Laporan Praktikum Teknologi Perlindungan id
Laporan Praktikum
Teknologi Perlindungan Tanaman
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Serangga
Crocidolomia Binotalis
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Rani Puspa Rahayu
(150510130113)
Bayu Adji Purwoko
(150510130114)
Asyitri Desliyanti R
(150510130116)
Hafizh Naufal
(150510130117)
Muhammad Eza S
(150510130118)
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2014
1
Kata Pengantar
Allah SWT adalah Zat yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi, Maha
Pemurah lagi Maha Adil. Begitu banyak nikmat dan pahala yang telah Allah
berikan dan janjikan kepada umat-Nya yang taat kepada-Nya. Puji syukur kami
panjatkan atas segala karunia yang telah Allah berikan kepada kami karena atas
seizinnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap
Pertumbuhan Serangga Crocidolomia binotalis”
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah
membantu terlaksana dan terselesaikannya pengerjaan tugas makalah ini. semoga
Allah SWT memberikan balasan pahala bagi semua pihak yang telah membantu
proses pengerjaan laporan praktikum ini. Amin.
Kami berharap pengerjaan laporan praktikum ini bukan hanya sebagai
bentuk pemenuhan kewajiban atas tugas yang telah diberikan akan tetapi dapat
bermanfaat juga sebagai salah satu sumber daripada informasi dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman.
Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
kami berharap akan kritik dan saran yang membangun agar kelak di kemudian
hari dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir
kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat.
Jatinangor, 22 April 2014
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................... I
Daftar Isi ................................................................................................................ II
Bab I ....................................................................................................................... 4
Latar belakang ............................................................................................ 4
Tujuan ........................................................................................................ 4
Bab II ...................................................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 5
Bab III .................................................................................................................... 8
Metoda Penelitian ....................................................................................... 8
Bahan dan Alat ........................................................................................... 8
Cara Kerja .................................................................................................. 8
Bab IV .................................................................................................................... 9
Pembahasan .................................................................................................9
Bab V ................................................................................................................... 16
Kesimpulan .............................................................................................. 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan salah satu hewan yang sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Serangga memiliki siklus hidup yang bermacammacam sesuai dengan jenis ordo serangga tersebut. Salah satu yang
mempengaruhi siklus hidup serangga adalah suhu.
Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin
yang dapat dirasakan di permukaan bumi. Pengaruh suhu jelas terlihat pada
proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu, aktivitas serangga tinggi, akan
tetapi pada suhu yang lain akan berkurang. Umumnya kisaran suhu yang
efektif terhadap pertumbuhan serangga adalah suhu minimum 15oC, suhu
optimum 25oC, dan suhu maksimum 45oC. Pada suhu optimum, kemampuan
serangga untuk menghasilkan keturunan besar, dan kematian sebelum batas
umur akan sedikit (Jumar, 2000).
Serangga adalah organisme yang sifatnya polikilotermal, sehingga
serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa
aktivitas serangga dipengaruhi oleh suhu, dan kisaran suhu optimal bagi
serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh
pada kesuburan atau produksi telur, laju pertumbuhan, dan migrasi atau
penyebarannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan serangga
2. Mengetahui perbedaan dari setiap instar pada larva serangga
3. Mengetahui umur setiap instar pada larva serangga
4. Memahami perubahan siklus hidup pada larva Crocidolomia binotalis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Klasifikasi Crocidolomia binotalis
Kingdom
: Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Crambidae
Genus
: Crocidolomia
Spesies
: Crocidolomia binotalis
Morfologi dan biologi (Oever 1973; Sastrosiswojo & Setiawati 1992)
• Serangga dewasa
Dada C. binotalis dewasa berwarna hitam, sedangkan perutnya berwarna
coklat kemerahan, panjang tubuhnya kira-kira 1,1 cm. Ngengat aktif pada malam
hari. Sayap depan ngengat jantan mempunyai rumbai dari rambut halus yang
berwarna gelap pada bagian tepi-depan (anterior). Panjang tubuh rata-rata untuk
serangga jantan 10,4 mm dan serangga betina 9,6 mm.
• Telur
diletakkan dalam kelompok menyerupai genting-genting rumah dan berwarna
hijau muda. Kelompok telur dapat ditemukan pada permukaan bawah daun, di
tepi daun, atau di dekat tulang daun. Jumlah telur rata-rata 48 butir dan ukurannya
2,6 mm dan 4,3 mm. Masa telur tiga sampai enam hari dan rata-rata empat hari.
• Larva
Larva berwarna hijau muda kecoklatan dan terdiri atas lima instar. Pada
bagian sisi dan bagian atas tubuh larva terdapat garis-garis putih sepanjang
tubuhnya. Larva muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis. Larva
“tua” (instar ke-4 dan ke-5) panjangnya kira-kira 2 cm, bersifat malas, dan selalu
menghindari cahaya matahari. Masa larva 11-17 hari dengan rata-rata 14 hari pada
suhu udara 26-33,2 oC.
• Pupa
5
Biasanya pembentukan pupa terjadi pada permukaan tanah. Pupa berwarna
kuning kecoklatan dan berukuran lebar 3 mm serta panjang 10 mm. Masa pupa 913 hari dan rata-rata 10 hari pada suhu udara 26-33 oC.
Daur hidup
Dalam kondisi laboratorium, (suhu 16-22,5 oC dan kelembaban 60-80%),
lamanya daur hidup C. binotalis adalah 30-41 hari (Gambar 4).
Daerah sebar dan ekologi
C. binotalis umum dijumpai pada pertanaman kubis, baik yang diusahakan
maupun pada tanaman kubis liar. Di pulau Jawa, C. binotalis dijumpai menyerang
kubis, baik di perbukitan maupun di dataran rendah. C. binotalis merupakan hama
utama kedua setelah P. xylostella pada tanaman kubis. Dua jenis hama tersebut
seringkali didapatkan saling bergantian menempati kedudukan sebagai hama
utama pada tanaman kubis. Daerah sebar C. binotalis dilaporkan di Asia Selatan
dan Asia Tenggara, Australia, Afrika Selatan, Tanzania, dan kepulauan Pasifik
(Kalshoven 1981).
Menurut hasil penelitian Oever (1973), Sudarwohadi (1975), dan Thayib
(1983) di KP Segunung, puncak populasi telur terjadi pada bulan Februari, Mei
6
dan Juli-Agustus. Puncak populasi larva terjadi pada bulan Maret, Juni dan
Agustus. Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara populasi larva C.
binotalis dengan tinggi/rendahnya curah hujan. Pada tanaman kubis, populasi
larva meningkat mulai dua minggu setelah tanam dan mencapai puncaknya pada
umur enam sampai delapan minggu setelah tanam lalu menurun sampai saat panen
kubis.
Tanaman inang dan gejala kerusakan
Tanaman inang C. binotalis adalah pelbagai jenis kubis seperti kubis putih,
kubis bunga, petsai, brokoli, dan lain-lainnya. Selain itu tanaman turnip, radis,
sawi jabung, dan selada air juga merupakan inang C. binotalis (Sastrosiswojo
1987).
BAB III
METODA PENELITIAN
7
Metoda penelitian yang digunakan yaitu metode percobaan dengan
membandingkan sample. Terdiri dari 5 ekor larva diletakkan di dalam toples suhu
ruangan dan 5 ekor larva diletakkan di dalam toples suhu dingin. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mengamati pertumbuhan setiap instar larva,
mengganti makanan, dan membersihkan toples yang berisi kotoran-kotoran larva.
Pengamatan dilakukan selama 14 hari.
3.1 Bahan dan Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sample ulat
Toples
Kubis
Tisu
Tabung khusus untuk pertumbuhan pupa
Madu
3.2 Cara kerja
1. Letakan 5 Crocidolomia binotalis kedalam dua wadah yang berbeda.
2. Tutup wadah tersebut, lalu lubangi bagian atas wadah dengan jarum atau
lidi agar sirkulasi udara bisa masuk.
3. Lalu, wadah yang telah di isi ulat tersebut di letakan di tempat yang
berbeda, satu dari wadah diletakan di ruangan dengan suhu ruangan dan
wadah berikutnya dimasukan dalam kulkas dengan suhu dingin.
4. Amati setiap perubahan yang terjadi dengan mengecek secara periodik dan
beri makan secara teratur.
5. Jika pupa telah mengalami metamorfosis menjadi nimfa, masukan madu
pada tempat yang tersedia agar madu tersebut dimakan oleh pupa dengan
cara di hisap.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tanggal
02-04-14
03-04-14
04-04-14
I
Suhu Ruangan
II III IV V
5
5
4
Pupa
I
Suhu Dingin
II III IV V
5
5
5
Pupa
8
05-04-14
06-04-14
07-04-14
08-04-14
09-04-14
10-04-14
11-04-14
12-04-14
13-04-14
14-04-14
15-04-14
16-04-14
3
1
3
3
1
1
3
5
5
1
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
1
Pembahasan
Larva suhu ruangan pada hari pertama dan kedua kemungkinan instar 2.
Pada hari ketiga larva berkurang 1 ekor menjadi 4 dan memasuki instar 3 yang
ditandai dengan larva aktif bergerak dan aktif makan mulai menyerang kubis.
Disekitar tubuhnya menumpuk kotoran larva yang berwarna hijau muda.
Pada hari ke 4 satu larva sudah memasuki instar 4 kepalanya berwarna
kecoklatan, garis hijau yang membujur pada bagian vertal semakin jelas. Larva
instar 4 ini mendekati masa pra pupa. Sedangkan 3 larva lainnya masih instar 3
dan belum ada perubahan. Larva masih aktif makan.
Pada hari ke 5 dan ke 6 larva instar 4 sudah berubah menjadi instar 5.
Larva berwarna kuning kehijauan dengan kepala berwarna kehitaman. Pada
bagian punggung dan tubuh bagian samping larva terdapat garis membujur warna
coklat. 3 larva lainnya memasuki instar 4, ditandai dengan larva yang bergerak
lamban dan tidak aktif makan.
Pada hari ke 7 larva pada instar 5 sudah menjadi pupa. Warnanya merah
kecoklatan dan dipindahakan pada tempat khusus dan diberi tanah, karena pupa
crocidolomia harus tertutup oleh tanah. Sedangkan larva lainnya memasuki instar
5.
9
Pada hari ke 8-14 larva dipindahkan kedalam tabung khusus masa pupa
sampai berubah menjadi imago. Sampai hari ke 14 belum ada satupun yang sudah
menjadi imago.
Jika dibandingkan dengan larva yang disimpan pada suhuh dingin, larva
pada suhu dingin mengalami perkembangan yang lambat. Pada hari pertama
sampai ke 5 larva berada pada instar 2, larva belum aktif makan. Pada hari ke 6-13
larva sudah berubah instar menjadi instar 3. Larva mulai aktif makan dan mulai
banyak mengeluarkan banyak kotoran (akan tetapi tetap berbeda dengan jumlah
makanan yang dimakan dibandingkan dengan suhu ruangan, suhu dingin banyak
tetapi tidak banyak seperti suhu ruangan)
Pada pengamatan hari terakhir ( hari ke 14 ) 1 larva berubah instar menjadi
instar 4. Kepalanya berwarna kecoklatan dan pada tubuhnya terdapat garis hijau
yang membujur pada bagian vertal. Larva lainnya masih instar 3.
Larva akan tumbuh dengan baik pada suhu yang optimum atau sekitar 2633,2o C ( Othman, 1982)
Stadia larva mulai dari instar 1-5 berkisar antara 11-17 hari. Larva instar 1
sekitar 2-4 hari, larva instar 2 1-3 hari, larva instar 3 1-3 hari, larva instar 4 1-5,
dan larva instar 5 ( pra pupa ) 3-7 hari. ( othman, 1982)
10
Data Pengamatan Kelas A
11
NO
1
Hari
Tanggal
03-04-14
2
3
Yang diamati
Aktif
04-04-14
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Aktif
05-04-14
Keaktifan
makan
Kurang aktif karena
masih terdapat makanan
(kubis) yg tersisa
Warna tetap
Pegerakan lebih agresif
06-04-14
Keaktifan
makan
6
7
07-04-14
08-04-14
09-04-14
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pegerakan lebih agresif
Pergerakan lebih diam
-
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Tidak aktif makan
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pergerakan lebih agresif
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Tidak aktif makan
Keaktifan
makan
Keterangan
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pegerakan lebih agresif
Pergerakan lebih diam
Kurang aktif karena
masih terdapat makanan
(kubis) yg tersisa
Warna memucat
Pegerakan lebih diam
Keadaan
Instaar
5
Suhu Kulkas
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Keadaan Instar
4
Suhu Ruang
Sudah menjadi pupa
Sudah menjadi pupa
-
-
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pergerakan lebih agresif
-
12
Perbandingan Hasil Pengamatan
Dari data pengamatan yang kami bandingkan dengan hasil pengamatan
kelas A tentang perkembangan larva, dari segi pola makan pada masing – masing
keadaan ruangan, kelas kami dan kelas A mendapatkan hasil pengamatan dan
kesimpulan yang sama, dimana larva yang ditempatkan pada suhu ruangan lebih
aktif makan, sedangkan larva yang ditempatkan dalam suhu ruangan yang dingin
kurang aktif dalam memakan makanan, dan biasanya memakan makanan (kubis)
hanya untuk mempertahankan dirinya terhadap suhu ruangan yang ada.
Selain itu, pengamatan dari segi tingkah laku, kelas kami dan kelas A
mendapatkan hasil pengamatan dan data yang sama dimana larva yang
ditempatkan pada suhu ruangan lebih aktif dalam beraktifitas didalam wadah,
sedangkan larva yang ditempatkan pada suhu dingin yaitu didalam kulkas
cenderung diam dan aktifitasnya berkurang hari demi hari.
Lalu dari kedua segi yang kami amati tersebut pada akhirnya berdampak
pada fase perkembangan dari larva tersebut, dimana pada larva yang ditempatkan
pada keadaan suhu ruangan, fase perkembangan larva tidak mengalami gangguan
dan sesuai dengan fase perkembangan yang sewajarnya, sedangkan larva yang
ditempatkan pada suhu dingin yaitu di dalam kulkas fase perkembangannya tidak
wajar dan mengalami penghambatan yang disebabkan oleh faktor pengaruh suhu
yang menyebabkan aktifitas larva berkurang.
BAB IV
PENUTUP
13
5.1 Kesimpulan
Serangga adalah organisme yang sifatnya polikilotermal, sehingga
serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa
aktivitas serangga dipengaruhi oleh suhu,dan kisaran suhu optimal bagi serangga
bervariasi menurut spesiesnya.
Pengaruh suhu jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu
tertentu, aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan
berkurang. Umumnya kisaran suhu yang efektif terhadap pertumbuhan serangga
adalah suhu minimum 15oC, suhu optimum 25oC, dan suhu maksimum 45oC. Pada
suhu optimum, kemampuan serangga untuk menghasilkan keturunan besar, dan
kematian sebelum batas umur akan sedikit.
Oleh karena itu siklus hidup dan aktivitas serangga dapat berjalan dengan
normal bahkan optimal dengan salah satu factor pendukung yaitu suhu dari
lingkungan tempat serangga itu berada.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2013. “Faktor Pendukung Penyebaran Serangga di Lapangan”
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-236-faktorpendukung-penyebaran-serangga-di-lapangan-.html
(di
akses
pada
tanggal 22 April 2014)
14
Direktorat
Bina
Perlindungan Tanaman.
1994.
Pengelolaan
Organisme
Pengganggu Tumbuhan secara Terpadu pada Tanaman Kubis. Direktorat
Jendral Tanaman Pangan. Jakarta.
Lubis, A.H. 1982. Biologi Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera :
Pyralidae) pada Tanaman Kubis dan Lobak. Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kubis. Kanisisus. Yogyakarta.
15
Teknologi Perlindungan Tanaman
Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Serangga
Crocidolomia Binotalis
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Rani Puspa Rahayu
(150510130113)
Bayu Adji Purwoko
(150510130114)
Asyitri Desliyanti R
(150510130116)
Hafizh Naufal
(150510130117)
Muhammad Eza S
(150510130118)
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2014
1
Kata Pengantar
Allah SWT adalah Zat yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi, Maha
Pemurah lagi Maha Adil. Begitu banyak nikmat dan pahala yang telah Allah
berikan dan janjikan kepada umat-Nya yang taat kepada-Nya. Puji syukur kami
panjatkan atas segala karunia yang telah Allah berikan kepada kami karena atas
seizinnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum “Pengaruh Suhu Terhadap
Pertumbuhan Serangga Crocidolomia binotalis”
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah
membantu terlaksana dan terselesaikannya pengerjaan tugas makalah ini. semoga
Allah SWT memberikan balasan pahala bagi semua pihak yang telah membantu
proses pengerjaan laporan praktikum ini. Amin.
Kami berharap pengerjaan laporan praktikum ini bukan hanya sebagai
bentuk pemenuhan kewajiban atas tugas yang telah diberikan akan tetapi dapat
bermanfaat juga sebagai salah satu sumber daripada informasi dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman.
Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
kami berharap akan kritik dan saran yang membangun agar kelak di kemudian
hari dapat memperbaiki segala bentuk kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir
kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat.
Jatinangor, 22 April 2014
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................... I
Daftar Isi ................................................................................................................ II
Bab I ....................................................................................................................... 4
Latar belakang ............................................................................................ 4
Tujuan ........................................................................................................ 4
Bab II ...................................................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 5
Bab III .................................................................................................................... 8
Metoda Penelitian ....................................................................................... 8
Bahan dan Alat ........................................................................................... 8
Cara Kerja .................................................................................................. 8
Bab IV .................................................................................................................... 9
Pembahasan .................................................................................................9
Bab V ................................................................................................................... 16
Kesimpulan .............................................................................................. 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan salah satu hewan yang sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Serangga memiliki siklus hidup yang bermacammacam sesuai dengan jenis ordo serangga tersebut. Salah satu yang
mempengaruhi siklus hidup serangga adalah suhu.
Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin
yang dapat dirasakan di permukaan bumi. Pengaruh suhu jelas terlihat pada
proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu, aktivitas serangga tinggi, akan
tetapi pada suhu yang lain akan berkurang. Umumnya kisaran suhu yang
efektif terhadap pertumbuhan serangga adalah suhu minimum 15oC, suhu
optimum 25oC, dan suhu maksimum 45oC. Pada suhu optimum, kemampuan
serangga untuk menghasilkan keturunan besar, dan kematian sebelum batas
umur akan sedikit (Jumar, 2000).
Serangga adalah organisme yang sifatnya polikilotermal, sehingga
serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa
aktivitas serangga dipengaruhi oleh suhu, dan kisaran suhu optimal bagi
serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh
pada kesuburan atau produksi telur, laju pertumbuhan, dan migrasi atau
penyebarannya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan serangga
2. Mengetahui perbedaan dari setiap instar pada larva serangga
3. Mengetahui umur setiap instar pada larva serangga
4. Memahami perubahan siklus hidup pada larva Crocidolomia binotalis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Klasifikasi Crocidolomia binotalis
Kingdom
: Animalia
Divisi
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidoptera
Family
: Crambidae
Genus
: Crocidolomia
Spesies
: Crocidolomia binotalis
Morfologi dan biologi (Oever 1973; Sastrosiswojo & Setiawati 1992)
• Serangga dewasa
Dada C. binotalis dewasa berwarna hitam, sedangkan perutnya berwarna
coklat kemerahan, panjang tubuhnya kira-kira 1,1 cm. Ngengat aktif pada malam
hari. Sayap depan ngengat jantan mempunyai rumbai dari rambut halus yang
berwarna gelap pada bagian tepi-depan (anterior). Panjang tubuh rata-rata untuk
serangga jantan 10,4 mm dan serangga betina 9,6 mm.
• Telur
diletakkan dalam kelompok menyerupai genting-genting rumah dan berwarna
hijau muda. Kelompok telur dapat ditemukan pada permukaan bawah daun, di
tepi daun, atau di dekat tulang daun. Jumlah telur rata-rata 48 butir dan ukurannya
2,6 mm dan 4,3 mm. Masa telur tiga sampai enam hari dan rata-rata empat hari.
• Larva
Larva berwarna hijau muda kecoklatan dan terdiri atas lima instar. Pada
bagian sisi dan bagian atas tubuh larva terdapat garis-garis putih sepanjang
tubuhnya. Larva muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis. Larva
“tua” (instar ke-4 dan ke-5) panjangnya kira-kira 2 cm, bersifat malas, dan selalu
menghindari cahaya matahari. Masa larva 11-17 hari dengan rata-rata 14 hari pada
suhu udara 26-33,2 oC.
• Pupa
5
Biasanya pembentukan pupa terjadi pada permukaan tanah. Pupa berwarna
kuning kecoklatan dan berukuran lebar 3 mm serta panjang 10 mm. Masa pupa 913 hari dan rata-rata 10 hari pada suhu udara 26-33 oC.
Daur hidup
Dalam kondisi laboratorium, (suhu 16-22,5 oC dan kelembaban 60-80%),
lamanya daur hidup C. binotalis adalah 30-41 hari (Gambar 4).
Daerah sebar dan ekologi
C. binotalis umum dijumpai pada pertanaman kubis, baik yang diusahakan
maupun pada tanaman kubis liar. Di pulau Jawa, C. binotalis dijumpai menyerang
kubis, baik di perbukitan maupun di dataran rendah. C. binotalis merupakan hama
utama kedua setelah P. xylostella pada tanaman kubis. Dua jenis hama tersebut
seringkali didapatkan saling bergantian menempati kedudukan sebagai hama
utama pada tanaman kubis. Daerah sebar C. binotalis dilaporkan di Asia Selatan
dan Asia Tenggara, Australia, Afrika Selatan, Tanzania, dan kepulauan Pasifik
(Kalshoven 1981).
Menurut hasil penelitian Oever (1973), Sudarwohadi (1975), dan Thayib
(1983) di KP Segunung, puncak populasi telur terjadi pada bulan Februari, Mei
6
dan Juli-Agustus. Puncak populasi larva terjadi pada bulan Maret, Juni dan
Agustus. Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara populasi larva C.
binotalis dengan tinggi/rendahnya curah hujan. Pada tanaman kubis, populasi
larva meningkat mulai dua minggu setelah tanam dan mencapai puncaknya pada
umur enam sampai delapan minggu setelah tanam lalu menurun sampai saat panen
kubis.
Tanaman inang dan gejala kerusakan
Tanaman inang C. binotalis adalah pelbagai jenis kubis seperti kubis putih,
kubis bunga, petsai, brokoli, dan lain-lainnya. Selain itu tanaman turnip, radis,
sawi jabung, dan selada air juga merupakan inang C. binotalis (Sastrosiswojo
1987).
BAB III
METODA PENELITIAN
7
Metoda penelitian yang digunakan yaitu metode percobaan dengan
membandingkan sample. Terdiri dari 5 ekor larva diletakkan di dalam toples suhu
ruangan dan 5 ekor larva diletakkan di dalam toples suhu dingin. Pengamatan
dilakukan setiap hari dengan mengamati pertumbuhan setiap instar larva,
mengganti makanan, dan membersihkan toples yang berisi kotoran-kotoran larva.
Pengamatan dilakukan selama 14 hari.
3.1 Bahan dan Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sample ulat
Toples
Kubis
Tisu
Tabung khusus untuk pertumbuhan pupa
Madu
3.2 Cara kerja
1. Letakan 5 Crocidolomia binotalis kedalam dua wadah yang berbeda.
2. Tutup wadah tersebut, lalu lubangi bagian atas wadah dengan jarum atau
lidi agar sirkulasi udara bisa masuk.
3. Lalu, wadah yang telah di isi ulat tersebut di letakan di tempat yang
berbeda, satu dari wadah diletakan di ruangan dengan suhu ruangan dan
wadah berikutnya dimasukan dalam kulkas dengan suhu dingin.
4. Amati setiap perubahan yang terjadi dengan mengecek secara periodik dan
beri makan secara teratur.
5. Jika pupa telah mengalami metamorfosis menjadi nimfa, masukan madu
pada tempat yang tersedia agar madu tersebut dimakan oleh pupa dengan
cara di hisap.
BAB IV
PEMBAHASAN
Tanggal
02-04-14
03-04-14
04-04-14
I
Suhu Ruangan
II III IV V
5
5
4
Pupa
I
Suhu Dingin
II III IV V
5
5
5
Pupa
8
05-04-14
06-04-14
07-04-14
08-04-14
09-04-14
10-04-14
11-04-14
12-04-14
13-04-14
14-04-14
15-04-14
16-04-14
3
1
3
3
1
1
3
5
5
1
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
1
Pembahasan
Larva suhu ruangan pada hari pertama dan kedua kemungkinan instar 2.
Pada hari ketiga larva berkurang 1 ekor menjadi 4 dan memasuki instar 3 yang
ditandai dengan larva aktif bergerak dan aktif makan mulai menyerang kubis.
Disekitar tubuhnya menumpuk kotoran larva yang berwarna hijau muda.
Pada hari ke 4 satu larva sudah memasuki instar 4 kepalanya berwarna
kecoklatan, garis hijau yang membujur pada bagian vertal semakin jelas. Larva
instar 4 ini mendekati masa pra pupa. Sedangkan 3 larva lainnya masih instar 3
dan belum ada perubahan. Larva masih aktif makan.
Pada hari ke 5 dan ke 6 larva instar 4 sudah berubah menjadi instar 5.
Larva berwarna kuning kehijauan dengan kepala berwarna kehitaman. Pada
bagian punggung dan tubuh bagian samping larva terdapat garis membujur warna
coklat. 3 larva lainnya memasuki instar 4, ditandai dengan larva yang bergerak
lamban dan tidak aktif makan.
Pada hari ke 7 larva pada instar 5 sudah menjadi pupa. Warnanya merah
kecoklatan dan dipindahakan pada tempat khusus dan diberi tanah, karena pupa
crocidolomia harus tertutup oleh tanah. Sedangkan larva lainnya memasuki instar
5.
9
Pada hari ke 8-14 larva dipindahkan kedalam tabung khusus masa pupa
sampai berubah menjadi imago. Sampai hari ke 14 belum ada satupun yang sudah
menjadi imago.
Jika dibandingkan dengan larva yang disimpan pada suhuh dingin, larva
pada suhu dingin mengalami perkembangan yang lambat. Pada hari pertama
sampai ke 5 larva berada pada instar 2, larva belum aktif makan. Pada hari ke 6-13
larva sudah berubah instar menjadi instar 3. Larva mulai aktif makan dan mulai
banyak mengeluarkan banyak kotoran (akan tetapi tetap berbeda dengan jumlah
makanan yang dimakan dibandingkan dengan suhu ruangan, suhu dingin banyak
tetapi tidak banyak seperti suhu ruangan)
Pada pengamatan hari terakhir ( hari ke 14 ) 1 larva berubah instar menjadi
instar 4. Kepalanya berwarna kecoklatan dan pada tubuhnya terdapat garis hijau
yang membujur pada bagian vertal. Larva lainnya masih instar 3.
Larva akan tumbuh dengan baik pada suhu yang optimum atau sekitar 2633,2o C ( Othman, 1982)
Stadia larva mulai dari instar 1-5 berkisar antara 11-17 hari. Larva instar 1
sekitar 2-4 hari, larva instar 2 1-3 hari, larva instar 3 1-3 hari, larva instar 4 1-5,
dan larva instar 5 ( pra pupa ) 3-7 hari. ( othman, 1982)
10
Data Pengamatan Kelas A
11
NO
1
Hari
Tanggal
03-04-14
2
3
Yang diamati
Aktif
04-04-14
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Aktif
05-04-14
Keaktifan
makan
Kurang aktif karena
masih terdapat makanan
(kubis) yg tersisa
Warna tetap
Pegerakan lebih agresif
06-04-14
Keaktifan
makan
6
7
07-04-14
08-04-14
09-04-14
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pegerakan lebih agresif
Pergerakan lebih diam
-
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Tidak aktif makan
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pergerakan lebih agresif
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Tidak aktif makan
Keaktifan
makan
Keterangan
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pegerakan lebih agresif
Pergerakan lebih diam
Kurang aktif karena
masih terdapat makanan
(kubis) yg tersisa
Warna memucat
Pegerakan lebih diam
Keadaan
Instaar
5
Suhu Kulkas
Keaktifan
makan
Keadaan Instar
Keadaan Instar
4
Suhu Ruang
Sudah menjadi pupa
Sudah menjadi pupa
-
-
Kurang aktif karena masih terdapat
makanan (kubis) yg tersisa
Warna tetap namun terdapat bintik
hitam di samping kedua badan instar
Pergerakan lebih agresif
-
12
Perbandingan Hasil Pengamatan
Dari data pengamatan yang kami bandingkan dengan hasil pengamatan
kelas A tentang perkembangan larva, dari segi pola makan pada masing – masing
keadaan ruangan, kelas kami dan kelas A mendapatkan hasil pengamatan dan
kesimpulan yang sama, dimana larva yang ditempatkan pada suhu ruangan lebih
aktif makan, sedangkan larva yang ditempatkan dalam suhu ruangan yang dingin
kurang aktif dalam memakan makanan, dan biasanya memakan makanan (kubis)
hanya untuk mempertahankan dirinya terhadap suhu ruangan yang ada.
Selain itu, pengamatan dari segi tingkah laku, kelas kami dan kelas A
mendapatkan hasil pengamatan dan data yang sama dimana larva yang
ditempatkan pada suhu ruangan lebih aktif dalam beraktifitas didalam wadah,
sedangkan larva yang ditempatkan pada suhu dingin yaitu didalam kulkas
cenderung diam dan aktifitasnya berkurang hari demi hari.
Lalu dari kedua segi yang kami amati tersebut pada akhirnya berdampak
pada fase perkembangan dari larva tersebut, dimana pada larva yang ditempatkan
pada keadaan suhu ruangan, fase perkembangan larva tidak mengalami gangguan
dan sesuai dengan fase perkembangan yang sewajarnya, sedangkan larva yang
ditempatkan pada suhu dingin yaitu di dalam kulkas fase perkembangannya tidak
wajar dan mengalami penghambatan yang disebabkan oleh faktor pengaruh suhu
yang menyebabkan aktifitas larva berkurang.
BAB IV
PENUTUP
13
5.1 Kesimpulan
Serangga adalah organisme yang sifatnya polikilotermal, sehingga
serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa
aktivitas serangga dipengaruhi oleh suhu,dan kisaran suhu optimal bagi serangga
bervariasi menurut spesiesnya.
Pengaruh suhu jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu
tertentu, aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan
berkurang. Umumnya kisaran suhu yang efektif terhadap pertumbuhan serangga
adalah suhu minimum 15oC, suhu optimum 25oC, dan suhu maksimum 45oC. Pada
suhu optimum, kemampuan serangga untuk menghasilkan keturunan besar, dan
kematian sebelum batas umur akan sedikit.
Oleh karena itu siklus hidup dan aktivitas serangga dapat berjalan dengan
normal bahkan optimal dengan salah satu factor pendukung yaitu suhu dari
lingkungan tempat serangga itu berada.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2013. “Faktor Pendukung Penyebaran Serangga di Lapangan”
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-236-faktorpendukung-penyebaran-serangga-di-lapangan-.html
(di
akses
pada
tanggal 22 April 2014)
14
Direktorat
Bina
Perlindungan Tanaman.
1994.
Pengelolaan
Organisme
Pengganggu Tumbuhan secara Terpadu pada Tanaman Kubis. Direktorat
Jendral Tanaman Pangan. Jakarta.
Lubis, A.H. 1982. Biologi Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera :
Pyralidae) pada Tanaman Kubis dan Lobak. Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Kubis. Kanisisus. Yogyakarta.
15