Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Volume Oksigen Maksimal ( VO2Max)
Untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat
dari indikator-indikator yang terjadi. Menurut Sastropanoelar (1992)
―Indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampuan atau
kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya
(Kapasitas Aerobik Maksimal=VO2Max)‖. Salah satu cara penting untuk
menentukan kesegaran kardiovaskular adalah mengukur besarnya VO2Max.
VO2max adalah hasil dari curah jantung maksimal dan ekstraksi O2
maksimal oleh jaringan, dan keduanya meningkat dengan latihan. Perubahan
yang terjadi pada otot rangka dengan latihan adalah peningkatan jumlah
mitokondria dan enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif. Terjadi
peningkatan jumlah kapiler dengan distribusi darah ke serat otot menjadi lebih
baik. Efek akhir ialah ekstraksi O2 yang lebih sempurna dan akibatnya untuk
beban kerja yang sama, peningkatan pembentukan laktat lebih rendah.
Peningkatan aliran darah ke otot menjadi lebih rendah dan karena hal ini,
kecepatan denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat dibanding
orang yang tidak terlatih (Ganong, 2001).
VO2max


merupakan

nilai

tertinggi

dimana

seseorang

dapat

mengkonsumsi oksigen selama latihan, serta merupakan refleksi dari unsur
kardiorespirasi dan hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme
oksidatif otot, Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2
max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding mereka
9
Universitas Sumatera Utara

yang tidak dalam kondisi baik. Tenaga aerobik maksimal, sering kali disebut

penggunaan oksigen maksimal, adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat
menggunakan oksigen selama olahraga yang dalam litelatur fisiologis tenaga
aerobik maksimal disingkat sebagai VO2 max (Pate, 1993).Berikutnya Pate
juga menjelaskan bahwa VO2 max adalah kecepatan terbesar pemakaian
oksigen dan merupakan ukuran mutlak kecepatan terbesar dimana seseorang
dapat menyediakan energi ATP dengan metabolisme aerobik.
Hampson dalam Agung (2014), sorang ahli fisiologis menggambarkan
VO2 max atau volume oksigen maksimal, Merupakan suatu ukuran kapisitas
setiap individu dalam menghasilkan energi yang diperlukan saat aktifitas daya
tahan. Dan VO2

max adalah salah satu faktor yang paling utama untuk

menentukan kemampuan individu berlatih yang lebih panjang dibanding
latihan selama empat atau lima menit.
VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan oksigen
selama kegiatan maksimal. Besarnya pasokan energi yang berasal dari sistim
aerobik maksimal disebut dengan daya aerobik maksimal. Sukarman dalam
Sulistyarto (2008) mengatakan bahwa daya aerobik maksimal juga disebut
dengan VO2 max, yaitu banyaknya ambilan oksigen persatuan waktu pada

saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum. Kent dalam sulistyarto
(2008) Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan dengan maksimal
uptake dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi
kerja dan ketahanan fisik seseorang.

10
Universitas Sumatera Utara

Menurut Sovndal dan murphy (2005) Volume oksigen maksimal
adalah ―jumlah maksimum oksigen yang didapat oleh tubuh saat pengeluaran
tenaga maksimal dalam latihan, saat tubuh mengubah makanan ke dalam
energi, semakin besar oksigen yang dikonsumsi semakin besar energi atau
kecepatan yang dihasilkan‖.
VO2 max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang digunakan
per menit sehingga dalam pengukuran tingkat VO2 max seseorang bisa
menggunakan satuan liter per menit atau cc per kg berat badan (BB) per menit
(Kokasih, 1985). Sumber lain mengatakan bahwa satuan VO2 max adalah
mililiter per Kg Berat Badan (BB) per menit atau biasa dikenal dengan
ml/Kg/menit. Hal ini bukanlah sebuah masalah karena besaran CC atau CM3
sebanding dengan besaran ML atau Mililiter.

Menurut Mahardika (2008) jenis tes kebugaran jasmani yang paling
baik dan fisibel untuk dilaksanakan diantaranya sebagai berikut:
1. Tes jalan lari 15 menit (Tes Balke)
2. Multistage Fitness Test (MFT) atau 20 meter shuttle run test.
3. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)
4. Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km Cooper
5. Tes Kebugaran Jasmani Lari 12 menit Cooper
6. Naik Turun Bangku
Dari beberapa metode tes yang bisa digukan, Tes MFT atau
Multistage Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah untuk
digunakan. Hal ini karena pada saat pelaksanaan tes MFT tidak

11
Universitas Sumatera Utara

memerlukan lintasan lari yang terlalu panjang yaitu hanya sekitar 20
meter. Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat VO2 max dapat langsung
dilihat pada tabel hasil MFT tanpa perlu melakukan perhitungan terlebih
dahulu
Tingkat VO2 Max setiap orang pasti akan berbeda-beda. Beberapa

ahli menyebutkan ada beberapa faktor yang menentukan tingkat VO2 max
seseorang. Menurut Engkos Kokasi (1985), Beberapa faktor yang dapat
menentukan tingkat VO2 max seseorang antara lain :
1. Faktor genetik atau keturunan.
2. Faktor latihan yang dijalankan.
3. Faktor teknik yang dipakai dalam latihan.
4. Faktor kemajuan teknik atau perlengkapan yang menunjang.
Sedangkan menurut Pate, (1993), Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai
VO2 max antara lain :
1. Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler.
a. Fungsi Paru – Paru
Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja.
Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen
dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk
memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini
berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara
difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk

12

Universitas Sumatera Utara

selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.
Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang kuat, dibutuhkan paruparu yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh
pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi
oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia
melakukan latihan dengan intensitas maksimal. Dalam fungsi paru,
dikenal juga istilah perbedaan oksigen arterivena (A-VO2diff). Selama
aktivitas fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen
darah lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga
oksigen darah vena berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman
oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa.
Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan peningkatan cardiac
output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat.
b. Fungsi Kardiovaskuler
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung
dalam satu menit. Curah jantung merupakan hasil kali stroke volume
dengan denyut jantung. Volume sekuncup (stroke volume) adalah
volume darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan atau kiri per
menit. Denyut jantung adalah jumlah kontraksi jantung per menit.

Curah jantung pada individu dalam keadaan istirahat rata-rata sekitar 5
liter/menit. Detak jantung individu tidak terlatih dalam keadaan normal
adalah sekitar 72 kali per menit, sehingga volume sekuncupnya sekitar
70 mililiter. Volume sekuncup akan meningkat dengan olahraga dan

13
Universitas Sumatera Utara

curah jantung maksimal pada individu yang sangat terlatih bisa
mencapai 40 liter/menit. Kemampuan untuk menghasilkan curah
jantung yang tinggi merupakan penentu utama untuk memiliki nilai
ambilan oksigen maksimal yang tinggi (Ganong, 2001)
2. Jumlah hemoglobin dalam sel darah merah
Pada sebagian besar individu, jumlah hemoglobin dalam darah
sekitar 15 gram/ 100 ml darah. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat
sekitar 1,34 ml oksigen. Jadi, 15 gram hemoglobin dalam 100 ml darah
dapat membawa oksigen sekitar 20 ml setelah melewati paru-paru.
Kemampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah disebut sebagai
ekstraksi oksigen (Ganong, 2001)
3. Komposisi Tubuh dan Jumlah otot yang terlibat dalam latihan dan

kemampuan otot untuk memanfaatkan oksigen yang dipasok
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung
kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah
raga berat. Maka, jika VO2 max dinyatakan relatif terhadap berat badan,
berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan
akibat pada pembilang VO2 max; VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x
1000 : Berat badan (kg) Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2
max (Pate, 1993).
Semakin besar massa otot rangka yang diberikan beban kerja,
semakin besar potensi untuk meningkatkan ambilan oksigen tubuh. Otot
yang terbiasa terhadap latihan memiliki kemampuan yang lebih besar/baik

14
Universitas Sumatera Utara

untuk mengekstraksi oksigen dari darah karena otot-otot tersebut
menggunakan oksigen dengan cepat dan memiliki lebih banyak kapilerkapiler pembuluh darah (Ganong, 2001)
4. Umur
Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO2 max pada
anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan progresif

dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan dengan umur
kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2 max anak laki-laki
menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat
latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum
usia 11 tahun. Puncak nilai VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20
tahun pada kedua jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun
perlahan setelah usia 25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al.
menemukan bahwa penurunan rata-rata VO2 max per tahun adalah 0.46
ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%).
Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, termasuk reduksi denyut
jantung maksimal dan isi sekuncup jantung maksimal.
5. Jenis Kelamin
Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria
pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang
menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan
lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil
daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2 max anak laki-laki menjadi

15
Universitas Sumatera Utara


lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya
menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih
tinggi dibanding anak perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin
wanita, Lebrun et al dalam penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang
mendapat latihan fisik sedang, melakukan pengukuran serum estradiol dan
progesteron untuk memantau fase-fase menstruasi. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa VO2 max absolut meningkat selama fase folikuler
dibanding dengan fase luteal.
6. Suhu tubuh
Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat. Padahal
progesterone memiliki efek termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu
basal tubuh. Efek termogenik dari progesteron ini rupanya meningkatkan
BMR, sehingga akan berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya
berpengaruh pula pada nilai VO2 max. Sehingga, secara tidak langsung,
perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2 max.
7. Keadaan latihan
Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2 max Namun begitu,
VO2 max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai
tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat

menurunkan VO2 max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens
yang teratur dapat menaikkan VO2max dengan nilai yang hampir serupa.
Latihan fisik yang efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi
durasi, frekuensi, dan intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat

16
Universitas Sumatera Utara

dikatakan bahwa kegiatan dan latar belakang latihan seorang atlet dapat
mempengaruhi nilai VO2 max –nya. (Pate, 1993)
Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan mengamati
tingkat pemakaian oksigen pada seseorang yang melakukan olahraga
aktifitas dimana intensitasnya ditingkatkan sampai terjadi kelelahan
(Pate,1993).
Perkiraan

valid

dari

VO2

max

dapat

diperoleh

dengan

mengerahkan baik tenaga maksimal maupun dengan mengamati kecepatan
detak jantung sebagai tanggapan terhadap latihan standar submaksimal.
(Pate,1993)
2.2. Latihan Daya Tahan Fisik
Meraih suatu prestasi dalam olahraga diperlukan latihan, latihan harus
dilaksanakan dengan benar, terprogram dan berkesinambungan. Bompa
(1983) mengemukakan ―Latihan merupakan proses yang sistematis atau
bekerja secara berulang-ulang dalam jangka panjang, yang ditingkatkan secara
bertahap dan individu yang ditujukan pada pembentukan fungsi fisiologis dan
psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas‖.
Sedangkan Harsono (1988) mengemukakan ―Latihan adalah proses
sistematis berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang ulang dengan
kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau bekerja‖. Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pada prinsipnya adalah memberikan
tekanan fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan

17
Universitas Sumatera Utara

sehingga akan menambah kemampuan organ tubuh dan penampilan pemain
yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan pemain atau atlet.
Tujuan akhir dari sebuah program adalah prestasi. Untuk memperoleh
semua itu seseorang yang akan melakukan salah satu keterampilan gerak
olahraga harus didukung oleh kualitas yang ada pada dirinya yang tercermin
dari gerak yang ditampilkan. Menurut Sukadiyanto (2005) latihan adalah suatu
proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori
dan praktik, menggunakan metode, dan aturan, sehingga tujuan dapat tercapai
tepat pada waktunya.
latihan merupakan proses yang dilakukan secara sistematik dan
berkelanjutan dengan menambah jumlah beban untuk meningkatkan kinerja
olahragawan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan (Imran: 2013).
a. Prinsip Latihan
Pengertian prinsip adalah landasan konseptual yang merupakan
suatu acuan. Artinya, selama dalam proses berlatih melatih beberapa
prinsip latihan harus dipatuhi dan dilaksanakan. Tujuannya agar sasaran
latihan dapat tercapai seperti yang diharapkan.
Proses

latihan

tersebut

secara

langsung

harus

mampu

mengembangkan potensi fisik dengan memperhatikan dasar-dasar
fisiologis dan ciri cabang olahraga yang dimaksud. Oleh sebab itu, sebagai
langkah optimalisasi proses latihan harus menerapkan berbagai prinsip
dalam latihan sebagai landasan dalam latihan. Bompa (2000) membagi
prinsip latihan kedalam; 1) prinsip partisipasi aktif, 2) prinsip

18
Universitas Sumatera Utara

perkembangan menyeluruh, 3) prinsip kekhususan, 4) prinsip individual,
5) prinsip variasi latihan, 6) prinsip model latihan, dan 7) prinsip
peningkatan beban secara bertahap.
1. Partisipasi Aktif
Bagian ini menjadi salah satu faktor penting, dimana atlet harus
berusaha berpartisipasi aktif dengan mengikuti aturan yang telah
ditetapkan selama proses latihan berjalan. Fase ini sangat dominan
berlaku pada fase persiapan yang panjang. Tidak ada batas tentang
partisipasi aktif atlet ketika sesi-sesi latihan berlangsung.
2. Prinsip Perkembangan Menyeluruh (Multilateral)
Sebelum atlet mengkhususkan dirinya dalam suatu cabang
olahraga sebaiknya atlet muda itu menerapkan prinsip perkembangan
menyeluruh atau prinsip multilateral. Dia perlu melibatkan diri dalam
berbagai kegiatan fisik sehingga mengalami perkembangan yang
menyeluruh dalam unsur kemampuan fisiknya seperti kekuatan, daya
tahan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya
3. Prinsip Kekhususan (Spesialisasi)
Setelah atlet yang dibila menjalasi proses perkembangan
menyeluruh, selanjutnya diarahkan pada cabang olahraga yang sesuai
dengan karakteristik fisik secara fisiologis dan anatomikal. Selain itu
juga diarahkan pada cabang olahraga yang paling digemari dan
berpotensi

dalam

cabang

olahraga

pilihannya.

Spesialisasi

dimaksudkan adalah atlet yang memiliki keahlian keterampilan dalam

19
Universitas Sumatera Utara

cabang olahraga yang menjadi pilihannya. Misalnya sepakbola dapat
memilih menjadi penjaga gawang, kiri luar, pemain tengah.
4. Prinsip Perorangan (individualisasi)
Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga
pasti berbeda-beda dalam segi fisik, mental, watak dan tingkat
kemampuan. Perbedaan-perbedaan itu perlu diperhatikan oleh pelatih
agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk
mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu.
5. Variasi Latihan
Latihan yang dilakukan dengan benar biasanya menuntut
banyak waktu, pikiran dan tenaga atlet. Karena itu bukan mustahil jika
latihan

yang

intensif

dan

berkesinambungan

kadang-kadang

menimbulkan rasa bosan berlatih (baredom). Kalau rasa bosan sudah
berkecamuk pada atlet, gairah dan motivasinya biasanya menurun atau
bahkan hilang sama sekali. Hal ini dapat juga menjadi penyebab
penurunan prestasi, karena kebosanan merupakan musuh dari usaha
peningkatan prestasi.
6. Prinsip Model Latihan
Keberhasilan latihan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
pelatih merancang model latihan yang kreatif. Berbagai model latihan
akan menbantu menekan stres-stres yang terjadi pada latihan.
Pemanfaatan berbagai model latihan akan membantu secara psikologis
maupun fisiologis. Stres psikologis terjadi dikarenakan terjadinya

20
Universitas Sumatera Utara

kejenuhan proses latihan yang telah dilaksanakan, sedangkan stres
fisiologi terjadi dimana fungsi faal tubuh seperti otot jenuh terhadap
aktivitas sejenis. Sehingga mutlak adanya memanfaatkan berbagai
model latihan untuk mencapai tujuan latihan.
7. Prinsip beban berlebih (Over Load)
Latihan makin lama makin meningkat beratnya, tetapi kenaikan
beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga
agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet terhadap beban
latihan akan terjamin keteraturannya dan daya adaptasi organisme atlet
ada keterbatasannya. Beban latihan diperberat sedikit demi sedikit
dengan mengubah salah satu atau semua ciri-ciri beban latihan, seperti;
intensitas, volome, recovery, frekuensi. Kenaikan beban latihan yang
meloncat terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya overtraining
dan penghentian prestasi atlet. Peningkatan beban latihan juga jangan
dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru
dinaikkan. Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada atlet
untuk

beradaptasi

terhadap

beban

latihan

sebelumnya

yang

memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam, agar timbul
super kompensasai.
Mengingat pentingnya peningkatan pada latihan, maka
kedudukan latihan beban sangatlah strategis dalam upaya meyusun
program latihan yang efektif. Peningkatan bebannyapun secara
bertahap seperti yang di ungkapkan oleh Bompa peningkatan beban

21
Universitas Sumatera Utara

latihan didasarkan pada frekwensi mingguan. Adapun model
peningkatan beban latihan untuk microcycle sebagai berikut:
High
Medium

Medium

Low
2

1

3

4

Gambar 2.1 Peningkatan beban latihan untuk 4 minggu
Kemudian pada siklus yang lebih panjang digambarkan sebagai berikut
(Bompa 1999):

Gambar 2.2 Peningkatan beban latihan untuk jangka panjang
b. Aspek Latihan
Tujuan

utama

pelatihan

olahraga

prestasi

adalah

untuk

meningkatkan keterampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Untuk
mencapai tujuan itu Bompa (2009) ada empat aspek latihan yang perlu
dilatih secara seksama, yaitu; 1) fisik, 2) teknik, 3) taktik dan 4) mental.
Keempat faktor tersebut saling keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

22
Universitas Sumatera Utara

Masing-masing determinan dari aspek tersebut sangat berbeda, dimana
fisik menjadi faktor utama dan dilanjutkan teknik, taktik dan mental.
Determinan aspek latihan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Mental
Taktik
Teknik
Fisik

Gambar 2.3 Aspek-Aspek Latihan Olahraga
Pelaksanaan pelatihan meski berdasarkan pada prinsip-prinsip pelatihan
yang telah teruji keterandalannya berdasarkan hasil penelitian dan
pengalaman dalam pembinaan di lapangan.
c. Latihan fisik
Latihan fisik dalam pelaksanaannya lebih difakuskan pada proses
pembinaan kondisi fisik atlet secara keseluruhan dan merupakan salah satu
faktor utama dan terpenting yang harus dipertimbangnkan sebagai unsure
dalam latihan guna mencapai prestasi optimal. Tujuan latihan kondisi fisik
adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan
kemampuan biomotor kederajat tertinggi.
Latihan fisik adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlet. Tanpa
kondisi fisik yang baik atlet atlet tidak akan dapat mengikuti latihanlatihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan

23
Universitas Sumatera Utara

fisik dasar yang perlu dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Latihan kondisi fisik adalah proses
perkembangan kemampuan aktivitas jasmani yang dilakukan secara
sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau
meningkatkan derajat jasmani agar tercapai kemampuan kerja jasmani
secara optimal. Berikut Bompa (1999) digambarkan keterkaitan masingmasing unsur fisik.

Gambar 2.4 Hubungan unsur-unsur kondisi fisik
d. Proses latihan
Prinsip proses latihan yang bertujuan agar pencapaian secara
optimal perlu diperhatikan;

1. Intensitas Latihan

24
Universitas Sumatera Utara

Intensitas latihan diartikan suatu porsi atau jatah latihan yang
harus dilakukan oleh seseorang, menurut program yang telah
ditentukan. Intensitas latihan adalah prinsip penting dalam proses
gerak agar terjadi sistem metabolisme tubuh yang optimal, dengan kata
lain bahwa intensitas latihan diartikan kapasitas latihan berdasarkan
kemampuan dari orang yang mengikuti proses gerak. Intensitas juga
dapat diartikan sebagai ukuran yang menunjukkan kualitas (mutu)
suatu rangsang yang diberikan selama latihan berlangsung. Adapun
rangsangnya berupa aktivitas motorik (gerak). Adapun ukuran
intensitas latihan dapat ditentukan antara lain dengan cara:
a. Denyut jantung per menit, artinya parameter yang digunakan
adalah hitungan denyut jantung saat latihan. Dasar perhitungan
denyut jantung maksimal adalah 220 dikurangi usia olahragawan.
Untuk menghitung denyut jantung latihan agar masuk dalam zona
latihan (training zone) harus diketahui usia olahragawan, denyut
jantung istirahat, dan denyut jantung maksimal. Denyut jantung
istirahat dihitung saat olahragawan bangun tidur pada pagi hari
dan masih di tempat tidur, sehingga belum melakukan aktivitas
fisik yang berarti. Bila denyut jantung maksimal 200/menit dan
dalam latihan mencapai 180/menit berarti intensitas latihannya
mencapai 90%. Sebaliknya dengan cara lain bila denyut jantung
maksimal tetap 200/menit, intensitas latihan yang ditentukan

25
Universitas Sumatera Utara

sebesar 80% berarti pada saat latihan denyut jantungnya harus
mencapai 160/menit.
b. 1 RM (satu repetisi maksimal) adalah kemampuan melakukan atau
mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali kerja. Pada
cara

ini

intensitas

ditentukan

oleh

Pada

pembebanan

superkompensasi, intensitas latihan 100-125% dilakukan dengan
metode eksentrik. Contoh bagi olahragawan yang memiliki
kemampuan 1 RM 100Kg dengan intensitas beban 110%, maka
angkatan olahragawan 110kg dengan 1 angkatan dan dibantu oleh
teman. Ini dilakukan dengan tujuan untuk superkompensasi. Cara
lain jika dengan pembebanan sedang yaitu, 80%, kemampuan
1RM 90 kg, maka program angkatan adalah 89 kali 90 dibagi 100.
Jumlah angkatan adalah 72 kg.
c. Kecepatan (waktu tempuh), yang dimaksud dengan kecepatan
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan waktu tertentu
untuk menempuh jarak tertentu. Sebagai contoh, olahragawan
yang menempuh lari 100 meter dengan waktu tempuh 10 detik.
Untuk menentukan intensitasnya adalah jarak tempuh dibagi
dengan waktu tempuh, sehingga 100m/10 detik = 10 m/detik.
d. Jarak tempuh, yang dimaksud dengan jarak tempuh adalah
kemampuan seseorang dalam menempuh jarak tertentu dalam
waktu tertentu. Sebagai contoh, olahragawan yang berlari selama

26
Universitas Sumatera Utara

15 menit menempuh jarak 3200 meter, sehingga hasil jarak
tempuh (3200 m) merupakan ukuran intensitasnya.
e. Jumlah Repetisi (ulangan) per menit, adalah jumlah repetisi yang
dapat dilakukan dalam satuan waktu tertentu (menit/detik).
Sebagai contoh, sit-ups dan push-ups selama satu menit dihitung
jumlah repetisi yang mampu dilakukan oleh olahragawan dengan
sikap sempurna selama satu menit.
f. Rentang waktu recovery dan interval. Cara ini pada umumnya
digunakan untuk menentukan intensitas latihan teknik cabang
olahraga. Sebab intensitas teknik dapat ditentukan menggunakan
beberapa ukuran intensitas tersebut di atas, sehingga penentuan
intensitas teknik menggunakan lama singkatnya pemberian waktu
recovery (interval). Oleh karena itu, semakin lama waktu recovery
(interval) yang diberikan semakin rendah intensitas latihannya,
sebaliknya semakin singkat waktu recovery (interval) yang
diberikan maka semakin tinggi intensitas latihannya.
Sedangkan berkenaan dengan pembebanan yang baik dapat dilihat pada
tabel di bawan ini:
Tabel 2.1 Persentase perbandingan intensitas/pembebanan
PERSENTASE
INTENSITAS

KERJA

KEKUATAN

DENYUT
NADI
190 +
180 - 190
165
150

ENDURANCE
VO2MAX

Maksimal
95 -100
90 - 100
100
Sub Maksimal
85 -95
80 - 90
90
Tinggi
75 - 85
75
Sedang
65 - 75
70 - 80
60
Ringan
50 - 65
50 – 70
Rendah
30 - 50
30 - 50
140
50
Berdasarkan pada persentase denyut nadi maksimal atlet, tergantung individu

27
Universitas Sumatera Utara

2. Volume Latihan
Volume latihan diartikan waktu yang berhubungan dengan
beberapa isi latihan yang diperlukan seseorang dalam menjalankan
program latihan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisiknya.
Volume latihan adalah waktu yang diperlukan, sehingga dapat
menimbulkan efek baik dari hasil latihan, dimana waktu lama latihan ini
antara 15-25 menit tiap hari yang disesuikan dengan training Zone.
Sebagai salah satu komponen penting dalam latihan, volume adalah total
kuantitas aktivitas yang ditampilkan atlet selama latihan pada phase atau
sesi-sesi tertentu. (Bompa, 1999)
Bompa (1999) membagi volume latihan sebagai berikut:


Waktu atau lamanya latihan



Jarak atau berat beban per waktu atau per unit



Repetisi dari latihan atau waktu yang ditampilan atlet dalam
melakukan teknik gerak.

Dengan demikian maka, lama latihan perlu memperhatikan waktu
yang diperlukan agar efek dari hasil latihan dapat dicapai secara optimal
serta tidak membahayakan seseorang yang berlatih.

Ukuran volume

latihan dapat berupa meter, atau kilometer pada latihan daya tahan (pada
latihan lari, renang, sepeda,), dapat juga berupa menit / jam (bermain
futsal selama 2 x 15 menit, latihan daya tahan lari dengan space yang

28
Universitas Sumatera Utara

berbeda selama 60 menit, berenang gaya bebas selama 20 menit, dan lain
lain).
Sebagai contoh Latihan daya tahan kecepatan bagi pelari jarak jauh
adalah latihan interval 2 set, @ 20 x 300 meter dengan kecepatan 36 detik
/ 300 meter. Volume latihan daya tahan kecepatan bagi pelari jarak Jauh
adalah 2 x 30 x 200 meter = 1200 meter.
3. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan adalah prinsip latihan fisik ketiga yang sangat
menentukan keberhasilan pencapaian latihan. Frekuensi latihan berapa kali
seseorang melakukan latihan yang cukup intensif dalam satu mingguan,
bulan dan tahun, Frekuensi adalah jumlah sesi latihan (tatap muka) yang
dilakukan dalam periode waktu satu mingguan. Pada umumnya frekuensi
merupakan jumlah tatap muka latihan yang dilakukan dalam satu minggu.
Untuk memberi efek peningkatan latihan dibutuhkan waktu yang lama,
minimal 3 sampai dengan 6 bulan.(Fox .1988)
Menurut Fox (1988) frekuensi latihan yang baik untuk menjaga
kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kali perminggu untuk atlet endurance.
Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk
pemulihan. Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan
dapat menimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi
terhadap rangsangan latihan, pada umumnya membutuhkan waktu lebih
dari 24 jam. Semakin bertambah usia semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk pemulihan. Pada kenyataannya, individu yang tidak

29
Universitas Sumatera Utara

terlatih membutuhkan waktu 48 jam untuk pemulihan dan beradaptasi
dengan rangsangan latihan (Sharkey, 2003)
4. Sesi / Unit Latihan.
Sesi atau unit adalah materi program latihan yang harus dilakukan
dalam satu kali tatap muka (satu kali pertemuan). Dalam satu harinya bagi
para olahragawan profesional dapat melakukan dua sesi latihan, yaitu
materi latihan yang dilakukan pada pagi hari dan sore/malam hari.
Selanjutnya, untuk memperjelas makna dan cara penggunaan serta
penulisan komponen-komponen latihan tersebut di atas, maka berikut ini
disajikan contoh cara penulisan dan penggunaan komponen-komponen
latihan yang dituangkan ke dalam penyusunan menu program latihan.
Adapun
contoh yang digunakan adalah menu program latihan yang
bertujuan untuk meningkatkan power.
Sasaran Latihan

: daya ledak

Intensitas
Volume

: 40-70% kekuatan maksiman (1RM). 40 bagi pemula,
sedang 70 % untuk terlatih
: 5 set/sesi latihan (8-16 repetisi/set)

Istirahat antar set

: 90 detik

Frekwensi

: 7 kali seminggu

Metode latihan

: berbeban dengan sirkuit sistem 8 pos

Secara garis besar komponen latihan intensitas dan volume, dari
periodesasi transisi sampai persiapan tahap kedua, umumnya bersifat atau
hukumnya berbanding terbalik. Artinya, bila intensitas latihannya

30
Universitas Sumatera Utara

maksimal (tinggi), maka volume latihannya menjadi rendah. Sebaliknya
bila volume latihannya tinggi, maka intensitasnya menjadi rendah sampai
sedang. Namun, dalam waktu-waktu tertentu hukum antara intensitas dan
volume dapat sejajar sama tingginya selama dalam latihan, yaitu pada saat
memasuki periode kompetisi. Oleh karena pada periode kompetisi, semua
bentuk latihan harus disimulasikan menyerupai dengan situasi permainan
yang sesungguhnya, yaitu cepat dan penuh dengan power (speed and
power).
Sebaliknya dapat pula sejajar rendah, yaitu pada saat permulaan
melatih teknik dimana intensitas dan volume latihannya akan sama-sama
rendah. Berikut ini disajikan salah satu contoh tabel proporsi antara
intensitas dan volume, nampak bahwa semakin berat beban yang harus
diangkat (intensitas) semakin sedikit repetisi yang dilakukan (volume),
demikian sebaliknya semakin ringan beban yang diangkat semakin banyak
repetisinya.
Tabel 2.2 Proporsi intensitas dan volume
Intensitas
100%

Maksimum

80-90%

Submaksimum

60-70%

Medium

0-50%

Rendah
15-20 repetisi

10-15 repetisi

8-10
repetisi

3-5
repetisi

------------------------------------------- Volume ---------------------------------

31
Universitas Sumatera Utara

Perbandingan intensitas latihan dengan volume latihan disesuaikan
dengan periodesasi latihan dan kondisi tibuh manusia karena tubuh
manusia memiliki keterbatasan baik fisiologi maupun psikologis.
Keterbatasan tersebut mengharuskan setiap latihan menentukan porsi
latihan sesuai kebutuhan fisiologis setiap olahragawan. Latihan tinggi
intensitas dibarengi dengan tinggi volume hanya akan merusak fungsi
organ tubuh dan kondisi psikologis. Tekanan latihan yang tinggi secara
terus menerus akan menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan kelelahan
yang memuncak dan akan mempermudah timbulnya cidera. Artinya
bahwa proporsi latihan harus membandingkan tingkat intensitas dan
volume latihan, atau penentuan antara volume dan intensitas ditentukan
oleh fase-fase latihan dalam satu periodesasi.
5. Pemulihan
Tubuh akan mengalami fase maksimal dalam bekerja, sehingga
akan menimbulkan kelelahan. Hal ini memerlukan waktu untuk tubuh
kembali prima. Ini lah yang dikenal dengan masa pemulihan. Dimana
metabolisme tubuh akan disesuaikan dengan kebutuhan selanjutnya.
Seluruh jaringan dan organ akan beradaptasi dengan kegiatan latihan.
6. Durasi latihan (Time)
Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan. Peningkatan
pada salah satunya, yang lain akan menurun. Durasi dapat berarti waktu,
jarak, atau kalori. Durasi menunjukan pada lama waktu yang digunakan
untuk latihan. Jarak menunjuk pada panjangnya langkah, atau pedal, atau

32
Universitas Sumatera Utara

kayuhan yang dapat ditempuh. Kalori menunjuk pada jumlah energi yang
digunakan selama latihan.Durasi minimal yang harus dlakukan pada
aktivitas aerobik adalah 15-20 menit (Egger, 1993). Menurut Sharkey
(2003) individu dengan tingkat kebugaran rendah tidak bereaksi terhadap
durasi latihan yang panjang, atau berintensitas tinggi.
Penelitian dari Wenger dan Bell tahun 1986 membuktikan bahwa
untuk mendapatkan kebugaran yang lebih besar, latihan lebih lama dari 35
menit, hal ini mungkin karena proporsi metabolisme lemak terus naik pada
30 menit pertama latihan. Karena itu untuk mendapatkan kebugaran,
kontrol berat badan dan keuntungan metabolisme lemak, dan untuk
menurunkan lipid darah, perlu menambah durasi latihan. Namun tidak ada
bukti yang meyakinkan untuk merekomendasikan latihan melebihi 60
menit. Bagi atlet yang berlatih lebih 60 menit, bertujuan memantapkan
stamina, bukan untuk mendapatkan kesehatan. Dengan demikian latihan
aerobik memerlukan durasi latihan antara 15-60 menit per sesi latihan.
e. Continuous Running
Continuous running atau latihan lari kontinyu atau sering disebut
lari terus menerus adalah latihan yang dilakukan tanpa jeda istirahat,
dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Waktu yang digunakan
untuk latihan kontinyu relative lama, antara 1 sampai 2,5 jam. Latihan
kontinyu menggunakan intensitas 60-80% dari HR.Max. atau HR 150
sampai 170 per menit. Latihan yang baik 3-5 hari perminggunya.

33
Universitas Sumatera Utara

Latihan dengan metode kontinyu dengan intensitas rendah banyak
menggunakan lemak sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu latihan
dengan model tersebut banyak menyimpan glikogen otot. Latihan lari
kontinyu berlangsung untuk waktu yang lama dan akan menghasilkan
adaptasi aerobic dengan baik. Latihan lari kontinyu biasanya berlangsung
untuk waktu yang lama, lari terus-menerus yang lebih dari 30 menit
dengan tempo dibawah ambang rangsang anaerobic akan menghasilkan
adaptasi aerobic dengan baik. Menurut Sukadiyanto (2010) metode latihan
lari kontinyu adalah metode yang di dalamnya membutuhkan waktu yang
lama dan harus bertahap pengaruh latihan tidak dapat langsung diadaptasi
secara mendadak untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian
prestasi maksimal harus didukung oleh berbagai kemampuan dan
keterampilan gerak. Menurut Rushall Dean Pyke. (1992) latihan lari
metode kontinyu adalah latihan yang berlangsung secara kontinyu dan
sifatnya semakin progresif dari waktu ke waktu. Jika seorang melakukan
latihan selama tiga minggu, maka beban latihan sudah dapat teradaptasi,
bila beban latihan tidak ditingkatkan maka akan menjadi beban latihan di
bawah ambang rangsang hal itu akan meningakibatkan tidak terjadinya
peningkatan kekuatan, karena beban latihan dibawah ambang rangsang
kemampuan orang yang melakukan latihan tersebut,
Menurut Sukadiyanto (2010) cara meningkatkan beban latihan
secara progresif antara lain dengan: (a) diperberat (jumlah beban, repetisi,
set, seri/sirkuit), (b) dipercepat, dan atau (c) diperlama. Latihan kontinyu

34
Universitas Sumatera Utara

(misalnya lari terus menerus tanpa istirahat) biasanya berlangsung untuk
waktu yang lama. Lari terus menerus yang lebih dari 30 menit dengan
tempo dibawah ambang rangsang anaerobic akan menghasilkan adaptasi
aerobic yang baik. Ada 2 model latihan kontinyu dengan intensitas rendah,
yaitu lari atau renang dengan denyut nadinya berkisar 70%-80% dari
denyut nadi maksimal (MHR). Sebagai contoh MHR atlet adalah 200,
maka 70%-80% dari MHR adalah 140- 160d.n atau menit. Dengan pace
(tempo lari) yang rendah ini kadar asam laktatnya umumnya kurang dari 3
mmol yaitu sedikit lebih tinggi dari tingkat istirahat yang 1-2 mmol. Kalau
bagi atlet tersebut intensitasnya terlalu rendah, yaitu dibawah 140 d.n atau
menit, maka tidak akan terasa dampak latihanya. Lari kontinyu dengan
intensitas rendah banyak menggunakan lemak sebagai sumber tenaga.
Karena itu akan bisa banyak menyimpan glikogen otot.
f. Interval running
Interval training atau latihan berselang adalah latihan yang
bercirikan adanya interval kerja diselingi interval istirahat (recovery).
Bentuknya bisa interval running (lari interval) atau interval swimming
(berenang interval). Latihan interval biasanya menngunakan intensitas
tinggi, yaitu 80-90% dari Kemampuan makasimal. Waktu (durasi) yang
digunakan antara 2-5 menit. Lama istirahat antara 2-8 menit. Perbandingan
latihan dengan istirahat adadah 1:1 atau 1:2. Repetisi (ulangan) 3-12 kali.
Interval running merupakan salah satu variasi bentuk latihan untuk
meningkatkan ketahanan aerobic dan anaerobic, ada perbedaan antara

35
Universitas Sumatera Utara

interval running dengan metode yang lainnya, meskipun jenis aktifitas
yang sama, dimana perbedaannya terletak pada pengaturan antara lari
dengan waktu istirahat. Terdapat tiga jenis interval running, yaitu interval
running jarak pendek, interval running jarak menengah dan interval
running jarak jauh.
Pada dasarnya istilah interval running terkait erat dengan recovery
sebab kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu pemberian
waktu istirahat yang diberikan pada saat antar set atau antar repetisi
(ulangan) Sukadiyanto (2010). Latihan interval running adalah suatu
metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa istirahat. Interval
running untuk daya tahan biasanya intensitas larinya rendah sampai
medium sekitar 50% -70% dari kemampuan maksimal. Ada beberapa
faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun interval training yaitu :
a. lamanya latihan
b. intensitas latihan
c. ulangan
d. masa istirahat setiap repetisi latihan
menurut Sukadiyanto (2010) metode latihan interval running
adalah suatu metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa
istirahat, interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar
seri, antar sirkuit, atau antar sesi per unit latihan. Selanjutnya Sukadiyanto
(2010) pemberian waktu recovery dan interval merupakan faktor penting
agar latihan kekuatan dapat diadaptasi oleh otot. Waktu recovery dan

36
Universitas Sumatera Utara

interval tergantung dari macam kekuatan yang dilatih, jumlah otot yang
terlibat, kemampuan olahragawan, irama dan durasi latihan. Sedangkan
menurut Suharno HP (1992) latihan interval yang diselingi dengan
istirahat, baik pasif maupun aktif akan memberikan keuntungan seperti :
a. Menghindari terjadinya overtraining
b. Memberikan

kesempatan

organisme

seseorang

untuk

beradaptasi dengan beban latihan sebelumnya.
c. Adanya pemulihan tenaga dalam proses latihan.
2.3.Kolesterol.
Kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan dapat diabsorbsi
dengan lambat dari saluran pencernaan masuk kedalam limfe usus. Kolesterol
sangat larut dalam lemak, tetapi hanya sedikit larut dalam air, dan mampu
membentuk ester dengan asam lemak. Lebih kurang 70% kolesterol plasma
berada dalam bentuk ester kolesterol (Guyton, 1991). Kolesterol yang
diperoleh dari diet disebut kolesterol eksogen, sedang kolesterol endogen
disintesis di dalam tubuh. Sintesis kolesterol terbanyak terjadi di hepar dan
sedikit di usus. Fungsi kolesterol adalah mengatur proses kimiawi di dalam
tubuh. Kolesterol di dalam tubuh digunakan untuk menyusun membran sel,
membuat hormon seks, hormon korteks adrenalin, vitamin D dan garam
empedu, sehingga kolesterol merupakan lemak yang sangat penting bagi
tubuh. Kolesterol adalah hasil metabolisme hewan sehingga terdapat dalam
segala makanan yang berasal dari hewan seperi kuning telur, daging, hati dan
otak ( Murray et al.2006).

37
Universitas Sumatera Utara

Menurut Murray et al (2006), pada manusia dan hewan peningkatan
kolesterol terjadi karena :
1. Pengambilan protein yang mengandung kolesterol oleh reseptor misalnya
reseptor LDL atau reseptor scavenger.
2. Pengambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol oleh
membran sel.
3. Sintesis kolesterol
4. Hidrolisis ester kolestril oleh enzim ester kolestril hidrolase.

a.

Pembentukan kolesterol
Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut

kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel
tubuh disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang
beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain
setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa
banyak struktur membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang
berstruktur dasar inti sterol ini (Guyton dan Hall, 2007).
b. Transpor Kolesterol
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid
(30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%).
Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein. Empat kelompok utama
lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL (Very Low Density

38
Universitas Sumatera Utara

Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein). Kilomikron mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan
penyerapan; VLDL mengangkut triasilgliserol dari hati; LDL menyalurkan
kolesterol ke jaringan, dan HDL membawa kolesterol ke jaringan dan
mengembalikannya ke hati untuk diekskresikan dalam proses yang dikenal
sebagai transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport) (Murray et al.
2006).
c. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Kolesterol Plasma.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsentrasi plasma adalah:
Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik instrinsik, diet
tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan menekan konsentrasi
kolesterol plasma, kekurangan insulin atau hormon steroid akan meningkatkan
konsentrasi kolesterol darah sedangkan kelebihan hormon steroid akan
menurunkan konsentrasi kolesterol plasma (Guyton dan Hall, 2007).
d. Manfaat Khusus Kolesterol
Sejauh ini manfaat kolesterol non-membran yang paling banyak dalam
tubuh adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80 persen
kolesterol dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain
membentuk garam empedu, yang membantu pencernaan dan absorbsi lemak
(Guyton dan Hall, 2007).
Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk
membentuk hormon adrenokortikal; ovarium, untuk membentuk progesteron dan
estrogen; dan oleh testis untuk membentuk testosteron. Kelenjar-kelenjar ini juga

39
Universitas Sumatera Utara

dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian membentuk hormon dari sterol
tersebut (Guyton dan Hall, 2007).
kolesterol juga terdapat dilapisan korneum kulit. Hal ini membuat kulit
lebih resisten terhadap absorbsi zat yang larut dalam air dan juga kerja dari
berbagai zat kimia, karena kolesterol dan lemak lain sangat tidak berdaya terhadap
zat-zat seperti asam lemak dan berbagai pelarut, yang bila tidak dapat lebih
mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini membantu mencegah evaporasi air
dari kulit; tanpa proteksi ini jumlah evaporasi (seperti terjadi pada pasien yang
kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat mencapai 5 sampai 10 liter setiap
hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300 sampai 400 mililiter (Guyton
dan Hall, 2007).

e. Fungsi Struktural Sellular Kolesterol dan Fosfolipid
Kolesterol dan fosfolipid bersama-sama membentuk struktural khusus di
seluruh sel tubuh, terutama untuk pembentukan membran. Sejumlah besar
kolesterol dan fosfolipid terdapat dalam sel membran dan membran organel
bagian dalam dari semua sel. Perlu juga diketahui bahwa rasio jumlah kolesterol
dan fosfolipid terutama penting untuk menentukan kandungan cairan sel
membrane (Guyton dan Hall,2007).
Untuk membentuk membran, harus tersedia zat yang tidak larut dalam air.
Umumnya, satu-satunya zat dalam tubuh yang tidak larut dalam air (selain zat
anorganik tulang) adalah lipid dan beberapa protein. Sehingga integritas fisik sel
di semua tempat dalam tubuh didasarkan terutama pada fosfolipid, kolesterol, dan

40
Universitas Sumatera Utara

protein tidak larut tertentu. Muatan polar pada fosfolipid juga mengurangi
tegangan antara permukaan antara membran dan cairan sekitarnya (Guyton dan
Hall, 2007).
Fakta lain yang menunjukkan pentingnya kolesterol dan fosfolipid untuk
pembentukan struktur elemen sel adalah kecepatan pergantian yang diukur dalam
bulanan atau tahunan. Contohnya, fungsi kolesterol dan fosfolipid di dalam sel
otak terutama berhubungan dengan sifat fisik keduanya yang tidak dapat dirusak
(Guyton dan Hall, 2007).
2.4. Adaptasi Metabolik pada Latihan fisik
Metabolisme
Metabolisme adalah jumlah keseluruhan reaksi kimia dan fisik dan
pengubahan energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan
(Sloane, 2004). Metabolisme dalam tubuh memungkinkan sel melangsungkan
kehidupannya (Gayton, 1997). Metabolisme dapat dibagi menjadi 2 katagori,
yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah merupakan proses sistesis
molekul komplek dari molekul sederhana, dan katabolisme adalah pemecahan
atau penguralan molekul komplek besar menjadi molekul sederhana yang lebih
kecil (Pocock, 2004)
Anabolisme meliputi reaksi-reaksi kimia untuk membentuk kompleks
molekul yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan
yang disentesis dari zat yang lebih simple disertai dengan penggunaan energi.
Katabolisme meliputi reaksi-reaksi kimia molekul menjadi molekul yang
berukuran kecil disertai dengan pelepasan energi. Reaksi Anabolisme dan

41
Universitas Sumatera Utara

katabolisme berlangsung dalam sel-sel tubuh secara bersamaan dan berkelanjutan.
(Sloane, 2004)
Reaksi anabolic memerlukan masukan energi dalam bentuk ATP. Reakasireaksi tersebut menghasilkan (l) Pembentukan bahan yang diperlukan sel,
misalnya protein struktural sel atau produk sekretorik, atau (2) Simpanan glikogen
atau lemak dari kelebihan zat gizi yang tidak segera digunakan untuk energy atau
bahan pembangun sel. Katabolisme dipihak lain mencakup 2 tingkat penguraian
(l) hidrolisis makro molekul organik sel menjadi subunit yang lebih kecil seperti
penguraian glikogen menjadi glukosa, (2) oksidasi subunit kecil, untuk
menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Sherwood, 2001).
Energi
Energi diperlukan untuk proses fisiologis yang berlangsung dalam selseltubuh. Proses ini meliputi kontraksi otot, pembentukan dan penghantaran
Impuls syaraf, sekresi kelenjar, produksi panas untuk mempertahankan suhu,
mekanisme transport aktif dan berbagai reaksi sintesis dan degradasi (Sloane,
2004).
Sumber energi tubuh berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Sumber
energi ini dipakai oleh sel untuk membentuk sejumlah besar ATP dan ATP
dipakai sebagai sumber energi untuk berbagai fungsi sel. (Gayton dan Hall,
2004)`
Ada 6 bentuk energi : (l) Kimia, (2) mekanik, (3) panas, (4) cahaya (5)
elektrik, dan (6) inti. Setiap energi dapat diubah dalam bentuk energi yang lain.

42
Universitas Sumatera Utara

Sebagai contoh saat aktivitas atau latihan, terjadi perubahan energi dari bentuk
energy kimia menjadi energi mekanik. (Fox , 1993)

Adenosin Tri Phosphate (ATP)
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kita harus makan untuk dapat
menyediakan energl yang diperlukan tubuh. Energi pada pemecahan bahan
makanan tidak dapat langsung digunakan, tetapi energi tersebut harus diubah
menjadi energy kimia berbentuk ATP. (Sloane, 2004)
ATP adalah senyawa fosfat yang berenergi tinggi yang menyimpan energi
untuk tubuh. ATP terbentuk dari Nukleitida adenosin ditambah dengan gugus
fosfat dalam ikatan yang berenergi tinggi. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat
menjadi ADP dan melepaskan energi. Pelepasan fosfat kemudian akan menjadi
AMP melepaskan banyak energi. Energi yang dilepas dari katabolisme makanan
dipakai oleh ADP untuk membentuk ATP sebagai simpanan energi. Sistim ATP
ADP adalah cara utama pemindahan energi dalam sel. (Sloane, 2004).
Peranan ATP sebagai sumber energi untuk proses biologis berlangsung
secara mendaur ulang. ATP terbentuk dari ADP dan Pi melalui proses fosforilasi
dan oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk
dihidrolisis menjadi ADP dan Pi sekaligus melepaskan energy yang diperlukan
oleh proses biologis tersebut. Demikian seterusnya terjadi daur ulang ATP-ADP
secara terus menerus. ATP juga dapat dibentuk 2 molekul ADP, yang
menghasilkan ATP dan AMP (Patellongi, dkk, 2000)

43
Universitas Sumatera Utara

Bila satu senyawa fosfat dari ATP dilepaskan, maka akan keluar energy
sebesar 7-12 Kcal. Energi dari pemecahan ATP inilah yang digunakan untuk
energy untuk kontraksi otot, sintesa protein, transport aktif ion, dan untuk
berbagai metabolisme.
Sumber ATP
Terdapat 3 proses yang dapat menghasilkan ATP : (1) ATP-PC atau sistem
phospatagen. Pada sistem ini energi di sintesis dari ATP yang berasal dari
Posfokreatin (PC). (2) Anaerobik Glikolisis, atau system asam laktat menyediakan
ATP dari degradasi parsial dari glikogen atau glukosa. (3) Sistem oksigen. dari
proses oksidasi karbohidrat dan beta oksidasi dari asam lemak dan protein. Pada
system oksigen mengalami reaksi oksidasi melalui siklus krebs. Energi yang
berasal dari pemecahan makanan dan energl pemecahan PC digunakan untuk
mensitesis ATP dari ADP. (Fox, Etc, 1993 ).

Metabolisme Aerobik dan Anaerobic
Metabolisme aerobik adalah metabolisme yang dapat dihasilkan dari
makanan dengan metabolisme oksidatif, yaitu dengan menggunakan oksigen
sedang Metabolisme anaerobik bila energi dihasilkan tanpa disertai dengan
pemakaian oksigen
Karbohidrat merupakan sumber makanan satu-satunya yang bermakna
yang dapat dipakai sebagai sumber energi tampa menggunakan oksigen.
Pelepasan energiterjadi selama proses glikolitik dimana glikogen dipecah menjadi
asam piruvat (Gayton dan Hall, 2004).

44
Universitas Sumatera Utara

Jika energi ATP yang diperlukan untuk aktivitas seluler lebih besar dari
pada yang dihasilkan oleh metabolisme oksidatif, cadangan fosfokreatin yang
pertama digunakan dan kemudian diikuti dengan cepat oleh pemecahan glikogen
anaerobic dan menghasilkan sisa asam laktat.
Metabolisme oksidatif tidak d

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING DAN SPEED PLAY TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX ATLET SEPAKBOLA USIA 15-16 TAHUN PADA SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) PELANGI BALIGE KABUPATEN TOBASAMOSIR TAHUN 2015.

0 1 22

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING TERHADAP Pengaruh Latihan Continuous Running Terhadap Peningkatan Vo2 Max Pada Pemain Sepak Bola Usia 15-17 Tahun Di Akademi Salatiga Training Center.

1 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Continuous Running Terhadap Peningkatan Vo2 Max Pada Pemain Sepak Bola Usia 15-17 Tahun Di Akademi Salatiga Training Center.

0 1 4

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

0 1 15

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

0 0 2

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

0 0 8

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh Chapter III V

0 0 40

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

0 2 3

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Running Dengan Interval Running Dan Kolesterol Terhadap VO2 Max Atlet Sepakbola PPLP Provinsi Aceh

0 0 18

PENGARUH METODE INTERVAL DAN CONTINUOUS RUNNING TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH

0 0 45