Pemberian Tunjangan Hari Raya Atau THR Bagi Pekerja Dirumah Sakit Kisaran Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN UMUM PENGATURAN TUNJANGAN HARI RAYA
MENURUT PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

A. Pengertian Tunjangan Hari Raya
Hari raya keagamaan Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016 adalah Hari Raya Idul Fitri bagi Pekerja/Buruh
yang beragama islam, Hari Raya Natal bagi Pekerja/Buruh yang beragama Kristen
Katholik dan Kristen Protestant, Hari Raya Nyepi bagi Pekerja/Buruh yang beragama
Hindu, Hari Raya Waisak bagi Pekerja/Buruh beragama Budha, dan Hari Raya Imlek
bagi Pekerja/Buruh yang beragama Konghucu. 25
Tunjangan Hari Raya (THR) adalah Kewajiban bagi Pemerintah dan
Pengusaha. Tunjangan ini diberikan karena adanya kebutuhan tambahan sehingga
pengeluaran pekerja dan keluarganya menjadi meningkat ketika merayakan Hari
Raya Keagamaan. Pemberian Tunjangan ini menjadi suatu kewajaran demi untuk
memenuhi kebutuhan kerja. Pembayaran Tunjangan Hari Raya merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh Pemerintah dan Pengusaha setiap menjelang perayaan Hari
Raya Keagamaan.
Dasar Hukum dikeluarkannya peraturan tentang Tunjangan Hari Raya (THR)
adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016 tentang
25


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2016 Tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Universitas Sumatera Utara

23

Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Buruh/Pekerja di Perusahaan dimana
peraturan ini menggantikan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.04/MEN/1994 Jo. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2016.
Yang wajib membayar THR adalah setiap orang yang mempekerjakan orang lain
dengan imbalan upah wajib membayar THR, baik itu berbentuk perusahaan,
perorangan,

yayasan

atau

perkumpulan.


Sedangkan

Pekerja

yang

berhak

mendapatkan THR adalah pekerja yang telah mempunyai masa kerja selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus. Peraturan ini tidak membedakan status pekerja
apakah telah menjadi karyawan tetap, karyawan kontrak atau karyawan paruh
waktu. 26
Tunjangan hari raya diberikan karena para pekerja Indonesia merupakan
masyarakat pemeluk agama yang setiap tahunnya merayakan Hari keagamaan sesuai
dengan agamanya masing – masing dan untuk merayakan hari tersebut, para pekerja
memerlukan biaya tambahan. Sehingga menjadi suatu kewajaran apabila pengusaha
memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan kepada para Pekerjanya.
Pembayaran Tunjangan Hari Raya ini tidak boleh menyimpang dari apa yang
sudah ditentukan pada peraturan perundangan Undang – Undang N0. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2015 tentang

26

http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/thr/tanya-jawab-seputartunjangan-hari-raya-thr Diunduh Hari Rabu Tanggal 23 November 2016 Pukul 23.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

Pengupahan serta Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016

tentang

Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh Di Perusahaan.
Tunjangan Hari Raya terdapat 2 (dua) subyek yang saling mempunyai
kepentingan didalamnya, yakni :
1. Pengusaha
Pengusaha sebagai subyek pemberi Tunjangan Hari Raya. Pengusaha
memiliki kepentingan dalam pemenuhan kewajibannya sebagai pemberi Tunjangan
Hari Raya sesuai dengan ketentuan Permenaker No. 6 Tahun 2016 dimana orang
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri dan atau perusahaan bukan miliknya.
2. Pekerja
Pekerja sebagai subyek penerima Tunjangan Hari Raya karena tunjangan
tersebut merupakan hak yang harus diterima oleh pekerja sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Pengusaha wajib memberikan Tunjangan Hari Raya kepada pekerja setiap
satu kali selama setahun. Besarnya jumlah Tunjangan Hari Raya telah ditetapkan
Permenaker No. 6 Tahun 2016 besar tunjangan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus
menerus atau lebih.

Universitas Sumatera Utara



Bagi pekerja yang telah ditetapkan untuk menerima setiap 1 (satu) bulan
sekali maka akan menerima sebesar 1 (satu) bulan upah sehingga dapat
dikatakan THR= 1 bulan upah




Bagi pekerja yang telah ditetapkan bahwa penerimaan upah dilakukan secara
harian dengan ketentuan yang sama yakni pekerja mempunyai masa kerja
selama 12 bulan atau lebih secara terus menerus atau lebih akan menerima
THR = upah x 30 hari.
b. Pekerja yang mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan secara terus
menerus tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional
dengan masa kerja yakni dengan perhitungan masa kerja/12 x 1
(satu) bulan upah.

Dirumuskan : Masa Kerja = 6 bulan upah
12
Dalam pasal ini juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan upah satu
bulanadalahupahpokokditambahdengantunjangan-tunjangantetap.Tunjangan Hari
Raya dapat diberikan dengan jumlah yang lebih besar melebihi ketentuan nilai
Tunjangan Hari Raya yang telah ditetapkan menurut Pasal 3 ayat (1)
PermenakerNomor6 Tahun 2016 sehinggatidakterpakupadajumlahupah pokok
ditambah dengan Tunjangan Tetap yang diterima secara rutin oleh para
pekerja.Namun,besarnyajumlahtersebutharusmenurutKesepakatanKerja,atau
PeraturanPerusahaan,atauKesepakatanKerjaBersama,ataukebiasaanyangada.


Universitas Sumatera Utara

BesarnyanilaiTunjanganHariRayayangditentukanmelaluiPermenakerNomor

6

Tahun2016 ini merupakan ketentuan minimal, yang artinya bahwa pengusaha
tidak boleh memberikan Tunjangan Hari Raya yang nilainyadibawahketentuan
minimaltersebut.
Tunjangan Hari Raya yang diterima oleh para pekerja dalam bentuk uang.
Hal ini sesuai dengan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun
2015 tentang Pengupahan, yang menyatakan bahwa “Pada dasarnya upah
diberikandalambentukuang.”KarenaTunjanganHariRayainimerupakansalah

satu

bentuk pendapatan yang diterima oleh pekerja maka Tunjangan Hari Raya yang
akan diterima oleh tiap-tiap pekerja berupa uang. Namun, pada Pasal 5ayat 1
Permenaker Nomor 6 Tahun 2016 disebutkan bahwa Tunjangan Hari Raya dapat

diberikan dalam bentuk lain sesuai dengan persetujuan antara pengusaha dengan
pekerja. Tunjangan Hari Raya dalam bentuk lain inipundiberikan secara
bersamaan pada saat pengusaha membayarkan Tunjangan Hari Raya kepada
pekerjanya.
Pemberian sebagian Tunjangan Hari Raya dalam bentuk lain ini pun harus
sesuai dengan ketentuan yang ada yakni tidak berupa minuman keras, obat-obatan
atau bahan obat-obatan. Besarnya nilai “bentuk lain” tersebut tidak boleh melebihi 25
% (dua puluh lima persen) dari jumlah Tunjangan Hari Raya yang seharusnya
diterima oleh pekerja.

Universitas Sumatera Utara

Jadi, besarnya jumlah Tunjangan Hari Raya yang berhak diterima oleh
pekerja adalah sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Permenaker Nomor 6 Tahun2016
yakni sesuai dengan upah yang rutin diterima oleh pekerja (upah satu bulan)
serta disesuaikan dengan masa kerja pekerja yang menerimaTunjangan Hari
Raya. Masa kerja yang dijadikan patokan dalam menerima Tunjangan Hari Raya
yakni :
a. Pekerja telah bekerja selama 12 bulan atau lebih secara terus menerus
b. Pekerja telah bekerja secara terus menerus dengan jangka waktu antara

3 sampai 12 bulang terhitung masa kerja
B. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh
Pekerja atau buruh beperan meningkatkan produktivitas nasional dan
kesejahteraan. Untuk itu tenaga kerja harus diberdayakan supaya mereka memilki
nilai lebih, dalam arti lebih mampu, lebih terampil dan lebih berkualitas agar dapat
berdaya guna secara optimal dalam pembangunan nasional dan mampu bersaing
dalam era global.
Kemampuan, keterampilan dan keahlian tenaga kerja perlu terus menerus
ditingkatkan melalui perencanaan dan progam ketenagakerjaan termasuk pelatihan,
pemagangan, dan pelayanan penempatan tenaga kerja. Sebagai salah satu aspek dari
pembangunan, tenaga kerja perlu memperoleh perlindungan dalam semua aspek,
termasuk perlindungan untuk memperoleh pekerjaan didalam dan diluar negeri,
perlindungan hak – hak dasar pekerja, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

pekerja serta perlindungan upah dan jaminan sosial sehingga menjamin rasa aman,
tenteram, terpenuhinya keadilan, serta terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir
dan batin, selaras, serasi, dan seimbang. 27
Hak dan kewajiban pekerja/buruh merupakan hal prinsipil dan pasti timbul

dalam hubungan ketenagakerjaan karena dua hal tersebut merupakan sesuatu yang
lahir dari aktivitas produksi yang melibatkan pekerja/buruh dan pengusaha/majikan.
Hak dan kewajiban merupakan hal yang sangat erat hubungannya, dimana seorang
pekerja/buruh bila melakukan kewajiban maka akan timbul hak yang kemudian diatur
secara seadil – adilnya agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan yang kelak
berpotensi menyebabkan salah satu pihak (pekerja/buruh dan pengusaha/majikan)
merasa dirugikan. 28
Perlunya aturan hak dan kewajiban secara seadil – adilnya sangatlah penting
bagi pekerja/buruh karena pekerja/buruh merupakan pihak yang paling berpotensi
dirugikan dalam penetapan hak dan kewajiban tersebut, dalam sub bab ini membahas
apa saja yang menjadi hak dan kewajiban bagi pekerja/buruh tetap dan hak dan
kewajiban pekerja/buruh harian lepas agar mendapat kesimpulan atau gambaran
perbedaan antara hak dan kewajiban berdasarkan dua jenis status pekerja atau buruh.

27

Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XXVII No. 313 Desember 2011 tentang Penerapan
Sistem Pengupahan yang Wajar sebagai Refleksi Hubungan Industrial yang Kondusif
28
Prof Iman Soepomo, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan , Jakarta : Djambatan, hal 33


Universitas Sumatera Utara

1. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh
Dengan adanya hak dan kewajiban pekerja/buruh tetap maka terciptalah
hubungan industrial yang seimbang yang mana bila semua aturan – aturan yang sudah
ditetapkan dan dilaksanakan para pihak, baik itu pengusaha maupun pekerja/buruh.
Adapun yang menjadi hak dan kewajiban pekerja/buruh tetap adalah sebagai berikut :
a. Hak pekerja/buruh :
1. Upah
Yaitu hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan kerja, atau
peraturan perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Pada pekerja/ buruh tetap upah yang diterima sifatnya adalah upah yang tetap,
yaitu upah yang diterima pekerja/buruh secara tetap atas suatu pekerjaan yang
dilakukan secara tetap. Upah tetap ini diterima secara tetap dan tidak dikaitkan
dengan tunjangan tidak tetap, upah lembur dan lainnya. 29


29

Edytus Adisu, 2008, Hak Karyawan Atas Gaji dan Pedoman Menghitung Gaji,Jakarta :
Forum Sahabat, Hal 4

Universitas Sumatera Utara

2. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Yaitu jaminan sosial yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh
yang menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja Undang –
Undang ini kemudian dikonkritkan lagi dengan dikeluarkannya UU No. 14 Tahun
1993 tentang program jamsostek yang meliputi 4 Program yaitu : 30
a. Jaminan kecelakaan kerja (JKK)
Yaitu jaminan yang diberikan kepada pekerja/buruh yang mengalami
kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja. 31 Demikian pula kecelakaan kerja yang terjadi dalam
perjalanan yang berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Yang termasuk dalam jaminan kecelakaan
kerja adalah :
1. Biaya pengangkutan
2. Biaya pemeriksaan
3. Biaya rehabilitasi
4.Santunan berupa uang (Cacat sebagian, Cacat Total dan Kematian)
b.

30
31

Jaminan Kematian (JK)

Agusmida, 2010, Hukum Ketenagakerjaan, Bogor : Ghalia Indonesia, Hal 129
Edytus Adisu Op Cit., Hal 10

Universitas Sumatera Utara

Jaminan kematian diberikan kepada keluarga atau ahli warisnya bagi
pekerja/buruh yang meninggal dunia bukan dari akibat kecelakaan kerja baik biaya
pemakaman dan santunan berupa uang
c.

Jaminan Hari Tua

Jaminan hari tua adalah suatu bentuk jaminan akumulasi tabungan yang
berasal dari iuran tenaga kerja atau buruh dan perusahaan. Jaminan hari tua ini akan
diterima oleh tenaga kerja/buruh pada saat hari tuanya. Jumlah jaminan hari tua yang
akan diterima pekerja/buruh adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya. Seorang pekerja/buruh mendapatkan uang jaminan hari tuanya
apabila sudah mencapai usia pensiun.
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan adalah bentuk perlindungan oleh pengusaha
kepada pekerja/buruh dan keluarganya. Pemeliharaan kesehatan yang dimaksud
adalah penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
3. Pesangon
Ada keterkaitan antara upah seorang pekerja/buruh dengan

pesangon

jika

pekerja/buruh bersangkutan diputus hubungan kerja (PHK). Uang pesangon adalah
pemberian berupa dari pengusaha kepada pekerja/buruh sebagai akibat adanya

Universitas Sumatera Utara

pemutusan hubungan kerja. Jumlah uang yang diberikan sebagai uang pesangon
bergantung pada jenis PHK.
4. Dana Pensiunan
Seorang pekerja/buruh dikatakan pensiunan apabila berhenti bekerja karena
mencapai usia tertentu, yakni apakah karena usia kelahiran tertentu atau mencapai
usia masa kerja tertentu yang disepakati oleh pengusaha dan pekerja/buruh. Dana
pensiunan dana/sejumlah uang yang diberikan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh
apabila pekerja/buruh berhenti bekerja karena mencapai usia tertentu yang mana
selama pekerja/buruh bekerja membayar uang iuran pensiun.
b. Kewajiban Pekerja/Buruh
Kewajiban tenaga kerja merupakan hak pengusaha, demikian pula sebaliknya
bahwa kewajiban pengusaha merupakan hak dari pekerja/buruh. Kewajiban
merupakan suatu prestasi baik berupa benda yang didapat atas jasa yang dilakukan
oleh seseorang karena kedudukan atau statusnya. Jika masing – masing antara
pengusaha dan tenaga kerja/buruh peduli akan kewajibannya maka tidak banyak
terjadi kasus – kasus hingga terbentuk anarki. 32
Didalam KUHPerdata, ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur
dalam Pasal 1603 yaitu 33 ;

32
33

Ishaq,2009, Dasar – Dasar Ilmu Hukum, Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, hal 82
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Pasal 1603

Universitas Sumatera Utara

1. Si buruh/pekerja diwajibkan melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut
kemampuan yang sebaik – baiknya. Sekedar tentang sifat luasnya pekerjaan
harus dilakukan tidak dijelaskan dalam reglemen, maka hal itu ditentukan
dalam kebiasaan
2. Si buruh/pekerja diwajibkan melakukan sendiri pekerjaannya, tidak bolehlah
ia selain dengan izin si majikan dalam melakukan pekerjaannya itu
digantikan dengan orang ketiga
3. Si buruh/pekerja diwajibkan menaati aturan - aturan tentang hal melakukan
pekerjaan serta aturan – aturan yang ditujukan pada perbaikan tata tertib
dalam perusahaan si majikan didalam batas – batas aturan undang – undang
atau perjanjian manapun reglemen atau jika itu tidak ada menurut kebiasaan
4. Si buruh/pekerja yang tertinggal pada si majikan, harus bertingkah laku
menurut tertibnya dirumah.
5. Si buruh/pekerja pada umumnya diwajibkan melakukan, maupun untuk
berbuat segala apa yang didalam keadaan sama, patut dilakukan atau tidak
diperbuat oleh seorang buruh yang baik.
Disamping itu yang menjadi kewajiban pekerja/buruh dalam melakukan
tugasnya menurut Undang – Undang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu
dapat melakukan hubungan industrial, para pekerja/buruh wajib menjaga ketertiban
demi

kelangsungan

produksi,

menyalurkan

aspirasi

secara

demokratis,

mengembangkan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan

Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan anggota beserta keluarganya dan jika ingin melakukan mogok,
pekerja/buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha atau instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan sekurang kurangnya 7 hari
sebelum mogok kerja dilaksanakan.
C. Syarat bagi Pekerja Mendapat Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Hari Raya yang diberikan oleh Pemerintah dan Pengusaha tidak
lepas dari faktor pekerja yang menerimanya. Pekerja disini adalah sebagai tenaga
kerja yang bekerja pada pengusaha sehingga berhak atas imbalan yang ada.
Pengusaha wajib membayar Tunjangan Hari Raya kepada pekerjanya sesuai dengan
ketentuan yang ada sejak terjadinya hubungan kerja sampai dengan berakhirnya
hubungan kerja.
Tujuan dari pemberian Tunjangan Hari Raya adalah demi kesejahteraan
pekerja. Sehingga peran pekerja dalam pembayaran Tunjangan Hari Raya juga sangat
penting. Peran pekerja dalam pembayaran Tunjangan Hari Raya adalah sebagai
subyek penerima Tunjangan Hari Raya. Pemberian Tunjangan Hari Raya tidak serta
merta diberikan begitu saja kepada pekerja. Terdapat syarat – syarat yang harus
dipenuhi dahulu oleh pekerja untuk dapat menerima Tunjangan Hari Raya.
Seorang pekerja/buruh tidak akan dibayarkan upahnya apabila pekerja
tersebut tidak melakukan pekerjaan. Prinsip “No Work No Pay” dianut oleh para
pengusaha yang didasarkan kepada Pasal 93 ayat 1 Undang – Undang No. 13 Tahun

Universitas Sumatera Utara

2003 tentang Ketenagakerjaan Jo. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun
2015 tentang Pengupahan. Prinsip tersebut berlaku pada Tunjangan Hari Raya,
pekerja tidak melaksanakan tugasnya terlebih dahulu sebagai pekerja.
Sebelum berlakunya Permenaker No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari
Raya yang berlaku adalah Permenaker No.4 Tahun 1994 tentang Tunjangan Hari
Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan. Pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa
pekerja yang berhak memperoleh Tunjangan Hari Raya adalah Pekerja yang
mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan secara terus menerus atau lebih. Hal ini
dikuatkan dengan adanya Pasal 3 Permenaker Nomor 4 Tahun 1994 bahwa besarnya
Tunjangan Hari Raya yang diterima oleh pekerja disesuaikan dengan masa kerja yang
telah dijalani oleh pekerja yang bersangkutan dengan perhitungan

(Masa Kerja

dibagi 12) x 1 Bulan Upah (Gaji Pokok + Tunjangan Tetap). Akan tetapi pemberian
Tunjangan Hari Raya (THR) kepada Buruh/Pekerja lepas belum diatur.
Berbeda dengan Permenaker No.6 Tahun 2016 pekerja yang berhak
memperoleh Tunjangan Hari Raya adalah pekerja yang telah mempunyai masa kerja
satu (1) bulan secara terus menerus atau lebih dan pekerja lepas atau harian. Masa
kerja adalah jangka waktu seseorang melakukan pekerjaan, dapat juga dimaksudkan
sebagai lamanya seorang bekerja untuk pengusaha atau tempat dimana seseorang itu
bekerja. Masa kerja seorang pekerja digunakan sebagai salah satu syarat pemberian
Tunjangan Hari Raya oleh Pemerintah dan Pengusaha. Ditambah bagi Pekerja/ Buruh
harian lepas diatur tata cara Pekerja/ Buruh untuk menerima Tunjangan Hari Raya.

Universitas Sumatera Utara

Pekerja yang bekerja selama 12 bulan atau lebih secara terus – menerus dan
pekerja yang bekerja dalam jangka waktu 1– 12 bulan tetap berhak atas Tunjangan
Hari Raya. Pemberian Tunjangan Hari Raya tidak terlepas dari peran penting
pengusaha. Karena dalam pemberian Tunjangan Hari Raya, pengusaha adalah subyek
pemberi Tunjangan Hari Raya. Pengusaha dan pemerintah mempunyai kewajiban
memberikan Tunjangan Hari Raya kepada pekerjanya.
Pasal 10 ayat 1 Permenaker No.6 Tahun 2016 memberikan sanksi terhadap
Pengusaha yang terlambat membayar THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh lebih
dari 7 hari sebelum Hari raya Keagamaan. Dikenai denda 5% dari Total Keagamaan
yang harus dibayarkan. Dan nantinya Denda ini akan dikelola dan dipergunakan
untuk kesejahteraan Pekerja/Buruh yang diatur dalam peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama. 34
Dalam Permenaker No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan bagi pekerja di Perusahaan ataupun Rumah Sakit disebutkan bahwa
Tunjangan Hari Raya merupakan pendapatan yang wajib dibayarkan oleh pengusaha
dan pemerintah. Jika dikaitkan bahwa Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan salah
satupendapatan yang wajib diterima oleh pekerja, maka Tunjangan Hari Raya ini
dapat dianologikan dengan upah.
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan juga
mengatur agak rinci mengenai masalah upah minimum. Menurut Peraturan
34

Pasal 10 ayat1 Permenaker No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah ini, Gubernur menetapkan Upah minimum sebagai jaring pengaman.
“Upah minimum sebagaimana dimaksud merupakan Upah bulanan terendah yang
terdiri atas:
1. Upah tanpa tunjangan; atau
2. Upah pokok termasuk tunjangan tetap,” bunyi Pasal 41 ayat (2) Peraturan
Pemerintah No. 78 Tahun 2015
Peraturan Pemerintah ini menegaskan, bahwa Upah minimum sebagaimana
dimaksud hanya berlaku bagi Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu)
tahun pada Perusahaan yang bersangkutan. Sementara Upah bagi Pekerja/Buruh
dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha di Perusahaan yang bersangkutan.
Penetapan Upah minimum sebagaimana dimaksud dilakukan setiap tahun
berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Kebutuhan hidup layak sebagaimana dimaksud, menurut
Peraturan Pemerintah ini,

merupakan standar kebutuhan seorang Pekerja/Buruh

lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan, yang
terdiri atas beberapa komponen jenis kebutuhan hidup.
“Pasal 43 ayat (5) PP Nomor 78 Tahun 2015 itu merupakan Komponen
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan jenis kebutuhan hidup sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

dimaksudpada ayat 4 ditinjau dalam jangka waktu 5 (lima) tahun,”. 35 Peninjauan
komponen dan jenis kebutuhan hidup sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Menteri
(Tenaga Kerja), dengan mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh
Dewan Pengupahan Nasional, yang menggunakan data dan informasi yang bersumber
dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
Adapun penetapan Upah minimum dihitung dengan menggunakan formula
perhitungan Upah minimum, yaitu: UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + % ∆ PDBt)}. 36
Peraturan Pemerintah ini juga menegaskan, Gubernur wajib menetapkan Upah
minimum provinsi, yang dihitung berdasarkan formula perhitungan Upah minimum
sebagaimana dimaksud.
Dalam hal telah dilakukan peninjauan kebutuhan hidup layak sebagaimana
dimaksud, gubernur menetapkan Upah minimum provinsi dengan memperhatikan
rekomendasi dewan pengupahan provinsi. “Rekomendasi dewan pengupahan provinsi
sebagaimana dimaksud didasarkan pada hasil peninjauan kebutuhan hidup layak yang
komponen dan jenisnya ditetapkan oleh Menteri dan dengan memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi,” bunyi Pasal 45 ayat (4) Peraturan
Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tersebut.

35
36

Pasal 43 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan
Pasal 44 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan

Universitas Sumatera Utara

Upah minimum ini sebagai hak mendasar yang harus diterima oleh pekerja
dan tidak boleh menyalahi aturan yang ada. 37 Didalam Undang – Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 1 Angka 30 menyatakan bahwa
upah adalah “hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam betuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau dilakukan”.
Dalam hal ini adalah besarnya upah yang diterima. Besarnya upah yang
diterima pekerja memilki batasan nilai minimum. Karena Tunjangan Hari Raya
dianologikan dengan Upah, maka Tunjangan Hari Raya yang diterima oleh pekerja
mempunyai nilai minimum yang harus ditaati oleh pengusaha atau pemberi kerja,
kecuali pengusaha atau pemberi kerja tidak mampu membayar Tunjangan Hari Raya.
Ketentuan nilai minimum ini disesuaikan dengan jumlah upah yang diterima oleh
pengusaha.
Upah minimum tiap daerah berbeda- beda sesuai dengan Peraturan yang
mengatur tentang besarnya upah minimum tiap – tiap daerah. Sehingga untuk
ketentuan besar Tunjangan Hari Raya disesuaikan dengan upah minimum yang sudah
ditentukan lewat Peraturan Daerah masing – masing daerah. Berdasarkan Pasal 90

37

Abdul Khakim, 2006, Aspek Hukum Pengupahan Berdasarkan Undang – Undang No. 13
Tahun 2003, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hal 3

Universitas Sumatera Utara

Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum. 38
Pengusaha yang tidak mampu membayar sesuai upah minimum dapat
mengajukan permohonan penangguhan upah minimum kepada Gubernur melalui
Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi paling lambat
10 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum. Permohonan tersebut merupakan
hasil kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh yang tercatat.39
Namun, penangguhan pembayaran upah minimum oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh tidak serta-merta menghilangkan kewajiban pengusaha untuk
membayar selisih upah minimum selama masa penangguhan. 40Penangguhan
pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk
membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang
berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah
minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan. 41
Pada dasarnya upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan
pekerjaan. Ketentuan ini merupakan asas yang pada dasarnya berlaku untuk semua

38

Pasal 90 Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b81d32ad45d/penangguhan-pelaksanaanupah-minimum-bagi-perusahaan-tidak-mampu diunduh Minggu, 01 Februari 2017 Pukul 23.00
40
Suria Ningsih, 2012, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan, USU Pers, Medan , hal 128
41
Ibid., hal 129
39

Universitas Sumatera Utara

pekerja/buruh, kecuali apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak dapat
melakukan pekerjaan bukan karena kesalahannya, seperti berikut ini : 42
1. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
2. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua
masa haidnyasehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
3. Pekerja/buruh tidak masuk pekerja karena pekerja/buruh menikah,
menikahkan,

mengkhitankan,

membaptiskan

anaknya,

isteri

melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak
atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam
satu rumah meninggl dunia.
4. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap negara.
5. Pekerja/buruh

tidak

dapat

melakukan

pekerjaannya

karena

menjalankan ibadah yang diperintahan oleh agamanya
6. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan
tetapi pengusaha tidak memperkerjakannya, baik karena kesalahan
sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha.
7. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat
8. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas
persetujuan pengusaha
9. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan
42

Pasal 93 Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

Dalam melaksanakan tugasnya sebagi pekerja, kadangkala mereka tidak
hanya mengalami PHK, tetapi juga mengalami pemindahan kerja ke perusahaan
lain.

Permenaker

No.6

Tahun

2016

melindungi

hak

pekerja

yang

mengalamipemindahantersebut.Pasa l8 menyatakan bahwa bagi pekerja yang
dipindahkan ke perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, maka pekerja
berhak atas Tunjangan Hari Raya pada perusahaan yang baru, apabila dari
perusahaan yang lama pekerja bersangkutan belum mendapatkan Tunjangan Hari
Raya. 43 Sehingga hak pekerja untuk mendapatkan Tunjangan Hari Raya tetap
terpenuhi. 44
Dari hal-hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban pengusaha tidak
hanya membayar Tunjangan Hari Raya tanpa melihat hal-hal yang berkaitan
dengan pekerja maupun Tunjangan Hari Raya itu sendiri. Pengusaha harus tetap
memperhatikan besarnya batas minimum jumlah Tunjangan Hari Raya yang
dikaitkan dengan besarnya upah minimum regional tiap-tiap daerah. Selain itu,
pengusahajugamengemban kewajiban untuk membayarkan Tunjangan Hari Raya
bagi pekerjanya yang berstatus pekerja waktu tidak tertentu yang ter-PHK sejak
30 hari sebelum jatuh tempo Hari Raya Keagamaan serta pengusaha wajib
memenuhi kewajibannya untuk membayar Tunjangan Hari Raya kepada pekerja
yang dipindahkan ke perusahaan lain dengan ketentuan masa kerja berlanjut
43

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2016 Tentang
Tunjangan Hari Raya Keagamaan Pasal 8
44
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20487/mutasi-pekerja-ke-perusahaan-lain-takdapat-dibenarkan diunduh hari senin tanggal 28 Nopember 2016 Pukul 22.30

Universitas Sumatera Utara