Etos Kerja Penenun dalam Meningkatkan Status Ekonomi di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang mengalami
perkembangan sangat pesat, baik itu perkembangan fisik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Kota Medan menjadi salah satu kota metropolitan sekaligus penggerak
pembangunan di Indonesia. Salah satu bentuk pembangunan di Kota Medan yaitu,
pembangunan sektor ekonomi dengan menggalakkan program kewirausahaan.
Pemerintah kota Medan dalam visi dan misinya berkomitmen untuk mengembangkan
kewirausahaan dengan mengajak masyarakat membuka sentra-sentra UKM atau
Usaha Kecil Menengah. UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
tahun 2016 adalah industri kecil dan sedang yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-99
orang dengan kata lain penggolongan perusahaan industri yang hanya didasarkan
pada banyaknya tenaga kerja yang bekerja.
Sedangkan menurut Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah, pengertian usaha kecil menengah yaitu usaha kecil memiliki
kekayaan Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dan hasil penjualan/tahun adalah Rp 300.000.000,00 – RP
2.500.000.000,00. Sementara itu, usaha menengah dengan kekayaan bersih Rp
500.000.000,00 – Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat


1
Universitas Sumatera Utara

usaha,

dan

hasil

penjualan

tahunan

lebih

Rp

2.500.000.000,00




Rp

50.000.000.000,00.
Wujud kepedulian pemerintah Kota Medan terhadap pembangunan UKM
ialah dengan memberikan bantuan modal bagi pelaku usaha, mengadakan program
pelatihan kewirausahaan, penetapan kurikulum kewirausahaan dalam bidang
pendidikan, dan lain sebagainya (Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan). Hal ini
dapat dibuktikan dengan misi ketiga pembangunan Kota Medan tahun 2016-2021
yaitu untuk mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan
kedudukan, fungsi dan peranan UKM dalam perekonomian kota Medan
(infopilkada.kpu.go.id diakses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 20.30 WIB).
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu tulang punggung
perekonomian kota Medan. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi salah satu
sektor yang menyerap tenaga kerja dengan jumlah UKM pada tahun 2015 sebanyak
3.065.731 orang sedangkan tenaga kerja yang diserap sebanyak 4.950.955 orang
(republika.co.id diakses pada tanggal 05 Februari 2017 pukul 19.30 WIB). Jumlah
ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 2.877.765 dengan
jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 4.676.143 orang. UKM mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian kota

Medan, hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan UKM di kota Medan dalam
kurun waktu 3 tahun (2013-2015) pada tahun 2013 berjumlah 82.888 unit, tahun 2014
berjumlah 86.063, dan tahun 2015 berjumlah 99.002 BPS SUMUT 2015 (Dongoran,
2016:60)

2
Universitas Sumatera Utara

Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar merupakan salah satu usaha kecil menengah
yang ada di kota Medan. UKM ini terletak di jalan Menteng Raya AR Hakim
Gg.Pendidikan No.130, Kecamatan Medan Denai. UKM ini didirikan pada tanggal 28
Juni 1992 oleh Robert Maruli Tua Sianipar, SE. Awal berdirinya pabrik ini adalah
karena profesi kedua orangtua Robert adalah sebagai penenun. Peralatan memenun
yang digunakan oleh kedua orangtua Robert adalah dengan alat seadanya. Namun,
pada tahun 1995 orangtua Robert menggunakan 17 tenaga kerja untuk menenun
karena semakin meningkatnya permintaan ulos dikalangan masyarakat. Seiring waktu
berjalan usaha ini pun terus berkembang menjadi pabrik yang cukup besar dengan
tenaga kerja yang cukup banyak. Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar ini sebagai salah
satu wadah menenun dengan bahan utama ulos yang terlengkap di Kota Medan.
Pabrik ini tidak hanya memproduksi ulos saja, namun menghasilkan jenis pakaian,

songket, tas, dompet, bantal, aksesoris yang berbahan dasar ulos. (Profil Pabrik
Pertenunan Ulos Sianipar, 2016).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM/UKM) sebagai salah satu komponen pembangunan suatu daerah dapat
berkembang dan mengalami kemajuan apabila memiliki modal, alat berupa teknologi
dan aspek lain yang berhubungan dengan indikator pendukung industri. Namun, yang
menjadi pertanyaan, siapakah pelaku dari indikator-indikator tersebut ? Tidak lain
adalah manusia sebagai aktor atau sumber daya manusia yang menggerakkan dan
mengelola UKM dimaksud. Peran sumber daya manusia sangat penting karena suatu
perusahaan tidak akan berjalan produksi atau usahanya jika sumber daya manusia

3
Universitas Sumatera Utara

(pekerja) tidak memiliki kualifikasi atau kinerja yang baik sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Sumber daya manusia sebagai faktor yang terpenting dalam proses
pembangunan. Menurut Nawawi (Tewu, 2015) sumber daya manusia itu potensi, dan
merupakan aset yang dapat berfungsi sebagai modal, baik itu modal non-material atau
non-finansial dalam sebuah organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan potensi nyata
(real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi UKM yang

dimaksud.
Menurut

Simamora

(Setiawan,

2015:3)

supaya

tujuan

suatu

industri/perusahaan dapat tercapai, maka suatu industri itu harus mampu
memanfaatkan potensi yang ada pada sumber daya manusia agar mampu memberikan
kontribusi maksimal pada industri tersebut. Hal tersebut menjadi alasan mengapa
manajemen sumber daya manusia itu penting untuk mengatur tenaga kerja.
Manajemen sumber daya manusia merupakan sebuah aktivitas yang menyangkut

desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan ketenagakerjaan yang baik.
Secanggih apapun teknologi yang digunakan dalam suatu industri tidak akan dapat
digunakan apabila dengan tanpa kualitas manusianya. Sumber daya manusia dapat
dilihat dengan bagaimana etos kerja pekerja atau penenun dalam suatu ruang lingkup
industri dalam hal ini adalah UKM.
Selain itu pola pertumbuhan kebiasaan atau kebudayaan dalam kelompok
masyarakat tidak terlepas dari kemampuan dan kompetensi yang dimiliki oleh
seseorang. Kualitas sumber daya manusia itu diperoleh dari kualitas cara kerja
seseorang (pekerja) yang merupakan alat untuk mengaplikasikan alat-alat produksi

4
Universitas Sumatera Utara

atau hal-hal yang mendukung produksi dan interaksi industri. Setiap orang pasti akan
memiliki potensi (bakat), talenta yang menonjol terhadap suatu hal yang berhubungan
dengan pekerjaan, yang menghantarkan perbedaan profesi dalam suatu industri.
Perbedaan inilah yang akhirnya memberi warna tersendiri yang membawa perbedaan
kelas-kelas dalam masyarakat. Cara kerja seseorang dilihat dari etos kerjanya, karena
etos kerja merupakan etika kerja dan sikap semangat kerja yang dimiliki oleh setiap
individu sebagai mahkluk hidup yang memiliki kebutuhan dengan cara harus mampu

bekerja lebih baik, sehingga mereka dapat memperoleh nilai hidup mereka sendiri.
Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan.
Etos kerja merupakan suatu rasa kemauan dari dalam diri individu yang
disertai dengan semangat yang tinggi dalam rangka mewujudkan suatu tujuan.
Menurut Anoraga (Darodjat, 2015:76), etos kerja dapat diartikan sebagai suatu
pandangan atau sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Bila seseorang
memandang kerja itu sebagai sesuatu yang penting (luhur) bagi setiap eksistensi
manusia, maka etos kerja seseorang tersebut adalah cenderung tinggi. Sebaliknya,
jika individu tersebut memandang kerja itu sebagai suatu yang tidak penting, maka
etos kerja individu tadi cenderung rendah yang tentunya akan mempengaruhi hasil
baik itu hasil/produk maupun pengaruhnya terhadap status ekonomi. Etos kerja
merupakan suatu unsur penilaian, maka penilaian itu dapat digolongkan menjadi dua
yaitu, penilaian positif dan negatif, atau etos kerja tinggi dan etos kerja rendah. Etos
kerja menggambarkan suatu sikap yang mengandung makna sebagai aspek evaluatif
yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap

5
Universitas Sumatera Utara

kegiatan kerja. Etos kerja dapat kita lihat dari cara kerja penenun ulos baik itu dari

aspek keuletannya, tanggung jawab, kerja keras, disiplin, integritas, dll sehingga
dapat meningkatkan status ekonominya.
Status ekonomi adalah posisi yang dimiliki seseorang secara umum dalam
masyarakat serta sebagai pengelolaan rumah tangga dan cara untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.
Status ekonomi merupakan hubungan seseorang dengan ekonomi baik itu
pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatan. Weber (Shaleh, 2006) dengan tesisnya
mengenai “etika protestan dan semangat kapitalisme”, masyarakat yang menganut
sekte Calvinisme dalam agama Protestan mengharuskan umatnya untuk bekerja keras,
sehingga hal ini menyebabkan para penganut Calvinisme memiliki etos kerja yang
tinggi sehingga menyebabkan tingginya pencapaian hasil ekonomi.
Terkait dengan etos kerja dalam meningkatkan status sosial ekonomi, Annisa
(2014) mengatakan bahwa dalam penelitian tentang “Etos Kerja Masyarakat Betawi
dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi di Kelurahan Pondok Cabe Udik”.
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Kemiri RT/RW 003/003. Kelurahan Pondok Cabe
Udik Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu, dengan observasi, wawancara, dokumentasi.
Penelitiannya menunjukkan bahwa etos kerja masyarakat Betawi itu memiliki
kegigihan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi Etos kerja masyarakat Betawi

sangat mempengaruhi usaha mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Ada

6
Universitas Sumatera Utara

10 (sepuluh) responden yang dipilih oleh peneliti dengan masing-masing profesinya
seperti, karyawan swasta, pedagang, satpam, jasa pengobatan altenatif, polisi, montir.
Etos kerja masyarakat Betawi yang menjadi responden adalah tergolong tinggi,
karena seluruh responden berusaha untuk memperbaiki kualitas kerjanya sehingga
mereka dapat menyisihkan hasil penghasilan mereka untuk ditabung baik di bank,
maupun dalam bentuk arisan, dan lain sebagainya. Etos kerja sebagai penggerak
meningkatnya status sosial ekonomi misalnya, kebutuhan sandang, pangan, papan
yang terpenuhi, serta pendidikan anak yang terpenuhi serta kebutuhan lainnya.
Annisa (2014) menyatakan bahwa etos kerja masyarakat Betawi berbanding
lurus dengan hasil mereka dalam meningkatkan status sosial ekonomi. Segala bentuk
usaha dan kerja keras serta kegigihan yang telah mereka lakukan membuahkan hasil
yang baik. Meskipun kesadaran dalam pendidikan masih rendah tetapi mereka bisa
membuktikan semangatnya untuk terus mengembangkan potensi diri lewat keahlian
dan keterampilan yang mereka miliki. Mereka pun tak luput dari sikap tekun, jujur,
tepat waktu, giat, tampang menyerah, sebagai wujud tanggung jawab mereka

terhadap pekerjaannya masing-masing. Terdapat hubungan yang positif tentang etos
kerja masyarakat Betawi dalam usahanya untuk meningkatkan status sosial ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sukiyah (2010) tentang “Etos Kerja Karyawan
Wanita Bagian Revisi pada Industri Kayu PT.Waroeng Batok Industri (WBI)
Majenang Cilacap Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang pelaksanaan etos kerja karyawan wanita bagian revisi. Jenis
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data dengan

7
Universitas Sumatera Utara

observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
etos kerja karyawan wanita yang bekerja pada PT. WBI Majenang Jawa Tengah
memiliki etos kerja yang baik. Kedua, hasil yang dicapai etos kerja karyawan wanita
ditampilkan dalam pemaknaan penilaian prestasi kerja, disiplin kerja, ketekunan
dalam kerja, dan kondisi kerja. Ketiga, faktor pendukung dan penghambat etos kerja
karyawan wanita bagian revisi, faktor pendukungnya adalah dengan mereka bekerja
di PT. WBI Majenag Jawa Tengah akan memberikan wawasan pemikiran,
memberikan tambahan penghasilan bagi diri dan keluarga. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah terbatasnya waktu untuk keluarga, sebagai ibu rumah tangga

mereka kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dirumah dan mengurus anakanaknya.
Penelitian di atas menunjukkan bahwa etos kerja dalam kalangan masyarakat
menjadi suatu bagian yang terpenting. Keberhasilan (tujuan) yang telah dicapai oleh
masyarakat ditentukan melalui etos kerja mereka sendiri. Ketika seseorang memiliki
etos kerja yang baik (tinggi) maka dia dapat mencapai tujuannya, baik itu untuk
memenuhi kebutuhan hidup, biaya pendidikan, kesehatan, bertambahnya pendapatan,
atau status ekonomi. Sebab, dari penelitian tersebut membuktikan bahwa, etos kerja
atau semangat kerja selalu berbanding lurus dengan meningkatnya status sosial
ekonomi. Etos kerja dan status sosial ekonomi sudah banyak dikaji oleh peneliti
sebelumnya, dengan menggunakan teori Need for Achievement oleh David
McClelland dan teori Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah studi deskriptif dengan pendekatan

8
Universitas Sumatera Utara

kualitatif, namun dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana deskripsi etos kerja
penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar. Beberapa penelitian terdahulu tentang
etos kerja penenun (pekerja) dalam usaha kecil menengah masih belum ada. Padahal,
selain UKM yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, yang
terpenting adalah bagaimana etos kerja (kemauan) mereka dalam meningkatkan
status ekonominya, yang akhirnya akan membuat UKM menjadi semakin
berkembang. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti etos kerja
penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan perumusan berupa pertanyaan yang jawabannya
akan dicari penelitian. Perumusan masalah ini dibuat agar penelitian ini memiliki
batasan-batasan permasalahan, sehingga penelitian tersebut dapat terfokus dalam
suatu permasalahan yang akan diselesaikan oleh sipeneliti.

Berdasarkan latar

belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana etos kerja
penenun dalam meningkatkan status ekonomi?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran (deskripsi) etos kerja penenun di Pabrik
Pertenunan Ulos Sianipar

9
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui gambaran status ekonomi penenun di Pabrik
Pertenunan Ulos Sianipar
3. Untuk

mendeskripsikan

bagaimana

etos

kerja

penenun

dalam

meningkatkan status ekonomi penenun di Pertenunan Ulos Sianipar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
a. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan kajian ilmiah
khususnya kajian sosiologi bagi mahasiswa sosiologi.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
sebagai bahan pembanding tentang etos kerja penenun dalam
meningkatkan status ekonomi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat praktis, yaitu:
a. Bagi peneliti (penulis) berupa fakta-fakta temuan dilapangan untuk
meningkatkan daya pemikiran secara kritis dan juga meningkatkan
daya analisis peneliti.

10
Universitas Sumatera Utara

b. Penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat bagi pihak-pihak lain
yang dapat digunakan sebagai bahan acuan yang memiliki
kompetensi dibidang ini.
1.5

Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir itu merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang

menjadi objek permasalahan kita (Usman, 2009:34). Kerangka berpikir merupakan
dasar teori yang telah melalui sintesa teori berdasarkan fakta, observasi serta telaah
kepustakaan. Oleh sebab itu kerangka teori ini akan memuat hubungan/pengaruh
antara variabel yang terlibat dalam penelitian berdasarkan teori pendukung. Kerangka
pemikiran yang baik akan mengidentifikasi variabel penting yang relevan dengan
permasalahan

penelitian

dan

secara

logis/masuk

akal

dapat

menjelaskan

keterkaitan/hubungan variabel bebas dengan variabel terikat (Rumengan, 2010:21).
Kerangka

berpikir

dalam

penelitian

“Etos

Kerja

Penenun

dalam

Meningkatkan Status Ekonomi dapat dijelaskan dengan skema berikut :
X

Y
STATUS
EKONOMI

ETOS KERJA








Motivasi kerja
Moralitas
Kedisiplinan
kerja
Orientasi
Waktu
Hemat







Pendapatan
Jenis dan
kondisi rumah
Konsumsi
Kesehatan
Kepemilikan
barang

11
Universitas Sumatera Utara

1.6

Defenisi Konsep
Defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan

suatu penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita
mengenai suatu pengertian yang akan menjelaskan suatu gejala. Adapun konsep yang
digunakan oleh peneliti yaitu :
a. Etos Kerja adalah sifat karakter kualitas hidup yang moral dan gaya
serta suasana hati seseorang. Etos kerja merupakan sikap dari
masyarakat terhadap makna kerja sebagai pendorong keberhasilan usaha
dan pembangunan. Weber (Farihah, 2014:19) etos kerja menjadi
fenomena sosiologi yang terbentuk oleh hubungan produktif yang
timbul sebagai dari struktur ekonomi yang ada dalam masyarakat dalam
rangka mewujudkan suatu tujuan. Suatu sikap yang berkemauan yang
disertai dengan semangat kerja dalam rangka mencapai cita-cita positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan atau peningkatan status sosial
ekonomi, yang dipengaruhi oleh perilaku kerjanya disebut sebagai etos
kerja (Darodjat, 2015). Jadi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana sikap/perilaku penenun (pekerja) di pabrik Pertenunan
Sianipar dalam melakukan pekerjaannya sebagai penenun ulos untuk
mencapai suatu tujuan guna meningkatkan status ekonominya.
b. Karyawan/Pekerja/Penenun adalah seseorang yang bekerja pada
orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Pekerja yang dimaksud

12
Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian ini adalah penenun ulos yaitu, pekerja yang langsung
bekerja dalam proses produksi.
c. Status ekonomi adalah keadaan masyarakat tentang ekonominya baik
itu dalam hal pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatannya. Status
sosial ekonomi yang dimaksud meliputi pendidikan anak, pendapatan,
pengeluaran, kebutuhan yang sudah terpenuhi, kebutuhan yang belum
terpenuhi, usaha untuk memenuhi kebutuhan.
1.7 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel adalah suatu unsur dalam penelitian yang berfungsi
untuk memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Operasionalisasi
variabel sebagai unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam
judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil
perumusan masalah. Menurut Rumengan (2010:26) variabel independent (bebas)
adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lainnya, sedangkan
variabel dependent (terpengaruh) merupakan variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini yaitu:

13
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1 Variabel Etos Kerja (X)
No
1

Etos Kerja

Indikator

Motivasi Kerja







- Motivasi Internal :
Semangat
kerja
(senang
terhadap
pekerjaan,
rasa
memiliki memiliki makna)
- Motivasi Eksternal :
Dorongan mencapai tujuan/citacita
keinginan dan harapan
inisiatif,
kebutuhan
(rohani
&
partisipasi),
oleh
Riduan
(Andiyanto, 2011:6).
Pengukurannya adalah:

Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2:
tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor
4: setuju, skor 5: sangat setuju
2



Moralitas






Keseriusan
dalam
bekerja
(menenun),
tekun dan ulet dalam bekerja
(menenun),
Kerja keras
kreatifitas,
senang dengan tantangan.

Pengukurannya adalah:
Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2:
tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor
4: setuju, skor 5: sangat setuju
3

Disiplin kerja
Rasa
tanggung
(pekerja) seperti:




jawab

penenun

Menyelesaikan tenunan tepat
waktu,
sempurna
(sesuai
prosedur),
disiplin waktu (kehadiran)
datang tepat waktu),
tidak menunda pekerjaan

14
Universitas Sumatera Utara



ketaatan (http://ikhtisar.com).

Pengukurannya adalah:
Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2:
tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor
4: setuju, skor 5: sangat setuju
4



Orientasi kerja




Sosialisasi
pekerjaan
dan
lingkungan kerja,
Memiliki orientasi kemasa
depan
Sikap (perilaku) antar rekan
kerja dan atasan. (Darodjat,
2015:81)

Pengukurannya adalah:
Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2:
tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor
4: setuju, skor 5: sangat setuju
5



Hemat



Pengaturan pengeluaran untuk
kebutuhan
Kesederhanaan (sesuai dengan
kebutuhan bukan keinginan)
(Darodjat, 2015:81)

Pengukurannya adalah:
Skor 1: Sangat tidak setuju, skor 2:
tidak setuju, skor 3: kurang setuju, skor
4: setuju, skor 5: sangat setuju

15
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2 Variabel Status Ekonomi (Y)
No
1

Status Ekonomi
Pendapatan

Indikator





2

Jenis rumah








3

4

Konsumsi

Kesehatan




Golongan pendapatan rendah (< Rp
1.500.000,00)
Golongan pendapatan sedang (Rp
1.500.000,00 – Rp 2.500.000,00)
Golongan
pendapatan
tinggi
(Rp
2.500.000,00 – Rp 3.500.000,00 per
bulan)
Golongan pendapatan sangat tinggi (>Rp
3.500.000,00 per bulan) (BPS, 2008).
Status kepemilikan rumah seperti milik
sendiri, sewa sendiri, kontrak, bebas sewa
milik orang lain, lainnya.
Jumlah
anggota
keluarga
yang
menempati.
Kondisi fisik bangunan :
a. Dinding: tembok, batu bata, kayu/papan,
rumbia/bambu, lainnya.
b.Atap: genteng, seng, beton, asbes, sirap,
ijuk/rumbia, lainnya
c. Lantai: keramik, tegel/teraso, semen,
kayu, tanah, papan, lainnya.
d.Luas lantai perkapita minimal 8m²
dengan luas area minimal 15m²
e. Jendela atau ventilasi
Sumber air minum yang layak: air leding
eceran/meteran, air hujan, PAM/PDAM,
sumur terlindungi, lainnya.
Fasilitas tempat buang air: jamban sendiri,
jamban bersama, atau jamban umum
Sumber penerangan: Listrik PLN,
petromak, pelita, lainnya. (BPS, 2016)



Makan dua kali sehari atau lebih.
Jenis makanan yang dikonsumsi setiap
harinya.
Konsumsi pakaian.





Kesehatan fisik (badan/anggota tubuh)
Sehat tiga bulan terakhir
Kesehatan mental (jiwa), kebahagiaan,
16
Universitas Sumatera Utara



5

Kepemilikan barang




tanpa tekanan, keimanan, ketaatan norma
(aturan) atau penyesuaian diri dengan
perasaan sendiri dengan orang lain. Agar
terhindar dari penyakit jiwa seperti
frustasi
Jika anggota keluarga/pekerja sakit hanya
diberi obat tradisional (dibuat sendiri),
dari warung atau apotek, atau dibawa ke
rumah sakit, atau lainnya.
Harta bawaan seperti: rumah, sepeda
motor, telepon/HP, TV/radio, lemari,
lainnya (sebelum kerja jadi penenun)
Harta cairan seperti: rumah, sepeda motor,
TV, radio, telepon/HP, perhiasan emas,
lemari es, perabotan rumah, atau lainnya
yang didapat dari hasil kerja.

Sumber : Berbagai sumber

17
Universitas Sumatera Utara