Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang
diteliti dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2008). Penelitian ini
dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya pada setiap tahap proses pengolahan
produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus
hermanii). Setelah itu, dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko
keselamatan kerja. Berdasarkan tingkat risiko yang telah diperoleh maka dapat
diketahui prioritas risiko keselamatan kerja, sehingga dapat dibuat upaya
pengendalian terhadap risiko untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini berlokasi di gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah
(Dekranasda), komplek perkantoran eks purna MTQ, Desa Teluk Bakau,
Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan-Kepulauan Riau.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 s.d Mei 2017.


31
Universitas Sumatera Utara

32

3.3 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh tahapan proses
pengolahan produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas
(Stychopus hermanii) di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Lembar observasi
2) Wawancara
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

dalam


penelitian

ini

dilakukan

dengan

cara

mengumpulkan data primer dan sekunder.
3.5.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode observasi. Jenis observasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi terbuka, yaitu responden
mengetahui kehadiran peneliti secara terbuka sehingga terjadi hubungan atau
interaksi secara wajar (Sukardi, 2008). Alat bantu yang digunakan dalam
penelitian

ini


adalah

buku

catatan

dan

form

observasi.

Universitas Sumatera Utara

33

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
No
1


2

Kerangka Konsep
Identifikasi Bahaya

Data
a) Sumber bahaya pada

Metode
a) Observasi

Instrumen
a) Lembar observasi

Hasil
b) Data potensi bahaya dan

(Identification


setiap tahapan proses

risiko keselamatan pada

Hazard)

pengolahan produk

setiap tahapan proses

setengah jadi liquid dan

pengolahan produk setengah

powder dari Teripang

jadi liquid dan powder dari

Emas (Stychopus


Teripang Emas (Stychopus

hermanii)

hermanii)

Penilaian Risiko
(Risk Assessment)

a) Kekerapan (probability) a) Observasi

a) Lembar Observasi

a) Nilai kekerapan

Kemungkinan

(probability), dengan

terjadinya kecelakaan


kriteria :

atau sakit yang dinilai

Nilai 4 : Kemungkinan

dari frekuensi dan

terjadinya sangat

durasi paparan bahaya

sering (Frequent)

pada setiap tahapan

Nilai 3 : Kemungkinan terjadi

proses pengolahan


beberapa kali

produk setengah jadi

(Probable)

liquid dan powder dari
Teripang Emas

Nilai 2 : kemungkinannya
jarang terjadi atau

Universitas Sumatera Utara

34

(Stychopus hermanii)

terjadinya sekali

waktu (Occasional)
Nilai 1 : Kemungkinan
terjadinya kecil tetapi
tetap ada
kemungkinan
(Remote)

b) Keparahan

b) Nilai keparahan

(Consequence)

(Consequence), dengan

Tingkat keparahan

kriteria :

kecelakaan atau sakit


Nilai 5 : Kecelakaan yang

yang dinilai dari jumlah

banyak menyebabkan

orang yang terpapar

kematian (Bencana/

pada periode tertentu

Catastrophic)

dan bagaimana efek

Nilai 4 : Kecelakaan yang

yang ditimbulkan dari


menyebabkan

risiko yang ada pada

kematian tunggal

setiap tahapan proses

(Fatal)

pengolahan produk

Nilai 3 : Kecelakaan yang

Universitas Sumatera Utara

35

setengah jadi liquid dan

menyebabkan cidera

powder dari Teripang

atau sakit yang parah

Emas (Stychopus

untuk waktu yang

hermanii)

lama tidak mampu
bekerja atau
menyebabkan cacat
tetap (Cidera
Berat/Critical)
Nilai 2 : Kecelakaan yang
menyebabkan cidera
atau sakit ringan dan
segera dapat bekerja
kembali atau tidak
menyebabkan cacat
tetap (Cidera
Ringan/Marginal)
Nilai 1 : Kejadian hampir
celaka yang tidak
mengakibatkan cidera

Universitas Sumatera Utara

36

atau tidak
memerlukan
perawatan kesehatan
(Hampir Celaka/
Negligible)
c)

Tingkat Risiko

c)

Nilai Tingkat Risiko,

Perkalian antara tingkat

dengan kriteria :

kekerapan (probability)

Nilai 15-20 : Risiko sangat
tinggi (Urgent)

dan keparahan
(consequence) dari suatu

Nilai 10-14 : Risiko

kejadian yang dapat

tinggi/serius

menyebabkan kerugian,

(High)

kecelakaan, atau cidera

Nilai 5-9 : Risiko sedang
(Medium)

dan sakit yang mungkin
timbul dari pemaparan

Nilai 2-4 : Risiko rendah
(Low)

suatu bahaya pada setiap
tahapan proses

Nilai 1

: Hampir tidak

pengolahan produk

terdapat risiko

setengah jadi liquid dan

bahaya (None)

Universitas Sumatera Utara

37

powder dari Teripang
Emas (Stychopus
hermanii)
3

Pengendalian Risiko

Upaya mengelola risiko

-

-

Rekomendasi pengendalian

(Risk Control)

yang telah diketahui besar

risiko pada setiap tahapan

dan akibatnya sehingga

proses pengolahan produk

dapat dikelola dengan

setengah jadi liquid dan

tepat, efektif, dan sesuai

powder dari Teripang Emas

dengan kemampuan dan

(Stychopus hermanii)

kondisi perusahaan

kepada perusahaan.

khususnya pada proses
pengolahan Teripang Emas
(Stychopus hermanii)

Universitas Sumatera Utara

38

3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi
penelitian. Adapun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1) Profil Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)
3.6 Variabel dan Definisi Operasional
1) Identifikasi bahaya (hazard identification) adalah suatu upaya untuk
mengetahui adanya sumber bahaya pada setiap tahapan proses pengolahan
produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus
hermanii). Identifikasi bahaya dimulai dengan mengidentifikasi potensi bahaya
pada proses pengolahan Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang dimulai dari :
pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah, penggilingan Teripang
Emas (Stychopus hermanii) mentah, ekstraksi Teripang Emas (Stychopus
hermanii) yang telah dihaluskan, pengadonan Teripang Emas (Stychopus
hermanii) liquid, pemanggangan adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii),
pendinginan Teripang Emas (Stychopus hermanii), pengerukkan Teripang Emas
(Stychopus hermanii), penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
menjadi powder, pengayakan Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder dan
pengemasan/packing Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder yang telah
halus.
2) Penilaian risiko (risk assessment) adalah upaya untuk menghitung besarnya
suatu risiko pada setiap tahapan proses pengolahan produk setengah jadi liquid
dan

powder

dari

Teripang

Emas

(Stychopus

hermanii).

Universitas Sumatera Utara

39

3) Kekerapan (probability) adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit
yang dinilai dari frekuensi dan durasi paparan bahaya pada setiap tahapan proses
pengolahan produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas
(Stychopus hermanii)
4) Keparahan (consequence) adalah tingkat keparahan kecelakaan atau sakit yang
dinilai dari jumlah orang yang terpapar bahaya pada periode tertentu dan
bagaimana efek yang ditimbulkan dari risiko yang ada pada proses pengolahan
produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus
hermanii)
5) Tingkat risiko adalah perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan
keparahan (consequence) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian,
kecelakaan, atau cidera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu
bahaya pada setiap tahapan proses pengolahan produk setengah jadi liquid dan
powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii)
6) Prioritas risiko adalah mengklasifikasikan hasil penilaian risiko pada setiap
tahapan proses pengolahan produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang
Emas (Stychopus hermanii) menjadi tingkat risiko “URGENT” “HIGH”,
“MEDIUM”, “LOW”, dan “NONE”.
7) Pengendalian Risiko (Risk Control) adalah upaya mengelola risiko yang telah
diketahui

besar

dan

akibatnya

sehingga

dapat

dibuat

upaya

mencegah/meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
3.7 Metode Analisis Data
Proses analisis data pada penelitian ini dimulai melalui tahap :

Universitas Sumatera Utara

40

1) Identifikasi Bahaya (Hazard Identifications)
Mengidentifikasi bahaya pada setiap tahap proses pengolahan produk
setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii)
sehingga potensi-potensi bahaya dapat diketahui.
2) Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Data dianalisis untuk menilai risiko berdasarkan teori Tarwaka (2014) yang
bertujuan

menilai

risiko

kemungkinan/probability

dengan
dan

terlebih

dahulu

memperkirakan

konsekuensi/consequence.

Setelah

nilai
nilai

kemungkinan/probability dan konsekuensi/consequence, maka dapat ditentukan
nilai tingkat risiko untuk menentukan tingkat risiko pada setiap tahap proses
pengolahan produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas
(Stychopus hermanii.
Tingkat Risiko = Nilai Kekerapan (Probability) x Nilai Keparahan (Consequence)

3) Pengendalian Risiko (Risk Control)
Setelah dilakukan tahap perangkingan terhadap tingkat risiko, maka langkah
selanjutnya adalah mengembangkan solusi alternatif yakni memberikan
rekomendasi pengendalian yang belum dilaksanakan oleh pihak manajemen
dengan mempertimbangkan kemungkinan pengaplikasiannya.
3.8 Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel serta dinarasikan
dengan menggunakan pustaka yang relevan dengan hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Latar belakang Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan
Kerajinan) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau
Usaha kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan penting dalam
perekonomian

Indonesia

maupun perekonomian

Internasional.

Maka

untuk

memajukan perekonomian di Indonesia, pemerintah berupaya membangun semangat
untuk berwirausaha di kalangan masyarakat agar mampu bertahan untuk memenuhi
kehidupan mereka dengan usaha mereka sendiri tanpa bergantung pada pihak atau
usaha lain. Dengan berkembangnya usaha kecil dan menengah ini, diharapkan akan
menampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan (AIMK) pada awal
didirikan bergerak dalam bidang packaging dan disribusi hasil produksi IKM.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bantuan dari Pemerintah, baik Kabupaten
Bintan maupun Provinsi Kepulauan Riau, Kementrian, Koperasi AIMK diberikan
bantuan alat produksi untuk dikembangkan menjadi usaha produksi. Mesin bantuan
tersebut dimanfaatkan dengan memproduksi olahan Teripang Emas sampai
sekarang.

41
Universitas Sumatera Utara

42

4.1.2 Tujuan Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)
Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau
Adapun tujuan dari Koperasi AIMK adalah :
1) Mengembangkan produksi produk dari daerah
2) Menciptakan lapangan pekerjaan bagi mastarakat
3) Membantu mensejahterakan kehidupan masyarakat
4.1.3 Profil Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)
Kabupaten Bintan
Koperasi AIMK didirikan pada tahun 2011. Pada awalnya bergerak dalam
bidang packaging dan distribusi produk IKM di kabupaten Bintan. Akan tetapi,
bidang pemberdayaan IKM masih belum memenuhi kesejahteraan angggota, maka
koperasi mendapat bantuan berupa mesin – mesin produksi dari Kementrian Koperasi
dan BNPP untuk digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat pada umumnya.
Koperasi AIMK melakukan ujicoba trial & error untuk menemukan produksi
yang sesuai dengan kapasitas pemasaran yang maksimal sehingga ditemukan olahan
berupa minyak gamat dan powder/tepung gamat. Produk yang dihasilkan masih
produk setengah jadi yang masih akan dikembangkan lagi menjadi produk jadi oleh
para pembeli (buyer) menjadi produk kapsul, kosmetik, makanan dan minuman dan
sebagainya.
Koperasi AIMK bekerjasama dengan Pihak Ketiga yaitu CV.AR10 yang
bergerak dalam bidang pemasaran di tingkat nasional, sehingga produksi yang

Universitas Sumatera Utara

43

dihasilkan dapat menembus pasar yang lebih luas dan dalam kapasitas yang lebih
besar. Saat ini produk yang dihasilkan oleh koperasi AIMK yang memiliki banyak
permintaan pasar adalah powder gamat dan powder dari ikan gabus.
4.1.4 Lokasi Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)
Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau
Lokasi Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)
Kabupaten

Bintan

berada

di

gedung Dewan

Kerajinan

Nasional

Daerah

(Dekranasda), komplek perkantoran eks purna MTQ, Desa Teluk Bakau, Kecamatan
Gunung Kijang, Kabupaten Bintan-Kepulauan Riau.
4.1.5 Struktur Organisasi Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan
Kerajinan) Kabupaten Bintan
Struktur Organisasi Koperasi AIMK sektor pengolahan Teripang Emas
(Stychopus hermanii) adalah:

Ketua

Manager

Accounting &Adm

Maintenance /
Listrik

Operator
Shift I

Operator
Shift II

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan
Kerajinan)

Universitas Sumatera Utara

44

.

Universitas Sumatera Utara

44

4.2 Hasil Analisis Keselamatan Kerja
Tabel 4.1 Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Pengolahan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
NO

PROSES

1

Pencucian
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)
mentah

2

Penggilingan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)
mentah

IDENTIFIKASI BAHAYA
SUMBER
RISIKO
BAHAYA KESELAMATAN
Lantai licin
Terpeleset

Mesin
gerinda :
Threephase
induction
motor

PENILAIAN RISIKO
P
C TINGKAT
RISIKO
4
1
4
(Risiko
Rendah/
Low)

Jari Terpotong

1

3

3
(Risiko
Rendah/
Low)

Gangguan
Konsentrasi

4

3

12
(Risiko
Tinggi/
High)

PENGENDALIAN RISIKO
EXISTING
ADDITIONAL
CONTROL
CONTROL
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
rubber boots untuk
pekerja),
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja dan housekeeping
yang baik, yaitu segera
membersihkan air yang
tergenang di lantai)
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja, safety
sign/warning)
Penggunaan
Penggunaan Alat
Alat Pelindung
Pelindung Diri
Diri (Ear-muff)
(Penambahan jumlah
ear-muff),
Pengendalian
administratif

Universitas Sumatera Utara

45

3

Ekstraksi
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii) yang
telah dihaluskan

Lantai licin

Terpeleset

4

1

4
(Risiko
Rendah/
Low)

-

Kabel
berantakan
di lantai

Tersandung kabel

3

2

Tangan terjepit

2

2

6
(Risiko
Sedang/
Medium)
4
(Risiko
rendah/
Low)

Penyatuan kabel
di beberapa titik
menggunakan
solasi
-

Tertimpa penutup
mesin extract tank

1

3

3
(Risiko

-

Penutup
mesin
extract
tank

(Pengukuran
kebisingan,
Pengawasan
penggunaan ear-muff)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
rubber boots untuk
pekerja),
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja dan housekeeping
yang baik, yaitu segera
membersihkan air yang
tergenang di lantai)
Engineering Control
(Merapikan kabel,
pemasangan pipa
clipsal dan klem pipa)
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja, dan safety
sign/warning yang di
tempel pada penutup
mesin extract tank)
Pengendalian
administratif

Universitas Sumatera Utara

46

4

Pengadonan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii) liquid

Instalasi
listrik
berantakan
di lantai

Tersengat listrik

2

4

Kabel
berantakan
di lantai

Tersandung kabel

2

2

Mesin
Extract
Tank

Ledakan

1

5

Mesin
mixer

Tangan terjepit

2

2

Lantai licin

Terjatuh

3

2

Rendah/
Low)
8
(Risiko
Sedang/
Medium)

-

4
(Risiko
rendah/
Low)
5
(Risiko
Sedang/
Medium)
4
(Risiko
rendah/
Low)

-

6
(Risiko
Sedang/
Medium)

-

-

-

(Pengawasan proses
kerja)
Engineering Control
(Pemindahan instalasi
listrik ke dinding,
pemasangan box panel
listrik dan sakelar
on/off)
Engineering Control
(Merapikan kabel,
pemasangan pipa
clipsal dan klem pipa)
Engineering Control
(Perawatan
/maintenance rutin
mesin secara berkala)
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja, dan safety
sign/warning yang di
tempel pada mesin
mixer)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
boots untuk pekerja),
Pengendalian
administratif

Universitas Sumatera Utara

47

5

Pemanggangan
Adonan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)

Tangan melepuh

4

2

8
(Risiko
Sedang/
Medium)

Penggunaan
Alat Pelindung
Diri (Sarung
tangan tahan
panas yang
tidak layak
pakai)

Kaki tertimpa

3

2

6
(Risiko
Sedang/
Medium)

-

Tersengat listrik

4

4

16
(Risiko
Serius/
Urgent)

-

Loyang
panas

Oven listrik

(Pengawasan proses
kerja dan housekeeping
yang baik, yaitu segera
membersihkan air yang
tergenang di lantai)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sarung
tangan tahan panas
baru) dan pengendalian
administratif
(pengawasan
penggunaan APD)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
rubber boots bagi
pekerja)
Substitusi
(Penggantian mesin
oven listrik yang baru),
dan
Engineering Control
(Perawatan/
maintenance mesin
setiap bulan,
penggantian bantalan
oven yang baru, dan
isolasi kabel listrik

Universitas Sumatera Utara

48

yang terbuka)

6

Ledakan

1

5

(Risiko
Sedang/
Medium)

-

Kaki tertimpa

3

2

6
(Risiko
Sedang/
Medium)

-

Loyang
panas

Tangan melepuh

4

2

8
(Risiko
Sedang/
Medium)

Penggunaan
Alat Pelindung
Diri (Sarung
tangan tahan
panas yang
tidak layak
pakai)

Lantai licin

Terpeleset

3

1

3
(Risiko
Rendah/
Low)

-

Pendinginan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)

Pengendalian
administratif
(Perawatan/
maintenance rutin
mesin secara berkala)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
rubber boots bagi
pekerja)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sarung
tangan tahan panas
baru) dan pengendalian
administratif
(pengawasan
penggunaan APD)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
boots untuk pekerja),
Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja dan housekeeping
yang baik, yaitu segera

Universitas Sumatera Utara

49

Loyang

7

8

Tersayat

2

2

Kaki tertimpa

3

2

Loyang
panas

Tangan melepuh

4

Kebisingan

Gangguan
konsentrasi

4

Pengerukkan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)

Penggilingan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)
menjadi powder

4
(Risiko
Rendah/
Low)
6
(Risiko
Sedang/
Medium)

-

2

8
(Risiko
Sedang/
Medium)

Penggunaan
Alat Pelindung
Diri (Sarung
tangan tahan
panas)

3

12
(Risiko
Tinggi/
High)

Penggunaan
Alat Pelindung
Diri
(Ear-muff)

-

membersihkan air yang
tergenang di lantai)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Penggunaan sarung
tangan tebal)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sepatu
rubber boots untuk
pekerja)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan sarung
tangan tahan panas
baru) dan pengendalian
administratif
(pengawasan
penggunaan APD)
Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Penambahan jumlah
ear-muff),
Pengendalian
administratif
(Pengukuran
kebisingan,
Pengawasan
penggunaan ear-muff

Universitas Sumatera Utara

50

9

10

Pengayakan
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)
powder
Pengemasan/
Packaging
Teripang Emas
(Stychopus
hermanii)
powder yang
telah halus

Debu

Pandangan kabur

4

1

Debu

Pandangan kabur

1

1

Mesin
Direct
Heat
Sealer DFS
300DD

Jari terjepit

1

3

4
(Risiko
Rendah/
Low)
1
(Hampir
tidak ada
risiko/
none)
3
(Risiko
rendah/
Low)

-

-

-

Penggunaan Alat
Pelindung Diri
(Pengadaan kacamata
pelindung)
-

Pengendalian
administratif
(Pengawasan proses
kerja, safety
sign/warning)

Keterangan :
P = Probability/Kemungkinan
C = Consequence/Konsekuensi

Universitas Sumatera Utara

51

4.2.1 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pencucian Teripang Emas
(Stychopus hermanii) Mentah
Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah yang diperoleh dari nelayan
dibersihkan dengan air di dalam baskom untuk membuang sisa-sisa kotoran yang
masih menempel.

Gambar 4.1 Teripang Emas (Stychopus hermanii)

Gambar 4.2 Proses Pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) Mentah
Proses pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu terpeleset.
1)

Risiko terpeleset
Risiko terpeleset berasal dari sumber bahaya yaitu lantai yang licin. Risiko

terpeleset memiliki nilai kemungkinan/probability “4” (Sering/frequent) dan nilai
konsekuensi/consequence “1” (Hampir celaka/negligible) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian

Universitas Sumatera Utara

52

risiko yaitu penggunaan alat pelindung diri dengan pengadaan sepatu rubber boots
untuk pekerja dan pengendalian administratif, yakni dengan pengawasan proses kerja
dan housekeeping yang baik, yaitu segera membersihkan air yang tergenang di lantai.
4.2.2 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Penggilingan Teripang
Emas (Stychopus hermanii) Mentah
Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah bersih, selanjutnya dihaluskan
menggunakan mesin gerinda. Terdapat 1 buah mesin gerinda yang digunakan untuk
proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah. Jenis motor
penggerak mesin yaitu three-phase induction motor. Untuk menggiling 20 kg
Teripang Emas (Stychopus hermanii) membutuhkan waktu ± 50 menit.

Gambar 4.3 Proses Penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki
risiko keselamatan kerja yaitu jari terpotong, gangguan konsentrasi, terpeleset, dan
tersandung kabel.
1)

Risiko jari terpotong
Risiko jari terpotong berasal dari sumber bahaya yaitu mesin gerinda dengan

jenis motor penggerak yang digunakan adalah three-phase induction motor yang
menghasilkan

gerakan

mekanik.

Risiko

jari

terpotong

memiliki

nilai

Universitas Sumatera Utara

53

kemungkinan/probability

“1”

(jarang

sekali/remote)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical) sehingga diperoleh nilai risiko
“3” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu
pengendalian administratif, yakni dengan melakukan pengawasan proses kerja dan
safety sign/warning yang di tempel pada mesin gerinda.
2)

Risiko Gangguan Konsentrasi
Risiko gangguan konsentrasi berasal dari sumber bahaya yaitu mesin gerinda

dengan jenis motor penggerak yang digunakan adalah three-phase induction motor
yang menghasilkan kebisingan. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan/probability
“4” (sering/frequent) dan nilai konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical)
sehingga diperoleh nilai risiko “12” yang tergolong risiko tinggi/high. Pihak
manajemen telah menyediakan APD berupa ear-muff. Rekomendasi pengendalian
risiko yaitu penggunaan alat pelindung diri yakni dengan penambahan jumlah earmuff dan pengendalian administratif dengan pengukuran kebisingan dan pengawasan
penggunaan ear-muff.
3)

Risiko terpeleset
Risiko terpeleset berasal dari sumber bahaya yaitu lantai licin. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “1” (hampir celaka/negligible) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu
penggunaan alat pelindung diri dengan pengadaan sepatu rubber boots untuk pekerja

Universitas Sumatera Utara

54

dan pengendalian administratif, yakni dengan pengawasan proses kerja dan
housekeeping yang baik, yaitu segera membersihkan air yang tergenang di lantai.
4)

Risiko tersandung kabel
Risiko tersandung kabel berasal dari sumber bahaya yaitu kabel yang berantakan

di

lantai.

Risiko

ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“3”

(agak

sering/probable) dan nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal)
sehingga diperoleh nilai risiko “6” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium.
Rekomendasi pengendalian risiko adalah engineering control, yaitu dengan
merapikan kabel, pemasangan pipa clipsal dan klem pipa.
4.2.3 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Ekstraksi Teripang Emas
(Stychopus hermanii) yang Telah Dihaluskan
Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah halus kemudian dicampur
dengan etanol. Takaran : untuk 28 kg Teripang Emas (Stychopus hermanii) ditambah
12 liter etanol. Campuran bahan tersebut kemudian diekstraksi menggunakan mesin
extract tank dengan suhu 700 Celcius selama 18-22 jam. Apabila permintaan
customer dalam bentuk liquid, maka proses telah selesai dan kemudian disimpan di
dalam jeriken. Namun, apabila permintaan dalam bentuk powder maka dilanjutkan
dengan proses selanjutnya. Terdapat 1 buah mesin etraxt tank pada proses ini. Mesin
ektraksi yang digunakan pada pengolahan Teripang Emas (Stychopus hermanii) ini
menggunakan mesin rakitan yang terdiri atas mesin vakum dan mesin asynchr.
Penutup

mesin

extract

tank

memiliki

berat

±

50

kg.

Universitas Sumatera Utara

55

Gambar 4.4 Proses Ekstraksi Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah
dihaluskan
Proses ekstraksi Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah dihaluskan
memiliki risiko keselamatan kerja yaitu tangan terjepit, tertimpa penutup mesin
extract tank, tersengat listrik, tersandung kabel, dan ledakan.
1)

Risiko tangan terjepit
Risiko tangan terjepit berasal dari sumber bahaya yaitu penutup mesin extract

tank. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan/probability “2” (jarang/occasional) dan
nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah/low.

Rekomendasi pengendalian

risiko yaitu pengendalian administratif dengan melakukan pengawasan proses kerja
dan safety sign/warning yang di tempel pada penutup mesin extract tank.
2)

Risiko tertimpa penutup mesin extract tank
Risiko

tertimpa

penutup

kemungkinan/probability

“1”

mesin
(jarang

extract

tank

sekali/remote)

memiliki
dan

nilai
nilai

konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical) sehingga diperoleh nilai risiko
“3” yang tergolong tingkat risiko rendah. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu
pengendalian

administratif

dengan

melakukan

pengawasan

proses

kerja.

Universitas Sumatera Utara

56

3)

Risiko tersengat listrik
Risiko tersengat listrik berasal dari sumber bahaya yaitu instalasi listrik yang

berantakan di lantai. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan/probability “2”
(jarang/occasional) dan nilai konsekuensi/consequence “4” (fatal) sehingga diperoleh
nilai risiko “8” yang tergolong risiko sedang/medium. Rekomendasi pengendalian
risiko adalah engineering control, yaitu dengan memindahkan instalasi listrik ke
dinding, pemasangan box panel listrik dan sakelar on/off).
4)

Risiko tersandung kabel
Risiko tersandung kabel berasal dari sumber bahaya yaitu kabel yang berantakan

di lantai. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan/probability “2” (jarang/occasional)
dan nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh
nilai risiko “6” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Pihak manajemen telah
berupaya dengan menyatukan kabel di beberapa titik menggunakan isolasi.
Rekomendasi pengendalian risiko adalah engineering control, yaitu dengan
merapikan kabel, pemasangan pipa clipsal dan klem pipa.
5)

Risiko ledakan
Risiko ledakan berasal dari sumber bahaya yaitu mesin extract tank. Risiko ini

memiliki nilai kemungkinan/probability “1” dan nilai konsekuensi/consequence “5”
(bencana/catastrophic) sehingga diperoleh nilai risiko “5” yang tergolong risiko
sedang/medium. Rekomendasi pengendalian risiko adalah engineering control, yaitu
dengan

perawatan/maintenance

rutin

mesin

secara

berkala.

Universitas Sumatera Utara

57

4.2.4 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pengadonan Teripang Emas
(Stychopus hermanii) liquid
Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid selanjutnya dicampur dengan
maltodextrin dengan takaran : untuk 6 kg Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid
dicampur dengan 14 kg maltodextrin. Bahan tersebut diadon selama 5-10 menit
menggunakan mesin mixer hingga tercampur rata. Terdapat 1 buah mesin mixer pada
proses ini. Mesin mixer yang digunakan merupakan mesin rakitan.

Gambar 4.5 Proses Pengadonan Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid
Proses pengadonan Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu tangan terjepit dan terjatuh.
1)

Risiko tangan terjepit
Risiko tangan terjepit berasal dari sumber bahaya yaitu mesin mixer. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

konsekuensi/consequence “2”

“2”

(jarang/occasional)

dan

nilai

(cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai

risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian
risiko yaitu pengendalian administratif dengan melakukan pengawasan proses kerja
dan

safety

sign/warning

yang

di

tempel

pada

mesin

mixer.

Universitas Sumatera Utara

58

2)

Risiko terjatuh
Risiko terjatuh berasal dari sumber bahaya yaitu lantai licin. Risiko ini memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“3”

(agak

sering/probable)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “6” yang tergolong risiko sedang/medium. Rekomendasi pengendalian risiko
yaitu penggunaan alat pelindung diri dengan pengadaan sepatu rubber boots untuk
pekerja dan pengendalian administratif, yakni dengan pengawasan proses kerja dan
housekeeping yang baik, yaitu segera membersihkan air yang tergenang di lantai.
4.2.5 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pemanggangan Teripang
Emas (Stychopus hermanii)
Adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang sudah tercampur rata lalu
dimasukkan ke dalam loyang. Untuk satu buah loyang dapat menampung 2 kg
adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii). Langkah selanjutnya, adonan Teripang
Emas (Stychopus hermanii) di panggang selama 3-5 jam di dalam oven listrik. Tiap
beberapa menit, pekerja mengeluarkan loyang dari dalam oven listrik untuk
mengaduk adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii) agar matang secara merata. 1
buah oven listrik dapat menampung 10 buah loyang. Terdapat 2 buah oven listrik di
pengolahan Teripang Emas (Stychopus hermanii). Mesin oven yang digunakan
merupakan

mesin

rakitan.

Universitas Sumatera Utara

59

Gambar 4.6 Proses Pemanggangan Adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Proses pemanggangan adonan Teripang Emas (Stychopus hermanii) memiliki
risiko keselamatan kerja yaitu tangan melepuh, tersengat listrik, ledakan, dan kaki
tertimpa loyang panas.
1)

Risiko tangan melepuh
Risiko tangan melepuh berasal dari sumber bahaya yaitu loyang panas. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “8” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium. Pihak manajemen telah
menyediakan sarung tangan tahan panas bagi pekerja namun kondisinya sudah tidak
layak untuk digunakan. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu dengan penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) dengan melakukan pengadaan sarung tangan tahan panas
baru dan pengendalian administratif yakni melakukan pengawasan penggunaan APD.
2)

Risiko tersengat listrik
Risiko tersengat listrik berasal dari sumber bahaya yaitu oven listrik. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “4” (fatal) sehingga diperoleh nilai risiko “16” yang
tergolong risiko serius/urgent. Rekomendasi pengendalian risiko adalah substitusi,

Universitas Sumatera Utara

60

yaitu dengan penggantian mesin oven listrik yang lama dengan yang baru, dan
engineering control, yaitu dengan perawatan/maintenance mesin setiap bulan,
penggantian bantalan oven yang baru dan isolasi kabel listrik yang terbuka.
3)

Risiko ledakan
Risiko ledakan berasal dari sumber bahaya yaitu mesin oven listrik. Risiko ini

memiliki nilai kemungkinan/probability “1” dan nilai konsekuensi/consequence “5”
(bencana/catastrophic) sehingga diperoleh nilai risiko “5” yang tergolong tingkat
risiko sedang/medium. Rekomendasi pengendalian risiko adalah engineering control,
yaitu dengan perawatan/maintenance rutin mesin secara berkala.
4)

Risiko kaki tertimpa
Risiko kaki tertimpa memiliki nilai kemungkinan/probability “3” (agak

sering/probable) dan nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal)
sehingga diperoleh nilai risiko “6” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium.
rekomendasi pengendalian risiko yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu
dengan pengadaan sepatu rubber boots bagi pekerja.
4.2.6 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pendinginan Teripang
Emas (Stychopus hermanii)
Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah matang dikeluarkan dari dalam
oven listrik. Selanjutnya, loyang disusun di atas meja untuk didinginkan
menggunakan kipas angin

Pedestal Fan Model NEF-40C Merek Krisbow.

Universitas Sumatera Utara

61

Gambar 4.7 Proses Pendinginan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Proses pendinginan Teripang Emas (Stychopus hermanii) memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu kaki tertimpa, tangan melepuh, terpeleset, dan tersayat.
1)

Risiko kaki tertimpa
Risiko kaki tertimpa memiliki nilai kemungkinan/probability “3” (agak

sering/probable) dan nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal)
sehingga diperoleh nilai risiko “6” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium.
rekomendasi pengendalian risiko yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu
dengan pengadaan sepatu rubber boots bagi pekerja.
2)

Risiko tangan melepuh
Risiko tangan melepuh berasal dari sumber bahaya yaitu loyang panas. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “8” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium. Pihak manajemen telah
menyediakan sarung tangan tahan panas bagi pekerja namun kondisinya sudah tidak
layak untuk digunakan. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), yaitu dengan pengadaan sarung tangan tahan panas yang baru
dan

pengendalian

administratif,

yaitu

pengawasan

penggunaan

APD.

Universitas Sumatera Utara

62

3)

Risiko terpeleset
Risiko terpeleset berasal dari sumber bahaya yaitu lantai yang licin. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(Sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “1” (Hampir celaka/negligible) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian
risiko yaitu penggunaan alat pelindung diri dengan pengadaan sepatu rubber boots
untuk pekerja dan pengendalian administratif, yakni dengan pengawasan proses kerja
dan housekeeping yang baik, yaitu segera membersihkan air yang tergenang di lantai.
4)

Risiko tersayat
Risiko tersayat berasal dari sumber bahaya yaitu loyang. Risiko ini memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“2”

(jarang/occasional)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah. Rekomendasi pengendalian risiko
yaitu penggunaan sarung tangan tebal.
4.2.7 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pengerukkan Teripang
Emas (Stychopus hermanii)
Setelah adonan mengeras, langkah berikutnya adonan dikeruk dan hasilnya
disimpan di dalam karung. Proses pengerukkan menggunakan scraping tools.
Terdapat

5

buah

scrap

yang

digunakan

pada

proses

ini.

Universitas Sumatera Utara

63

Gambar 4.8 Proses Pengerukkan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Proses pengerukkan Teripang Emas (Stychopus hermanii) memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu kaki tertimpa dan tangan melepuh.
1)

Risiko kaki tertimpa
Risiko kaki tertimpa memiliki nilai kemungkinan/probability “3” (agak

sering/probable) dan nilai konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal)
sehingga diperoleh nilai risiko “6” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium.
rekomendasi pengendalian risiko yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu
dengan pengadaan sepatu rubber boots bagi pekerja.
2)

Risiko tangan melepuh
Risiko tangan melepuh berasal dari sumber bahaya yaitu loyang panas. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “2” (cidera ringan/marginal) sehingga diperoleh nilai
risiko “8” yang tergolong tingkat risiko sedang/medium. Pihak manajemen telah
menyediakan sarung tangan tahan panas bagi pekerja namun kondisinya sudah tidak
layak untuk digunakan. Rekomendasi pengendalian risiko yaitu penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), yaitu dengan pengadaan sarung tangan tahan panas yang baru
dan

pengendalian

administratif,

yaitu

pengawasan

penggunaan

APD.

Universitas Sumatera Utara

64

4.2.8 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Penggilingan Teripang
Emas (Stychopus hermanii) menjadi powder
Proses selanjutnya adalah penggilingan menggunakan mesin gerinda agar
dihasilkan Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder sesuai dengan permintaan
customer. Terdapat 1 buah mesin gerinda yang digunakan pada proses ini. Untuk
menggiling 20 kg Teripang Emas (Stychopus hermanii) membutuhkan waktu ± 50
menit.

Gambar 4.9 Proses Penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) menjadi
Powder
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) menjadi powder
memiliki risiko keselamatan kerja yaitu gangguan konsentrasi dan pandangan kabur.
1)

Risiko gangguan konsentrasi
Risiko gangguan konsentrasi berasal dari sumber bahaya yaitu mesin gerinda

yang menghasilkan kebisingan. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan/probability
“4” (sering/frequent) dan nilai konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical)
sehingga diperoleh nilai risiko “12” yang tergolong risiko tinggi/high. Pihak
manajemen menyediakan APD berupa ear-muff. Rekomendasi pengendalian risiko
yaitu penggunaan alat pelindung diri yakni dengan penambahan jumlah ear-muff dan

Universitas Sumatera Utara

65

pengendalian administratif dengan

pengukuran kebisingan dan pengawasan

penggunaan ear-muff.
2)

Risiko pandangan kabur
Risiko pandangan kabur berasal dari sumber bahaya yaitu debu. Risiko ini

memiliki

nilai

kemungkinan/probability

“4”

(sering/frequent)

dan

nilai

konsekuensi/consequence “1” (hampir celaka/negligible) sehingga diperoleh nilai
risiko “4” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi pengendalian
risiko yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri, dengan melakukan pengadaan APD
berupa kacamata pelindung/googles.
4.2.9 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pengayakan Teripang
Emas (Stychopus hermanii) powder
Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder selanjutnya diayak secara manual
menggunakan saringan sehingga diperoleh Teripang Emas (Stychopus hermanii)
powder yang benar-benar halus.

Gambar 4.10 Proses Pengayakan Teripang Emas (Stychopus hermanii) menjadi
Powder
Proses pengayakan Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu pandangan kabur.

Universitas Sumatera Utara

66

1)

Risiko pandangan kabur
Risiko gangguan pernafasan berasal dari sumber bahaya yaitu debu. Risiko ini

memiliki nilai kemungkinan/probability “1” (jarang sekali/remote) dan nilai
konsekuensi/consequence “1” (hampir celaka/negligible) sehingga diperoleh nilai
risiko “1” yang tergolong hampir tidak terdapat risiko/none.
4.2.10 Hasil Analisis Keselamatan Kerja pada Proses Pengemasan/Packing
Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder yang telah halus
Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder dikemas di dalam alumunium foil
menggunakan mesin Direct Heat Sealer PFS-300DD dengan suhu 130 derajat
Celcius. Sedangkan Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid dikemas di dalam
kemasan botol 30 ml dan 60 ml. Untuk 1 kg Teripang Emas (Stychopus hermanii)
dijual seharga Rp 300.000,- sedangkan untuk kemasan Teripang Emas (Stychopus
hermanii) liquid ukuran 30 ml seharga Rp 60.000,- dan ukuran 60 ml seharga
Rp100.000,-

Gambar 4.11 Proses Pengemasan/Packing Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Powder yang Telah Halus.

Universitas Sumatera Utara

67

Proses pengemasan/packing Teripang Emas (Stychopus hermanii) powder yang
telah halus memiliki risiko keselamatan kerja yaitu jari terjepit.
1)

Risiko jari terjepit
Risiko jari terjepit berasal dari sumber bahaya yaitu mesin Direct Heat Sealer

DFS 300DD. Risiko jari terjepit memiliki nilai kemungkinan/probability “1” (jarang
sekali/remote) dan nilai konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical) sehingga
diperoleh nilai risiko “3” yang tergolong tingkat risiko rendah/low. Rekomendasi
pengendalian risiko yaitu pengendalian administratif, yaitu dengan melakukan
pengawasan proses kerja dan safety sign/warning. Pengawasan proses kerja sangat
dibutuhkan agar pekerja dapat bekerja secara selamat.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Keselamatan Kerja
5.1.1 Analisis Keselamatan Kerja Pada Proses Pencucian Teripang Emas
(Stychopus hermanii) Mentah
Proses pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki risiko
keselamatan kerja yaitu terpeleset.
1)

Risiko terpeleset
Proses pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki sumber

bahaya yaitu lantai licin yang dapat menyebabkan risiko keselamatan kerja yaitu
terjadinya terpeleset yang dialami oleh pekerja. Menurut Supriyadi (2015) terpeleset
diakibatkan oleh terlalu sedikitnya faktor gesekan antara alas kaki dengan lantai
sehingga menyebabkan pekerja kehilangan keseimbangan. Sumber bahaya pada
risiko terpeleset adalah lantai licin. Lantai licin disebabkan karena sumber air yang
digunakan pekerja untuk melakukan pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii)
berada di dalam ruangan dan diatas lantai keramik, sehingga apabila lantai dalam
kondisi basah maka menyebabkan kondisi lantai menjadi licin. Selaras dengan
Restuputri dan Sari (2013) yang menyatakan lantai basah akibat genangan air di
lantai menyebabkan risiko terpeleset.

68

Universitas Sumatera Utara

69

Gambar 5.1 Sumber air untuk pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Menurut Sonhaji (2013) Teripang Emas (Stychopus hermanii) adalah
echinodermata yang sejenis dengan landak laut dan bintang laut. Teripang memiliki
tubuh seperti cacing dengan struktur tubuh yang lunak, elastis dan berlendir. Oleh
karena itu, air bekas cucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang berlendir dan
dibuang melalui saluran pembuangan menyebabkan kondisi lantai menjadi semakin
licin. Pada proses ini pekerja hanya menggunakan sandal jepit atau sepatu yang tidak
memenuhi syarat keselamatan kerja.

Gambar 5.2 Teripang Emas (Stychopus hermanii)
Risiko terpeleset memiliki nilai kemungkinan/probability “4” (sering/frequent),
karena kemungkinan terjadinya peristiwa terpeleset sering dan berulang disebabkan
pekerja yang bekerja di lantai yang licin dengan menggunakan alas kaki berupa
sandal jepit dan sepatu yang tidak memenuhi syarat keselamatan kerja. Sedangkan
risiko

terpeleset

memiliki

nilai

konsekuensi/consequence

“1”

(hampir

Universitas Sumatera Utara

70

celaka/negligible), karena risiko ini dapat menyebabkan pekerja hampir celaka,
meskipun pekerja belum mengalami kecelakaan. Oleh karena itu, nilai risiko
terpeleset pada proses pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah adalah
“4” (tingkat risiko rendah/low )
Rekomendasi pengendalian risiko untuk risiko terpeleset pada proses pencucian
Teripang Emas (Stychopus hermanii) adalah :
a)

Pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sepatu rubber boots untuk pekerja.
Jenis alat pelindung diri (APD) kaki yang tepat untuk risiko terpeleset adalah

sepatu rubber boots/sepatu karet. Selaras dengan penelitian Sitorus (2009) yang
menyatakan bahwa rubber boots digunakan untuk melindungi diri dari bahaya
terpeleset, benda tajam di lantai, benda jatuh, dan percikan logam panas. Restuputri
dan Sari (2013) juga merekomendasikan pemberian APD yang cukup untuk
mengatasi genangan air di lantai.

Gambar 5.3 Sepatu Rubber Boots
b)

Pengendalian administratif melalui pengawasan proses kerja dan housekeeping
yang baik, yaitu segera membersihkan air yang tergenang di lantai. Menurut
OSHA 1926.25 tentang housekeeping dalam Mukti (2012) mengatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

71

pengendalian

utama

untuk

mengurangi

risiko

adalah

dengan

selalu

membersihkan dan merapikan lingkungan kerja.
5.1.2 Analisis Keselamatan Kerja Pada Proses Penggilingan Teripang Emas
(Stychopus hermanii) mentah
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki
risiko keselamatan kerja yaitu jari terpotong, kebisingan, terpeleset, dan tersandung
kabel.
1)

Risiko jari terpotong
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki

sumber bahaya yang berasal dari mesin gerinda yang digunakan untuk menggiling
Teripang Emas (Stychopus hermanii). Mesin gerinda menggunakan motor penggerak
mesin dengan jenis three-phase induction motor yang menghasilkan gerakan mekanik
sehingga dapat menyebabkan risiko keselamatan kerja yaitu jari terpotong. Risiko ini
jelas sekali terlihat karena untuk memasukkan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
ke dalam lubang penggiling, pekerja langsung menggunakan tangannya dan tidak
menggunakan media apapun bahkan pekerja juga mendorong Teripang Emas
(Stychopus hermanii) yang tersendat di mesin gerinda menggunakan tangan. Seperti
yang dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.4 Pekerja memasukkan Teripang Emas (Stychopus hermanii) langsung
menggunakan tangan ke dalam lubang mesin gerinda

Universitas Sumatera Utara

72

Gambar 5.5 Pekerja mendorong Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang tersendat
menggunakan tangan
Risiko jari terpotong memiliki nilai kemungkinan/probability “1” (jarang
sekali/remote), hal ini dikarenakan kemungkinan terjadinya jari terpotong kecil, akan
tetapi tetap ada kemungkinan untuk terjadi sehingga pekerja harus tetap berhati-hati.
Sedangkan risiko jari terpotong memiliki nilai konsekuensi/consequence “3” (cidera
berat/critical), karena apabila peristiwa ini terja di dapat menimbulkan cidera berat
pada pekerja dan menyebabkan pekerja mengalami cacat tetap. Oleh karena itu, nilai
risiko jari terpotong pada proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii)
mentah adalah “3” (tingkat risiko rendah/low).
Rekomendasi pengendalian risiko untuk risiko jari terpotong pada proses
penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah adalah pengendalian
administratif dengan melakukan pengawasan proses kerja. Menurut Sami’an dan Estu
(2013) pengawasan proses kerja berpengaruh terhadap kinerja pekerja. Pengawasan
proses kerja sangat dibutuhkan agar pekerja dapat bekerja secara aman dan produktif.
Dikarenakan tidak adanya proses pengawasan kerja yang dilakukan oleh pihak
manajemen sebelumnya. Pengendalian risiko selanjutnya yaitu dengan menempelkan
safety sign/warning pada mesin gerinda. Menurut The Health and Safety (Safety Signs
and Signals) Regulation 1996 menyatakan safety sign/warning berfungsi untuk

Universitas Sumatera Utara

73

memperingatkan setiap risiko berbahaya atau untuk menginstruksikan pekerja tentang
tindakan yang harus mereka ambil terkait dengan risiko yang ada.
2)

Risiko gangguan konsentrasi
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki

sumber bahaya yang berasal dari mesin gerinda yang digunakan untuk menggiling
Teripang Emas (Stychopus hermanii). Selain menghasilkan gerakan mekanik, mesin
gerinda juga menghasilkan kebisingan dengan intensitas yang tinggi selama ± 50
menit tanpa jeda. Pihak manajemen menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa
ear-muff untuk melindungi pekerjanya. Akan tetapi, ear-muff yang tersedia hanya
berjumlah 2 buah dan hanya 1 buah yang masih berfungsi dengan baik mengingat
untuk 1 kali shift kerja jumlah pekerjanya sebanyak 4 orang.
Risiko gangguan konsentrasi memiliki nilai kemungkinan/probability “4”
(sering/frequent), karena pekerja sering dan berulang terpapar sumber kebisingan
yang ditimbulkan oleh mesin gerinda. Sedangkan risiko gangguan konsentrasi
memiliki nilai konsekuensi/consequence “3” (cidera berat/critical), hal ini
dikarenakan

pekerja

dengan

keterbatasan

jumlah

ear-muff

yang

tersedia

menyebabkan pekerja mengalami gangguan konsentrasi. Hal tersebut selaras dengan
Bachtiar, dkk (2007) yang menyatakan bahwa kebisingan menyebabkan gangguan
non auditory yaitu gangguan konsentrasi yang dialami oleh pekerja. Gangguan
Konsentrasi yang dialami oleh pekerja dapat menimbulkan kesalahpemahaman pesan
atau instruksi sehingga menyebabkan pekerja mengalami kebingungan dan frustasi
(Lestari dan Izhar, 2013). Oleh karena itu, nilai risiko kebisingan pada proses

Universitas Sumatera Utara

74

penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah adalah “12” (risiko
tinggi/high).
Rekomendasi pengendalian risiko untuk risiko gangguan konsentrasi pada proses
penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah adalah penambahan
jumlah Alat Pelindung Diri (APD) berupa ear-muff. Menurut Bachtiar, dkk (2007)
pekerja diwajibkan untuk menggunakan ear-muff yang mempunyai nilai NRR (Noise
Reduce Rate) yang lebih besar dibanding earplug. Selanjutnya, upaya pengendalian
administratif dengan melakukan pengukuran kebisingan dan pengawasan proses
kerja.
3)

Risiko terpeleset
Proses penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah memiliki

sumber bahaya yang berasal dari air bekas cucian Teripang Emas (Stychopus
hermanii) yang berlendir, yakni ketika pekerja mengangkat Teripang Emas
(Stychopus hermanii) untuk dimasukkan ke dalam lubang mesin gerinda. Air bekas
cucian Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang berlendir dan jatuh ke lantai
menyebabkan lantai menjadi licin sehingga menyebabkan pekerja memiliki risiko
terpeleset.
Risiko terpeleset memiliki nilai kemungkinan/probability “4” (sering/frequent),
karena kemungkinan terjadinya terpeleset sangat sering dan berulang disebabkan
pekerja yang selalu berinteraksi langsung terhadap sumber bahaya. Sedangkan risiko
terpelese

Dokumen yang terkait

PERUBAHAN NAMA KABUPATEN KEPULAUAN RIAU MENJADI KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

0 0 7

Faktor Penyebab Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 29

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 0 18

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 1 2

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 1 7

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 0 23

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 1 3

Analisis Risiko Kesetan Kerja Pada Proses Pengolahan Produk Setengah Jadi Liquid Dan Powder Dari Teripang Emas (Stychopus Hermanii) Di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017

0 0 15

Pelaksanaan Program Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bagian Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV Gunung Bayu Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 56

PENGOLAHAN BAHAN PANGAN SETENGAH JADI DARI BAHAN IKAN DAN DAGING MENJADI MAKANAN

0 5 19