Hubungan Antara Pemuasan Need For Affiliation Dengan Self-Disclosure Pada Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam
pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian
(Hadi, 2000).
Penelitian mengenai hubungan antara pemuasan need for affiliation dengan
self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ini adalah penelitian
kuantitatif yang menggunakan metode korelasional. Metode penelitian korelasional
adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang
berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada
koefisien korelasi. Dalam hal ini peneliti ingin melihat hubungan antara pemuasan
need for affiliation dan self-disclosure pada ODHA.

III.1

IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-

variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya

masing-masing (Azwar, 2001). Variabel-variabel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas

: Need for Affiliation

b. Variabel Tergantung

: Self-Disclosure

29
Universitas Sumatera Utara

30

III.2

DEFINISI OPERASIONAL

III.2.1 Self-Disclosure

Self-disclosure adalah kegiatan pemberian informasi mengenai diri sendiri
dengan orang lain yang terlihat melalui seberapa sering individu melakukannnya,
apakah hal positif/negatif yang diungkapkan, apakah informasi yang diungkapkan
jujur dan tepat, dan sejauh mana individu mau mengungkapkan informasi mengenai
dirinya pada orang lain, serta apa yang menjadi tujuan individu melakukan selfdisclosure. Dalam penelitian ini self-disclosure diukur dengan menggunakan
dimensi self-disclosure yang disampaikan oleh DeVito (2015).
Variabel self-disclosure diukur dengan menggunakan alat ukur berbentuk
kuesioner yang dibuat berdasarkan dimensi self-disclosure DeVito (2015). Model
alat ukur self-disclosure menggunakan skala model likert yang berjumlah 28 aitem.
Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dan disajikan
dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak
mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk
pernyataan favorable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1 sedangkan
bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4,
dan STS = 5.
Tinggi rendahnya tingkat self-disclosure subjek dilihat dari skor total yang
diperoleh pada alat ukur. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi
tingkat self-disclosure sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka
semakin rendah tingkat self-disclosure.


Universitas Sumatera Utara

31

III.2.2 Need for Affiliation
Need for affiliation adalah kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan
orang lain yang ditandai dengan keinginan mendapatkan stimulus positif, ingin
mendapat perhatian/pujian, ingin melakukan perbandingan antara dirinya dengan
orang lain, serta mendapatkan dukungan ketika membina, dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain (McClelland, 1987).
Dalam penelitian ini variabel need for affiliation diukur dengan
menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner yang dibuat berdasarkan aspek need
for affiliation oleh Hill yang tetap berdasarkan teori McClelland. Model alat ukur
need for affiliation menggunakan skala model likert yang berjumlah 29 aitem.
Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dan disajikan
dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak
mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk
pernyataan favorable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1 sedangkan

bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4,
dan STS = 5.
Tinggi rendahnya need for affiliation dilihat dari skor total yang diperoleh
pada alat ukur need for affiliation. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka
semakin tinggi tingkat need for affiliation sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh, maka semakin rendah tingkat need for affiliation.

Universitas Sumatera Utara

32

III.3

POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dibatasi
sebagai jumlah individu yang setidaknya mempunyai sifat yang sama. Populasi
dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang bertempat

tinggal di Kabupaten Toba Samosir.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif
sama dan dianggap bisa mewakili populasi. Sampel adalah bagian dari populasi
yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus memiliki paling sedikit satu
sifat yang sama (Sugiyono, 2012).
Teknik pengambilan sampel adalah metode yang digunakan untuk memilih
dan mengambil sejumlah individu dari anggota populasi untuk digunakan sebagai
sampel yang representatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan non-probability sampling. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental
sampling. Teknik ini dilakukan dengan tanpa memperhatikan siapupun yang akan
diteliti asalkan individu yang diteliti itu setuju dengan kriteria atau persyaratan yang
ditetapkan sebelumnya (Winarsunu, 2002). Alasan menggunakan teknik
pengambilan sampel ini adalah mengingat topik yang akan diteliti merupakan hal
yang sensitif, yang kemungkinan akan mendapat penolakan sehingga peluang tidak
semua orang mau menjadi sangat besar.

Universitas Sumatera Utara

33


Teknik pengambilan sampel ini sesuai untuk penelitian mengingat jumlah
populasi yang tidak memiliki jumlah data yang jelas dalam arti tidak ada sumber
data yang pasti mengenai jumlah populasi penelitian. Besarnya sampel yang dipilih
adalah berdasarkan pertimbangan ketepatan dan efisiensi biaya, tenaga, waktu, dan
kemampuan peneliti.
Subjek untuk uji coba alat ukur melibatkan 50 orang yang memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian, yaitu orang dengan HIV/AIDS.
Mengingat penelitian ini bersifat sangat rahasia dan sensitif sehingga peneliti sangat
terbatas untuk menjangkau orang-orang dengan HIV/AIDS secara keseluruhan, dan
sulit meminta kesediaan subjek untuk mau terlibat menjadi subjek penelitian ini,
jumlah sampel untuk pengambilan data yang direncanakan 60 orang akhirnya
menjadi 52 orang. Tempat pengambilan data untuk uji coba alat ukur berlokasi di
Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, sedangkan pengambilan data penelitian
dilakukan di Kabupaten Toba Samosir. Pengambilan data untuk uji coba alat ukur
dan pengambilan data penelitian dilakukan dengan bekerjasama dengan sebuah
LSM yang bergerak di bidang HIV/AIDS yaitu Komite AIDS HKBP. Peneliti
meminta bantuan pendamping (buddies) yang berhubungan langsung dengan
ODHA untuk menjembatani peneliti dengan subjek penelitian ketika menyebarkan
dan mengumpulkan kuesioner


Universitas Sumatera Utara

34

III.4

METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian

dan bentuk data yang akan diambil dan diukur. Data dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur berupa kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang mengukur
kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap atau
perilaku. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua yaitu alat
ukur Need for Affiliation berdasarkan teori McClelland dan alat ukur SelfDisclosure berdasarkan teori DeVito.
Alat ukur disusun sendiri oleh peneliti dari aspek-aspek yang membangun
variabel. Kedua alat ukur dalam penelitian terdiri atas pernyataan yang bersifat
favourable yaitu bentuk pernyataan yang mendukung variabel dan unfavourable
yaitu bentuk pernyataan yang tidak mendukung.


Nilai dari kategori respon

bergerak dari 1 – 5. Bobot penilaian untuk pernyataan favourable adalah sangat
tidak setuju (STS) bernilai 1, tidak setuju (TS) bernilai 2, netral (N) bernilai 3,
setuju (S) bernilai 4, dan sangat setuju (SS) bernilai 5. Sedangkan bobot penilaian
untuk pernyataan unfavourable: sangat tidak setuju (STS) bernilai 5, tidak setuju
(TS) bernilai 4, netral (N) bernilai 3, setuju (S) bernilai 2, dan sangat setuju (SS)
bernilai 1.

Universitas Sumatera Utara

35

III.4.1 Rancangan Alat Ukur Self-Disclosure
Alat ukur self-disclosure disusun dari kelima aspeknya yaitu amount,
valence, accuracy/honesty, intention, dan intimacy. Rancangan alat ukur selfdisclosure dapat dilihat pada Tabel III.1.

Tabel III.1. Rancangan Alat Ukur Self-Disclosure
No


Dimensi

1.

Amount

Jumlah

6, 16, 26, 36,
46

10

2, 12, 22, 32,
42

7, 17, 27, 37,
47

10


3, 13, 23, 33,
43

8, 18, 28, 38,
48

10

Intention

Individu
mampu
untuk
mengendalikan
diri
dalam
mengungkapkan
informasi
mengenai dirinya agar tujuan dari

pengungkapan informasi tercapai.

4, 14, 24, 34,
44

9, 19, 29, 39,
49

10

Intimacy

Individu menyampaikan informasi
mengenai dirinya ditentukan oleh
tingkat keakraban, semakin akrab
individu dengan orang lain,
semakin dalam informasi yang
diungkapkan.

5, 15, 25, 35,
45

10, 20, 30,
40, 50

10

Valence

3.

Accuracy
/Honesty

5.

Seberapa
sering
individu
mengungkapkan
informasi
mengenai dirinya pada orang lain.

Aitem
Favorable
Unfavorable
1, 11, 21, 31,
41

2.

4.

Indikator

Individu
mengungkapakan
informasi positif atau negatif, hal
menyenangkan
atau
tidak
menyenangkan mengenai dirinya
pada orang lain.
Individu
mengungkapkan
informasi
mengenai
dirinya
dengan tepat, jujur, tanpa melebihlebihkan
atau
mengurangi
infromasi yang sebenarnya.

Total

50

Berdasarkan Tabel III.1 dapat dilihat dimensi, indikator, dan nomor-nomor
aitem rancangan alat ukur self-disclosure. Setiap dimensi memiliki 10 aitem yang
terdiri dari aitem bersifat favorable dan unfavorable. Total keseluruhan aitem
untuk rancangan alat ukur self-disclosure adalah sebanyak 50 buah aitem.

Universitas Sumatera Utara

36

III.4.2 Rancangan Alat Ukur Need for Affiliation
Alat ukur need for affiliation disusun dari keempat aspeknya yaitu positive
stimulation, attention/praise, social comparison, dan emotional support.
Rancangan alat ukur need for affiliation dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2. Rancangan Alat Ukur Need for Affiliation
No

Aspek

1.

Positive
Stimulation

2.

Attention/
Praise

3.

Social
Comparison

4.

Emotional
Support

Indikator
Hal menyenangkan yang
didapat ketika melakukan
kontak dengan orang lain
Perhatian dan pujian yang
didapat saat berinteraksi
dengan orang lain
Melakukan
perbandingan
antara diri sendiri dengan
orang lain
Keinginan akan kehadiran
orang lain saat berada dalam
keadaan/ menghadapi hal
yang tidak menyenangkan
Total

Aitem
Favorable
Unfavorable

Jumlah

1, 9, 17,
25, 33

5, 13, 21, 29,
37

10

2, 10, 18,
26, 34

6, 14, 22, 30,
38

10

3, 11, 19,
27, 35

7, 15, 23, 31,
39

10

4, 12, 20,
28, 36

8, 16, 24, 32,
40

10
40

Berdasarkan Tabel III.2 dapat dilihat aspek, indikator, dan nomor-nomor
aitem rancangan alat ukur need for affiliation. Setiap aspek memiliki 10 aitem yang
terdiri dari aitem bersifat favorable dan unfavorable. Total keseluruhan aitem untuk
rancangan alat ukur need for affiliation adalah sebanyak 40 buah aitem.

III.5

UJI COBA ALAT UKUR

III.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam menjalankan fungsi ukur yang artinya alat ukur memang mengukur apa yang

Universitas Sumatera Utara

37

dimaksudkan untuk diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi atau content validity, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat
dari segi isi adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2012). Teknik yang digunakan untuk melihat validitas isi dalam penelitian ini
adalah dengan membuat blueprint dan juga menggunakan professional judgement,
pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen
pembimbing dan juga dosen atau pihak lain.

III.5.2 Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan
yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam
analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras
atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2012).
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan
yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien
korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
Pearson Product Moment (Azwar, 2012).
Menurut Azwar (2012), prosedur pengujian ini akan menghasilkan
koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem. Semua
aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal .3 daya pembedanya dianggap

Universitas Sumatera Utara

38

memuaskan. Uji daya beda aitem dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini,
yaitu skala need for affiliation dan self-disclosure.

III.5.3 Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat
ukur yang bersangkutan. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien
reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam
menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini
sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2012).
Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal
dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok
individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan
berefisiensi tinggi. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1.00 berarti
semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati
angka .00 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Teknik yang digunakan adalah
teknik reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas dilakukan
dengan bantuan alat komputasi.

III.6

HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Uji coba alat ukur dalam penelitian ini berupa alat ukur self-disclosure dan

need for affiliation yang diberikan pada 50 orang orang dengan HIV/AIDS
(ODHA). Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing alat ukur yaitu .936 untuk alat

Universitas Sumatera Utara

39

ukur self-disclosure dan .912 untuk alat ukur need for affiliation. Dapat disimpulkan
bahwa kedua alat ukur ini reliabilitasnya termasuk tinggi karena perolehan nilai
alpha cronbach mendekati 1.00.

III.6.1 Alat Ukur Self-Disclosure Setelah Diuji Coba
Variabel self-disclosure diukur menggunakan alat ukur yang telah diuji
coba. Alat ukur self-disclosure dapat dilihat pada Tabel III.3.

Tabel III.3. Alat Ukur Self-Disclosure Setelah Uji Coba
No

Dimensi

1.

Amount

2.

Valence

3.

Accuracy
/Honesty

4.

Intention

5.

Intimacy

Indikator
Seberapa
sering
individu
mengungkapkan
informasi
mengenai dirinya pada orang lain.
Individu
mengungkapakan
informasi positif atau negatif, hal
menyenangkan
atau
tidak
menyenangkan mengenai dirinya
pada orang lain.
Individu
mengungkapkan
informasi
mengenai
dirinya
dengan tepat, jujur, tanpa melebihlebihkan
atau
mengurangi
infromasi yang sebenarnya.
Individu
mampu
untuk
mengendalikan
diri
dalam
mengungkapkan
informasi
mengenai dirinya agar tujuan dari
pengungkapan informasi tercapai.
Individu menyampaikan informasi
mengenai dirinya ditentukan oleh
tingkat keakraban, semakin akrab
individu dengan orang lain,
semakin dalam informasi yang
diungkapkan.
Total

Favorable

Aitem
Unfavorable

Jumlah

1, 12, 18, 24

15, 26

6

2, 13

9, 21, 27

5

3, 6, 14, 19

22

5

4, 7, 20

10, 16

5

5, 8, 25

10, 17, 23, 28

7

28

Berdasarkan Tabel III.3 dapat dilihat dimensi, indicator, dan nomor-nomor aitem
alat ukur self-disclosure setelah dilakukan uji coba. Dimensi amount memiliki 6

Universitas Sumatera Utara

40

aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable. Selanjutnya
dimensi valence memiliki 5 aitem yang terdiri dari 2 aitem favorable dan 3 aitem
unfavorable. Dimensi ketiga yaitu accuracy/honesty memiliki 5 aitem yang terdiri
dari 4 aitem favorable dan 1 aitem unfavorable. Dimensi selanjutnya yaitu intention
memiliki 5 aitem yang terdiri dari 3 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable.
Dimensi terakhir yaitu intimacy memiliki 7 aitem yang terdiri dari 3 aitem favorable
dan 4 aitem unfavorable. Total keseluruhan aitem alat ukur self-disclosure setelah
dilakukan iju coba adalah sebanyak 28 buah aitem.

III.6.2 Alat Ukur Need for Affiliation Setelah Diuji coba
Variabel need for affiliation diukur menggunakan alat ukur yang telah diuji
coba. Alat ukur need for affiliation dapat dilihat pada Tabel III.4.

Tabel III.4. Alat Ukur Need for Affiliation Setelah Uji Coba
No

Aspek

1.

Positive
Stimulation

2.

Attention/
Praise

3.

Social
Comparison

4.

Emotional
Support

Indikator
Hal menyenangkan yang
didapat ketika melakukan
kontak dengan orang lain
Perhatian dan pujian yang
didapat
saat
berinteraksi
dengan orang lain
Melakukan
perbandingan
antara diri sendiri dengan
orang lain
Keinginan akan kehadiran
orang lain saat berada dalam
keadaan/menghadapi hal yang
tidak menyenangkan
Total Keseluruhan

Aitem
Favorable Unfavorable

Jumlah

29, 34, 40,
44, 52

43, 48, 55

8

30, 35, 45

32, 38, 49,
56

7

36, 41, 46,
53

33, 50

6

31, 37, 42,
47, 54

39, 51, 57

8

29

Berdasarkan Tabel III.4 dapat dilihat aspek, indikator, dan nomor-nomor aitem alat
ukur need for affiliation setelah dilakukan uji coba. Aspek positive stimulation

Universitas Sumatera Utara

41

memiliki 8 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable.
Selanjutnya Aspek attention/praise memiliki 7 aitem yang terdiri dari 3 aitem
favorable dan 4 aitem unfavorable. Aspek ketiga yaitu social comparison memiliki
6 aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable. Aspek terakhir
yaitu emotional support memiliki 8 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 3
aitem unfavorable. Total keseluruhan aitem untuk alat ukur need for affiliation
setelah diuji coba adalah sebanyak 29 buah aitem.

III.7

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

III.7.1 Tahap Persiapan Penelitian
1. Rancangan Alat Ukur
Pada tahap ini, peneliti mulai mengonstruksi alat ukur need for affiliation
dan self-disclosure yang pembuatannya mengacu pada teori yang telah
diuraikan sebelumnya.
2. Uji Coba Alat Ukur
Agar memperoleh alat ukur dengan validitas dan reliabilitas yang
memadai, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat ukur
penelitian. Uji coba alat ukur ini diberikan kepada sejumlah responden.
3. Revisi Alat Ukur
Seusai peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji validitas
dan reliabilitas alat ukur need for affiliation dan self-disclosure melalui
koefisien alpha cronbach dengan menggunakan program komputasi.

Universitas Sumatera Utara

42

Aitem-aitem yang valid kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet
untuk dijadikan alat ukur yang siap pakai di lapangan.

III.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah peneliti melakukan uji coba, merevisi alat ukur, dan menyusun
kembali aitem-aitem yang diterima pada saat uji coba, maka peneliti mengambil
data penelitian dengan menyebarkan alat ukur self-disclosure dan need for
affiliation yang telah direvisi kepada responden penelitian yaitu ODHA di Komite
AIDS HKBP.

III.7.3 Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh hasil skor need for affiliation dan self-dsclosure, maka
dilakukan pengolahan data. Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan program komputasi.

III.8

METODE ANALISIS DATA
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data

untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data
dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Metode analisa data
yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah analisa
statistika, yaitu analisis pearson product moment. Sebelum dilakukan analisis
korelasi person product moment terlebih dahulu akan diuji normalitas dan uji
linieritas dengan menggunakan uji statistik.

Universitas Sumatera Utara

43

III.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis
sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat
digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang
diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada
penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dengan bantuan program komputasi.
Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat
kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi)
dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Kaidah normal yang digunakan adalah jika
p ≥ .05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < .05 maka
sebarannya dinyatakan tidak normal.

III.8.2 Uji Linieritas
Uji linieritas hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi
penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut
tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
dinyatakan linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji
F dengan bantuan program komputasi. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
adalah jika p < .05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel

Universitas Sumatera Utara

44

tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > .05 berarti hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran subjek secara umum, data hasil
penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dilihat oleh peneliti,
deskripsi dan kategorisasi data, serta pembahasan terhadap hasil-hasil pengolahan
data tersebut.

IV.1 GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitain ini adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang
bertempat tinggal di Kabupaten Toba Samosir dan mendapat pendampingan dari
Komite AIDS HKBP. Subjek penelitian berjumlah 52 orang. Subjek diberikan alat
ukur berupa kuesioner untuk mendapatkan data terkait variabel need for affiliation
dan variabel self-disclosure dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan analisa data,
terlebih dahulu akan diuraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, jenis
kelamin, dan suku bangsa.

IV.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, subjek dalam penelitian ini dibagi ke dalam beberapa
kategori yaitu masa dewasa akhir (60 keatas), dewasa pertengahan (35-60 tahun),
dewasa awal (20-35). Gambaran data subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada
Tabel IV.1.

45
Universitas Sumatera Utara

46

Tabel IV.1. Data Subjek Berdasarkan Usia
Usia
Dewasa Awal
Dewasa Pertengahan
Dewasa Akhir
Total

Jumlah
20
29
3
52

Persentase
38.46 %
55.77 %
5.77 %
100 %

Berdasarkan Tabel IV.1 dapat dilihat bahwa jumlah subjek per-usia berbeda.
Subjek paling banyak berasal dari rentang usia dewasa pertengahan yaitu sebanyak
29 orang, kemudian dewasa awal sebanyak 20 orang, dan dewasa akhir sebanyak 3
orang.

IV.1.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel IV.2.

Tabel IV.2. Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total

Jumlah
22
30
52

Persentase
42.30 %
57.70 %
100 %

Berdasarkan Tabel IV.2 dapat dilihat bahwa subjek penelitian dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibanding dengan subjek penelitian dengan jenis
kelamin perempuan yaitu dengan perbedaan sebesar 15.4%.

Universitas Sumatera Utara

47

IV.1.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek dengan suku bangsa Batak
Toba. Gambaran subjek penelitian berdasarkan suku bangsa Tabel IV.3.

Tabel IV.3. Data Subjek Berdasarkan Suku Bangsa
Suku Bansa
Batak Toba
Total

Jumlah
52
52

Persentase
100 %
100

Berdasarkan Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa semua subjek pada penelitian
ini bersuku bangsa Batak Toba.

IV.2 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel yang berarti
peneliti akan menggunakan uji korelasi terhadap data yang telah didapatkan.
Sebelum melakukan uji korelasi peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi
untuk mengetahui teknik statistika apa yang digunakan untuk menganalisa data.
Peneliti menguji normalitas dan linieritas data agar dapat dilakukan uji korelasi
menggunakan statistika parametrik yaitu Pearson Product Moment.

IV.2.1 Uji Asumsi
1.

Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas terhadap data penelitian perlu dilakukan untuk melihat apakah

data yang dikumpulkan sudah tersebar secara normal. Uji normalitas dalam

Universitas Sumatera Utara

48

penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji
normalitas kedua variabel dapat dilihat pada Tabel IV.4.

Tabel IV.4. Hasil Uji Normalitas Data
Variabel
Self-Disclosure
Need for Affiliation

Nilai Z
0.110
0.105

Nilai P
.167
.200

Keterangan
Z : Tes statistisk
P : Signifikansi

Berdasarkan tabel IV.4 dapat dilihat bahwa penyebaran data yang didapatkan
dalam penelitian ini normal yaitu dengan signifikansi .186 pada variabel selfdisclosure dan .200 pada variabel need for affiliation. Kedua perolehan signifikansi
tersebut lebih besar dari .05 (p > .05) yang berarti data penelitian terdistribusi
normal.
2.

Hasil Uji Linieritas Data
Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah data yang didapatkan dari kedua

variabel memiliki hubungan yang linear. Hubungan yang linear maksudnya adalah
peningkatan nilai pada salah satu variabel diikuti dengan peningkatan juga
divariabel lainnya, dan sebaliknya. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan
uji ANAVA dan juga ditambahkan dengan scatterplot. Hasil uji linieritas dapat
dilihat pada Tabel IV.5.

Tabel IV.5. Hasil Uji Linieritas
Variabel
SD * N.Aff

Sig. Linearity
0.000

Keterangan
N.Aff : Need for affiliation
SD
: Self-disclosure

Universitas Sumatera Utara

49

Berdasarkan Tabel IV.5 dapat dilihat bahwa perolehan signifikansi sebesar
.000 lebih kecil dari .05 (p < .05) yang berarti data tersebut linear. Jika variabel selfdisclosure meningkat maka variabel need for affiliation juga meningkat, begitu juga
sebaliknya.

IV.2.2 Uji Korelasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
pemenuhan variabel need for affiliation dengan variabel self-disclosure pada
ODHA. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan uji korelasi terhadap
kedua variabel. Bunyi hipotesis nihil dan hipotesa altenatif penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0 (hipotesa nihil)

:Tidak ada hubungan positif antara pemenuhan need
for affiliation dengan self-disclosure pada orang
dengan HIV/AIDS (ODHA)

Ha (hipotesa alternatif)

:Ada hubungan positif antara pemenuhan need for
affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan
HIV/AIDS (ODHA)

Berdasarkan uji asumsi yaitu uji normalitas dan linieritas, data dalam
penelitian ini dapat diuji menggunakan statistika parametrik karena telah memenuhi
kaidahnya. Hasil uji korelasi menggunakan Pearson Product Moment dapat dilihat
pada Tabel IV.6.

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel IV.6. Hasil Uji Korelasi Variabel Penelitian
Variabel
N.Aff * SD

Nilai korelasi
.966

Signifikansi
.000

Keterangan
N.Aff : Need for affiliation
SD
: Self-disclosure

Perolehan nilai signifikansi .05 maka
tidak ada hubungan yang signifikan diantara kedua variabel. Pada tabel tersebut
diperoleh nilai korelasi sebesar .966 dan signifikansi sebesar .000 pada level .01
dengan hipotesa 1 arah. Jika hasil korelasi bernilai positif maka hubungan dari
kedua variabel searah yaitu peningkatan pada salah satu nilai variabel akan diikuti
oleh peningkatan nilai variabel lainnya. Sebaliknya jika hasil korelasi bernilai
negatif maka hubungan kedua variabel juga tidak searah yaitu jika salah satu nilai
variabel menurun maka variabel lainnya akan meningkat.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara pemuasan variabel need for affiliation dengan variabel self-disclosure
pada orang dengan HIV/AIDS. Semakin tinggi need for affiliation ODHA, maka
semakin tinggi pula self-disclosurenya. Berdasarkan hasil maka Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu ada hubungan positif antara pemuasan need for affiliation dengan
self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Selain melakukan uji korelasi antara variabel need for affiliation dan selfdisclosure peneliti juga melakukan analisis untuk melihat aspek mana dari variabel
need for affiliation yang memiliki hubungan paling tinggi dengan self-disclosure.
Hasil uji korelasi aspek need for affiliation dengan self-disclosure dapat dilihat pada
Tabel IV.7

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel IV.7. Hasil Uji Korelasi Aspek Need for Affiliation dengan SelfDisclosure
Variabel
N.Aff.PS * SD
N.Aff.AP * SD
N.Aff.SC * SD
N.Aff.ES * SD
Keterangan
N.Aff.PS * SD
N.Aff.AP * SD
N.Aff.SC * SD
N.Aff.ES * SD
SD

Nilai korelasi
.979
.971
.966
.983

Signifikansi
.000
.000
.000
.000

: Need for affiliation aspek positive stimulation
: Need for affiliation aspek attention/praise
: Need for affiliation aspek social comparison
: Need for affiliation aspek emotional support
: Self-disclosure

Berdasarkan Tabel IV.7 dapat dilihat bahwa aspek variabel need for
affiliation yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan variabel self-disclosure
adalah aspek emotional support dengan nilai korelasi .983 dan tingkat signifikansi
.000. Aspek need for affiliation selanjutnya yang paling tinggi adalah positive
stimulation dengan nilai korelasi .979 dan tingkat signifikansi .000. Aspek ketiga
dari need for affiliation yang memililiki nilai korelasi paling tinggi di urutan ketiga
adalah attention/praise yaitu nilai korelasi sebesar .971 dan tingkat signifikansi
.000. Aspek terkahir adalah social comparison dengan nilai korelasi .966 dan
tingkat signifikansi .000.

IV.2.3 Deskripsi dan Kategorisasi Data
Deksripsi data penelitian dilampirkan untuk mengetahui karakteristik data
pokok yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi data pokok yang
dilampirkan adalah perbandingan rerata empiris, rerata hipotetik penelitian, dan
distribusi skor perolehan berdasarkan kategori tertentu. Rerata empiris diperolah
dari respon subjek, sedangkan rerata hipotetik diperoleh dari rerata kemungkinan
diperoleh subjek atas jawaban alat ukur yang diberikan. Dalam penelitian ini alat

Universitas Sumatera Utara

52

ukur yang diberikan adalah alat ukur self-disclosure dan alat ukur need for
affiliation. Kategorisasi dilakukan untuk melihat berapa persen subjek yang sesuai
dengan variabel penelitian yaitu need for affiliation dan self-disclosure.
Kategorisasi terdiri dari tiga yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil
penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria
pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian
terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Norma skor kategorisasi yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel IV.8.

Tabel IV.8. Norma Skor Kategorisasi
Rentang Nilai

Kategorisasi

X < (µ-1.0 SD)

Rendah

(µ-1.0SD) ≤ X ≤ (µ+1.0 SD)

Sedang

X > (µ+1.0 SD)

Tinggi

Keterangan
SD
: Standar deviasi
µ
: mean

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Self-Disclosure
Setelah dilakukan uji reliabilitas, dihasilkan sebanyak 28 aitem yang
memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisis menjadi data penelitian dengan
rentang skor 1 sampai 5 sehingga dihasilkan skor minimum 55 dan skor maksimum
97. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor minimum 28 dan skor
maksimum 140. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik self-disclosure
dijelaskan pada Tabel IV.9.

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel IV.9. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Self-Disclosure
Variabel
Self-Disclosure

Min
55

Empirik
Max
Mean
97
76.79

SD
9.724

Min
28

Hipotetik
Max
Mean
140
84

SD
18.67

Keterangan
Min
: Nilai minimal
Max
: Nilai maximal
Mean
: Rata-rata
SD
: Standar deviasi

Berdasarkan tabel IV.9 diperoleh mean empirik self-disclosure sebesar 76.79
dengan standar deviasi 9.724. Selanjutnya nilai mean hipotetik didapatkan sebesar
84 dengan standar deviasi 18.67. Artinya jika dilihat perbandingan antara mean
empirik dan hipotetik, mean empirik lebih kecil dari mean hipotetik. Hasil ini
menunjukkan bahwa self-disclosure pada populasi umumnya lebih tinggi daripada
self-disclosure pada subjek penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek
dalam penelitian ini memiliki hasil skor self-disclosure yang lebih rendah daripada
yang diperkirakan alat ukur.
Besar mean hipotetik self-disclosure adalah 84 dengan standar deviasi 18.67
sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel IV.10. Norma Kategorisasi Self-Disclosure
Rentang Nilai

Kategorisasi

Jumlah

Persentase (%)

X < 65.33

Rendah

9

17.3 %

65.33 ≤ X ≤ 102.67

Sedang

43

82.7 %

X > 102.67

Tinggi

0

0 %

52

100 %

Total

Berdasarkan tabel IV.10 dapat diketahui bahwa sebagian besar ODHA yaitu
sebanyak 82.7% memiliki tingkat self-disclosure di kategori sedang. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

54

selebihnya17.3% tergolong rendah dan 0% tergolong tinggi karena tidak ada
satupun subjek penelitian yang memiliki tingkat self-disclosure yang tinggi.

2.

Deskripsi dan Kategorisasi Data Need for Affiliation
Setelah dilakukan uji reliabilitas, dihasilkan sebanyak 29 aitem yang

memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisis menjadi data penelitian dengan
rentang skor 1 sampai 5 sehingga dihasilkan skor minimum 71 dan skor maksimum
116. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor minimum 29 dan skor
maksimum 145. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik penyesuaian
diri dijelaskan pada Tabel IV.11.

Tabel IV.11. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Need for Affiliation
Empirik
Variabel
Need for
Affiliation

Hipotetik

Min

Max

Mean

SD

Min

Max

Mean

SD

71

116

94.83

9.534

29

145

87

19.33

Keterangan
Min
: Nilai minimal
Max
: Nilai maximal
Mean
: Rata-rata
SD
: Standar deviasi

Berdasarkan tabel IV.11 diperoleh mean empirik need for affiliation sebesar
94.83 dengan standar deviasi 9.534. Selanjutnya nilai mean hipotetik didapatkan
sebesar 87 dengan standar deviasi 19.33. Artinya jika dilihat perbandingan antara
mean empirik dan hipotetik, mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hasil
ini menunjukkan bahwa need for affiliation pada populasi umumnya lebih rendah
daripada need for affiliation pada subjek penelitian, sehingga dapat disimpulkan

Universitas Sumatera Utara

55

bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki hasil skor need for affiliation yang
lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur.
Besar mean hipotetik need for affiliation adalah 87 dengan standar deviasi
19.33 sehingga kategorisasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel IV.12.

Tabel IV.12. Norma Kategorisasi Need for Affiliation
Rentang Nilai
X < 67.67

Kategorisasi
Rendah

Jumlah
0

Persentase (%)
0 %

67.67 ≤ X ≤ 106.33

Sedang

44

90.3 %

X > 106.33

Tinggi

8

9.7 %

Total

52

100 %

Berdasarkan Tabel IV.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar ODHA
termasuk yaitu sebanyak 90.3 % ODHA untuk need for affiliation di kategori
sedang. Sedangkan selebihnya 9.7 % tergolong tinggi dan 0 % tergolong rendah
karena tidak ada satupun subjek penelitian yang memiliki tingkat need for
affiliation yang rendah.

IV.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan
HIV/AIDS (ODHA). Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara
need for affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa hipotesis penelitian diterima.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure pada

Universitas Sumatera Utara

56

orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hasil tersebut menunjukkan menunjukkan
bahwa semakin tinggi pemuasan need for affiliation ODHA maka semakin tinggi
juga self-disclosurenya, dan semakin rendah need for affiliation maka semakin
rendah pula self-disclosure. Hubungan positif antara kedua variabel ini dapat
dikatakan sangat kuat karena hampir mendekati angka 1, angka korelasinya yaitu
sebesar .979 dengan signifikansi sebesar .000. Hubungan positif antara kedua
variabel juga diperkuat dari hasil uji korelasi antara aspek need for affiliation
dengan self-disclosure memiliki nilai yang juga mendekati 1 dan tingkat
signifikansi .000.
Orang dengan HIV/AIDS yang memiliki need for affiliation akan berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Need
for affiliation merupakan kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi, sehingga untuk
memenuhinya dibutuhkan suatu cara atau strategi tertentu. Individu yang cenderung
memiliki need for affiliation yang tinggi atau dapat disebut sebagai sociable
individual akan memiliki keinginan untuk menciptakan hubungan pertemanan,
ingin berada di antara orang lain, dan mendapatkan perhatian dari orang lain (Cheek
dan Buss, 1981).
Self-disclosure ODHA pada penelitian ini sebagian besarnya berada di
kategori sedang. Terdapat 43 ODHA atau 82.7% ODHA memiliki self-disclosure
di taraf kategori sedang, dan 9 orang atau 17.3% memiliki self-disclosure di
kategori rendah. Berdasarkan hasil tambahan yang dipaparkan sebelumnya tidak
ada ODHA yang memiliki self-disclosure dengan kategori tinggi.

Universitas Sumatera Utara

57

Gender atau jenis kelamin memiliki kontribusi dalam mempengaruhi
tingkat self-disclosure yang dimiliki ODHA. Dindia dan Allen (1992) mengatakan
bahwa perempuan akan lebih sering melakukan self-disclosure dibandingkan lakilaki. Subjek ODHA pada penelitian ini lebih banyak laki-laki yaitu sebanyak 30
orang dan perempuan 22 orang. Hal ini diperkirakan membuat tidak adanya subjek
yang memiliki self-disclosure di rentang kategori tinggi, dan sebagian besarnya di
kategori sedang dan rendah. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian yang juga
mengatakan bahwa perbedaan gender akan mempengaruhi tingkat self-disclosure,
dalam hal ini ODHA perempuan akan lebih mungkin melakukan self-disclosure
dibandingkan dengan ODHA laki-laki (Oladimeji, 2013). Perbedaan jumlah subjek
laki-laki dan perempuan yang tidak terlalu besar tidak bisa terlalu menunjukkan
bagaimana perbedaan self-disclosurenya, oleh karena itu diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk melihat bagaimana gender mempengaruhi self-disclosure pada
ODHA.
Pada budaya-budaya tertentu terdapat anggapan bahwa ketika seseorang
terinfeksi virus HIV/AIDS maka orang tersebut akan dianggap menyebarkan virus
tersebut pada orang lain (Wiener, Battles & Wood, 2007). Etnis-etnis tertentu juga
diasosiasikan dengan self-disclosure (Kim, et al., 2007). Sebagian besar masyarakat
Indonesia memiliki pandangan bahwa ODHA mempunyai perilaku buruk seperti
seks bebas, narkoba, maupun homoseksual. Kondisi budaya Indonesia tersebut
dapat membuat ODHA untuk tidak melakukan self-disclosure dengan orang lain.
Penelitian ini melibatkan subjek ODHA yang menganut kebudayaan Indonesia.
Budaya Indonesia yang cenderung memandang ODHA negatif akan membuat

Universitas Sumatera Utara

58

ODHA enggan melakukan self-disclosure. Hal ini memiliki kemungkinan terjadi
pada subjek. Ketika ODHA menganut kebudayaan tertentu, budaya tersebut dapat
mempengaruhi bagaimana self-disclosurenya. Bagaimana budaya masyarakat
tertentu memandang ODHA dapat dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap virus
dan penyakit tersebut. Ketika pendidikan masyarakat di daerah tertentu cenderung
menengah ke rendah atau memiliki pengetahuan yang minim mengenai HIV/AIDS,
maka akan semakin besar kemungkinan terciptanya stigma negatif terhadap
ODHA, sehingga semakin mungkin juga ODHA menjadi enggan melakukan selfdiclosure (Galuh & Novani, 2015).
Harahap & Siahaan (1987) dalam hasil penelitiannya menuliskan ciri
menonjol yang dimiliki etnis Batak Toba yaitu berani dan cenderung kasar dalam
mengungkapkan pemikirannya. Mereka tidak takut akan terjadi konflik dengan
seseorang yang mempunyai tingkatan atau kedudukan yang lebih tinggi. Budaya
Indonesia yang cenderung melihat ketika seseorang terinfeksi atau menderita
HIV/AIDS berarti orang tersebut juga sudah melakukan hal-hal yang negatif serta
enis Batak Toba yang berani dan cenderung kasar ketika mengungkapkan pendapat
memungkinkan tingkat self-disclosure ODHA yang menjadi subjek penelitian ini
sebagian besarnya berada di kategori sedang dan rendah, dan tidak ada di kategori
tinggi.
Who you are yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
self-disclosure. Who you are yang menggambarkan kepribadian individu dapat
mempengaruhi apakah individu akan melakukan self-disclosure atau tidak.
Terdapat

banyak

tipe

kepribadian

yang

dirumuskan

para

ahli

untuk

Universitas Sumatera Utara

59

menggambarkan bagaimana individu. Pada penelitian ini salah satu aspek
kepribadian yang diambil adalah need for affiliation. Dari penelitian ini didapatkan
hasil bahwa aspek kepribadian need for affiliation memiliki hubungan dengan selfdisclosure. Sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu hubungan kedua variabel
bersifat positif berarti need for affiliation meningkatkan self-disclosure pada
ODHA.
Berdasarkan deskripsi dan kategorisasi penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar ODHA memiliki need for affiliation di rentang kategori sedang, dan
selanjutnya tinggi. Perbandingannya yaitu 44 ODHA atau 90.1% memiliki need for
affiliation di kategori sedang, 8 ODHA atau 9.7% memiliki need for affiliation di
kategori tinggi, dan tidak ada yang memiliki need for affiliation yang rendah.
Martaniah (1984), mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kebutuhan afiliasi adalah kebudayaan. Kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan sosial
tidak luput dari pengaruh kebudayaan. Sarwono (1998) mengungkapkan beberapa
nilai budaya Indonesia yaitu harmonis dan toleransi. Harmonis dan toleransi berarti
menjaga keseimbangan dalam bermasyarakat serta menghindari adanya konflik
dengan pihak lain. Budaya Indonesia juga dikenal sebagai budaya yang cenderung
kolektif karena masyarakatnya yang terlihat sering bekerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu (Hofstede, 1994). Bekerja sama dan menghindari konflik
menunjukkan ciri-ciri individu yang memiliki need for affiliation. Individu dengan
need for affiliation yang tinggi cenderung mengikuti pendapat mayoritas untuk
menghindari konflik (Hardy, 1957). Penelitian Sianipar (2011) menunjukkan
bahwa etnis Batak Toba memiliki tingkat extroversion yang cukup tinggi. Individu

Universitas Sumatera Utara

60

dengan tingkat extroversion yang tinggi memiliki ciri-ciri suka bersosialisasi,
mudah mengekspresikan pendapat, suka menghabiskan waktu dengan orang lain
digambarkan sebagai individu yang memiliki need for affiliation tinggi. (Jemmott,
1987; McClelland, 1979; McClelland & Jemmott, 1980 dalam Pervin, 2008). Hal
ini mendukung need for affiliation yang dimiliki oleh ODHA pada penelitan ini
yaitu lebih banyak yang berada di kategori sedang, selanjutnya kategori tinggi, dan
dan tidak ada yang rendah.
Sihombing (1986) mengatakan bahwa salah satu nilai inti budaya batak
adalah kekerabatan. Kekerabatan terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan
darah ataupun pertalian perkawinan. Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak
utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu yaitu suatu ungkapan
yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan pada suku Batak yang terdiri
dari tiga unsur yaitu dongan sabutuha (teman semarga), hula-hula (keluarga dari
pihak Istri), dan boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki kita). Konsep ini
merupakan suatu kesatuan yang tak terpisah (Marbun dan Hutapea, 1987). Nilai inti
ini menjadi falsafah hidup masyarakat Batak Toba yang paling tinggi sehingga
setiap generasi ditanamkan nilai ini sejak kecil dan harus dipelihara serta
dipertahankan. Konsep Dalihan Na Tolu ini menghasilkan hubungan antar marga
yang akhirnya saling terkait dan menunjukkan bahwa sesama individu bersuku
batak dalah saudara dan keluarga. Hal ini juga diperkirakan membuat subjek
dengan suku bangsa Batak Toba di penelitian ini tidak ada yang memiliki need for
affiliation rendah.

Universitas Sumatera Utara

61

Need for affiliation yang tinggi sering diasosiasikan juga dengan fear of
rejection yang tinggi (McClelland 1987). Berdasarkan data penelitian ini dapat
dikatakan bahwa need for affiliation yang dimiliki ODHA sebagian besarnya
berada di tingkat rata-rata sehingga kemungkinan untuk munculnya rasa takut akan
diskriminasi dan penolakan tidak terlalu tinggi.
Hubungan kedua variabel dapat dikatakan sangat kuat. Pemuasan need for
affiliation ODHA yang mendominasi kategori sedang diperkirakan membuat selfdisclosure pada ODHA juga sebagian besarnya berada di kategori sedang. Terdapat
beberapa subjek yang memiliki need for affiliation yang cenderung tinggi. Jika need
for affiliation ODHA terlalu tinggi maka bisa menimbulkan rasa takut akan
penolakan yang tinggi juga, sehingga ODHA tidak berani melakukan selfdisclosure pada orang lain. Hal tersebut terlihat juga dari beberapa ODHA yang
memiliki self-disclosure rendah. Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian
yang mengatakan bahwa ODHA yang memiliki ketakutan akan diskriminasi dan
penolakan oleh teman, keluarga, pasangan, dan komunitas sehingga membuat
ODHA tidak

berani

mengungkapkan

diri

terutama mengingat

kondisi

HIV/AIDSnya yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif ketika orang lain
mengetahuinya (Van Dyk, 2001).
Ketika individu yang termasuk di dalamnya ODHA melakukan selfdisclosure maka dapat dikatakan bahwa hal ini disebabkan karena individu ingin
memperdalam hubungan dengan orang lain, memberi kesan pada orang lain,
mengenal antara satu orang dengan yang lainnya dan menginginkan perhatian.

Universitas Sumatera Utara

62

Individu yang memiliki tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan memiliki kebutuhan
afiliasi (dalam Berg & Derlega, 1987).
Self-disclosure merupakan hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh
ODHA. Subjek penelitian ini sudah mengungkapkan kondisi HIV/AIDSnya pada
orang-orang tertentu dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang
mengetahui kondisinya. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang
mengatakan bahwa jika ODHA berhasil melakukan self-disclosure pada significant
others yang tepat maka kemungkinan ODHA untuk mendapatkan dukungan sosial
akan semakin tinggi (Maman., Rooyen, Groves & Allison., 2014). Ketika
mendapatkan dukungan dari orang lain, maka need for affiliation yang dimiliki
ODHA juga akan terpenuhi karena pada saat yang sama ODHA juga bisa
berinteraksi dengan orang lain. Pada penelitian ini, ODHA tidak terlalu memiliki
masalah ketika akan memenuhi need for affiliation yang dimilikinya seperti ingin
berada di antara orang lain, mendapat pujian, dan memiliki orang lain di sisinya
ketika mengalami masalah atau sedih karena dinilai dapat melakukan selfdisclosure. Hal ini dimungkinkan juga karena ODHA sudah mendapatkan
pembinaan dari para Komite AIDS HKBP.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan terkait dengan jumlah sampel.
Sampel yang sulit untuk dicari sehingga tidak terlalu banyak menyebabkan variasi
dalam sampelnya tidak terlalu banyak sehingga mempengaruhi generalisasi dari
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan
dengan hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian pertama akan dijabarkan hasil
penelitian, kemudian pada bagian terakhir akan dikemukakan saran-saran yang
mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa data penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu
ada hubungan positif antara pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure
pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Korelasi antara need for affiliation dan
self-disclosure signifikan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
need for affiliation maka semakin tinggi juga self-disclosure pada ODHA.
Sebaliknya semakin tinggi self-disclosure maka semakin tinggi juga need for
affiliation pada ODHA.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar ODHA memiliki
tingkat need for affiliation dan self-disclosure yang berada dalam kategori sedang.
Hal ini diasumsikan terjadi karena faktor yang mempengaruhi kedua variabel dalam
penelitian yaitu budaya.

63
Universitas Sumatera Utara

64

V.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan
pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan need for affiliation dan selfdisclosure. Saran yang diajukan dibagi ke dalam dua bagian, sebagai berikut:

V.2.1 Saran Metodologis
1.

Peneliti selanjutnya hendaknya memperbesar subjek penelitian agar
hasil penelitian lebih bisa digeneralisasi

2.

Peneliti selanjutnya yang tertarik pada hubungan pemuasan need for
affiliation dengan self-disclosure pada ODHA