Re-Design Alat Sortasi Kelapa Sawit Dengan Metode Kansei Engineering dan Model Kano Chapter III VII
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Ergonomi
3.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi 2
Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacammacam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh
seperti :
1.
Anthropometric
Berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri fungsional
dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi
tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata
saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan
manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari
ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan
kenyamanan.
2.
Cognitive
Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan
infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka
waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan
ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk
pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan
2
Edy Kurniyawan. 2008. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometri pada
Bagian Pallet Produk 1500 ml di PT. Tirta Sibayakindo
Universitas Sumatera Utara
fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik
pengembangan pekerjaan.
3. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal
tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.
Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja
atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai
dengan batas kemampuan manusia.
4. Cardiovaskular
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung.
Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk
memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain
kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.
5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang
menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan
manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.
3.1.2.
Tujuan Ergonomi3
Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam
suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
3
Unikom, 2010. “Tinjauan Pustaka ”, diakses http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas
teknik-dan-ilmu-komputer/teknik-industri/2010/jbptunikompp-gdl-varyatiade-22206/4bab2.docx/pdf/4-bab2.pdf
Universitas Sumatera Utara
penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang
terbaik.
3.1.3. Aplikasi Ergonomi
Adapun isi ruang lingkup bidang ergonomi meliputi:
1.
Ergonomi
fisik
yaitu
berkaitan
dengan
anatomi
tubuh
manusia,
anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan
dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara
lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, sumber
daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
2.
Ergonomi kognitif yaitu berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk
di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan,
performance, human-computer interaction , kehandalan manusia, dan stress
kerja.
3.
Ergonomi organisasi yaitu berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,
termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen
sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur
organisasi, organisasi virtual.
Universitas Sumatera Utara
4.
Ergonomi lingkungan yaitu berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan lainlain.
3.2.
Definisi Kansei engineering4
Kansei engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan
pelanggan ke dalam spesifikasi desain. Tim peneliti dan pengembangan
menangkap perasaan pelanggan, yang disebut kansei, analisis data kansei
menggunakan psikologis, ergonomis, medis, atau metode rekayasa, dan desain
produk baru berdasarkan analisis informasi. Kansei engineering adalah proses
teknologi dan rekayasa dari data kansei untuk merancang spesifikasi.
Kehidupan manusia beragam, tetapi pada dasarnya semua orang mencari
kepuasan emosional yang menyenangkan dalam kualitas hidup. Kondisi tersebut
menjadi penting untuk menentukan kepuasan yang ada dalam pikiran orang-orang
yang akan meningkatkan kualitas hidup mereka. Orang-orang sangat menyadari
ekosistem. Udara, air, dan suhu menjadi bagian yang lebih integral dari kehidupan
masyarakat. Bidang kesejahteraan adalah masalah baru yang lain untuk diatasi.
Kesadaran ini juga termasuk dalam kansei. Isu-isu ini harus dipertimbangkan
selama pengembangan produk sebagai ekosistem kansei. Proses kansei
engineering harus mencakup skema berikut : Pertama, seorang kansei engineer
harus berpikir, Siapa pelanggan? Kedua, Apa yang mereka inginkan dan
4
Nagamachi, Mitsuo. 2011. Innovations of Kansei engineering. (New York, 2011). h.3
Universitas Sumatera Utara
butuhkan? apa kansei mereka? Ketiga, kansei engineer harus mempertimbangkan
bagaimana cara untuk mengevaluasi kansei pelanggan. Kansei engineer harus
menganalisis data kansei setelah evaluasi kansei menggunakan analisis statistik
atau pengukuran psychophysiological, dan kemudian mentransfer data yang
dianalisis ke domain desain.
Kansei engineering berhubungan dengan empat hal:
1. Perasaan konsumen tentang produk menurut istilah ergonomik dan estimasi
psikologis. Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh Osgood
merupakan teknik utama untuk menangkap Kansei Konsumen.
2. Mengidentifikasi karakteristik desain produk dari Kansei konsumen. Hal ini
dilakukan dengan melakukan survei atau eksperimen ergonomi untuk
mengamati elemen – elemen.
3. Membangun Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomik.
Beberapa teknologi komputer yang canggih. Inteligen buatan, model jaringan
syaraf, dan algoritma genetik termasuk juga teori Fuzzy, disertakan juga untuk
membangun rangka kerja yang sistematik dari teknologi Kansei engineering
dan untuk mengkonstruksi database yang terhubung dan system interface .
4. Menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang sedang terjadi
yang sesuai dengan pilihan orang. Hal ini bertujuan untuk merawat kesehatan
database dari Kansei engineering system dan trend Kansei konsumen yang
sedang meningkat dengan memasukkan data Kansei baru konsumen dalam
setiap tiga atau empat tahun.
Langkah-langkah dalam rekayasa kansei dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam Kansei engineering
Langkah-langkah pada Kansei engineering adalah sebagai berikut:
1. Decision of Strategy
Seorang kansei engineer mendengarkan klien CEO atau manajer R&D
perusahaan dan memahami strategi pengembangan produk baru perusahaan.
Hal yang paling penting bagi seorang kansei engineer adalah untuk
memahami apa kebutuhan perusahaan yang ingin dimiliki dan apa yang akan
memberikan mereka kepuasan tertinggi dalam pengembangan produk baru.
2. Collection of Kansei Words
Kansei engineer mengumpulkan kata-kata kansei terkait dengan domain
produk setelah memahami strategi perusahaan klien. Biasanya disintesis dari
majalah terkait, surat kabar bisnis, atau informasi penjualan tentang emosi
pelanggan dan pendapatnya. Kata-kata kansei adalah kata sifat, kata benda,
Universitas Sumatera Utara
kata kerja atau kadang-kadang kalimat. Indah, elegan, premium, cerdas,
sederhana, besar, warna-warni, merah, biru, persegi, mudah untuk membuka,
dan sebagainya adalah semua kata kansei. Disarankan untuk pertama kali
mengumpulkan banyak kata kansei dan kemudian menguranginya menjadi
sejumlah kecil kata-kata yang sangat penting dan relevan.
Contoh kansei word dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Contoh Kansei Words
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kansei Words
Soft
Bright
Broad
Unique
Expansive
Heavy
Refreshing
Unambiguous
Simple
Glamorous
Warm
Individual
Have uplifting feeling
Nice ring
Roundish
Gentle
Masculine
Have sense of flowing
Sharp
Powerful
Hard
Dark
Narrow
General
Unexpansive
Light
Old
Ambiguous
Complicated
Unglamorous
Cold
Common
No uplifting feeling
Ill sounding
Squarish
Unkind
Feminine
No sense of flowing
Dull
Powerles
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
3. Setting of SD Scale of the Kansei Words
Skala SD ( semantic differential ) adalah skala pengukuran psikologis yang
dirancang oleh CE Osgood dan rekan-rekannya. Skala SD digunakan untuk
membuat struktur bahasa psikologis. Osgood mengatur kata-kata positif dan
negatif pada kedua sisi garis horizontal. Misalnya, indah jelek diatur pada
kedua sisi tetapi kansei engineering dimaksudkan untuk mencapai desain yang
baik, bukan desain jelek. Kansei engineer mengatur kata-kata kansei positif
Universitas Sumatera Utara
dan negatif di kedua sisi skala seperti indah - tidak indah. Skala SD terdiri dari
beberapa skala,yaitu 5 skala, 7 skala, 9 skala, dan 11 skala, tapi 5 skala yang
paling mudah untuk dipahami dan yang paling mudah untuk digunakan. Skala
SD dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
Gambar 3.2 Skala Semantic Differential 5 Titik, 7 Titik, dan 9 Titik
4. Collection of Product Samples
Kansei engineer harus mengumpulkan produk yang mirip dengan produk yang
ditargetkan. Kansei engineer mengumpulkan banyak botol shampoo serupa
dari pasar jika produk yang ditargetkan adalah botol shampo. Kansei engineer
mengumpulkan banyak kendaraan penumpang jika desain eksterior otomotif
mobil penumpang sekitar 20 atau 25 sampel biasanya cukup.
5. A list of Item / Category
Barang/ kategori yang terkait dengan spesifikasi desain akhir: Item
menyiratkan item desain produk sampel, dan kategori berarti detail dari item
desain misalnya, warna, bentuk, ukuran, kebulatan, dan sebagainya adalah
contoh dari item, dan merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya adalah
kategori untuk item warna. Kansei engineer harus sangat berhati-hati
mengkategorikan sampel produk. Klasifikasi sangat detil terhadap item dan
kategori akan mengarah pada desain yang sukses
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluation Experiment
Langkah keenam adalah mengevaluasi eksperimen. Subyek menerima
instruksi dan mengevaluasi masing-masing sampel dengan skala SD 5 point
kata-kata kansei
7. Multivariate Statistical Analysis
Analisis multivariat selalu berkembang. Berbagai teknik yang telah diterima
secara luas adalah principal components dan criminant analysis, multiple
regression dan multiple correlation, multiple criminant analysis, multivariate
analysis of variance dan covariance, conjoint analysis, canonical correlation,
cluster analysis, multidimension analysis, dan correspondence analysis.
Regresi berganda merupakan metode analisis yang tepat bila masalah riset
meliputi satu variabel dependen, datanya metrik, diasumsikan berhubungan
dengan dua atau lebih variabel independen.
Tujuan stepwise regression adalah untuk memilih variabel independen dan
yang paling bertanggung jawab terhadap varian variabel dependen. Tiga
pendekatan yang bisa dipilih yaitu: forward inclusion (memasukkan prediktor
satu persatu), backward inclusion (mengeluarkan prediktor satu-persatu),
stepwise solution (kombinasi forward inclusion dan backward inclusion ).
Stepwise regression bermanfaat kalau ukuran sampel besar dan jumlah
prediktor banyak. Model konsep regresi linier sederhana dioperasikan dengan
menggunakan kuadrat terkecil. Model sampel linier sederhana tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
Y = a+bX
dimana:
Y = variabel tidak bebas
X = variabel bebas
a = nilai intersep
b = koefisien arah regresi
b=
n XY X Y
a=
n X 2
X
2
Y b X
n
8. Intrepretation of the Analyzed Data
Analisis statistik memiliki properti interpretasi tertentu. Koefisien korelasi
menunjukkan kesamaan arti antara setiap kata kansei, dan PCA mampu
menunjukkan kepada kita posisi saling terkait antara kansei dan produk
sampel. Analisis faktor menunjukkan struktur psikologis kata kansei terkait
dengan dipilih lingkup produk dan produk sampel posisi berhubungan dengan
struktur kansei. QTI atau PLS memberitahu kita kata-kata kansei apa yang
sejenis dengan spesifikasi desain kemudian ditafsirkan data dan diintegrasikan
ke dalam sifat desain produk.
9. Explanation of the Data to Designer
Langkah yang paling penting adalah kolaborasi dengan desainer produk.
Kansei engineer harus menjelaskan data yang dianalisis dan diinterpretasikan
untuk desainer. Saran berasal dari analisis data. Kansei engineer harus
memotivasi dan merangsang desainer untuk memahami interpretasi data akhir
Universitas Sumatera Utara
dan untuk menarik keluar ide desain baru perancang desain emosional di luar
data.
10. Check of Designer’s Sketch with KE Candidate
Periksa ide desain baru. Terakhir, kansei engineer harus mengevaluasi apakah
produk baru yang dirancang akan cocok dengan emosi pelanggan dan apakah
itu mengungkapkan desain emosional dan jika tidak, dia harus memotivasi
desainer untuk ide desain intrinsik yang lebih baik.
3.3.
Model Kano5
Konsultan TQM di Jepang Noriaki Kano, telah memberikan model yang
sangat berguna mengenai kepuasan pelanggan yang berkaitan dengan karakteristik
produk .Menggunakan karakteristik istilah yang tepat di kemudian hari , dan kita
akan menggambar perbedaan yang tajam antara kebutuhan pelanggan dan
karakteristik produk . Untuk saat ini menggunakan karakteristik istilah untuk
merujuk pada fitur atau kemampuan suatu produk .
Karakteristik produk Model Kano terbagi menjadi tiga kategori yang
berbeda yang masing-masing mempengaruhi pelanggan dengan cara yang
berbeda. Ketiga kategori tersebut adalah:
1.
Tidak Puas (Dissatisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "Must
be","Basic " atau “Expected "
2.
Pemuas (Satisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "One-Dimensional",
atau "Straight Line "
5
Lou Cohen. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. USA : AddisonWesley Publishing Company.1995.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menyenangkan (Delighter ) , juga dikenal sebagai karakteristik "Attractive "
atau "Exciting "
Sumbu horizontal di diagram menunjukkan kinerja aktual atau keadaan
pemenuhan fisik dalam memberikan masing-masing kategori karakteristik produk
tersebut kepada pelanggan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan tingkat
terhadap kepuasan pelanggan. Sebuah musuh strategi bersaing mengembangkan
produk dan layanan harus memperhitungkan kategori-kategori theree karakteristik
produk . Ini harus menentukan apa tingkat saat ini kepuasan untuk masing-masing
kategori tehse dan , harus memutuskan apa proporsi sumber daya proyek untuk
mengalokasikan ke produk atau jasa karakteristik pada masing-masing kategori
Gambar Diagram Model Kano dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Diagram Model Kano
Universitas Sumatera Utara
6
N. Kano telah mengembangkan diagram berguna untuk mencirikan
kebutuhan pelanggan. Menurut model Kano, atribut pelanggan dapat secara
efektif dikategorikan menjadi enam kategori , dijelaskan di bawah ini :
1.
Attractive : Sebuah atribut kualitas tertentu dapat berasal kepuasan besar di
pelanggan. Namun, tidak adanya atribut kualitas yang sama tidak berasal
ketidakpuasan. Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi
dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut
tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.
2.
Must Be : Pelanggan tidak akan puas ketika kualitas saat ini atribut
memenuhi. Namun, jika produk atau jasa tidak memenuhi kebutuhan
pelanggan, pelanggan akan menjadi sangat tidak puas. Tetapi kepuasan
pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari
atribut tersebut tinggi.
3.
One-Dimensional : Tingkat kepuasan pelanggan berbanding lurus dengan
atribut kualitas tertentu. Semakin tinggi kualitas satu dimensi elemen,
kepuasan pelanggan yang lebih tinggi akan dan sebaliknya . Dengan
demikian, pelanggan biasanya dan secara eksplisit menuntut persyaratan satu
– dimensi.
4.
Indefferent : Sebuah kualitas tertentu yang tidak berpengaruh pada kepuasan
pelanggan apakah atribut kualitas hadir atau tidak
5.
Reverse : Apabila tingkat kepuasan pelanggan berbanding terbalik dengan
hasil kinerja atribut
6
Gupta, Parul. 2011. Customer Satisfaction for Designing Attractive Qualities of Healthcare
Service in India using Kano Model and Quality Function Deployment. Institute of Technology :
Moradabad. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
6.
Questionable : Karena kesalahpahaman atau salah tafsir dari jawaban pada
survey atau mengisi kuesioner kesalahan . apabila tingkat kepuasan
pelanggan tidak dapat didefinisikan (terdapat kontradiksi pada jawaban
pelanggan)
Cara perhitungan model Kano dapat digunakan tabel evaluasi kano
seperti Tabel 3.2
Tabel 3.2. Cara Perhitungan Model Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual
Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science .
Keterangan :
Q = Questionable (Diragukan)
R = Reverse (Kemunduran)
A = Attrctive (Menarik)
I = Indefferent (Netral)
O = One dimensional (Satu Ukuran)
M = Must be (Keharusan)
Keterangan dari kuesioner Kano dapat dilihat pada Tabel 3.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Keterangan Kuesioner Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual
Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science .
7
Menurut kategori Kano, tim pengembangan produk harus memahami
karakteristik teknis respon mereka. Mereka harus memeriksa karakteristik respon
teknis dengan meminta mereka untuk pelanggan mereka dalam bentuk survei
pelanggan menggunakan kuesioner Kano . Kuesioner Kano terdiri dari dua
pertanyaan kali lipat, pertanyaan fungsional dan pertanyaan disfungsional.
Pertanyaan Fungsional meminta sikap pelanggan jika respon teknis yang
berfungsi dengan baik. Jika tidak, pertanyaan disfungsi nasional adalah
pertanyaan yang menanyakan persepsi pelanggan jika respon teknis tidak bekerja
atau
tidak
ada.
Kategori
respon
teknis
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan kombinasi jawaban pelanggan.
7
Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual Model.
Proceeding of Industrial Engineering and Service Science. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya adalah menghitung kontribusi respon teknis pada kepuasan
pelanggan dengan menggunakan rumus berikut:
Pemilihan respon teknis harus mempertimbangkan beberapa faktor selain
koefisien di atas , seperti biaya , waktu , dan tujuan perusahaan . Pemilihan respon
teknis melibatkan model matematika untuk mengoptimalkan hasil yang
diharapkan . Respon teknis yang dipilih akan menjadi persyaratan desain produk .
3.4
Analisis Multivariat8
Analisis multivariat atau metode multivariat berhubungan dengan metode-
metode statistik yang secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis
terhadap lebih dari dua variabel pada setiap objek atau orang. Jadi, bisa dikatakan
analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat (seperti uji t) atau
bivariat (seperti korelasi dan regresi sederhana). Analisis multivariat adalah
analisis multi variabel dalam satu atau lebih hubungan. Analisis ini berhubungan
dengan semua teknik statsistik yang secara simultan menganalisis sejumlah
pengukuran pada individu atau objek. Contoh, jika dilakukan analisis regresi
sederhana, dengan satu variabel Y dan satu variabel X, maka analisis seperti itu
dikatakan bivariat, karena ada dua (bi) variabel, X dan Y. Sedang jika dilakukan
8
Singgih Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), h.7.
Universitas Sumatera Utara
analisis regresi berganda, dengan satu variabel Y dan dua variabel X (X1 dan X2),
maka analisis sudah bisa dikatakan multivariat, karena ada tiga variabel (termasuk
X1 dan X2).
3.5
Conjoint Analysis9
Tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi
seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil
utama Conjoint Analysis adalah suatu bentuk desain produk barang atau jasa, atau
objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.
Proses dasar dari Conjoint Analysis adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan factor (atribut spesifik) kemudian level (bagian-bagian dari
faktor) dari sebuah objek. Contoh, jika objek yang diteliti adalah sebuah baju
(kemeja), faktor di sini mungkin adalah warna baju, motif baju dan bahan
baju.
2.
Desain Stimuli merupakan kombinasi antara faktor dengan level disebut
sebagai suatu stimuli atau treatment, jika diambil contoh terkait, kemeja
dengan motif kotak-kotak, warna biru dan berbahan katun adalah satu stimuli
dari sekian kombinasi.
3.
Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada.
Terdapat 15 stimuli yang dihasilkan dari kombinasi faktor-level dari produk
kemeja, maka kepada sejumlah responden diminta member pendapat atas ke15 stimuli tersebut.
9
Singgih Santoso, op.cit., h. 279-281.
Universitas Sumatera Utara
4.
Proses Conjoint. Berdasarkan pendapat responden atas sekian stimuli
dilakukan proses konjoin untuk memperkirakan bentuk produk yang
diinginkan responden.
5.
Menentukan Predictive Accuracy (Ketepatan Prediksi) dari hasil conjoint di
atas, yakni proses menguji hasil konjoin dengan sejumlah Holdout Sample
untuk mengetahui apakah prediksi yang telah dilakukan mempunyai
ketepatan yang tinggi.
Tentu saja jumlah stimuli secara teoritis akan menjadi sangat banyak jika
faktor dan level juga bervariasi. Sebagai contoh, jika ada 4 faktor dengan masingmasing faktor terhadap 5 level, maka jumlah stimuli secara teoritis adalah 5 x 5 x
5 x 5 = 625 stimuli. Hal ini berarti setiap responden secara teoritis harus memberi
pendapat tehadap 625 stimuli.
Jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli
dengan ketentuan stimuli minimal adalah:
Minimum stimuli = jumlah level – jumlah faktor + 1
Pertanyaan sebelumnya, karena tiap faktor memiliki 5 level, maka 4 faktor
yang akan ada yaitu 5 x 4 = 20 level. Dengan demikian:
Minimum stimuli = 20 – 5 + 1 = 16 stimuli
Seorang responden mengisi seluruh 625 stimuli (sama dengan 625
pertanyaan), ia cukup mengisi minimal 16 stimuli.
Universitas Sumatera Utara
3.6
Quality Function Deployment 10
QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan
karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap
pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu
bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika
menyusun spesifikasi desain dan pabrikasi.
Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada
tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Inti dari QFD adalah
suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What)
dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi
kebutuhan pelanggan (How).
3.6.1
House of Quality (HoQ)11
The house of quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam
mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment
(QFD). The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam
membangun HOQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga
proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan. Adapun komponen
10
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 135
Lou Cohen, Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995), h. 11-13
11
Universitas Sumatera Utara
penting dalam menyusun QFD The House of Quality dapat dilihat pada Gambar
3.4. Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut:
1. Customer need
Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang
biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara
pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan
untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan
dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.
E
Technical Correlations
C
Technical Response
(Technical Requirement)
A
D
Customer Needs and
Benefits
Relationships
- What do the customer requirement mean
to the manufaktur
- Where are the interactions between
relationships
B
Planning Matrix
- Importance to Customer
- Current Satisfaction Performance
- Competitive Satisfaction
Performance
- Goal
- Improvement Ratio
- Sales Point
- Raw Weight
- Normalized Raw Weight
F
Technical Matrix
- Technical Response Priorities
- Competitive Technical Benchmarks
- Technical Targets
Sumber : Lou Cohen (1995)
Gambar 3.4 House of Quality
Universitas Sumatera Utara
2. Planning matrix
Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data
kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak
dicapai.
3. Technical response
Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran
bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon
kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang ( voice of
developer ).
4. Relationship
Relationship
menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD.
Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat
kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya.
5. Technical corelation
Technical correlation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon
teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup
kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubuungannya.
6. Technical matrix
Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk
serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmar untuk
tujuan pengembangan kualitas produk.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. QFD Fase II12
Fase I merupakan tahap perencanaan produk dengan menggunakan tool
house of quality. Fase II merupakan pengembangan desain berdasarkan part kritis
produk. Karakteristik part merupakan ukuran kinerja pada tahap fase II ini. Fase
III merupakan tahap perencanaan manufaktur produk dimana yang menjadi
parameter kinerjanya adalah proses manufaktur produk itu sendiri. Fase IV
merupakan perencanaan produksi dimana perencanaan operasi produksi yang
menjadi ukuran kinerjanya. Quality Function Deployment memiliki 4 fase seperti
terlihat pada Gambar 3.5.
Design Deployment
(Part Deployment)
Manufacturing planning
(Process Planning)
Performance measures
(SQCs)
Part Characteristics
Process
parameters
Performance measure
technical importance
Part characteristics
importance
Process parameters
importance
Production Planning
(Production Operations
Planning)
Production
operations
Voice of The
Customer
Product Planning
(House of Quality)
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.5 Four-Phase QFD Model
Langkah pertama pada fase II adalah pengembangan pohon fungsi seperti
pada Gambar 3.5 terlihat bahwa pada produk total awal dibagi ke dalam sub
sistem, dan sub sistem dibagi lagi ke dalam part yang lebih kecil. Pada tahap ini,
karakteristik yang terpenting pada setiap part adalah perhitungan. Hal ini akan
12
Ibid., hal. 311
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan bagian-bagian kritis pada desain. Pengukuran termasuk hal yang
terpenting yang efeknya adalah spesifikasi parameter untuk setiap part.
Pendekatan pohon fungsi adalah salah satu cara untuk mendapatkan
karakteristik part. Tergantung pada teknologi yang paling berpengaruh dan
perancangan budaya dalam perusahaan yang bervariasi, metode lainnya juga harus
digunakan dalam pengembangan part dan karakteristik part. Karakteristik part
terletak pada bagian atas Design Deployment Matrix. Mengestimasi dampak
setiap karakteristik part pada pengukuran kinerja. Ukuran kinerja prioritas
bermacam-macam tergantung pada dampak perhitungan hubungan. Setiap
hubungan
dijumlahkan
dan
menghasilkan
importance
value
yang
memprioritaskan karakteristik part. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan
karakteristik part dan part akan ditentukan oleh kepuasan pelanggan, seperti yang
terlihat pada Gambar 3.6.
Total Products
subsystem
Parts
Part Characteristics
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.6 Part Characteristics Deployment
Universitas Sumatera Utara
3.7
Antropometri13
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan
sebagainya) berat dan yang lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Pengukuran antropometri
bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang
dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan
saat digunakan.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer, dan lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Perancang produk harus
13
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. h. 60-69
Universitas Sumatera Utara
mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang
menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Kemampuan penyesuaian
(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam
proses perancangannya.
3.7.1
Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Rancangan suatu produk agar nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran
tubuh manusia yang mengoperasikannya, maka terdapat tiga prinsip dalam
penggunaan data antropometri, yaitu:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk yaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klarifikasi
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rataratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
a. Ukuran dimensi minimum yang harus ditetapakan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti
90th, 95th, atau 99th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat
pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
Universitas Sumatera Utara
b. Ukuran dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan
nilai persentil yang paling rendah (1th, 5th, 10th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk
ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5 th persentil untuk dimensi
maksimum dan 95 th untuk dimensi minimumnya.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran
tertentu. Di sini rancangan bisa dirubah- rubah ukurannya sehingga cukup
fleksibel dioperasikan oleh stiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran
tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil
yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/ mundur dan sudut
sandarannya pun bisa berubah- rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5 th
sampai denga 95 th persentil.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata- rata
Rancangan produk didasarkan terhadap rata- rata ukuran manusia. Problem
pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang berbeda
dalam ukuran rata-rata. Di dalam produk yang dirancang dan dibuat untuk
mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang
memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2
Dimensi Antropometri
Dimensi antropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data
ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan
dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur
dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh
Data
No
Dimensi Tubuh
1
Tinggi tubuh
2
Tinggi mata
3
Tinggi bahu
4
Tinggi siku
5
6
Tinggi pinggul
Tinggi tulang
ruas
Tinggi ujung
jari
Tinggi dalam
posisi duduk
Tinggi mata
dalam posisi
duduk
Tinggi bahu
dalam posisi
duduk
Tinggi siku
dalam posisi
duduk
7
8
9
10
11
12
Tebal paha
13
Panjang lutut
14
Panjang
popliteal
Definisi
Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian
paling atas kepala.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata
kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu
kanan atau ujung tulang bahu kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut
siku bagian kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.
Jarak vertickal dari lantai ke bagian tulang ruas
jari tangan kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah
tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling
atas kepala.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut
mata kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu
kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah
lengan bawah tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling
atas dari paha kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
Data
No
Dimensi Tubuh
15
Tinggi lutut
16
Tinggi popliteal
17
Lebar sisi bahu
18
Lebar bahu
bagian atas
19
Lebar pinggul
20
Tebal dada
21
Tebal perut
22
Panjang lengan
atas
23
Panjang lengan
bawah
24
25
Panjang rentang
tangan ke depan
Panjang bahu
genggaman
tangan ke depan
26
Panjang kepala
27
Lebar kepala
28
Panjang tangan
29
Lebar tangan
30
Panjang kaki
31
Lebar kaki
Definisi
Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut
kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang
terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang
lutut kaki kanan.
Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri
dan sisi paling luar bahu kanan.
Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu
atas kiri.
Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan
sisi luar pinggul kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian
buah dada untuk subyek wanita.
Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian paling menonjol dibagian perut.
Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah
kanan ke bagian atas bahu kanan.
Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari
bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari
jari tengah.
Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari
tengah tangan
Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang
silinder yang digenggam oleh tangan kanan,
dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi
(bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah
kepala.
Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi
kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.
Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari
tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan
seluruh jari lurus dan terbuka.
Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan
kanan yang diposisikan lurus dan rapat.
Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit)
ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan.
Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Data
No
Panjang
rentangan
tangan ke
samping
Panjang
rentangan siku
Tinggi
genggaman
tangan ke atas
dalam posisi
berdiri
Tinggi
genggaman ke
atas dalam
posisi duduk
Panjang
genggaman
tangan ke depan
32
33
34
35
36
3.8
Dimensi Tubuh
Definisi
Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan
ke ujung jari tengah tangan kiri.
Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke
ujung siku tangan kiri.
Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder
yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang
silinder.
Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu
kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder
yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Pembuatan Kuesioner 14
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Penggunaan kuesioner dalam penelitian merupakan hal
yang sangat pokok dalam pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan sesuai tujuan dengan cara
mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih.
Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan
penelitian.
Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan cara menjawab
14
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 67-68
Universitas Sumatera Utara
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau
memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon
tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana
terdapat pilihan jawaban.
b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.
c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda Check List pada kolom yang sesuai.
d. Rating
Scale ,
yaitu pernyataan diikuti oleh kolom-kolom
yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
3.9
Validitas Data15
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena
itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen
pengumpulan data.
Validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan
penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan
data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen
pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat
akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi
dari mana data penelitian diambil.
Cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah
melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilaksanakan
dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh
Pearson, yaitu sebagai berikut :
. . . . . . . . . . (pers 1)
Dimana, rxy
15
= Koefisien korelasi antara X dan Y
xi
= Skor variabel independen X
yi
= Skor variabel independen Y
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2013)., h. 171-172
Universitas Sumatera Utara
3.10
Reliabilitas16
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut.
Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas
atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan
konsistensi internal instrumen. Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang
menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan
menggunakan instrumen tersebut. Stabilitas instrumen dikatakan cukup baik jika
instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu
yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Konsistensi internal instrumen
memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa
jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama
menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap
keseluruhan.
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas
instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability
dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen
pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu interitem consistency
reliability dan split-half reliability. Alat test yang sering digunakan dalam
16
Ibid., h. 230-243
Universitas Sumatera Utara
pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu.
Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah:
2
k b
r 11 k 1 1 2 t
...............(pers 2)
dimana,
r11
= Reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)
k
= Jumlah butir pertanyaan dalam instrumen
2b
= Jumlah varians butir-butir pertanyaan
2t
= Varians total
Koefisien Alpha Cronbach dihitung dengan
menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1.
Menghitung varians butir-butir pertanyaan ( x ) dan jumlah varians butir.
2
x
2
2.
x
Menghitung varians total.
x
2
2
n
n
.............. (pers 3)
Y
Y - n
2
Varians total
3.
2
n
.............. (pers 4)
Menghitung koefisien Alpha Cronbach.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun
Pabatu, berjarak 7 km dari kota Tebing Tinggi dan 87 km dari kota Medan. Waktu
penelitian dilakukan mulai bulan September 2016 sampai dengan Januari 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif17. Disebut sebagai penelitian
deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek. Jenis
penelitian deskriptif yang dimaksud adalah penelitian survei. Penelitian ini disebut
penelitian survei karena dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan
informasi secara langsung dari operator yang menggunakan alat pemanen sawit.
Penelitian ini juga merupakan action reaseach yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai
bentuk perbaikan dari sistem semula.
17
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 31
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diamati adalah para pekerja pengangkutan Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang menggunakan alat angkut tojok TBS di PT
Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Afd. I yang berjumlah 6 orang.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
a. Atribut Produk
b. Karakteristik teknis
2. Variabel Dependen
a. Emotional Needs
b. Customer Requirement
c. Tingkat kesulitan, perkiraan biaya, dan derajat kepentingan
d. Part Kritis
e. Usulan pengembangan rancangan alat
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Kuesioner Terbuka18
2.
Kuesioner semantic differential19
3.
Kuesioner Kano 20
4.
Kuesioner Karakteristik Teknis21
5.
Kuisioner Part Kritis22
4.6.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ialah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk
diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel
penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review
artikel akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian. Kerangka
konseptual dalam penelitian ini adalah keseuaian rancangan alat yang digunakan
pekerja angkut TBS. Gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
18
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 174
Mitsuo Nagamachi, Kansei Affective Engineering, (Jepang: New York CRC Press, 2011), h. 13
20
Sukaria Sinulingga, op.cit., h. 174
21
Lou Cohen,Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995)., h. 123
22
Ronald, G Day. Quality Function Deployment.1993. USA : ASQC Quality Press. Hal : 128
19
Universitas Sumatera Utara
4.7.
Metode Pengumpulan Data
4.7.1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Observasi (pengamatan)
2.
Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah
a. Data permasalahan awal terhadap pemakaian alat tojok kelapa sawit
dengan instrumen kuesioner pendahuluan.
b. Data tingkat emosional konsumen terhadap alat tojok kelapa sawit dengan
kuesioner semantic differential.
c. Data tingkat kepentingan terhadap kebutuhan emosional yang terpilih
dengan kuesioner kano.
3.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data karakteristik teknik .
4.7.2. Data Sekunder
Data skunder dalam penelitian ini adalah file record perusahaan sebagai
data penunjang yaitu data gambaran umum persahaan.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Langkah-langkah
penyelesaian
4. Penelitian tentang Tojok
Studi Pendahuluan
1. Keluhan Pekerja
2. Kondisi Lapangan
Identifikasi Masalah
Adanya keluhan pekerja angkut kelapa sawit pada alat
tojok rancangan peneliti sebelumnya di PTPN IV Pabatu
Perumusan Masalah
Studi perancangan ulang alat untuk pemanen sawit yang sesuai dengan pekerja
angkut sawit
Penetapan Tujuan
Memberikan usulan pengembangan rancangan alat bantu angkut kelapa sawit
(tojok) yang sesuai dengan pekerja
Pengumpulan Data
Data Primer
- Hasil rekapitulasi kuisioner pendahuluan, kansei,
kano, karakteristik teknis, dan P art Critis
Data Sekunder
- Data mengenai perusahaan
Pengolahan Data
Identifikasi Keluhan
Identifikasi Kebutuhan – Kansei Engineering
- Identifikasi kebutuhan konsumen dengan Conjoint Analysis
- Didapatkan Customer Needs
Identifikasi Kategori Atribut - Kano
Identifikasi Teknis - Quality F unction Deployment
- Membangun House of Quality QFD Fase I
- Membangun House of Quality QFD Fase II
Pengembangan Rancangan Alat - Antropometri
Analisis Pemecahan
Masalah
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 4.10. Langkah-langkah Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1
Pengumpulan Data
5.1.1. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja yang terdapat pada proses pemanenan adalah alat tojok hasil
rancangan sebelumnya yang berfungsi sebagai alat bantu sortasi dan alat angkut
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk dimuat kedalam truk pengangkut
buah.
5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan
Kuesioner pendahuluan dibagikan kepada 6 responden. Rekapitulasi
kuesioner pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Rekapitulasi keluhan dikelompokkan berdasarkan keluhan yang memiliki
kesamaan arti untuk ketidaksesuaian desain yang dimaksud yang dapat dilihat
pada tabel 5.3.
5.1.3
Analisis Metode Kansei Engineering
Kansei Engineering type I memiliki 10 tahapan, pada penelitian ini hanya
sampai pada tahapan kedelapan karena tahap 9 dan 10 merupakan tahap
pengaplikasian pada perusahaan. Tahapan-tahapan dalam Kansei Engineering
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.1 Penetapan Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu memberikan usulan perbaikan rancangan Tojok
berdasarkan emotional needs konsumen.
5.1.3.2 Pengumpulan Kansei Word
Kansei word diperoleh dari majalah, brosur dan wawancara mengenai
produk tojok. Kansei word tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Kata kansei yang terpilih kemudian direduksi agar tidak terdapat kesamaan
arti dan sesuai dengan produk. Reduksi kansei word dilakukan berdasarkan
wawancara kepada ahli, konsumen dan juga referensi. Kansei word yang
digunakan dalam kuesioner Semantic Differential dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Kansei Word Terpilih
No
1
2
3
4
5
Kata Kansei
Inovatif
Ringan
Fleksibel
Multifungsi
LANDASAN TEORI
3.1.
Ergonomi
3.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi 2
Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacammacam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh
seperti :
1.
Anthropometric
Berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri fungsional
dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi
tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata
saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan
manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari
ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan
kenyamanan.
2.
Cognitive
Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan
infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka
waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan
ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk
pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan
2
Edy Kurniyawan. 2008. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja Berdasarkan Antropometri pada
Bagian Pallet Produk 1500 ml di PT. Tirta Sibayakindo
Universitas Sumatera Utara
fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik
pengembangan pekerjaan.
3. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal
tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.
Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja
atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai
dengan batas kemampuan manusia.
4. Cardiovaskular
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung.
Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk
memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain
kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.
5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang
menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan
manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.
3.1.2.
Tujuan Ergonomi3
Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam
suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
3
Unikom, 2010. “Tinjauan Pustaka ”, diakses http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas
teknik-dan-ilmu-komputer/teknik-industri/2010/jbptunikompp-gdl-varyatiade-22206/4bab2.docx/pdf/4-bab2.pdf
Universitas Sumatera Utara
penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang
terbaik.
3.1.3. Aplikasi Ergonomi
Adapun isi ruang lingkup bidang ergonomi meliputi:
1.
Ergonomi
fisik
yaitu
berkaitan
dengan
anatomi
tubuh
manusia,
anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan
dengan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara
lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, sumber
daya manusia (SDM), tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
2.
Ergonomi kognitif yaitu berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk
di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi
manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan
dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja, pengambilan keputusan,
performance, human-computer interaction , kehandalan manusia, dan stress
kerja.
3.
Ergonomi organisasi yaitu berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik,
termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi organisasi antara lain; komunikasi, manajemen
sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja, perancangan waktu
kerja, teamwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, cultur
organisasi, organisasi virtual.
Universitas Sumatera Utara
4.
Ergonomi lingkungan yaitu berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain; perancangan ruang kerja, sistem akustik dan lainlain.
3.2.
Definisi Kansei engineering4
Kansei engineering adalah jenis teknologi yang menerjemahkan perasaan
pelanggan ke dalam spesifikasi desain. Tim peneliti dan pengembangan
menangkap perasaan pelanggan, yang disebut kansei, analisis data kansei
menggunakan psikologis, ergonomis, medis, atau metode rekayasa, dan desain
produk baru berdasarkan analisis informasi. Kansei engineering adalah proses
teknologi dan rekayasa dari data kansei untuk merancang spesifikasi.
Kehidupan manusia beragam, tetapi pada dasarnya semua orang mencari
kepuasan emosional yang menyenangkan dalam kualitas hidup. Kondisi tersebut
menjadi penting untuk menentukan kepuasan yang ada dalam pikiran orang-orang
yang akan meningkatkan kualitas hidup mereka. Orang-orang sangat menyadari
ekosistem. Udara, air, dan suhu menjadi bagian yang lebih integral dari kehidupan
masyarakat. Bidang kesejahteraan adalah masalah baru yang lain untuk diatasi.
Kesadaran ini juga termasuk dalam kansei. Isu-isu ini harus dipertimbangkan
selama pengembangan produk sebagai ekosistem kansei. Proses kansei
engineering harus mencakup skema berikut : Pertama, seorang kansei engineer
harus berpikir, Siapa pelanggan? Kedua, Apa yang mereka inginkan dan
4
Nagamachi, Mitsuo. 2011. Innovations of Kansei engineering. (New York, 2011). h.3
Universitas Sumatera Utara
butuhkan? apa kansei mereka? Ketiga, kansei engineer harus mempertimbangkan
bagaimana cara untuk mengevaluasi kansei pelanggan. Kansei engineer harus
menganalisis data kansei setelah evaluasi kansei menggunakan analisis statistik
atau pengukuran psychophysiological, dan kemudian mentransfer data yang
dianalisis ke domain desain.
Kansei engineering berhubungan dengan empat hal:
1. Perasaan konsumen tentang produk menurut istilah ergonomik dan estimasi
psikologis. Semantic Differential (SD) yang dikembangkan oleh Osgood
merupakan teknik utama untuk menangkap Kansei Konsumen.
2. Mengidentifikasi karakteristik desain produk dari Kansei konsumen. Hal ini
dilakukan dengan melakukan survei atau eksperimen ergonomi untuk
mengamati elemen – elemen.
3. Membangun Kansei engineering sebagai sebuah teknologi ergonomik.
Beberapa teknologi komputer yang canggih. Inteligen buatan, model jaringan
syaraf, dan algoritma genetik termasuk juga teori Fuzzy, disertakan juga untuk
membangun rangka kerja yang sistematik dari teknologi Kansei engineering
dan untuk mengkonstruksi database yang terhubung dan system interface .
4. Menyesuaikan desain produk dengan perubahan sosial yang sedang terjadi
yang sesuai dengan pilihan orang. Hal ini bertujuan untuk merawat kesehatan
database dari Kansei engineering system dan trend Kansei konsumen yang
sedang meningkat dengan memasukkan data Kansei baru konsumen dalam
setiap tiga atau empat tahun.
Langkah-langkah dalam rekayasa kansei dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam Kansei engineering
Langkah-langkah pada Kansei engineering adalah sebagai berikut:
1. Decision of Strategy
Seorang kansei engineer mendengarkan klien CEO atau manajer R&D
perusahaan dan memahami strategi pengembangan produk baru perusahaan.
Hal yang paling penting bagi seorang kansei engineer adalah untuk
memahami apa kebutuhan perusahaan yang ingin dimiliki dan apa yang akan
memberikan mereka kepuasan tertinggi dalam pengembangan produk baru.
2. Collection of Kansei Words
Kansei engineer mengumpulkan kata-kata kansei terkait dengan domain
produk setelah memahami strategi perusahaan klien. Biasanya disintesis dari
majalah terkait, surat kabar bisnis, atau informasi penjualan tentang emosi
pelanggan dan pendapatnya. Kata-kata kansei adalah kata sifat, kata benda,
Universitas Sumatera Utara
kata kerja atau kadang-kadang kalimat. Indah, elegan, premium, cerdas,
sederhana, besar, warna-warni, merah, biru, persegi, mudah untuk membuka,
dan sebagainya adalah semua kata kansei. Disarankan untuk pertama kali
mengumpulkan banyak kata kansei dan kemudian menguranginya menjadi
sejumlah kecil kata-kata yang sangat penting dan relevan.
Contoh kansei word dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Contoh Kansei Words
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kansei Words
Soft
Bright
Broad
Unique
Expansive
Heavy
Refreshing
Unambiguous
Simple
Glamorous
Warm
Individual
Have uplifting feeling
Nice ring
Roundish
Gentle
Masculine
Have sense of flowing
Sharp
Powerful
Hard
Dark
Narrow
General
Unexpansive
Light
Old
Ambiguous
Complicated
Unglamorous
Cold
Common
No uplifting feeling
Ill sounding
Squarish
Unkind
Feminine
No sense of flowing
Dull
Powerles
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
3. Setting of SD Scale of the Kansei Words
Skala SD ( semantic differential ) adalah skala pengukuran psikologis yang
dirancang oleh CE Osgood dan rekan-rekannya. Skala SD digunakan untuk
membuat struktur bahasa psikologis. Osgood mengatur kata-kata positif dan
negatif pada kedua sisi garis horizontal. Misalnya, indah jelek diatur pada
kedua sisi tetapi kansei engineering dimaksudkan untuk mencapai desain yang
baik, bukan desain jelek. Kansei engineer mengatur kata-kata kansei positif
Universitas Sumatera Utara
dan negatif di kedua sisi skala seperti indah - tidak indah. Skala SD terdiri dari
beberapa skala,yaitu 5 skala, 7 skala, 9 skala, dan 11 skala, tapi 5 skala yang
paling mudah untuk dipahami dan yang paling mudah untuk digunakan. Skala
SD dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Sumber : Mitsuo Nagamichi (2011)
Gambar 3.2 Skala Semantic Differential 5 Titik, 7 Titik, dan 9 Titik
4. Collection of Product Samples
Kansei engineer harus mengumpulkan produk yang mirip dengan produk yang
ditargetkan. Kansei engineer mengumpulkan banyak botol shampoo serupa
dari pasar jika produk yang ditargetkan adalah botol shampo. Kansei engineer
mengumpulkan banyak kendaraan penumpang jika desain eksterior otomotif
mobil penumpang sekitar 20 atau 25 sampel biasanya cukup.
5. A list of Item / Category
Barang/ kategori yang terkait dengan spesifikasi desain akhir: Item
menyiratkan item desain produk sampel, dan kategori berarti detail dari item
desain misalnya, warna, bentuk, ukuran, kebulatan, dan sebagainya adalah
contoh dari item, dan merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya adalah
kategori untuk item warna. Kansei engineer harus sangat berhati-hati
mengkategorikan sampel produk. Klasifikasi sangat detil terhadap item dan
kategori akan mengarah pada desain yang sukses
Universitas Sumatera Utara
6. Evaluation Experiment
Langkah keenam adalah mengevaluasi eksperimen. Subyek menerima
instruksi dan mengevaluasi masing-masing sampel dengan skala SD 5 point
kata-kata kansei
7. Multivariate Statistical Analysis
Analisis multivariat selalu berkembang. Berbagai teknik yang telah diterima
secara luas adalah principal components dan criminant analysis, multiple
regression dan multiple correlation, multiple criminant analysis, multivariate
analysis of variance dan covariance, conjoint analysis, canonical correlation,
cluster analysis, multidimension analysis, dan correspondence analysis.
Regresi berganda merupakan metode analisis yang tepat bila masalah riset
meliputi satu variabel dependen, datanya metrik, diasumsikan berhubungan
dengan dua atau lebih variabel independen.
Tujuan stepwise regression adalah untuk memilih variabel independen dan
yang paling bertanggung jawab terhadap varian variabel dependen. Tiga
pendekatan yang bisa dipilih yaitu: forward inclusion (memasukkan prediktor
satu persatu), backward inclusion (mengeluarkan prediktor satu-persatu),
stepwise solution (kombinasi forward inclusion dan backward inclusion ).
Stepwise regression bermanfaat kalau ukuran sampel besar dan jumlah
prediktor banyak. Model konsep regresi linier sederhana dioperasikan dengan
menggunakan kuadrat terkecil. Model sampel linier sederhana tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
Y = a+bX
dimana:
Y = variabel tidak bebas
X = variabel bebas
a = nilai intersep
b = koefisien arah regresi
b=
n XY X Y
a=
n X 2
X
2
Y b X
n
8. Intrepretation of the Analyzed Data
Analisis statistik memiliki properti interpretasi tertentu. Koefisien korelasi
menunjukkan kesamaan arti antara setiap kata kansei, dan PCA mampu
menunjukkan kepada kita posisi saling terkait antara kansei dan produk
sampel. Analisis faktor menunjukkan struktur psikologis kata kansei terkait
dengan dipilih lingkup produk dan produk sampel posisi berhubungan dengan
struktur kansei. QTI atau PLS memberitahu kita kata-kata kansei apa yang
sejenis dengan spesifikasi desain kemudian ditafsirkan data dan diintegrasikan
ke dalam sifat desain produk.
9. Explanation of the Data to Designer
Langkah yang paling penting adalah kolaborasi dengan desainer produk.
Kansei engineer harus menjelaskan data yang dianalisis dan diinterpretasikan
untuk desainer. Saran berasal dari analisis data. Kansei engineer harus
memotivasi dan merangsang desainer untuk memahami interpretasi data akhir
Universitas Sumatera Utara
dan untuk menarik keluar ide desain baru perancang desain emosional di luar
data.
10. Check of Designer’s Sketch with KE Candidate
Periksa ide desain baru. Terakhir, kansei engineer harus mengevaluasi apakah
produk baru yang dirancang akan cocok dengan emosi pelanggan dan apakah
itu mengungkapkan desain emosional dan jika tidak, dia harus memotivasi
desainer untuk ide desain intrinsik yang lebih baik.
3.3.
Model Kano5
Konsultan TQM di Jepang Noriaki Kano, telah memberikan model yang
sangat berguna mengenai kepuasan pelanggan yang berkaitan dengan karakteristik
produk .Menggunakan karakteristik istilah yang tepat di kemudian hari , dan kita
akan menggambar perbedaan yang tajam antara kebutuhan pelanggan dan
karakteristik produk . Untuk saat ini menggunakan karakteristik istilah untuk
merujuk pada fitur atau kemampuan suatu produk .
Karakteristik produk Model Kano terbagi menjadi tiga kategori yang
berbeda yang masing-masing mempengaruhi pelanggan dengan cara yang
berbeda. Ketiga kategori tersebut adalah:
1.
Tidak Puas (Dissatisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "Must
be","Basic " atau “Expected "
2.
Pemuas (Satisfiers), juga dikenal sebagai karakteristik "One-Dimensional",
atau "Straight Line "
5
Lou Cohen. Quality Function Deployment : How to Make QFd Work for You. USA : AddisonWesley Publishing Company.1995.
Universitas Sumatera Utara
3.
Menyenangkan (Delighter ) , juga dikenal sebagai karakteristik "Attractive "
atau "Exciting "
Sumbu horizontal di diagram menunjukkan kinerja aktual atau keadaan
pemenuhan fisik dalam memberikan masing-masing kategori karakteristik produk
tersebut kepada pelanggan, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan tingkat
terhadap kepuasan pelanggan. Sebuah musuh strategi bersaing mengembangkan
produk dan layanan harus memperhitungkan kategori-kategori theree karakteristik
produk . Ini harus menentukan apa tingkat saat ini kepuasan untuk masing-masing
kategori tehse dan , harus memutuskan apa proporsi sumber daya proyek untuk
mengalokasikan ke produk atau jasa karakteristik pada masing-masing kategori
Gambar Diagram Model Kano dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Diagram Model Kano
Universitas Sumatera Utara
6
N. Kano telah mengembangkan diagram berguna untuk mencirikan
kebutuhan pelanggan. Menurut model Kano, atribut pelanggan dapat secara
efektif dikategorikan menjadi enam kategori , dijelaskan di bawah ini :
1.
Attractive : Sebuah atribut kualitas tertentu dapat berasal kepuasan besar di
pelanggan. Namun, tidak adanya atribut kualitas yang sama tidak berasal
ketidakpuasan. Tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat sangat tinggi
dengan meningkatnya kinerja atribut. Akan tetapi penurunan kinerja atribut
tidak akan menyebabkan penurunan tingkat kepuasan.
2.
Must Be : Pelanggan tidak akan puas ketika kualitas saat ini atribut
memenuhi. Namun, jika produk atau jasa tidak memenuhi kebutuhan
pelanggan, pelanggan akan menjadi sangat tidak puas. Tetapi kepuasan
pelanggan tidak akan meningkat jauh diatas netral meskipun kinerja dari
atribut tersebut tinggi.
3.
One-Dimensional : Tingkat kepuasan pelanggan berbanding lurus dengan
atribut kualitas tertentu. Semakin tinggi kualitas satu dimensi elemen,
kepuasan pelanggan yang lebih tinggi akan dan sebaliknya . Dengan
demikian, pelanggan biasanya dan secara eksplisit menuntut persyaratan satu
– dimensi.
4.
Indefferent : Sebuah kualitas tertentu yang tidak berpengaruh pada kepuasan
pelanggan apakah atribut kualitas hadir atau tidak
5.
Reverse : Apabila tingkat kepuasan pelanggan berbanding terbalik dengan
hasil kinerja atribut
6
Gupta, Parul. 2011. Customer Satisfaction for Designing Attractive Qualities of Healthcare
Service in India using Kano Model and Quality Function Deployment. Institute of Technology :
Moradabad. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
6.
Questionable : Karena kesalahpahaman atau salah tafsir dari jawaban pada
survey atau mengisi kuesioner kesalahan . apabila tingkat kepuasan
pelanggan tidak dapat didefinisikan (terdapat kontradiksi pada jawaban
pelanggan)
Cara perhitungan model Kano dapat digunakan tabel evaluasi kano
seperti Tabel 3.2
Tabel 3.2. Cara Perhitungan Model Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual
Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science .
Keterangan :
Q = Questionable (Diragukan)
R = Reverse (Kemunduran)
A = Attrctive (Menarik)
I = Indefferent (Netral)
O = One dimensional (Satu Ukuran)
M = Must be (Keharusan)
Keterangan dari kuesioner Kano dapat dilihat pada Tabel 3.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Keterangan Kuesioner Kano
Sumber: Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual
Model. Proceeding of Industrial Engineering and Service Science .
7
Menurut kategori Kano, tim pengembangan produk harus memahami
karakteristik teknis respon mereka. Mereka harus memeriksa karakteristik respon
teknis dengan meminta mereka untuk pelanggan mereka dalam bentuk survei
pelanggan menggunakan kuesioner Kano . Kuesioner Kano terdiri dari dua
pertanyaan kali lipat, pertanyaan fungsional dan pertanyaan disfungsional.
Pertanyaan Fungsional meminta sikap pelanggan jika respon teknis yang
berfungsi dengan baik. Jika tidak, pertanyaan disfungsi nasional adalah
pertanyaan yang menanyakan persepsi pelanggan jika respon teknis tidak bekerja
atau
tidak
ada.
Kategori
respon
teknis
dapat
ditentukan
dengan
mempertimbangkan kombinasi jawaban pelanggan.
7
Suef, Mokh. 2013. Quality Initiatives as QFD-Kano Technical Re-sponses: a Conceptual Model.
Proceeding of Industrial Engineering and Service Science. Hal : 2
Universitas Sumatera Utara
Langkah selanjutnya adalah menghitung kontribusi respon teknis pada kepuasan
pelanggan dengan menggunakan rumus berikut:
Pemilihan respon teknis harus mempertimbangkan beberapa faktor selain
koefisien di atas , seperti biaya , waktu , dan tujuan perusahaan . Pemilihan respon
teknis melibatkan model matematika untuk mengoptimalkan hasil yang
diharapkan . Respon teknis yang dipilih akan menjadi persyaratan desain produk .
3.4
Analisis Multivariat8
Analisis multivariat atau metode multivariat berhubungan dengan metode-
metode statistik yang secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis
terhadap lebih dari dua variabel pada setiap objek atau orang. Jadi, bisa dikatakan
analisis multivariat merupakan perluasan dari analisis univariat (seperti uji t) atau
bivariat (seperti korelasi dan regresi sederhana). Analisis multivariat adalah
analisis multi variabel dalam satu atau lebih hubungan. Analisis ini berhubungan
dengan semua teknik statsistik yang secara simultan menganalisis sejumlah
pengukuran pada individu atau objek. Contoh, jika dilakukan analisis regresi
sederhana, dengan satu variabel Y dan satu variabel X, maka analisis seperti itu
dikatakan bivariat, karena ada dua (bi) variabel, X dan Y. Sedang jika dilakukan
8
Singgih Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), h.7.
Universitas Sumatera Utara
analisis regresi berganda, dengan satu variabel Y dan dua variabel X (X1 dan X2),
maka analisis sudah bisa dikatakan multivariat, karena ada tiga variabel (termasuk
X1 dan X2).
3.5
Conjoint Analysis9
Tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi
seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil
utama Conjoint Analysis adalah suatu bentuk desain produk barang atau jasa, atau
objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.
Proses dasar dari Conjoint Analysis adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan factor (atribut spesifik) kemudian level (bagian-bagian dari
faktor) dari sebuah objek. Contoh, jika objek yang diteliti adalah sebuah baju
(kemeja), faktor di sini mungkin adalah warna baju, motif baju dan bahan
baju.
2.
Desain Stimuli merupakan kombinasi antara faktor dengan level disebut
sebagai suatu stimuli atau treatment, jika diambil contoh terkait, kemeja
dengan motif kotak-kotak, warna biru dan berbahan katun adalah satu stimuli
dari sekian kombinasi.
3.
Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada.
Terdapat 15 stimuli yang dihasilkan dari kombinasi faktor-level dari produk
kemeja, maka kepada sejumlah responden diminta member pendapat atas ke15 stimuli tersebut.
9
Singgih Santoso, op.cit., h. 279-281.
Universitas Sumatera Utara
4.
Proses Conjoint. Berdasarkan pendapat responden atas sekian stimuli
dilakukan proses konjoin untuk memperkirakan bentuk produk yang
diinginkan responden.
5.
Menentukan Predictive Accuracy (Ketepatan Prediksi) dari hasil conjoint di
atas, yakni proses menguji hasil konjoin dengan sejumlah Holdout Sample
untuk mengetahui apakah prediksi yang telah dilakukan mempunyai
ketepatan yang tinggi.
Tentu saja jumlah stimuli secara teoritis akan menjadi sangat banyak jika
faktor dan level juga bervariasi. Sebagai contoh, jika ada 4 faktor dengan masingmasing faktor terhadap 5 level, maka jumlah stimuli secara teoritis adalah 5 x 5 x
5 x 5 = 625 stimuli. Hal ini berarti setiap responden secara teoritis harus memberi
pendapat tehadap 625 stimuli.
Jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli
dengan ketentuan stimuli minimal adalah:
Minimum stimuli = jumlah level – jumlah faktor + 1
Pertanyaan sebelumnya, karena tiap faktor memiliki 5 level, maka 4 faktor
yang akan ada yaitu 5 x 4 = 20 level. Dengan demikian:
Minimum stimuli = 20 – 5 + 1 = 16 stimuli
Seorang responden mengisi seluruh 625 stimuli (sama dengan 625
pertanyaan), ia cukup mengisi minimal 16 stimuli.
Universitas Sumatera Utara
3.6
Quality Function Deployment 10
QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan
karakteristik teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap
pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. QFD digunakan untuk membantu
bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika
menyusun spesifikasi desain dan pabrikasi.
Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada
tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Inti dari QFD adalah
suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What)
dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi
kebutuhan pelanggan (How).
3.6.1
House of Quality (HoQ)11
The house of quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam
mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment
(QFD). The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam
membangun HOQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga
proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan. Adapun komponen
10
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 135
Lou Cohen, Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995), h. 11-13
11
Universitas Sumatera Utara
penting dalam menyusun QFD The House of Quality dapat dilihat pada Gambar
3.4. Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut:
1. Customer need
Customer need berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan yang
biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara mengetahui suara
pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pelanggan
untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun saran pelanggan, dan
dapat juga dilakukan dengan pembagian kuisioner.
E
Technical Correlations
C
Technical Response
(Technical Requirement)
A
D
Customer Needs and
Benefits
Relationships
- What do the customer requirement mean
to the manufaktur
- Where are the interactions between
relationships
B
Planning Matrix
- Importance to Customer
- Current Satisfaction Performance
- Competitive Satisfaction
Performance
- Goal
- Improvement Ratio
- Sales Point
- Raw Weight
- Normalized Raw Weight
F
Technical Matrix
- Technical Response Priorities
- Competitive Technical Benchmarks
- Technical Targets
Sumber : Lou Cohen (1995)
Gambar 3.4 House of Quality
Universitas Sumatera Utara
2. Planning matrix
Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data
kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak
dicapai.
3. Technical response
Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran
bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon
kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang ( voice of
developer ).
4. Relationship
Relationship
menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD.
Hubungan tersebut merupakan dari tim pengembangan yang dapat bersifat
kuat, moderat, dan lemah atau tidak ada hubungannya.
5. Technical corelation
Technical correlation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon
teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif cukup
kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubuungannya.
6. Technical matrix
Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk
serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmar untuk
tujuan pengembangan kualitas produk.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. QFD Fase II12
Fase I merupakan tahap perencanaan produk dengan menggunakan tool
house of quality. Fase II merupakan pengembangan desain berdasarkan part kritis
produk. Karakteristik part merupakan ukuran kinerja pada tahap fase II ini. Fase
III merupakan tahap perencanaan manufaktur produk dimana yang menjadi
parameter kinerjanya adalah proses manufaktur produk itu sendiri. Fase IV
merupakan perencanaan produksi dimana perencanaan operasi produksi yang
menjadi ukuran kinerjanya. Quality Function Deployment memiliki 4 fase seperti
terlihat pada Gambar 3.5.
Design Deployment
(Part Deployment)
Manufacturing planning
(Process Planning)
Performance measures
(SQCs)
Part Characteristics
Process
parameters
Performance measure
technical importance
Part characteristics
importance
Process parameters
importance
Production Planning
(Production Operations
Planning)
Production
operations
Voice of The
Customer
Product Planning
(House of Quality)
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.5 Four-Phase QFD Model
Langkah pertama pada fase II adalah pengembangan pohon fungsi seperti
pada Gambar 3.5 terlihat bahwa pada produk total awal dibagi ke dalam sub
sistem, dan sub sistem dibagi lagi ke dalam part yang lebih kecil. Pada tahap ini,
karakteristik yang terpenting pada setiap part adalah perhitungan. Hal ini akan
12
Ibid., hal. 311
Universitas Sumatera Utara
mendeskripsikan bagian-bagian kritis pada desain. Pengukuran termasuk hal yang
terpenting yang efeknya adalah spesifikasi parameter untuk setiap part.
Pendekatan pohon fungsi adalah salah satu cara untuk mendapatkan
karakteristik part. Tergantung pada teknologi yang paling berpengaruh dan
perancangan budaya dalam perusahaan yang bervariasi, metode lainnya juga harus
digunakan dalam pengembangan part dan karakteristik part. Karakteristik part
terletak pada bagian atas Design Deployment Matrix. Mengestimasi dampak
setiap karakteristik part pada pengukuran kinerja. Ukuran kinerja prioritas
bermacam-macam tergantung pada dampak perhitungan hubungan. Setiap
hubungan
dijumlahkan
dan
menghasilkan
importance
value
yang
memprioritaskan karakteristik part. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan
karakteristik part dan part akan ditentukan oleh kepuasan pelanggan, seperti yang
terlihat pada Gambar 3.6.
Total Products
subsystem
Parts
Part Characteristics
Sumber: Lou Cohen (1995)
Gambar 3.6 Part Characteristics Deployment
Universitas Sumatera Utara
3.7
Antropometri13
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan
sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan
sebagainya) berat dan yang lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Pengukuran antropometri
bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang
dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan
saat digunakan.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer, dan lain-lain.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang
tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Perancang produk harus
13
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. h. 60-69
Universitas Sumatera Utara
mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang
menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Kemampuan penyesuaian
(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam
proses perancangannya.
3.7.1
Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Rancangan suatu produk agar nantinya bisa disesuaikan dengan ukuran
tubuh manusia yang mengoperasikannya, maka terdapat tiga prinsip dalam
penggunaan data antropometri, yaitu:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk yaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klarifikasi
ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rataratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara:
a. Ukuran dimensi minimum yang harus ditetapakan dari suatu rancangan
produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti
90th, 95th, atau 99th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat
pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
Universitas Sumatera Utara
b. Ukuran dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan
nilai persentil yang paling rendah (1th, 5th, 10th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk
ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5 th persentil untuk dimensi
maksimum dan 95 th untuk dimensi minimumnya.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran
tertentu. Di sini rancangan bisa dirubah- rubah ukurannya sehingga cukup
fleksibel dioperasikan oleh stiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran
tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil
yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/ mundur dan sudut
sandarannya pun bisa berubah- rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5 th
sampai denga 95 th persentil.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata- rata
Rancangan produk didasarkan terhadap rata- rata ukuran manusia. Problem
pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang berbeda
dalam ukuran rata-rata. Di dalam produk yang dirancang dan dibuat untuk
mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang
memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2
Dimensi Antropometri
Dimensi antropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data
ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan
dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan
mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur
dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh
Data
No
Dimensi Tubuh
1
Tinggi tubuh
2
Tinggi mata
3
Tinggi bahu
4
Tinggi siku
5
6
Tinggi pinggul
Tinggi tulang
ruas
Tinggi ujung
jari
Tinggi dalam
posisi duduk
Tinggi mata
dalam posisi
duduk
Tinggi bahu
dalam posisi
duduk
Tinggi siku
dalam posisi
duduk
7
8
9
10
11
12
Tebal paha
13
Panjang lutut
14
Panjang
popliteal
Definisi
Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian
paling atas kepala.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata
kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu
kanan atau ujung tulang bahu kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut
siku bagian kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.
Jarak vertickal dari lantai ke bagian tulang ruas
jari tangan kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah
tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling
atas kepala.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut
mata kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu
kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah
lengan bawah tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling
atas dari paha kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
Data
No
Dimensi Tubuh
15
Tinggi lutut
16
Tinggi popliteal
17
Lebar sisi bahu
18
Lebar bahu
bagian atas
19
Lebar pinggul
20
Tebal dada
21
Tebal perut
22
Panjang lengan
atas
23
Panjang lengan
bawah
24
25
Panjang rentang
tangan ke depan
Panjang bahu
genggaman
tangan ke depan
26
Panjang kepala
27
Lebar kepala
28
Panjang tangan
29
Lebar tangan
30
Panjang kaki
31
Lebar kaki
Definisi
Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut
kanan.
Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang
terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang
lutut kaki kanan.
Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri
dan sisi paling luar bahu kanan.
Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu
atas kiri.
Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan
sisi luar pinggul kanan.
Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian
buah dada untuk subyek wanita.
Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian paling menonjol dibagian perut.
Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah
kanan ke bagian atas bahu kanan.
Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari
bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari
jari tengah.
Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari
tengah tangan
Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang
silinder yang digenggam oleh tangan kanan,
dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi
(bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah
kepala.
Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi
kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.
Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari
tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan
seluruh jari lurus dan terbuka.
Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan
kanan yang diposisikan lurus dan rapat.
Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit)
ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan.
Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.
Tabel 3.4 Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Data
No
Panjang
rentangan
tangan ke
samping
Panjang
rentangan siku
Tinggi
genggaman
tangan ke atas
dalam posisi
berdiri
Tinggi
genggaman ke
atas dalam
posisi duduk
Panjang
genggaman
tangan ke depan
32
33
34
35
36
3.8
Dimensi Tubuh
Definisi
Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan
ke ujung jari tengah tangan kiri.
Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke
ujung siku tangan kiri.
Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder
yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang
silinder.
Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu
kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder
yang digenggam oleh telapak tangan kanan.
Pembuatan Kuesioner 14
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Penggunaan kuesioner dalam penelitian merupakan hal
yang sangat pokok dalam pengumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan sesuai tujuan dengan cara
mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih.
Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan
penelitian.
Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan cara menjawab
14
Rosnani Ginting, Perancangan Produk, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 67-68
Universitas Sumatera Utara
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau
memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon
tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana
terdapat pilihan jawaban.
b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.
c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda Check List pada kolom yang sesuai.
d. Rating
Scale ,
yaitu pernyataan diikuti oleh kolom-kolom
yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
3.9
Validitas Data15
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang
valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena
itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen
pengumpulan data.
Validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat keakurasian rancangan
penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk rancangan pengumpulan
data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat dan alat/instrumen
pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat
akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan diterapkan pada populasi
dari mana data penelitian diambil.
Cara yang umum digunakan untuk menguji validitas instrumen ialah
melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi dilaksanakan
dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh
Pearson, yaitu sebagai berikut :
. . . . . . . . . . (pers 1)
Dimana, rxy
15
= Koefisien korelasi antara X dan Y
xi
= Skor variabel independen X
yi
= Skor variabel independen Y
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, (Cet II; Medan: USU Press, 2013)., h. 171-172
Universitas Sumatera Utara
3.10
Reliabilitas16
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut.
Dua ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas
atau kehandalan instrumen pengumpulan data, yaitu stabilitas instrumen dan
konsistensi internal instrumen. Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang
menunjukkan derajat kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan
menggunakan instrumen tersebut. Stabilitas instrumen dikatakan cukup baik jika
instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran variabel yang sama dalam waktu
yang berbeda dan memberikan hasil yang sama. Konsistensi internal instrumen
memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti seberapa
jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara bersama-sama
menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang berarti terhadap
keseluruhan.
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas
instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest reliability
dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen
pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu interitem consistency
reliability dan split-half reliability. Alat test yang sering digunakan dalam
16
Ibid., h. 230-243
Universitas Sumatera Utara
pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu.
Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah:
2
k b
r 11 k 1 1 2 t
...............(pers 2)
dimana,
r11
= Reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach)
k
= Jumlah butir pertanyaan dalam instrumen
2b
= Jumlah varians butir-butir pertanyaan
2t
= Varians total
Koefisien Alpha Cronbach dihitung dengan
menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1.
Menghitung varians butir-butir pertanyaan ( x ) dan jumlah varians butir.
2
x
2
2.
x
Menghitung varians total.
x
2
2
n
n
.............. (pers 3)
Y
Y - n
2
Varians total
3.
2
n
.............. (pers 4)
Menghitung koefisien Alpha Cronbach.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun
Pabatu, berjarak 7 km dari kota Tebing Tinggi dan 87 km dari kota Medan. Waktu
penelitian dilakukan mulai bulan September 2016 sampai dengan Januari 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif17. Disebut sebagai penelitian
deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek. Jenis
penelitian deskriptif yang dimaksud adalah penelitian survei. Penelitian ini disebut
penelitian survei karena dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dan
informasi secara langsung dari operator yang menggunakan alat pemanen sawit.
Penelitian ini juga merupakan action reaseach yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada perusahaan sebagai
bentuk perbaikan dari sistem semula.
17
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 31
Universitas Sumatera Utara
4.3.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diamati adalah para pekerja pengangkutan Tandan
Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang menggunakan alat angkut tojok TBS di PT
Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu Afd. I yang berjumlah 6 orang.
4.4.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
a. Atribut Produk
b. Karakteristik teknis
2. Variabel Dependen
a. Emotional Needs
b. Customer Requirement
c. Tingkat kesulitan, perkiraan biaya, dan derajat kepentingan
d. Part Kritis
e. Usulan pengembangan rancangan alat
Universitas Sumatera Utara
4.5.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Kuesioner Terbuka18
2.
Kuesioner semantic differential19
3.
Kuesioner Kano 20
4.
Kuesioner Karakteristik Teknis21
5.
Kuisioner Part Kritis22
4.6.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ialah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk
diagram yang memperlihatkan struktur dan sifat hubungan logis antar variabel
penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review
artikel akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian. Kerangka
konseptual dalam penelitian ini adalah keseuaian rancangan alat yang digunakan
pekerja angkut TBS. Gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
18
Sukaria Sinulingga, Metodologi Penelitian, (Edisi 3, Medan: USU press, 2011), h. 174
Mitsuo Nagamachi, Kansei Affective Engineering, (Jepang: New York CRC Press, 2011), h. 13
20
Sukaria Sinulingga, op.cit., h. 174
21
Lou Cohen,Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA: AddisonWesley Publishing Company, 1995)., h. 123
22
Ronald, G Day. Quality Function Deployment.1993. USA : ASQC Quality Press. Hal : 128
19
Universitas Sumatera Utara
4.7.
Metode Pengumpulan Data
4.7.1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Observasi (pengamatan)
2.
Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah
a. Data permasalahan awal terhadap pemakaian alat tojok kelapa sawit
dengan instrumen kuesioner pendahuluan.
b. Data tingkat emosional konsumen terhadap alat tojok kelapa sawit dengan
kuesioner semantic differential.
c. Data tingkat kepentingan terhadap kebutuhan emosional yang terpilih
dengan kuesioner kano.
3.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data karakteristik teknik .
4.7.2. Data Sekunder
Data skunder dalam penelitian ini adalah file record perusahaan sebagai
data penunjang yaitu data gambaran umum persahaan.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Langkah-langkah
penyelesaian
4. Penelitian tentang Tojok
Studi Pendahuluan
1. Keluhan Pekerja
2. Kondisi Lapangan
Identifikasi Masalah
Adanya keluhan pekerja angkut kelapa sawit pada alat
tojok rancangan peneliti sebelumnya di PTPN IV Pabatu
Perumusan Masalah
Studi perancangan ulang alat untuk pemanen sawit yang sesuai dengan pekerja
angkut sawit
Penetapan Tujuan
Memberikan usulan pengembangan rancangan alat bantu angkut kelapa sawit
(tojok) yang sesuai dengan pekerja
Pengumpulan Data
Data Primer
- Hasil rekapitulasi kuisioner pendahuluan, kansei,
kano, karakteristik teknis, dan P art Critis
Data Sekunder
- Data mengenai perusahaan
Pengolahan Data
Identifikasi Keluhan
Identifikasi Kebutuhan – Kansei Engineering
- Identifikasi kebutuhan konsumen dengan Conjoint Analysis
- Didapatkan Customer Needs
Identifikasi Kategori Atribut - Kano
Identifikasi Teknis - Quality F unction Deployment
- Membangun House of Quality QFD Fase I
- Membangun House of Quality QFD Fase II
Pengembangan Rancangan Alat - Antropometri
Analisis Pemecahan
Masalah
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 4.10. Langkah-langkah Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1
Pengumpulan Data
5.1.1. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja yang terdapat pada proses pemanenan adalah alat tojok hasil
rancangan sebelumnya yang berfungsi sebagai alat bantu sortasi dan alat angkut
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk dimuat kedalam truk pengangkut
buah.
5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Pendahuluan
Kuesioner pendahuluan dibagikan kepada 6 responden. Rekapitulasi
kuesioner pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Rekapitulasi keluhan dikelompokkan berdasarkan keluhan yang memiliki
kesamaan arti untuk ketidaksesuaian desain yang dimaksud yang dapat dilihat
pada tabel 5.3.
5.1.3
Analisis Metode Kansei Engineering
Kansei Engineering type I memiliki 10 tahapan, pada penelitian ini hanya
sampai pada tahapan kedelapan karena tahap 9 dan 10 merupakan tahap
pengaplikasian pada perusahaan. Tahapan-tahapan dalam Kansei Engineering
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.1 Penetapan Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu memberikan usulan perbaikan rancangan Tojok
berdasarkan emotional needs konsumen.
5.1.3.2 Pengumpulan Kansei Word
Kansei word diperoleh dari majalah, brosur dan wawancara mengenai
produk tojok. Kansei word tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Kata kansei yang terpilih kemudian direduksi agar tidak terdapat kesamaan
arti dan sesuai dengan produk. Reduksi kansei word dilakukan berdasarkan
wawancara kepada ahli, konsumen dan juga referensi. Kansei word yang
digunakan dalam kuesioner Semantic Differential dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Kansei Word Terpilih
No
1
2
3
4
5
Kata Kansei
Inovatif
Ringan
Fleksibel
Multifungsi