yang akan digunakan untuk memeriksa bahwa material yang akan di
proses tersedia dan ukurannya sesuai dengan kebutuhan. Cek material juga
dilakukan untuk mengukur ketebalan plat yang tersedia. Pada saat melakukan cek
material, pekerja berpotensi tersandung dan tergores material. Hal ini disebabkan
karena material yang berupa plat besi disusun bertumpuk dipermukaan tanah,
sehingga jika pekerja tidak hati-hati ketika berjalan maka akan tersandung dan
tergores material. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya pekerja harus
menggunakan safety gloves dan memindahkan material yang menutupi jalan agar
pekerja tidak tersandung.
Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan peralatan untuk memotong plat yaitu
cutting toast, palu, dan paku. Pekerja harus mengambil peralatan yang akan
digunakan di dalam gudang penyimpanan. Pada saat mengambil peralatan,
pekerja bisa tertusuk paku, tertimpa peralatan yang dapat mengakibatkan luka
pada tubuh. Selain itu pekerja juga bisa terjatuh akibat tersandung kabel mesin
yang tidak beraturan yang menyebabkan luka memar pada tubuh. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut sebaiknya kabel yang menghubungkan dengan
arus listrik harus digulung atau ditata dengan rapi, tidak berserakan, sehingga
73
Universitas Sumatera Utara
74
tidak menyebabkan pekerja terlilit dan terjatuh dan Memperhatikan posisi pada
saat mengangkat dan menggunakan helm dan safety shoes.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan marking pada plat besi sesuai dengan
pola. Pertama-tama plat besi diukur ketebalannya kemudian mengukur panjang
dan lebar sesuai dengan pola. Setelah diukur plat besi digrip/dibagian yang akan
dipotong dengan palu dan paku. Pada saat melakukan pengukuran dan grip,
pekerja berada pada posisi jongkok dan membungkuk. Potensi bahaya yang dapat
terjadi yaitu terkena pukulan palu. Bahaya tersebut dapat dihindari dengan
menggunakan palu yang ukurannya sesuai dengan kebutuhannya
Peralatan yang sudah diambil kemudian disusun diatas plat besi yang akan
dipotong dan kabel dihubungkan dengan saklar listrik. Alat yang digunakan untuk
memotong plat besi yaitu mesin cutting toast. Cara kerja mesin cutting toast yaitu
gas asetilen atau gas oksigen ditekan pada tekanan tinggi dan diberi percikan api
untuk mulai menjalankannya. Dengan tekanan dan panas yang tinggi, maka plat
akan terpotong. Pekerja harus memantau pergerakan mesin agar sesuai dengan
pola yang sudah digrip/ditandai dan memindahkan ke bagian yang lain ketika
sudah selesai.
Pada tahap menghidupkan mesin cutting toast dapat terjadi kejut listrik.
Bahaya ini dapat terjadi ketika pekerja menghubungkan mesin ke sumber listrik
dan apabila terdapat kabel yang terkelupas kemudian tersentuh oleh pekerja.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas dan tidak
menghidupkan mesin dengan tangan yang basah. Selain itu, pada tahap ini dapat
menyebabkan pekerja tersambar api ketika menggunakan mancis untuk memberi
Universitas Sumatera Utara
75
percikan api pada mesin agar dapat dijalankan. Bahaya lainnya yang dapat terjadi
yaitu tersandung kabel yang terdapat disekitaran pekerja dan bising akibat suara
yang dihasilkan oleh mesin.
Pada saat menjalankan mesin cutting toast pekerja mempunyai potensi
yang berbahaya. Bahaya yang dapat terjadi antara lain tersandung kabel, tertimpa
alat, terkena percikan api, dan suara bising yang dihasilkan dari mesin.
Menurut Ridley (2008),
pencegahan terhadap peralatan listrik yaitu
dengan cara: memindahkan atau memasukkan kabel yang melintasi lantai ke
dalam konduit khusus yang rata dengan lantai, melakukan inspeksi kontak (plug),
soket, kabel, dan peralatan listrik secara rutin oleh teknisi yang berkualifikasi dan
melakukan penggantian barang yang rusak, perbaikan peralatan hanya dilakukan
oleh teknisi yang berkualifikasi, peralatan harus diisolasikan dari arus listrik, dan
melarang penggunaan peralatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
misalnya ketel, radio, dan sebagainya.
Pekerja sering mengabaikan keselamatannya dalam bekerja. Hal ini dapat
dilihat dari tidak lengkapnya alat pelindung diri yang digunakan, pekerja hanya
memakai safety shoes, baju, dan celana panjang. Menurut Rijanto (2011),
tindakan pencegahan dalam bentuk alat pelindung diri dapat dilakukan dengan
cara memakai pelindung pernafasan (respirator) apabila gas, debu dan uap tidak
dapat ditahan dibawah nilai ambang batas. Gunakan kaca mata pelindung dengan
pelindung samping, helm, dan pelindung muka, untuk melindungi mata. Pakaian
pelindung yang diperlukan oleh pekerja yaitu sarung tangan “gauntlet” tahan api,
apron (celemek) kulit atau bahan tahap api lainnya, sepatu pelindung,
Universitas Sumatera Utara
76
tudung atau penutup bahu dari kulit atau bahan tahan api lainnya, dan topi
pelindung atau pelindung kepala.
Pekerjaan pengelasan dan pemotongan jangan diijinkan dilakukan di dekat
ruangan yang berisi uap, cairan, atau debu mudah menyala atau terbakar. Semua
tempat di sekitarnya harus di ventilasi, dan dilakukan pengecekan gas. Dilakukan
upaya melakukan untuk mencegah peningkatan konsentrasi peledakan. Peralatan
penyedot udara setempat agar dipasang untuk membuang gas-gas, uap-uap, dan
kabut yang muncul di sekitarnya atau terjadi akibat pekerjaan pengelasan atau
pemotongan.
Operator dan pekerja lainnya yang semua bagian tubuh dapat terpapar
radiasi ultra violet dan inframerah dilindungi terhadap terbakarnya kulit dan jenis
cedera yang lain. Pakaian gelap lebih disukai daripada warna terang karena
mengurangi pantulan terhadap muka operator dibawah topi. Pakaian dari kain
woll daripda kain katun karena lebih tahan terhadap lapuk, dan tidak mudah untuk
tersulut api. Bagian luar pakaian harus bebas dari oli dan gemuk. Apron dan
pakaian overall jangan ada kantong depan, dimana percikan dapat masuk (Rijanto,
2011).
Pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan antara lain
memberikan APD berupa helm, safety shoes, sarung tangan kulit untuk pekerja
bagian pengelasan dan sarung tangan kain untuk bagian yang lain. Untuk bagian
pengelasan juga diberikan penutup wajah dan kaca mata las agar tidak terkena
percikan api.
Universitas Sumatera Utara
77
Plat yang sudah dipotong akan dilakukan pengecekan hasil dengan
mengukur hasil potongan
untuk melihat apakah sudah sesuai dengan pola.
Apabila sudah sesuai plat dapat dipindahkan ke proses selanjutnya. Pada tahap ini
pekerja dapat berpotensi tersandung kabel mesin yang masih ada di sekitar
material dan tergores oleh material.
Kabel-kabel yang tidak sedang digunakan sebaiknya digulung atau
disimpan agar tidak membuat bahaya bagi pekerja. Kabel yang sedang digunakan
sebaiknya dilakukan penataan seperti menggantung kabel pada dinding atau tiang
di sekitar area kerja, meletakkan kabel di pinggir dinding agar tidak mengganggu
proses kerja, membuat saklar di dekat area kerja agar tidak banyak menggunakan
kabel sambung. Menurut Rijanto (2011), kabel dan selang di lantai menyebabkan
bahaya tersandung dan tejungkal, untuk itu sebaiknya digantung, atau apabila
diletakkan di lantai harus dilindungi dengan kayu atau dibuatkan jalur khusus.
Kabel dan selang juga dapat disangga sedemikian rupa sehingga tidak terpukul
oleh benda-benda yang sedang dibawa atau dipindahkan.
Pemindahan plat yang sudah dipotong menggunakan bantuan crane.
Kemudian rantai besi yang dipasang pada plat dipastikan sudah terpasang dengan
benar, kemudian plat diangkat dengan crane dari permukaan tanah dan dijalankan
menuju tempat penumpukan sementara lalu plat diturunkan secara perlahan diatas
permukaan tanah.
Pada saat crane dioperasikan, dapat menimbulkan beberapa bahaya ketika
tidak dioperasikan secara benar, hati-hati, dan seksama. Bahaya yang dapat terjadi
antara lain pekerja tertimpa material yang akan diangkat, bahaya listrik ketika
Universitas Sumatera Utara
78
menjalankan crane apabila kontrol terdapat kerusakan, tergores material dan
tersandung material yang akan diangkat atau yang ada disekitar pekerja apabila
tidak disusun rapi dan pekerja kurang konsentrasi.
Untuk memastikan agar tidak terjadi bahaya maka harus diperhatikan
benar kondisi crane yang akan digunakan serta fungsi kontrolnya. Beban angkat
cranejuga harus sesuai dengan beban unit yang akan diangkat. Gunakan tali
pengangkat yang konstruksinya direkomendasikan untuk penggunaan crane.
Pemasangan rantai pengikat harus simetris dan bertumpu pada satu titik berat agar
unit seimbang dan tidak jatuh.
Selain itu pergerakan crane harus dipandu oleh kode standar dari aba-aba
yang disampaikan kepada operator crane oleh pengarah. Aba-aba harus dapat
dilihat atau terlihat setiap saat. Bila aba-aba secara visual tidak mencukupi,
gunakan alat komunikasi lainnya. Operator mengontrol semua pergerakan
jembatan, roda-roda, dan pengangkatan, dari lantai. Hanya boleh ada satu petugas
yang ditunjuk saja yang berwenang memberi aba-aba kepada operator. Operator
jangan menggerakkan peralatannya sebelum aba-abanya dimengerti dengan jelas.
Bila suatu kecelakaan tidak dapat dihindari karena mengikuti aba-aba, operator
harus segera memberitahu kepada petugas aba-aba sehingga perbaikan dapat
dilakukan. Pekerja yang membantu di sekitarnya harus diinstruksikan untuk tidak
berada di bawah beban (Rijanto, 2011).
Kapasitas angkat beban aman setiap peralatan angkat harus diperhatikan
dengan jelas. Alat angkat di atas kepala yang beroperasi di atas rel atau roda-roda
harus mempunyai penghentian atau alat pembatas pada peralatan untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
79
kelebihan batas. Beban boleh di angkat hanya bila letaknya benar-benar telah di
bawah crane. Bila beban tidak benar-benar terpusat akan dapat menyebabkan
terayun saat di angkat dan dapat menyebabkan cedera. Tidak seorang pun boleh
berada di bawah beban yang sedang diangkat atau diturunkan. Perhatikan dengan
benar pemakaian, kegagalan pemakaian, dan pengoperasian yang benar pada
peralatan, seperti pengait beban, tali, rem, kopling, dan tombol-tombol pembatas
(Rijanto, 2011).
5.2
Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengerolan
Pada tahap awal pengerolan, pekerja terlebih dahulu menghidupkan mesin
roll dan memastikan mesin dalam keadaan baik. Bahaya yang dapat terjadi pada
tahap ini adalah pekerja dapat tersandung kabel disekitar mesin, tersandung
material/peralatan apabila tidak tersusun rapi dan pekerja yang tidak
berkonsentrasi dan tersengat arus listrik ketika menghubungkan mesin dengan
arus listrik.
Menurut Ridley (2008), pencegahan terhadap peralatan listrik yaitu dengan
cara: memindahkan atau memasukkan kabel yang melintasi lantai ke dalam
konduit khusus yang rata dengan lantai, melakukan inspeksi kontak (plug), soket,
kabel, dan peralatan listrik secara rutin oleh teknisi yang berkualifikasi dan
melakukan penggantian barang yang rusak, perbaikan peralatan hanya dilakukan
oleh teknisi yang berkualifikasi, peralatan harus diisolasikan dari arus listrik, dan
melarang penggunaan peralatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
misalnya ketel, radio, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
80
Plat besi yang sudah dipotong dipindahkan menggunakan crane ke tempat
mesin pengerolan. Pemindahan plat yang sudah dipotong menggunakan bantuan
crane. Kemudian rantai besi yang dipasang pada plat dipastikan sudah terpasang
dengan benar, kemudian plat diangkat dengan crane dari permukaan tanah dan
dijalankan menuju mesin roll.
Untuk memastikan agar tidak terjadi bahaya yang tidak diinginkan seperti
tertimpa material,bahaya listrik, tersandung dan tergores material maka harus
diperhatikan benar kondisi crane yang akan digunakan serta fungsi kontrolnya.
Beban angkat crane juga harus sesuai dengan beban unit yang akan diangkat.
Gunakan
tali
pengangkat
yang
konstruksinya
direkomendasikan
untuk
penggunaan crane. Pemasangan rantai pengikat harus simetris dan bertumpu pada
satu titik berat agar unit seimbang dan tidak jatuh.
Selain itu pergerakan crane harus dipandu oleh kode standar dari aba-aba
yang disampaikan kepada operator crane oleh pengarah. Aba-aba harus dapat
dilihat atau terlihat setiap saat. Bila aba-aba secara visual tidak mencukupi,
gunakan alat komunikasi lainnya. Operator mengontrol semua pergerakan
jembatan, roda-roda, dan pengangkatan, dari lantai. Hanya boleh ada satu petugas
yang ditunjuk saja yang berwenang memberi aba-aba kepada operator. Operator
jangan menggerakkan peralatannya sebelum aba-abanya dimengerti dengan jelas.
Bila suatu kecelakaan tidak dapat dihindari karena mengikuti aba-aba, operator
harus segera memberitahu kepada petugas aba-aba sehingga perbaikan dapat
dilakukan. Pekerja yang membantu di sekitarnya harus diinstruksikan untuk tidak
berada di bawah beban (Rijanto, 2011).
Universitas Sumatera Utara
81
Kapasitas angkat beban aman setiap peralatan angkat harus diperhatikan
dengan jelas. Alat angkat di atas kepala yang beroperasi di atas rel atau roda-roda
harus mempunyai penghentian atau alat pembatas pada peralatan untuk mencegah
kelebihan batas. Beban boleh di angkat hanya bila letaknya benar-benar telah di
bawah crane. Bila beban tidak benar-benar terpusat akan dapat menyebabkan
terayun saat di angkat dan dapat menyebabkan cedera. Tidak seorang pun boleh
berada di bawah beban yang sedang diangkat atau diturunkan. Perhatikan dengan
benar pemakaian, kegagalan pemakaian, dan pengoperasian yang benar pada
peralatan, seperti pengait beban, tali, rem, kopling, dan tombol-tombol pembatas
(Rijanto, 2011).
Pengerolan merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan
menjepit plat diantara dua rol. Rol tekan dan rol utama berputar berlawanan arah
sehingga dapat menggerakan plat. Plat bergerak linear melewati rol pembentuk.
Posisi rol pembentuk berada di bawah garis gerakkan plat, sehingga plat tertekan
dan mengalami pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan
putaran rol penjepit ini maka terjadilah proses pengerolan. Pada saat plat bergerak
melewati rol pembentuk dengan kondisi pembengkokan yang sama maka akan
menghasilkan radius pengerolan yang merata.
Plat yang sudah dipindahkan menggunakan crane kemudian dimasukkan
kedalam mesin roll diantara 3 buah roll. Mesin roll ini mempunyai 3 buah rol,
dimana dua rol bagian bawah berfungsi menahan plat yang akan di rol dan rol
bagian atas berfungsi menekan plat sampai plat mengalami perubahan bentuk
menjadi
melengkung.
Setelah
plat
masuk
pekerja
menggerakkan
roll
Universitas Sumatera Utara
82
menggunakan control panel. Proses membuat plat menjadi lingkaran harus
dilakukan berulang-ulang, plat digerakkan keluar dan masuk berulang kali sampai
berbentuk lingkaran.
Pada saat menjalankan mesin roll bagian seperti tangan atau jari dapat
terjepit mesin yang menyebabkan memar, terkilir dan patah tulang. Pekerja dapat
tertimpa dan tergores material yang akan di roll apabila material tidak terpasang
dengan benar. Pekerja yang tertimpa material dapat menyebabkan luka memar
sampai patah tulang. Untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut diperlukan
pengendalian bahaya. Pekerja harus mematuhi prosedur dan konsentrasi pada saat
proses berlangsung. Pada saaat bekerja harus berada pada posisi yang benar dan
memastikan material yang akan di roll sudah aman dan tidak akan terlepas dari
mesin. Selain itu pekerja harus menggunakan helm, safety shoes dan safety
gloves.
Untuk mencegah pekerja terpapar bahaya di area kerja perlu dilakukan
pemasangan tanda peringatan bahaya berupa rambu-rambu keselamatan dan
kesehatan kerja. Rambu-rambu bermanfaat dalam menyediakan kejelasan
informasi dan memberikan pengarahan umum, sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan
bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan
pengetahuan tentang symbol, kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai
rambu-rambu dengan standar internasional. Rambu-rambu sebaiknya dipasang di
lokasi yang mudah dilihat dengan jelas, dalam jarak pandang yang tepat sehingga
informasinya terbaca jelas, di lokasi dimana karyawan memiliki waktu yang
Universitas Sumatera Utara
83
cu
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat
deskriptif yaitu survei yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya
kecelakaan kerja pada pekerja workshop.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di workshop PT. Putra Tunas Megah Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini akan di lakukan pada bulan Oktober 2016 - April
2017.
3.3 Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan tabel identifikasi Job Safety Analysis (JSA)
untuk membantu mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada dalam proses
produksi. Job Safety Analysis (JSA) digunakan bagi perusahaan yang
menggunakan kemampuan teknis dan melibatkan banyak pekerjaan seperti pada
proyek konstruksi.
40
Universitas Sumatera Utara
41
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2002). Dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui observasi langsung terhadap pekerja di PT. Putra Tunas Megah
yang dilakukan dengan pengamatan pada proses kerja dan dokumentasi.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya diperoleh dari
orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto,
2002). Dalam Penelitian ini data sekunder yang akan digunakan adalah:
1. Profil perusahaan PT. Putra Tunas Megah
2. Data kecelakaan kerja tahun 2013-2016
3. Data proses kerja pada area workshop PT. Putra Tunas Megah
3.6 Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk melihat potensi bahaya-bahaya yang ada
dengan cara menentukan unit kerja yang akan diteliti dan mengidentifikasi bahaya
pada setiap unit kerja. Potensi bahaya akan dianalisa menggunakan metode Job
Safety Analysis (JSA).
Potensi bahaya akan dianalisa menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA) dengan langkah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection)
2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)
3. Mengidentifikasi bahaya ( Hazard identification)
Universitas Sumatera Utara
42
4. Pengendalikan bahaya (Hazard control)
5. Penyajian dalam bentuk lembar Job Safety Analysis (JSA)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah PT. Putra Tunas Megah Medan
PT. Putra Tunas Megah pada awalnya didirikan oleh perusahaan asing
yang berdomisili di Singapura (Asysmec, Co.). PT. Putra Tunas Megah didirikan
di Indonesia pada tahun 1984, dengan nama PT. Putra Tunas Megah Teknik.
Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT. Putra Tunas Megah pada
tahun 2005.
PT. Putra Tunas Megah merupakan sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dalam bidang konstruksi pabrik kelapa sawit (PKS) dan pembuatan
mesin-mesin untuk keperluan PKS. Pada awalnya, perusahaan ini memproduksi
mesin-mesin pabrik kelapa sawit dalam skala kecil. Namun seiring dengan
meningkatnya permintaan pasar, maka perusahaan ini terus mengembangkan
produknya dan memperluas daerah pemasarannya. Dan saat ini, perusahaan Putra
Tunas Megah telah mengembangkan daerah pemasarannya sampai ke Kalimantan,
Jawa dan Sulawesi.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
PT. Putra Tunas Megah memiliki kantor pusat yang beralamat di Jl.
Gandhi No. 136 Medan yang menjadi tempat pengurusan masalah administrasi
dan masalah di luar produksi lainnya. PT. Putra Tunas Megah memiliki dua
engineering workshop. Engineering workshop pertama berlokasi di Jl. M. G.
43
Universitas Sumatera Utara
44
Manurung I No. 8, Medan. Workshop ini memproduksi sterilizerdan berbagai
jenis mesin yang dipesan oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Engineering workshop
kedua terletak di KIM 1 Pergudangan Intan Paya Rumput. Workshop ini
dikhususkan untuk pembuatan pintu sterilizer.
4.1.3
Visi dan Misi Perusahaan
4.1.3.1 Visi Perusahaan
Visi merupakan pernyataan keinginan perusahaan untuk menjadi apa di
masa yang akan dating. Visi PT. Putra Tunas Megah adalah:
“Menjadi kontraktor pabrik kelapa sawit yang terpercaya di Indonesia dan
produsen sterilizer door yang dominan di pasar pabrik kelapa sawit.”
4.1.3.2 Misi Perusahaan
Untuk mewujudkan visinya, PT. Putra Tunas Megah memiliki misi
sebagai berikut:
1.
Secara aktif berpartisipasi di dalam tender pembangunan pabrik kelapa sawit
dan mengajukan harga yang bersaing.
2.
Mengelola dan menjaga biaya operasional perusahaan sehingga margin
keuntungan perusahaan dapat maksimal.
3.
Bersaing dengan menyediakan produk yang bermutu, sesuai dengan
spesifikasi permintaan.
4.
Menjaga kualitas produksi dengan melakukan pengawasan yang ketat
terhadap para karyawan bagian produksi dan karyawan lapangan.
Universitas Sumatera Utara
45
4.1.4
Struktur Organisasi
PT. Putra Tunas Megah menggunakan struktur organisasi lini-fungsional.
Hubungan fungsional adalah hubungan kerja dengan pembagian tugas dilakukan
menurut fungsi-fungsi tugas yang diberikan perusahaan. Hubungan fungsional
yang dijumpai pada perusahaan ini, yaitu di bawah General Manager ada 6
bagian sesuai dengan fungsinya (Keuangan, Pembelian dan Penjualan, Produksi,
Design Engineering, Gudang Material dan Produk Jadi, Gudang Peralatan).
Selain itu terdapat juga hubungan lini yang terlihat dari pimpinan tertinggi
sampai pada operator, yaitu dari Direktur kepada General Manager, Sekretaris
kepada General Manager. Dengan demikian, dari struktur organisasi perusahaan
terlihat jelas hubungan kerja dalam perusahaan. Berikut gambaran struktur
organisasi perusahaan:
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 4.1 Tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap pemegang jabatan.
Sumber: PT. Putra Tunas Megah
4.1.5
Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
4.1.5.1 Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT. Putra Tunas Megah digolongkan menjadi dua jenis yang
terdiri dari:
1.
Tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang mendapat upah/gaji tetap setiap
bulannya sesuai dengan jabatan dan pekerjannya.
2.
Tenaga kerja tidak tetap (tenaga kerja borongan) yaitu tenaga kerja yang
upah/gajinya dibayar oleh kontraktor yang mempekerjakannya.
Jumlah dari seluruh tenaga kerja di PT. Putra Tunas Megah mencapai 81
orang. Untuk mengetahui rincian tenaga kerja tersebut secara lebih lengkap, dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.1 Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja PT. Putra Tunas Megah
Jabatan
Pria
Direktur
Wanita
1
Jumlah
1
General Manager
1
1
Sekretaris
1
1
Pembelian & Penjualan
1
1
Keuangan
1
1
Manager
3
3
Design Engineering
1
1
Supervisor
8
8
Mekanik
3
3
Satpam
4
4
Karyawan Bagian Produksi
30
Karyawan Lapangan
25
Total
75
2
32
25
6
81
4.1.5.2 Jam Kerja
PT. Putra Tunas Megah menetapkan hari kerja efektifnya dimulai dari hari
Senin sampai hari Jumat dengan jam kerja sebanyak delapan jam per hari. Apabila
seorang pekerja bekerja di luar dari jam kerja tersebut, maka akan dihitung
sebagai jam kerja lembur. Untuk keterangan lebih rinci mengenai jam kerja di PT.
Putra Tunas Megah baik bagi tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja borongan
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jam Kerja Pada PT. Putra Tunas Megah
No.
Waktu
Keterangan
1. Pukul 08.00 – 12. 00 WIB
Kerja Aktif
2. Pukul 12.00 – 13. 00 WIB
Istirahat
3. Pukul 12.00 – 17. 00 WIB
Kerja Aktif
Universitas Sumatera Utara
48
4.2
Proses Pembuatan Produksi Sterilizer PT. Putra Tunas Megah Medan
Pada PT. Putra Tunas Megah memiliki beberapa alur produksi,
diantaranya sebagai berikut:
1.
Pemotongan
Pada tahap awal proses pemotongan dilakukan dengan cek material yang
akan dipotong dengan melihat ukuran plat besi. Selanjutnya marking yaitu
penandaan pada plat besi yang akan dipotong oleh pekerja bagian
pemotongan.
2. Pengerolan
Lembaran baja yang telah dipotong selanjutnya dipindahkan ke mesin roll
dengan menggunakan crane. Pengerolan merupakan proses pembentukan
yang dilakukan dengan menjepit plat diantara dua rol. Rol tekan dan rol
utama berputar berlawanan arah sehingga dapat menggerakan plat. Plat
bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk berada di
bawah garis gerakkan plat, sehingga plat tertekan dan mengalami
pembengkokan.
3. Pengelasan
Pengelasan
dilakukan
untuk
menyambungkan
bagian-bagian
dari
sterilizer. Pengelasan memerlukan panas dan bahan lain untuk menghasilkan
bahan sambungan.
4. Pembubutan
Bagian yang telah dilas kemudian dipindahkan ke mesin pembubutan
untuk menghaluskan bagian yang kasar dan untuk mebuat ulir.
Universitas Sumatera Utara
49
5. Fabrikasi
Dalam tahap ini dilakukan perakitan dari tiap komponen sampai pengecatan.
4.3
Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Mengunakan
Metode Job Safety Analysis
Analisa data dilakukan dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Memilih pekerjaan (Job selection)
2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)
3. Mengidentifikasi bahaya ( Hazard identification)
4. Pengendalian bahaya (Hazard control)
4.3.1 Memilih Pekerjaan (Job Selection)
Pekerjaan yang dianalisa yaitu pekerjaan yang terdapat pada proses:
a) Pemotongan
b) Pengerolan
c) Pengelasan
d) Pembubutan
e) Fabrikasi
4.3.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)
4.3.2.1 Pemotongan
Pada proses pemotongan terbagi menjadi 3 bagian yaitu, pemotongan
material ukuran besar, pemotongan bagian dish end, dan pemotongan komponen
kecil pintu. Tahapan kerja ketiga bagian ini sama satu sama lain, hanya pola nya
saja yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
50
Langkah-langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Cek material
Pengecekan dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa material ada
sebelum diproses. Selanjutnya sebelum plat besi diukur dan dipisahkan
menurut ukurannya masing-masing karena ketebalan tiap plat besi berbedabeda.
2. Menyiapkan alat
Peralatan yang digunakan yaitu palu, paku, meteran, dan cutting toast yang
digunakan untuk memotong plat. Pekerja menyusun lintasan cutting toast
diatas plat besi yang telah ditandai kemudian meletakkan cutting toast diatas
lintasan.
3. Marking
Sebelum dilakukan proses pemotongan terlebih dahulu dilakukan pembuatan
pola pada plat yang akan dipotong. Plat yang akan dipotong ditandai/digrip
dengan palu dan paku sesuai dengan bagian yang akan dibuat.
4. Menghidupkan cutting toast
Setelah cutting toast berada pada posisi yang benar, selanjutnya pekerja
menyambungkan daya mesin dengan listrik pada saklar. Setelah daya
tersambung pada alat selanjutnya diberi percikan api pada bagian pemotong
dan akan bekerja secara otomatis.
Universitas Sumatera Utara
51
5. Menjalankan cutting toast
Mesin cutting toast akan bekerja secara otomatis selanjutnya pekerja
mengawasi jalannya dan memindahkan alat kebagian lain yang sudah
ditandai.
6. Cek hasil pemotongan
Plat yang telah dipotong akan di cek apakah sesuai dan benar sesuai dengan
pola.
7. Memindahkan plat menggunakan crane
Plat yang sudah dipotong dipindahkan ke tempat penumpukan bahan
sementara menggunakan crane untuk di lakukan proses pengerolan.
4.3.2.2 Pengerolan
Material yang akan di roll adalah material ukuran besar. Langkah-langkah
kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menghidupkan mesin roll
Pekerja menghidupkan mesin dengan menekan tobol pada panel.
2. Mengambil bahan dengan crane
Bahan yang akan di roll diambil menggunakan crane dan dibawa ke mesin
roll.
3. Menjalankan mesin roll
Setelah mesin roll hidup pekerja membawa plat besi yang terdapat di crane
untuk dimasukkan diantara 3 buah roll mesin roll. Hal ini bertujuan untuk
membuatplat melengkung membentuk lingkaran.
Universitas Sumatera Utara
52
4.3.2.3 Pengelasan
Pada bagian pengelasan terbagi menjadi beberapa bagian:
a) Pengelasan material ukuran besar
1. Menyiapkan alat
Pada proses pengelasan pekerja digunakan menyiapkan peralatan yang
digunakan. Peralatan diambil dari gudang dan dibawa menuju tempat
pengelasan.
2. Potong sisa pengerolan (pancingan)
Plat yang telah selesai di roll akan dipotong sisa pengerolan/ pancingan
yang berada di ujung plat. Pancingan adalah sisa dari plat yang tidak di
roll oleh mesin.
3. Las pertemuan roll
Selanjutnya pertemuan roll dilas secara manual. Proses pengelasan
dilakukan dengan keadaaan plat besi masih berada di mesin roll.
4. Cek dimensi
Hasil pengelasan di check untuk melihat hasil pengelasan.
5. Gerinda
Hasil dari pengelasan akan di gerinda yang bertujuan untuk merapikan
hasil las.
6. Mengeluarkan hasil roll dari mesin
Pekerja membuka sisi samping mesin rol dan mengendurkan jepitan pada
plat agar mudah dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
53
7. Memindahkan dengan crane
Hasil pengerolan yang sudah bisa dikeluarkan kemudian diangkat dan
dipindahkan ke tempat penumpukan sementara menggunakan crane.
b) Pengelasan dish end
1. Diangkat menggunakan crane
Material yang sudah dipotong dipidahkan ke mesin jack menggunakan
crane.
2. Jack
Proses pengejekan masih dibantu dengan tenaga manusia untuk memutar
plat besi yang sedang di jack.
3. Cek hasil
Material yang sudah di jack kemudian dilakukan pengecekan
untuk
melihat hasil pengejekan.
c) Stel las
Stel las adalah proses pengelasan untuk menggabungkan atau menyatukan
dua buah komponen menjadi satu. Pada tahap ini komponen yang
digabungkan antara lain: komponen body dengan ring body, komponen dish
end dengan ring dish end. Proses pengelasan dilakukan menggunakan las
robot otomatis dan dengan las manual.
3.3.2.4 Pembubutan
1. Menghidupkan mesin
Pada tahap awal pekerja menghidupkan mesin yang akan digunakan.
Universitas Sumatera Utara
54
2. Memindahkan ke mesin bubut
Bagian yang akan dibubut yaitu komponen sterilizer yang sudah
digabungkan kemudian dibawa ke mesin bubut menggunakan crane.
3. Pengetesan bubut
Setelah bagian body diletakkan di atas mesin bubut, pekerja mengunci
body agar tidak bergeser ketika mesin mulai berputar. Kemudian pekerja
mengidupkan mesin dan mengatur mata pahat bubut pada bagian yang
akan di bubut. Bagian body yang sudah terkunci kemudian diputar oleh
mesin bubut untuk mengetahui apakah body sudah pada posisi yang pas
dan tidak akan bergeser ketika berputar.
4. Bubut primary
Pada pembubutan primary dilakukan untuk menghaluskan sisi body dan
membuat ulir pada body.
5. Ambil sampah bubut
Ketika proses pembubutan berlangsung terdapat sampah sisa bubutan
yang harus dibersihkan. Pekerja menggunakan besi panjang untuk
mengambil sampah bubutan pada sekitar body yang sedang berputar.
6. Potong gigi
Pemotongan bagian atas body membentuk siku.
7. Pasang SUS
Melapis material yang sudah dibuat dengan plat stainless agar tidak
berkarat.
Universitas Sumatera Utara
55
8. Bubut secondary
Menghaluskan kembali setelah dilakukan potong gigi dan pasang sus.
3.3.2.5 Fabrikasi
1. Memindahkan dengan crane
Komponen pintu sterilizer yang sudah selesai dibubut dan dilas
dipindahkan menggunakan crane.
2. Perakitan
Semua komponen pintu sterilizer dirakit kemudian dilakukan pengelasan
kembali dan kemudian dilakukan pemasangan baut.
3. Pengecatan
Pintu sterilizer yang sudah selesai dirakit kemudian dicat menggunakan
cat semprot (spray gun).
4.3.3
Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Semua potensi bahaya yang terdapat pada proses pembuatan sterilizer
akan diidentifikasi dan selanjutnya akan diberikan pengendalian bahaya untuk
memberikan makna terhadap potensi bahaya tersebut. Hal ini diperlukan untuk
memilah mana potensi bahaya yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan
dan mana yang tidak.
Universitas Sumatera Utara
56
4.3.3.1 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pemotongan
Tabel 4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pemotongan
No
Work Steps
1.
Cek material
2.
Menyiapkan
alat:
a. Cutting
toast
b. Palu
c. Paku
3.
Marking
4.
Menghidupkan
cutting toast
Identifikasi
bahaya
Tersandung
plat
Dampak
Pengendalian
Bahaya
Luka
memar Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Tergores
Luka gores
Menggunakan
pinggiran plat
safety gloves yang
telah disediakan.
Tersandung
Luka
memar Kabel
yang
kabel
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus digulung atau
ditata dengan rapi,
tidak berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Tertimpa
Luka
memar Memperhatikan
mesin cutting pada tubuh
posisi pada saat
toast
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tertimpa palu Luka
memar Memperhatikan
pada tubuh
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tertusuk paku Luka
Menggunakan
safety gloves dan
menggunakan
wadah
ketika
membawa paku.
Terpukul palu Memar
Gunakan palu yang
ukurannya sesuai
dengan
kebutuhannya.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
Universitas Sumatera Utara
57
menghentikan
fungsi jantung
5.
Menjalankan
cutting toast
Tersambar api
ketika
menghidupkan
alat
Luka bakar pada
tubuh pekerja,
gangguan
penglihatan
Tersandung
kabel
Luka memar
Bising
Gangguan
pendengaran
Tersandung
kabel
Luka
ringan
memar
Tertimpa
Luka
memar,
mesin cutting bengkak
toast
Bising
Gangguan
pendengaran
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Gunakan pakaian
pelindung,
kaca
mata
pelindung
dengan pelindung
samping, helm, dan
pelindung muka.
Kabel
yang
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Kabel
yang
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Universitas Sumatera Utara
58
Terkena
percikan api
6.
Cek hasil
pemotongan
Tergores
pinggiran plat
Tersandung
alat atau kabel
7.
Memindahkan
dengan crane
Gangguan
penglihatan,
luka bakar pada
pekerja,
menimbulkan
ledakan
atau
kebakaran
Luka gores
Luka
ringan
memar
Tertimpa
Luka
memar,
material yang patah tulang
akan
dipindahkan
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan
bernafas,
terbakar,
menghentikan
fungsi jantung
Tersandung
material
Luka
ringan
Tergores
material
Luka gores
memar
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Kabel
yang
menghubungka
n dengan arus
listrik harus di
gulung
atau
ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga tidak
menyebabkan
pekerja terlilit
dan terjatuh.
Menggunakan
safety
shoes
yang
telah
disediakan.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
59
4.3.3.2 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengerolan
Tabel 4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengerolan
No
Work Steps
Identifikasi
Dampak
Pengendalian
bahaya
Bahaya
1.
Menghidupkan Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
mesin roll
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka
memar Kabel
yang
kabel
ringan
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Tersandung
Luka
memar Memindahkan
material dan ringan, terkilir
material
dan
peralatan
peralatan
yang
disekitar
menghalangi jalan,
mesin
menggunakan
safety shoes.
2.
Mengambil
Tertimpa
Luka
memar, Memperhatikan
bahan dengan material yang patah tulang
posisi pada saat
crane
akan di roll
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka
memar Memindahkan
material
di ringan
material
yang
sekitar mesin
menghalangi jalan,
roll
menggunakan
safety shoes..
Universitas Sumatera Utara
60
3.
Menjalankan
mesin roll
Tergores
Luka gores
material yang
akan diroll
Tertimpa
Luka
memar,
material
patah tulang
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Terjepit mesin Memar, terkilir, Mematuhi prosedur
roll
patah tulang
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Universitas Sumatera Utara
61
4.3.3.3 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengelasan
Tabel 4.5 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pengelasan
No
Work
Steps
Identifikasi
bahaya
Dampak
Bahaya
Pengendalian
Bahan Material Besar
1.
Menyiapkan
peralatan:
a. Mesin
las
listrik
Tersandung
kabel
Tertimpa
mesin las
Tergores
Kejut listrik
b. Mesin
gerinda
Tersandung
kabel
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Universitas Sumatera Utara
62
Tertimpa
mesin gerinda
2.
Potong sisa
pengerolan
3.
Las pertemuan
roll
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan helm
dan safety shoes.
Tergores mata Luka gores
Menggunakan
gerinda
safety gloves yang
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Terkena
Tergores,
Menggunakan
pemotong
terpotong
APD berupa safety
gloves.
Terkena
Terbakar
Menggunakan
percikan api
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Bising
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Terkena
Gangguan
Menggunakan
percikan api
penglihatan,
APD
berupa
luka bakar pada pakaian pelindung,
pekerja,
kacamata
las,
menimbulkan
safety gloves serta
ledakan
atau helm las.
kebakaran
Bising
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Asap/debu las Gangguan
Memastikan
terhirup
pernafasan
terdapat pertukaran
pekerja
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan
APD.
Universitas Sumatera Utara
63
Terkena sinar
ultra violet dan
infra merah
4.
Cek dimensi
Tergores hasil
pengerolan
Tersandung
alat atau kabel
di sekitar
mesin
5.
Gerinda
Terkena
percikan api
akibat gerinda
Pisau
pemotong
tajam
Bising
6.
Mengeluarkan
hasil roll dari
mesin
Tertimpa
material yang
selesai dirol
Terjepit
Merusak mata
dan kulit
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata las serta
helm las.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Luka memar
Kabel
yang
ringan
menghubungka
n dengan arus
listrik harus di
gulung
atau
ditata
dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga tidak
menyebabkan
pekerja terlilit
dan terjatuh.
Menggunakan
safety
shoesyang telah
disediakan.
Luka bakar pada Menggunakan
tangan
pakaian
khusus
tahan
api
dan
kacamata
pelindung.
Tergores,
Menggunakan
terpotong
safety gloves yang
telah disediakan.
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Luka
Memperhatikan
memar,patah
posisi pada saat
tulang
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Terluka, terkilir Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
64
7.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Kejut listrik
Tersandung
material
disekitar area
pengelasan
Tergores
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Dish End
1.
Menghidupka Kejut listrik
n mesin
Tersandung
material
2.
Memindahka
n dengan
crane
Tertimpa
material yang
akan di jack
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan
bernafas,
terbakar,
menghentikan
fungsi jantung
Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka memar,
Memperhatikan
patah tulang
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Universitas Sumatera Utara
65
Tersandung
material di
sekitar mesin
jack
3.
Jack
Tergores
material dish
end
Tertimpa
material
Kejut listrik
Terjatuh pada
saat duduk
Luka ringan
pada tubuh,
terjatuh
Memindahkan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Luka
Memperhatikan
memar,patah
posisi pada saat
tulang
mengangkat,
menggunakan helm
dan safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar,
Mematuhi prosedur
patah tulang,
kerja
dan
terkilir
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
66
Stel Las
1.
Menyiapkan
Tersandung
mesin las robot kabel
otomatis
Tertimpa
peralatan
Tergores
Kejut listrik
2.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material
Kejut listrik
Tersandung
material
Luka
memar Kabel
yang
ringan, terkilir
menghubungkan
dengan arus listrik
harus di gulung
atau ditata dengan
rapi,
tidak
berserakan,
sehingga
tidak
menyebabkan
pekerja terlilit dan
terjatuh.
Luka memar
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat dan
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar,
Memperhatikan
patah tulang
posisi pada saat
mengangkat,
menggunakan
helm dan safety
shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Universitas Sumatera Utara
67
3.
Las
Tergores
material
Luka gores
Terkena
percikan api
Menimbulkan
ledakan atau
kebakaran, luka
bakar pada
pekerja
Asap/debu las
terhirup
pekerja
Gangguan
pernafasan
Terkena sinar
ultra vioet dan
infra merah
Merusak mata
dan kulit
Terjepit
diantara
material
Terluka, terkilir,
patah tulang
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Menggunakan
APD
berupa
pakaian pelindung,
kacamata
las,
safety gloves serta
helm las.
Memastikan
terdapat pertukaran
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan
APD.
Menggunakan
APD berupa
pakaian pelindung,
kacamata dan
kedok las serta
helm las.
Mematuhi
prosedur kerja dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Universitas Sumatera Utara
68
4.3.3.4 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pembubutan
Tabel 4.6 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Pembubutan
No
1.
Work Steps
Identifikasi
bahaya
Memindahkan Tertimpa
ke mesin bubut material
bubutan
2.
Menghidupkan
mesin bubut
3.
Pengetesan
bubut
Dampak
Bahaya
Luka memar,
patah tulang
Pengendalian
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka memar
Memindahkan
material
ringan
material
yang
disekitar mesin
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
bubutan
telah disediakan.
Kejut listrik
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Tersandung
Luka memar
Memindahkan
material dan
ringan
material
dan
peralatan
peralatan
yang
disekitar mesin
menghalangi jalan.
bubut
Tergores
Luka gores
Menggunakan
material
safety gloves yang
telah disediakan.
Terkena
Luka memar,
Memastikan
lemparan
patah tulang
prosedur
material yang
pemasangan
sedang dibubut
terpenuhi,
menggunakan
helm.
Universitas Sumatera Utara
69
4.
5.
Bubut primary
Ambil sampah
bubut
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah tulang
Tergores
material
Luka gores
Terkena
lemparan
material ketika
mesin berputar
Luka memar,
patah tulang
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Tergores
sampah bubut
Luka gores
Terkena
lemparan
material
Luka memar,
patah tulang
Terjepit di
antara mesin
dan material
Memar, terkilir,
patah tulang
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
70
Sampah bubut
terkena mata
6.
Potong gigi
Tergores
material
Terkena
pemotong
Kejut listrik
Tersandung
material dan
peralatan
Bising
Terkena
percikan api
7.
Pasang SUS
Tergores
material
Kejut listrik
Tersandung
material dan
peralatan
8.
Bubut
secondary
Tergores
material
Iritasi, buta
Menggunakan
kacamata
kerja
(gogless).
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Tergores,
Menggunakan
terpotong
APD berupa safety
gloves.
Shock, terbakar, Pemeriksaan rutin
kabel
yang
terkelupas
dan
tidak
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
dan
peralatan
yang
menghalangi jalan.
Gangguan
Menggunakan ear
pendengaran
plug selama berada
di workshop.
Menimbulkan
Menggunakan
ledakan atau
APD
berupa
kebakaran, luka pakaian pelindung,
bakar pada
kacamata
las,
pekerja
safety gloves serta
helm las.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
dan
peralatan
yang
menghalangi jalan.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
71
Terkena
lemparan
material ketika
mesin berputar
Luka memar,
patah tulang
Tangan terjepit
Memar, terkilir,
patah
Bising
Gangguan
pendengaran
Panas mesin
Luka bakar
Memastikan
prosedur
pemasangan
terpenuhi,
menggunakan helm
dan
kacamata
gogless.
Mematuhi prosedur
kerja
dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Menggunakan ear
plug selama berada
di workshop.
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
4.3.3.5 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Fabrikasi
Tabel 4.7 Identifikasi Potensi Bahaya Pada Proses Fabrikasi
No
Work Steps
Identifikasi
Dampak
Pengendalian
Bahaya
Bahaya
Fabrikasi
1.
Memindahkan
dengan crane
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Kejut listrik
Tersandung
material di
area fabrikasi
Tergores
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Jatuh, kesulitan Pemeriksaan rutin
bernafas,
kabel
yang
terbakar,
terkelupas
dan
menghentikan
tidak
fungsi jantung
menghidupkan
mesin
dengan
tangan yang basah.
Luka memar
Memindahkan
ringan
material
yang
menghalangi jalan,
menggunakan
safety shoes..
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Universitas Sumatera Utara
72
2.
Perakitan
Tertimpa
material yang
sedang dirakit
Tergores
Terpukul palu
Terkena
percikan api
Asap/debu las
terhirup
pekerja
Terjepit
diantara
material
3.
Pengecatan
Terciprat
cairan cat ke
mata
Penyemprotan
terlalu dekat
Tertimpa
material yang
dipindahkan
Luka memar,
patah tulang
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Luka gores
Menggunakan
safety gloves yang
telah disediakan.
Memar
Gunakan palu yang
ukurannya sesuai
dengan
kebutuhannya.
Gangguan
Menggunakan
penglihatan,
APD
berupa
luka bakar pada pakaian pelindung,
pekerja,
kacamata
las,
menimbulkan
safety gloves serta
ledakan
atau helm las.
kebakaran
Gangguan
Memastikan
pernafasan
terdapat pertukaran
udara
melalui
ventilasi
dan
menggunakan APD
berupa
kedok
pernapasan.
Memar, terkilir, Mematuhi prosedur
patah tulang
kerja dan
berkonsentrasi
pada saat bekerja.
Iritasi
Kacamata
Pusing,pingsan,
iritasi
Luka memar,
patah tulang
Masker, kacamata
Memperhatikan
posisi pada saat
mengangkat
dan
menggunakan
safety shoes.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemotongan
Pada tahap awal proses pemotongan, pekerja melakukan cek material
terhadap plat yang akan digunakan untuk memeriksa bahwa material yang akan di
proses tersedia dan ukurannya sesuai dengan kebutuhan. Cek material juga
dilakukan untuk mengukur ketebalan plat yang tersedia. Pada saat melakukan cek
material, pekerja berpotensi tersandung dan tergores material. Hal ini disebabkan
karena material yang berupa plat besi disusun bertumpuk dipermukaan tanah,
sehingga jika pekerja tidak hati-hati ketika berjalan maka akan tersandung dan
tergores material. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya pekerja harus
menggunakan safety gloves dan memindahkan material yang menutupi jalan agar
pekerja tidak tersandung.
Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan peralatan untuk memotong plat yaitu
cutting toast, palu, dan paku. Pekerja harus mengambil peralatan yang akan
digunakan di dalam gudang penyimpanan. Pada saat mengambil peralatan,
pekerja bisa tertusuk paku, tertimpa peralatan yang dapat mengakibatkan luka
pada tubuh. Selain itu pekerja juga bisa terjatuh akibat tersandung kabel mesin
yang tidak beraturan yang menyebabkan luka memar pada tubuh. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut sebaiknya kabel yang menghubungkan dengan
arus listrik harus digulung atau ditata dengan rapi, tidak berserakan, sehingga
73
Universitas Sumatera Utara
74
tidak menyebabkan pekerja terlilit dan terjatuh dan Memperhatikan posisi pada
saat mengangkat dan menggunakan helm dan safety shoes.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan marking pada plat besi sesuai dengan
pola. Pertama-tama plat besi diukur ketebalannya kemudian mengukur panjang
dan lebar sesuai dengan pola. Setelah diukur plat besi digrip/dibagian yang akan
dipotong dengan palu dan paku. Pada saat melakukan pengukuran dan grip,
pekerja berada pada posisi jongkok dan membungkuk. Potensi bahaya yang dapat
terjadi yaitu terkena pukulan palu. Bahaya tersebut dapat dihindari dengan
menggunakan palu yang ukurannya sesuai dengan kebutuhannya
Peralatan yang sudah diambil kemudian disusun diatas plat besi yang akan
dipotong dan kabel dihubungkan dengan saklar listrik. Alat yang digunakan untuk
memotong plat besi yaitu mesin cutting toast. Cara kerja mesin cutting toast yaitu
gas asetilen atau gas oksigen ditekan pada tekanan tinggi dan diberi percikan api
untuk mulai menjalankannya. Dengan tekanan dan panas yang tinggi, maka plat
akan terpotong. Pekerja harus memantau pergerakan mesin agar sesuai dengan
pola yang sudah digrip/ditandai dan memindahkan ke bagian yang lain ketika
sudah selesai.
Pada tahap menghidupkan mesin cutting toast dapat terjadi kejut listrik.
Bahaya ini dapat terjadi ketika pekerja menghubungkan mesin ke sumber listrik
dan apabila terdapat kabel yang terkelupas kemudian tersentuh oleh pekerja.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan rutin kabel yang terkelupas dan tidak
menghidupkan mesin dengan tangan yang basah. Selain itu, pada tahap ini dapat
menyebabkan pekerja tersambar api ketika menggunakan mancis untuk memberi
Universitas Sumatera Utara
75
percikan api pada mesin agar dapat dijalankan. Bahaya lainnya yang dapat terjadi
yaitu tersandung kabel yang terdapat disekitaran pekerja dan bising akibat suara
yang dihasilkan oleh mesin.
Pada saat menjalankan mesin cutting toast pekerja mempunyai potensi
yang berbahaya. Bahaya yang dapat terjadi antara lain tersandung kabel, tertimpa
alat, terkena percikan api, dan suara bising yang dihasilkan dari mesin.
Menurut Ridley (2008),
pencegahan terhadap peralatan listrik yaitu
dengan cara: memindahkan atau memasukkan kabel yang melintasi lantai ke
dalam konduit khusus yang rata dengan lantai, melakukan inspeksi kontak (plug),
soket, kabel, dan peralatan listrik secara rutin oleh teknisi yang berkualifikasi dan
melakukan penggantian barang yang rusak, perbaikan peralatan hanya dilakukan
oleh teknisi yang berkualifikasi, peralatan harus diisolasikan dari arus listrik, dan
melarang penggunaan peralatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
misalnya ketel, radio, dan sebagainya.
Pekerja sering mengabaikan keselamatannya dalam bekerja. Hal ini dapat
dilihat dari tidak lengkapnya alat pelindung diri yang digunakan, pekerja hanya
memakai safety shoes, baju, dan celana panjang. Menurut Rijanto (2011),
tindakan pencegahan dalam bentuk alat pelindung diri dapat dilakukan dengan
cara memakai pelindung pernafasan (respirator) apabila gas, debu dan uap tidak
dapat ditahan dibawah nilai ambang batas. Gunakan kaca mata pelindung dengan
pelindung samping, helm, dan pelindung muka, untuk melindungi mata. Pakaian
pelindung yang diperlukan oleh pekerja yaitu sarung tangan “gauntlet” tahan api,
apron (celemek) kulit atau bahan tahap api lainnya, sepatu pelindung,
Universitas Sumatera Utara
76
tudung atau penutup bahu dari kulit atau bahan tahan api lainnya, dan topi
pelindung atau pelindung kepala.
Pekerjaan pengelasan dan pemotongan jangan diijinkan dilakukan di dekat
ruangan yang berisi uap, cairan, atau debu mudah menyala atau terbakar. Semua
tempat di sekitarnya harus di ventilasi, dan dilakukan pengecekan gas. Dilakukan
upaya melakukan untuk mencegah peningkatan konsentrasi peledakan. Peralatan
penyedot udara setempat agar dipasang untuk membuang gas-gas, uap-uap, dan
kabut yang muncul di sekitarnya atau terjadi akibat pekerjaan pengelasan atau
pemotongan.
Operator dan pekerja lainnya yang semua bagian tubuh dapat terpapar
radiasi ultra violet dan inframerah dilindungi terhadap terbakarnya kulit dan jenis
cedera yang lain. Pakaian gelap lebih disukai daripada warna terang karena
mengurangi pantulan terhadap muka operator dibawah topi. Pakaian dari kain
woll daripda kain katun karena lebih tahan terhadap lapuk, dan tidak mudah untuk
tersulut api. Bagian luar pakaian harus bebas dari oli dan gemuk. Apron dan
pakaian overall jangan ada kantong depan, dimana percikan dapat masuk (Rijanto,
2011).
Pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan antara lain
memberikan APD berupa helm, safety shoes, sarung tangan kulit untuk pekerja
bagian pengelasan dan sarung tangan kain untuk bagian yang lain. Untuk bagian
pengelasan juga diberikan penutup wajah dan kaca mata las agar tidak terkena
percikan api.
Universitas Sumatera Utara
77
Plat yang sudah dipotong akan dilakukan pengecekan hasil dengan
mengukur hasil potongan
untuk melihat apakah sudah sesuai dengan pola.
Apabila sudah sesuai plat dapat dipindahkan ke proses selanjutnya. Pada tahap ini
pekerja dapat berpotensi tersandung kabel mesin yang masih ada di sekitar
material dan tergores oleh material.
Kabel-kabel yang tidak sedang digunakan sebaiknya digulung atau
disimpan agar tidak membuat bahaya bagi pekerja. Kabel yang sedang digunakan
sebaiknya dilakukan penataan seperti menggantung kabel pada dinding atau tiang
di sekitar area kerja, meletakkan kabel di pinggir dinding agar tidak mengganggu
proses kerja, membuat saklar di dekat area kerja agar tidak banyak menggunakan
kabel sambung. Menurut Rijanto (2011), kabel dan selang di lantai menyebabkan
bahaya tersandung dan tejungkal, untuk itu sebaiknya digantung, atau apabila
diletakkan di lantai harus dilindungi dengan kayu atau dibuatkan jalur khusus.
Kabel dan selang juga dapat disangga sedemikian rupa sehingga tidak terpukul
oleh benda-benda yang sedang dibawa atau dipindahkan.
Pemindahan plat yang sudah dipotong menggunakan bantuan crane.
Kemudian rantai besi yang dipasang pada plat dipastikan sudah terpasang dengan
benar, kemudian plat diangkat dengan crane dari permukaan tanah dan dijalankan
menuju tempat penumpukan sementara lalu plat diturunkan secara perlahan diatas
permukaan tanah.
Pada saat crane dioperasikan, dapat menimbulkan beberapa bahaya ketika
tidak dioperasikan secara benar, hati-hati, dan seksama. Bahaya yang dapat terjadi
antara lain pekerja tertimpa material yang akan diangkat, bahaya listrik ketika
Universitas Sumatera Utara
78
menjalankan crane apabila kontrol terdapat kerusakan, tergores material dan
tersandung material yang akan diangkat atau yang ada disekitar pekerja apabila
tidak disusun rapi dan pekerja kurang konsentrasi.
Untuk memastikan agar tidak terjadi bahaya maka harus diperhatikan
benar kondisi crane yang akan digunakan serta fungsi kontrolnya. Beban angkat
cranejuga harus sesuai dengan beban unit yang akan diangkat. Gunakan tali
pengangkat yang konstruksinya direkomendasikan untuk penggunaan crane.
Pemasangan rantai pengikat harus simetris dan bertumpu pada satu titik berat agar
unit seimbang dan tidak jatuh.
Selain itu pergerakan crane harus dipandu oleh kode standar dari aba-aba
yang disampaikan kepada operator crane oleh pengarah. Aba-aba harus dapat
dilihat atau terlihat setiap saat. Bila aba-aba secara visual tidak mencukupi,
gunakan alat komunikasi lainnya. Operator mengontrol semua pergerakan
jembatan, roda-roda, dan pengangkatan, dari lantai. Hanya boleh ada satu petugas
yang ditunjuk saja yang berwenang memberi aba-aba kepada operator. Operator
jangan menggerakkan peralatannya sebelum aba-abanya dimengerti dengan jelas.
Bila suatu kecelakaan tidak dapat dihindari karena mengikuti aba-aba, operator
harus segera memberitahu kepada petugas aba-aba sehingga perbaikan dapat
dilakukan. Pekerja yang membantu di sekitarnya harus diinstruksikan untuk tidak
berada di bawah beban (Rijanto, 2011).
Kapasitas angkat beban aman setiap peralatan angkat harus diperhatikan
dengan jelas. Alat angkat di atas kepala yang beroperasi di atas rel atau roda-roda
harus mempunyai penghentian atau alat pembatas pada peralatan untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
79
kelebihan batas. Beban boleh di angkat hanya bila letaknya benar-benar telah di
bawah crane. Bila beban tidak benar-benar terpusat akan dapat menyebabkan
terayun saat di angkat dan dapat menyebabkan cedera. Tidak seorang pun boleh
berada di bawah beban yang sedang diangkat atau diturunkan. Perhatikan dengan
benar pemakaian, kegagalan pemakaian, dan pengoperasian yang benar pada
peralatan, seperti pengait beban, tali, rem, kopling, dan tombol-tombol pembatas
(Rijanto, 2011).
5.2
Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengerolan
Pada tahap awal pengerolan, pekerja terlebih dahulu menghidupkan mesin
roll dan memastikan mesin dalam keadaan baik. Bahaya yang dapat terjadi pada
tahap ini adalah pekerja dapat tersandung kabel disekitar mesin, tersandung
material/peralatan apabila tidak tersusun rapi dan pekerja yang tidak
berkonsentrasi dan tersengat arus listrik ketika menghubungkan mesin dengan
arus listrik.
Menurut Ridley (2008), pencegahan terhadap peralatan listrik yaitu dengan
cara: memindahkan atau memasukkan kabel yang melintasi lantai ke dalam
konduit khusus yang rata dengan lantai, melakukan inspeksi kontak (plug), soket,
kabel, dan peralatan listrik secara rutin oleh teknisi yang berkualifikasi dan
melakukan penggantian barang yang rusak, perbaikan peralatan hanya dilakukan
oleh teknisi yang berkualifikasi, peralatan harus diisolasikan dari arus listrik, dan
melarang penggunaan peralatan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
misalnya ketel, radio, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
80
Plat besi yang sudah dipotong dipindahkan menggunakan crane ke tempat
mesin pengerolan. Pemindahan plat yang sudah dipotong menggunakan bantuan
crane. Kemudian rantai besi yang dipasang pada plat dipastikan sudah terpasang
dengan benar, kemudian plat diangkat dengan crane dari permukaan tanah dan
dijalankan menuju mesin roll.
Untuk memastikan agar tidak terjadi bahaya yang tidak diinginkan seperti
tertimpa material,bahaya listrik, tersandung dan tergores material maka harus
diperhatikan benar kondisi crane yang akan digunakan serta fungsi kontrolnya.
Beban angkat crane juga harus sesuai dengan beban unit yang akan diangkat.
Gunakan
tali
pengangkat
yang
konstruksinya
direkomendasikan
untuk
penggunaan crane. Pemasangan rantai pengikat harus simetris dan bertumpu pada
satu titik berat agar unit seimbang dan tidak jatuh.
Selain itu pergerakan crane harus dipandu oleh kode standar dari aba-aba
yang disampaikan kepada operator crane oleh pengarah. Aba-aba harus dapat
dilihat atau terlihat setiap saat. Bila aba-aba secara visual tidak mencukupi,
gunakan alat komunikasi lainnya. Operator mengontrol semua pergerakan
jembatan, roda-roda, dan pengangkatan, dari lantai. Hanya boleh ada satu petugas
yang ditunjuk saja yang berwenang memberi aba-aba kepada operator. Operator
jangan menggerakkan peralatannya sebelum aba-abanya dimengerti dengan jelas.
Bila suatu kecelakaan tidak dapat dihindari karena mengikuti aba-aba, operator
harus segera memberitahu kepada petugas aba-aba sehingga perbaikan dapat
dilakukan. Pekerja yang membantu di sekitarnya harus diinstruksikan untuk tidak
berada di bawah beban (Rijanto, 2011).
Universitas Sumatera Utara
81
Kapasitas angkat beban aman setiap peralatan angkat harus diperhatikan
dengan jelas. Alat angkat di atas kepala yang beroperasi di atas rel atau roda-roda
harus mempunyai penghentian atau alat pembatas pada peralatan untuk mencegah
kelebihan batas. Beban boleh di angkat hanya bila letaknya benar-benar telah di
bawah crane. Bila beban tidak benar-benar terpusat akan dapat menyebabkan
terayun saat di angkat dan dapat menyebabkan cedera. Tidak seorang pun boleh
berada di bawah beban yang sedang diangkat atau diturunkan. Perhatikan dengan
benar pemakaian, kegagalan pemakaian, dan pengoperasian yang benar pada
peralatan, seperti pengait beban, tali, rem, kopling, dan tombol-tombol pembatas
(Rijanto, 2011).
Pengerolan merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan
menjepit plat diantara dua rol. Rol tekan dan rol utama berputar berlawanan arah
sehingga dapat menggerakan plat. Plat bergerak linear melewati rol pembentuk.
Posisi rol pembentuk berada di bawah garis gerakkan plat, sehingga plat tertekan
dan mengalami pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan
putaran rol penjepit ini maka terjadilah proses pengerolan. Pada saat plat bergerak
melewati rol pembentuk dengan kondisi pembengkokan yang sama maka akan
menghasilkan radius pengerolan yang merata.
Plat yang sudah dipindahkan menggunakan crane kemudian dimasukkan
kedalam mesin roll diantara 3 buah roll. Mesin roll ini mempunyai 3 buah rol,
dimana dua rol bagian bawah berfungsi menahan plat yang akan di rol dan rol
bagian atas berfungsi menekan plat sampai plat mengalami perubahan bentuk
menjadi
melengkung.
Setelah
plat
masuk
pekerja
menggerakkan
roll
Universitas Sumatera Utara
82
menggunakan control panel. Proses membuat plat menjadi lingkaran harus
dilakukan berulang-ulang, plat digerakkan keluar dan masuk berulang kali sampai
berbentuk lingkaran.
Pada saat menjalankan mesin roll bagian seperti tangan atau jari dapat
terjepit mesin yang menyebabkan memar, terkilir dan patah tulang. Pekerja dapat
tertimpa dan tergores material yang akan di roll apabila material tidak terpasang
dengan benar. Pekerja yang tertimpa material dapat menyebabkan luka memar
sampai patah tulang. Untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut diperlukan
pengendalian bahaya. Pekerja harus mematuhi prosedur dan konsentrasi pada saat
proses berlangsung. Pada saaat bekerja harus berada pada posisi yang benar dan
memastikan material yang akan di roll sudah aman dan tidak akan terlepas dari
mesin. Selain itu pekerja harus menggunakan helm, safety shoes dan safety
gloves.
Untuk mencegah pekerja terpapar bahaya di area kerja perlu dilakukan
pemasangan tanda peringatan bahaya berupa rambu-rambu keselamatan dan
kesehatan kerja. Rambu-rambu bermanfaat dalam menyediakan kejelasan
informasi dan memberikan pengarahan umum, sebagai fungsi kontrol guna
memberikan informasi, tentang kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan
bahkan suatu pertolongan. Oleh karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan
pengetahuan tentang symbol, kode tentang tanda yang akan dipasang sebagai
rambu-rambu dengan standar internasional. Rambu-rambu sebaiknya dipasang di
lokasi yang mudah dilihat dengan jelas, dalam jarak pandang yang tepat sehingga
informasinya terbaca jelas, di lokasi dimana karyawan memiliki waktu yang
Universitas Sumatera Utara
83
cu