Etos Kerja Penenun dalam Meningkatkan Status Ekonomi di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar Medan
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Etos Kerja
2.1.1 Definisi Etos Kerja
Darodjat (2015) etos kerja secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak (sifat dasar) , karakter, kemauan,
kesusilaan, adat istiadat. Secara terminologis kata etos ini memiliki tiga perbedaan
yang berbeda yaitu :
1. Suatu aturan umum atau cara hidup
2. Suatu tatanan aturan perilaku
3. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah
laku.
Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos
memiliki 2 makna yaitu:
1. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang
membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang
mendasari, adat-istiadat.
2. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni,
bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
18
Universitas Sumatera Utara
Etos kerja menggambarkan suatu sikap yang mengandung makna sebagai
aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian
terhadap kegiatan kerja. Menurut Sinamo (Darodjat, 2015:77) etos kerja merupakan
seperangkat perilaku positif dan fondasi
yang
mencakup
motivasi
yang
menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik,
kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsipprinsip, dan standar-standar.
Etos kerja dan produktivitasnya masih rendah yang tercermin dari disiplin,
semangat kerja dan produktivitasnya yang masih rendah. Hal itu tentu saja kurang
mendukung upaya pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia. Karena etos
kerja adalah masalah yang kompleks dan mengandung banyak aspek baik ekonomi,
sosial, maupun budaya. Etos kerja seseorang terbentuk dari adanya motivasi yang
terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja. Etos kerja secara
dinamis selalu mendapat pengaruh dari berbagai faktor, baik eksternal maupun faktor
internal, sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, etos kerja baik secara etimologi dan
praktis adalah seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang oleh
sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi
peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia,
terutama perilaku (etos) kerja (Darodjat, 2015). Etos kerja memiliki tiga fungsi
19
Universitas Sumatera Utara
Rusyan (Darodjat, 2015:78) yaitu sebagai pendorong timbulnya perbuatan,
penggairah dalam aktivitas, dan penggerak aktivitas.
Sikap etos kerja ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat. Sikap ini dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek baik
itu dari berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang mereka yakini.
Max Weber seorang ahli ekonomi dan sosiolog dari Jerman menyatakan bahwa,
bagaimana sebuah sistem nilai dalam hal ini adalah agama yang mempengaruhi
pandangan hidup manusia terhadap etika ekonomi. Hal ini disebabkan karena
keyakinan masyarakat Eropa Barat dan Amerika terhadap doktrin agama bahwa
malas-malasan dan membuang-buang waktu adalah dosa yang paling utama. Ada
juga konsep bahwa bekerja itu adalah sebuah panggilan yang membuat pengikutnya
bekerja sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan yang mereka yakini.
Dari etos kerja ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati akhlak
dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos kerja terkandung gairah atau
semangat yang tinggi untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan
bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Artinya,
ada semacam semangat untuk menyempurnakan suatu pekerjaan dan menghindari
segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan kesalahan dari hasil pekerjaannya (Tasmara, 2002).
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Tinggi dan Rendah
Karakteristik seseorang yang memiliki etos kerja tinggi menurut Darodjat
(2015) yaitu:
a. Memiliki motivasi kerja, yaitu motivasi dalam diri dan dari luar diri individu.
b. Memiliki orientasi kemasa depan.
c. Moralitas adalah sikap keseriusan dalam bekerja.
d. Kerja keras serta menghargai waktu.
e. Kedisplinan dalam bekerja, bertanggung jawab.
f. Hemat dan sederhana.
g. Tekun dan ulet.
Sedangkan individu atau kelompok yang memiliki etos kerja yang rendah
akan menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri.
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja.
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan.
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan.
e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
2.2 Status Ekonomi
Status menurut Weber (Scott, 2011) adalah perbedaan kelompok berdasarkan
kehormatan dan kedudukan mereka di tengah-tengah masyarakat. Istilah ekonomi
21
Universitas Sumatera Utara
berasal dari bahasa Yunani, oikonomia yang berasal dari dua kata yaitu oikos dan
nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos artinya berarti mengatur. Ekonomi
merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena sejak lahir, manusia telah dihadapkan pada persoalan
bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, ekonomi
merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat. Jadi, status ekonomi
adalah keadaan masyarakat tentang hubungan ekonominya baik itu dalam hal
pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatannya.
Faktor yang sangat mempengaruhi status ekonomi salah satunya adalah
pekerjaan. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa memiliki kebutuhan baik
kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan) maupun kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier, sehingga harus bekerja. Pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
dapat menentukan kemampuan status ekonominya. Bekerja merupakan suatu
keharusan bagi individu tidak hanya sebatas kepuasan kebutuhan hidup saja namun
kepuasan jasmani. Sedangkan indikator dari status ekonomi dalam penelitian ini
yaitu, pendapatan, jenis rumah, konsumsi, kepemilikan barang, pendidikan anak
(Canon, 2013).
2.2.1
Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator dari status ekonomi yang sangat
berpengaruh. Dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan
penenun (pendapatan sendiri) di pabrik Pertenunan Ulos Sianipar. Sedang menurut
22
Universitas Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik (2008) membagi jumlah pendapatan menjadi beberapa
golongan sebagai berikut:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi (>Rp 3.500.000,00 per bulan)
2. Golongan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000,00 – Rp 3.500.000,00
per bulan)
3. Golongan pendapatan sedang (Rp1.500.000,00 – Rp 2.500.000,00
per bulan)
4. Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000,00 per bulan).
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap pekerja (penenun) akan
berbeda antara yang satu dengan pekerja yang lainnya, hal ini dipengaruhi oleh
perilaku/sikap kerja individu (pekerja) dalam bekerja sehari-harinya. Menurut Canon
(2013) pendapatan yang diterima oleh penduduk (pekerja) dipengaruhi oleh
keinginan dan kemauan untuk berusaha dari dalam diri pekerja tersebut.
2.2.2
Jenis Perumahan
Untuk mengukur bagaimana status ekonomi seseorang dilihat dari rumahnya.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman memiliki pengertian dasar mengenai perumahan, rumah yaitu:
1. Perumahan dan kawasan pemukiman adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan
perbaikan,
kawasan
pencegahan
dan
pemukiman,
peningkatan
pemeliharaan
kualitas
dan
terhadap
23
Universitas Sumatera Utara
perumahan kumuh dan pemukiman kumuh. Perumahan kumuh
adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat dari penghuninya, dan sebagai aset bagi
pemiliknya.
Menurut Maftukah (Canon, 2013) untuk mengukur status ekonomi
seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Status fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan
bambu, keluarga yang status ekonominya tinggi, pada umumnya
menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang memiliki
status ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen.
c. Besarnya rumah yang ditempati pada umumnya semakin tinggi
status ekonominya.
24
Universitas Sumatera Utara
Menurut Badan Pusat Statistik (2016) jenis perumahan yang layak
huni itu adalah yang meliputi, kondisi fisik bangunan seperti dinding (tembok,
kayu, rumbia/bambu, lainnya), atap (genteng, beton, asbes, sirap, ijuk/rumbia,
lainnya), lantai (keramik, tegel/teraso, semen, kayu, tanah, lainnya), luas
lantai perkapita minimal 8m² dengan luas area minimal 15m². Kemudian,
memiliki jendela atau ventilasi, sumber air minum yang layak seperti air
leding, eceran/meteran, air hujan, PAM/PDAM, sumur terlindung, lainnya.
Fasilitas tempat buang air seperti jamban sendiri, jamban bersama, atau
jamban umum, dan sumber penerangan seperti listrik PLN, petromak, pelita,
lainnya.
2.2.3
Konsumsi sandang dan pangan
Kebutuhan pokok manusia adalah sandang (pakaian) dan pangan
(makanan). Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk mempertahankan taraf
hidup. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan
merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Akan tetapi, terdapat berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang,
perumahan, bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai
kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga.
Selain itu, pola konsumsi juga sering digunakan sebagai salah satu
indikator untuk mengukur indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Biasanya
pola konsumsi itu dapat dipengaruhi pendapatan.
25
Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Kesehatan
Salah satu indikator dari status ekonomi adalah kesehatan. Kesehatan
merupakan salah satu tujuan dari hidup manusia dan menjadi suatu bagian
yang penting. Ketika masyarakat bekerja, mengonsumsi sandang atau pangan,
serta pemilihan jenis tempat tinggal (perumahan) adalah untuk kesehatan diri
maupun keluarga untuk menghindari penyakit. Kesehatan itu adalah suatu
keadaan yang baik atau sehat yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang
selalu memungkinkan orang itu dapat hidup secara produktif secara sosial
maupun ekonomi.
Keluhan
kesehatan merupakan
keadaan seseorang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis
(meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan,
kriminal, dan lain-lain.
2.2.5
Kepemilikan barang
Kepemilikan barang atau fasilitas adalah kepemilikan kekayaan dalam
bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kepemilikan barang atau kekayaan itu antara lain:
1) Barang-barang berharga (emas, perhiasan, dll)
2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.
26
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI
2.1 Etos Kerja
2.1.1 Definisi Etos Kerja
Darodjat (2015) etos kerja secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak (sifat dasar) , karakter, kemauan,
kesusilaan, adat istiadat. Secara terminologis kata etos ini memiliki tiga perbedaan
yang berbeda yaitu :
1. Suatu aturan umum atau cara hidup
2. Suatu tatanan aturan perilaku
3. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah
laku.
Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu institusi.
Sedangkan dalam The American Heritage Dictionary of English Language, etos
memiliki 2 makna yaitu:
1. Disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang
membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang
mendasari, adat-istiadat.
2. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni,
bentuk ekspresi, atau sejenisnya.
18
Universitas Sumatera Utara
Etos kerja menggambarkan suatu sikap yang mengandung makna sebagai
aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian
terhadap kegiatan kerja. Menurut Sinamo (Darodjat, 2015:77) etos kerja merupakan
seperangkat perilaku positif dan fondasi
yang
mencakup
motivasi
yang
menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik,
kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsipprinsip, dan standar-standar.
Etos kerja dan produktivitasnya masih rendah yang tercermin dari disiplin,
semangat kerja dan produktivitasnya yang masih rendah. Hal itu tentu saja kurang
mendukung upaya pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia. Karena etos
kerja adalah masalah yang kompleks dan mengandung banyak aspek baik ekonomi,
sosial, maupun budaya. Etos kerja seseorang terbentuk dari adanya motivasi yang
terpancar dari sikap hidupnya yang mendasar terhadap kerja. Etos kerja secara
dinamis selalu mendapat pengaruh dari berbagai faktor, baik eksternal maupun faktor
internal, sesuai dengan kodrat manusia selaku makhluk sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, etos kerja baik secara etimologi dan
praktis adalah seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang oleh
sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi
peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia,
terutama perilaku (etos) kerja (Darodjat, 2015). Etos kerja memiliki tiga fungsi
19
Universitas Sumatera Utara
Rusyan (Darodjat, 2015:78) yaitu sebagai pendorong timbulnya perbuatan,
penggairah dalam aktivitas, dan penggerak aktivitas.
Sikap etos kerja ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat. Sikap ini dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek baik
itu dari berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang mereka yakini.
Max Weber seorang ahli ekonomi dan sosiolog dari Jerman menyatakan bahwa,
bagaimana sebuah sistem nilai dalam hal ini adalah agama yang mempengaruhi
pandangan hidup manusia terhadap etika ekonomi. Hal ini disebabkan karena
keyakinan masyarakat Eropa Barat dan Amerika terhadap doktrin agama bahwa
malas-malasan dan membuang-buang waktu adalah dosa yang paling utama. Ada
juga konsep bahwa bekerja itu adalah sebuah panggilan yang membuat pengikutnya
bekerja sungguh-sungguh untuk memuliakan Tuhan yang mereka yakini.
Dari etos kerja ini dikenal pula kata etika yang hampir mendekati akhlak
dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos kerja terkandung gairah atau
semangat yang tinggi untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan
bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Artinya,
ada semacam semangat untuk menyempurnakan suatu pekerjaan dan menghindari
segala kerusakan sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan kesalahan dari hasil pekerjaannya (Tasmara, 2002).
20
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Karakteristik Etos Kerja Tinggi dan Rendah
Karakteristik seseorang yang memiliki etos kerja tinggi menurut Darodjat
(2015) yaitu:
a. Memiliki motivasi kerja, yaitu motivasi dalam diri dan dari luar diri individu.
b. Memiliki orientasi kemasa depan.
c. Moralitas adalah sikap keseriusan dalam bekerja.
d. Kerja keras serta menghargai waktu.
e. Kedisplinan dalam bekerja, bertanggung jawab.
f. Hemat dan sederhana.
g. Tekun dan ulet.
Sedangkan individu atau kelompok yang memiliki etos kerja yang rendah
akan menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri.
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja.
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan.
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan.
e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
2.2 Status Ekonomi
Status menurut Weber (Scott, 2011) adalah perbedaan kelompok berdasarkan
kehormatan dan kedudukan mereka di tengah-tengah masyarakat. Istilah ekonomi
21
Universitas Sumatera Utara
berasal dari bahasa Yunani, oikonomia yang berasal dari dua kata yaitu oikos dan
nomos. Oikos berarti rumah tangga dan nomos artinya berarti mengatur. Ekonomi
merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Hal
ini disebabkan karena sejak lahir, manusia telah dihadapkan pada persoalan
bagaimana caranya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, ekonomi
merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya masyarakat. Jadi, status ekonomi
adalah keadaan masyarakat tentang hubungan ekonominya baik itu dalam hal
pendapatan, pengelolaan, serta pemanfaatannya.
Faktor yang sangat mempengaruhi status ekonomi salah satunya adalah
pekerjaan. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa memiliki kebutuhan baik
kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan) maupun kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier, sehingga harus bekerja. Pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
dapat menentukan kemampuan status ekonominya. Bekerja merupakan suatu
keharusan bagi individu tidak hanya sebatas kepuasan kebutuhan hidup saja namun
kepuasan jasmani. Sedangkan indikator dari status ekonomi dalam penelitian ini
yaitu, pendapatan, jenis rumah, konsumsi, kepemilikan barang, pendidikan anak
(Canon, 2013).
2.2.1
Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator dari status ekonomi yang sangat
berpengaruh. Dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan
penenun (pendapatan sendiri) di pabrik Pertenunan Ulos Sianipar. Sedang menurut
22
Universitas Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik (2008) membagi jumlah pendapatan menjadi beberapa
golongan sebagai berikut:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi (>Rp 3.500.000,00 per bulan)
2. Golongan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000,00 – Rp 3.500.000,00
per bulan)
3. Golongan pendapatan sedang (Rp1.500.000,00 – Rp 2.500.000,00
per bulan)
4. Golongan pendapatan rendah (< Rp 1.500.000,00 per bulan).
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap pekerja (penenun) akan
berbeda antara yang satu dengan pekerja yang lainnya, hal ini dipengaruhi oleh
perilaku/sikap kerja individu (pekerja) dalam bekerja sehari-harinya. Menurut Canon
(2013) pendapatan yang diterima oleh penduduk (pekerja) dipengaruhi oleh
keinginan dan kemauan untuk berusaha dari dalam diri pekerja tersebut.
2.2.2
Jenis Perumahan
Untuk mengukur bagaimana status ekonomi seseorang dilihat dari rumahnya.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman memiliki pengertian dasar mengenai perumahan, rumah yaitu:
1. Perumahan dan kawasan pemukiman adalah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan,
penyelenggaraan
perbaikan,
kawasan
pencegahan
dan
pemukiman,
peningkatan
pemeliharaan
kualitas
dan
terhadap
23
Universitas Sumatera Utara
perumahan kumuh dan pemukiman kumuh. Perumahan kumuh
adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya
pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat dari penghuninya, dan sebagai aset bagi
pemiliknya.
Menurut Maftukah (Canon, 2013) untuk mengukur status ekonomi
seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Status fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan
bambu, keluarga yang status ekonominya tinggi, pada umumnya
menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang memiliki
status ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen.
c. Besarnya rumah yang ditempati pada umumnya semakin tinggi
status ekonominya.
24
Universitas Sumatera Utara
Menurut Badan Pusat Statistik (2016) jenis perumahan yang layak
huni itu adalah yang meliputi, kondisi fisik bangunan seperti dinding (tembok,
kayu, rumbia/bambu, lainnya), atap (genteng, beton, asbes, sirap, ijuk/rumbia,
lainnya), lantai (keramik, tegel/teraso, semen, kayu, tanah, lainnya), luas
lantai perkapita minimal 8m² dengan luas area minimal 15m². Kemudian,
memiliki jendela atau ventilasi, sumber air minum yang layak seperti air
leding, eceran/meteran, air hujan, PAM/PDAM, sumur terlindung, lainnya.
Fasilitas tempat buang air seperti jamban sendiri, jamban bersama, atau
jamban umum, dan sumber penerangan seperti listrik PLN, petromak, pelita,
lainnya.
2.2.3
Konsumsi sandang dan pangan
Kebutuhan pokok manusia adalah sandang (pakaian) dan pangan
(makanan). Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk mempertahankan taraf
hidup. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan
merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Akan tetapi, terdapat berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang,
perumahan, bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai
kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga.
Selain itu, pola konsumsi juga sering digunakan sebagai salah satu
indikator untuk mengukur indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Biasanya
pola konsumsi itu dapat dipengaruhi pendapatan.
25
Universitas Sumatera Utara
2.2.4
Kesehatan
Salah satu indikator dari status ekonomi adalah kesehatan. Kesehatan
merupakan salah satu tujuan dari hidup manusia dan menjadi suatu bagian
yang penting. Ketika masyarakat bekerja, mengonsumsi sandang atau pangan,
serta pemilihan jenis tempat tinggal (perumahan) adalah untuk kesehatan diri
maupun keluarga untuk menghindari penyakit. Kesehatan itu adalah suatu
keadaan yang baik atau sehat yang meliputi fisik, mental, dan sosial yang
selalu memungkinkan orang itu dapat hidup secara produktif secara sosial
maupun ekonomi.
Keluhan
kesehatan merupakan
keadaan seseorang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis
(meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan,
kriminal, dan lain-lain.
2.2.5
Kepemilikan barang
Kepemilikan barang atau fasilitas adalah kepemilikan kekayaan dalam
bentuk barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kepemilikan barang atau kekayaan itu antara lain:
1) Barang-barang berharga (emas, perhiasan, dll)
2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.
26
Universitas Sumatera Utara