MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI M

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING STICK PADA SISWA KELAS IV.B
SDN NO.13/ I MUARA BULIAN

SKRIPSI

OLEH,
RTS. DEVIA
NIM. A12D110011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2013

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK
PADA SISWA KELAS IV.B SDN NO.13/ I

MUARA BULIAN”
Rts. Devia

ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS
disebabkan oleh sifat guru yang terkesan mendominasi saat pemberian materi
pelajaran, tanpa diselingi tindakan yang bisa membuat murid lebih rileks dan
senang mengikuti proses pembelajaran. Dengan munculnya rasa bosan dalam diri
murid akan mengakibatkan minimnya daya serap murid terhadap materi yang
diajarkan sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar murid.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS materi Kegiatan Ekonomi dalam Memanfaatkan Sumber Daya
Alam dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
pada siswa kelas IV.B SDN No.13/ I Muara Bulian.
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator melalui 3 siklus penelitian, dimana
setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari
empat kegiatan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi,
evaluasi.
Berdasarkan penelitian, hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklus

mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 53,56 dengan
ketuntasan klasikal 26,5 % (8 orang siswa), pada siklus II nilai rata-rata siswa
adalah 63,17 dengan ketuntasan klasikal 60 % (18 orang siswa), dan pada siklus
III nilai rata-rata siswa adalah 74,17 dengan ketuntasan klasikal 93,3 % (28 orang
siswa).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa
kelas IV.B SDN No.13/ I Muara Bulian

Kata Kunci :

Hasil Belajar, IPS, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick

2

Pendahuluan
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pemerintah merumuskannnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa
pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Keberhasilan pendidikan, khususnya pada mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial (IPS) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
dimana yang dimaksud dalam faktor internal adalah dari dalam diri murid itu
sendiri sedangkan faktor eksternal adalah dari guru, orang tua, masyarakat dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, salah satu peranan guru yaitu menguasai materi
yang diajarkan dan terampil dalam menyajikannya.
Faktor internal yang berupa motivasi, dalam proses pembelajaran sangat
berperan penting sebab seseorang yang tidak termotivasi dalam belajar, maka
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar secara efektif. Hal ini merupakan
pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menentu kebutuhannya.
Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang

tertentu selama itu tidak bersentuhan dengan kebutuhunnya. Maslow sangat
percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhankebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta,
penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.
Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut maslow yang mampu memotivasi tingkah
laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri.
Pada proses pembelajaran guru mempunyai peranan penting dalam
menentukan keberhasilan murid dalam belajar. Dalam meningkatkan hasil belajar
murid khususnya hasil belajar pada mata pelajaran IPS sangat dibutuhkan
kemampuan dari guru untuk mengembangkan kreasi mengajar, mampu menarik
minat murid untuk belajar IPS. Dengan demikian guru tidak hanya mentransfer
ilmu yang dimilikinya melainkan juga mempertimbangkan aspek intelegensi dan
kesiapan belajar murid, sehingga murid tidak mengalami depresi mental seperti
kebosanan, mengantuk, frustasi bahkan anti pati terhadap mata pelajaran IPS.
sifat guru yang terkesan mendominasi saat pemberian materi pelajaran,
tanpa diselingi tindakan yang bisa membuat murid lebih rileks dan senang
mengikuti proses pembelajaran. Dengan munculnya rasa bosan dalam diri murid

3


akan mengakibatkan minimnya daya serap murid terhadap materi yang diajarkan
sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar murid.
Berdasarkan indikator tentang rendahnya hasil belajar IPS pada murid SDN
No.13/ I Muara Bulian, maka penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Penggunaan
model mengajar yang tepat merupakan suatu alternatif dalam usaha
menumbuhkan rasa senang bagi murid dalam mengikuti pelajaran sehingga murid
dapat mempelajari IPS terintegrasi dengan rasa senang sehingga mampu
membangunkan raksasa (otak) yang sedang tertidur untuk menyerap ilmu
pengetahuan yang diberikan oleh guru dan lingkungan belajarnya. Model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang diterapkan oleh guru diharapkan
agar dapat berlangsung secara lebih agar dapat berlangsung secara aktif dan
efisien.
Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPS
kelas IV langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan memperbaiki kegiatan
belajar mengajar yang lebih interaktif misalnya dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Dalam melakukan penelitian, maka penulis mengangkat
judul “Meningkatkan hasil belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada

Siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana
menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran IPS terhadap Siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang
Hari ”?
Pada prinsipnya, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menjawab permasalahan yang dirumuskan diatas. Secara operasional tujuan
penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui efektifitas dan keberhasilan dalam
meningkatkan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada
murid kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari”.
Menurut Sanjaya (2007 : 29) “Belajar adalah suatu proses aktivitas mental
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor”.
Oleh karena itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 2005 : 28).
Sementara tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar

intruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan
berfikir kritis, sikap terbuka, demokratis, menerima orang lain dan sebagainya.
(Suprijono, 2009:5).

4

Istilah hasil belajar tersebut tersusun dari dua kata yakni dari kata hasil dan
belajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia , hasil diartikan sebagai sesuatu
yang telah dicapai dari apa yang dilakukan atau apa yang telah dikerjakan
sebelumnya. Belajar itu sendiri merupakan proses perubahan perilaku akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. (Sudjana, 2005 : 22 ).
Gagne dalam (Suprijono, 2009 : 5-6 ) mengemukakan bahwa hasil belajar
berupa :
a.

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupuan tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan
masalah maupun penerapan aturan.

b.

Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang.

c.

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam pemecahan masalah.

d.

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.


e.

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Benyamin Bloom (Sudjana, 2005 : 22) Klasifikasi hasil
belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotor.
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah Afektif.
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

5

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi/ individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berfikir serta menghasilkan perilaku yang lebih
baik. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif. (Yeyet Rohayati. 2012 : 32)
Hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan murid mendapatkan
pelajaran di sekolah. Untuk mengukur kemampuan murid tersebut dilakukan
evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pengumpulan data mengenai kemampuan belajar murid untuk menentukan apakah
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar juga sering disebut prestasi belajar yang diperoleh dari
peristiwa atau proses belajar yang terungkap melalui evaluasi belajar.
Dimyati (2006 : 28) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar ada 2 macam, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis,
Pada hakekatnya perkembangan hidup manusia mulai saat lahir sampai
menjadi dewasa tak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan
sosial dapat dikatakan tak asing bagi tiap orang. Sejak bayi telah melakukan
hubungan dengan orang lain terutama dengan ibu dan dengan anggota keluarga
yang lainnya. Meskipun dengan sepihak, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa
hubungan sosial bayi tidak akan mampu berkembang menjadi manusia dewasa.
Pengalaman manusia di luar dirinya tidak hanya terbatas hanya dalam
keluarga tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung dan sebagainya.
Hubungan sosial yang dialami makin meluas, dari pengalaman dan pengenalanan
dan hubungan Sosial tersebut dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan.
Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk pada diri orang lain
dapat terangkum dalam “pengetahuan sosial”. Segala peristiwa yang dialami
dalam kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita
masing-masing.
Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek majemuk yang meliputi
aspek hubungan sosial, ekonomi, sosial, budaya, politik, psikologi, sejarah,
geografi. Beraspek majemuk berarti kehidupan sosial meliputi berbagai segi yang
berkaiatan satu sama lain. Bukti bahwa manusia adalah multiaspek, kehidupan
sosial yang merupakan hubungan aspek-aspek ekonomi adalah sandang, papan,
pangan merupakan kebutuhan manusia.
Hakikat ilmu pengetahuan sosial adalah telaah tentang manusia dan dunianya.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dengan sesamanya. dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggambarkan bagaimana manusia
memahami keseragaman budaya, suku dan adat istiadat, sumber daya alam. Selain
itu juga mengajarkan mengenal sejarah yang terjadi dimasa lampau dan tokohtokohnya dan lain-lain.
6

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Istilah cooperative learning dalam
pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Menurut Johnson & Jhonson (dalam Lie. 2007) cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Isjoni (2011 : 17) menyatakan Cooperative learning adalah pemanfaatan
kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama
untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok yang heterogen. Cooperative learning menggalakkan siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok.
cooperative learning dapat dikatakan pembelajaran gotong royong, yaitu
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja sama dalam pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut Sugiyanto (2010 : 40) “cooperative learning atau pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat”.
Jadi yang dimaksud dengan cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pengalaman belajar
siswa dalam bekerja sama dengan teman kelompoknya masing-masing untuk
mencapai tujuan bersama. Dengan belajar dan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil akan dapat belajar secara maksimal dan bisa berkolaborasi
sehingga dapat merangsang gairah belajar peserta didik.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan
penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi dan siswa mendapatkan
pengalaman langsung dalam menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.
Menurut Isjoni (2011: 21),
Pada dasarnya model cooperative learning
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang
penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,
pengembangan keterampilan sosial.
Metode berasal dari bahasa Yunani “methos” yang berarti cara atau jalan
yang ditempuh. “Metode dianggap sebagai cara atau prosedur yang
keberhasilannya adalah di dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan
mengajar menjadi efektif”. (http/.tarmiziwordpres.com)
Talking Stick merupakan salah satu alat dalam pembelajaran dengan bantuan
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Tongkat ini diharapkan dapat

7

membuat siswa lebih
(Ulfah. 2012 : 23)

termotivasi

dalam

melakukan

kegiatan

belajar

Menurut Ramadhan (www.tarmiziwordpres.com) mengungkapkan bahwa
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan
oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau
menyampaikan pendapat dalam suatu forum.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku
Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara
sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak
berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia
harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia
ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan
berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu
dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran atau bergantian. Dalam bidang pendidikan talking stick termasuk salah
satu metode pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya.
Suprijono (2009:109) mengungkapkan bahwa “Metode Talking stick
mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”. Metode talking
stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran
PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan
antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang
telah dimiliki dan dikuasai peserta didik.
Dengan menerapkan pembelajaran talking stick diharapkan setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick ini
dapat memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan. Siswa menjadi
termotivasi untuk belajar lebih giat, kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan
tidak membosankan.
Talking Stick ini secara umum bertujuan agar siswa mengetahui letak
kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat mengerjakan soal-soal
dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan siswa
tidak mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru
sebaiknya segera mengoreksi dan memberikan evaluasi pada pekerjaan siswa.
Selanjutnya segera mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif
karena siswa dapat segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal.

8

Menurut Suprijono (2009:109) adapun langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi pada pegangannya/ buku paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan
peserta didik untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu peserta didik,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat
tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya
5. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya sebaiknya
diiringi musik atau lagu
6. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk refleksi terhadap materi
yang telah dipelajarinya
7. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta
didik
8. Merumuskan kesimpulan
9. Penutup
Penelitian ini dilaksanakan di SDN No.13/ I Muara Bulian Batang. Yang
menjadi subjek adalah murid kelas IV.b yang berjumlah 30 murid, yang terdiri
dari 16 laki-laki dan 14 perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan atas tiga siklus dimana setiap siklus
merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan tindakan
siklus berikutnya merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan
siklus pertama dan seterusnya.
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan berupa persiapan
perisapan yang terdiri dari :
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Menetapkan bahan ajar
c. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunaan model cooperatif
learning tipe talking stick
d. Menyusun alat evaluasi berupa lembar observasi dan tes untuk mengetahui
kemampuan dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II terhadap siswa kelas
IV.c tahun ajaran 2012/2013 di SDN 13/ I Muara Bulian. Pelaksanaan
penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator diketahui
oleh kepala sekolah SDN 13/ I Muara Bulian.

9

Adapun skenario pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
1. Apersepsi, tanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari.
2. Guru memberikan motivasi dengan memberikan contoh betapa pentingnya
mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Siswa diajak mengamati gambar pemandangan alam
5. Guru menyiapkan sebuah tongkat
b. Kegiatan inti (50 menit)
- Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari,
2. kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membaca dan mempelajari materi jenis persebaran sumber daya alam
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan
peserta didik untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu peserta
didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang
memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru
a) Menyebutkan apa saja sumber daya alam di daerahnya yang
mendukung kegitan ekonomi di daerahnya
b) Mengelompokkan sumber daya alam tersebut sesuai jenis-jenisnya
5. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya diiringi
musik atau lagu
6. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya
7. Guru memberikan ulasan dan penghargaan terhadap seluruh jawaban
yang diberikan peserta didik
- Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1. Mengerjakan tugas kelompok tentang Jenis Kegiatan Ekonomi dan Tempat
Terjadinya
2. Peserta didik menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok
3. Kelompok lain memberikan tanggapan berdasarkan stick yang bergulir
- Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
c. Kegiatan Penutup (5 menit)
1. Guru memberikan evaluasi
2. Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari

10

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktivitas
murid selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi. Adapun faktor yang diamati adalah :
Faktor murid yaitu melihat persentase kehadiran murid, murid yang
memperhatikan penjelasan guru, murid yang bertanya, murid yang mampu
menjawab pertanyaan lisan guru, murid yang menyelesaikan tugas, dan murid
yang melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran.
Faktor proses yaitu melihat keaktifan murid, interaksi murid dengan guru dan
antar murid dengan murid lainnya dalam proses pembelajaran.
1) Lembar observasi
Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick di
kelas IV SDN 13/ I Muara Bulian. Objek pengamatan yaitu proses pembelajaran
IPS yang dilakukan oleh guru pelajaran IPS dan partisipasi murid dalam proses
pembelajaran IPS melalui kerjasama dalam kelompok.
Dalam penelitian ini observasi juga digunakan untuk mengamati proses
belajar mengajar di kelas, serta mengamati tingkah laku dan respon siswa selama
proses pembelajaran. Aspek yang diamati dalam penelitian ini yaitu cara mengajar
guru di kelas, keaktifan siswa dalam mengerkjakan tugas; keaktifan dan
keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran; bertukar pendapat, berdiskusi,
dan bekerja sama dengan teman, perhatian siswa terhadap pelajaran, sikap atau
tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran.
Observasi akan dilakukan oleh guru kolaborator dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan lembaran observasi. Observasi di kelas dilaksanakan
dengan pelaksanaan penelitian, observasi akan dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan yaitu, lembar observasi
kegiatan guru dan siswa. Observasi akan dilaksanakan selama proses
pembelajaran yaitu 70 menit jam palajaran (2 x 35 menit).
Persentase aktivitas guru pada tiap kegiatan.
P=

∑

x 100%

n
P
∑
n

= jumlah persentase
= jumlah skor perolehan (yang terlaksana)
= jumlah keseluruhan skor maksimal (20)

Persentase aktivitas siswa pada tiap kegiatan.
P=

∑ (x)

x 100%

n
P
= jumlah persentase
∑ (x) = jumlah skor perolehan
n
= jumlah keseluruhan skor maksimal

11

Setelah observasi dilakukan, hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir pertemuan yang dilakukan dengan cara
berdiskusi antara peneliti dan guru kolaborator tentang data-data yang diperoleh
dari kegiatan observasi. Hasil dari evaluasi tersebut selanjutnya dijadikan sebagai
bahan untuk melakukan refleksi.
Dalam proses pembelajaran evaluasi sering dilaksanakan setiap akhir pokok
bahasan atau akhir semester. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran.
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai atas
kegiatan yang telah dilaksanakan atau sedang berjalan
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendekatan cooperative
learning adalah penilaian yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukan perkembangan kemampuan siswa dari proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, yang akan diteliti adalah aspek hasil belajar
siswa. Pengambilan data dari komponen tersebut dijaring melalui lembaran kerja
siswa.
Tahap evaluasi adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang telah
dilaksanakan terhadap hasil belajar siswa.
Evaluasi merupakan instrument utama yang digunakan dalam pengumpulan
data penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe talking stick pada siswa kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari.
N = (N1 x 5) + (N2 x 10)
Ket.

N = Nilai
N1 = Jawaban Pilihan ganda yang benar
N2 = Jawan essay yang benar

Data yang terkumpul tentang hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan secara kualitatif. Data tentang hasil belajar dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu:
Menghitung rata-rata
R =

(∑x)
n

Dimana:
R
= Rata-rata
∑x
= Hasil Penjumlahan semua nilai siswa
n
= Jumlah siswa

12

Metode Penelitian
Data hasil belajar yang diperoleh dikategorikan berdasarkan teknik
kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(Purwanto: 2009) yaitu:
Sumber data adalah murid kelas IV SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari
sebagai subyek penelitian yang menerima tindakan kelas dan Jenis data
1) Data kuantitatif, berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes
tertulis yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Data ini berupa nilai dalam
bentuk angka.
2) Data kualititatif, berupa hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi
setiap pembelajaran yang bersumber dari keadaan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
instrumen yang akan digunakan dengan dasar melihat presentasi siswa secara
autentik adalah lembar kerja siswa, hasil tes tertulis
Data tentang proses belajar mengajar adalah dalam hal kerajinan,
kesungguhan murid mengikuti proses belajar mengajar, kemampuan murid untuk
mengerjakan soal-soal dan rasa percaya diri yang diperlihatkan murid tiap
pertemuan dengan menggunakan lembar observasi.
Kriteria keberhasilan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe talking stick,
jika terjadi peningkatan hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN No.13/ I
Muara Bulian Batang Hari, yakni terjadi peningkatan siklus I ke siklus III dengan
skor minimal 65 (Nilai KKM SDN No.13/ I Muara Bulian), dan tuntas secara
klasikal apabila mencapai minimal 51- 75 % dari jumlah murid yang telah tuntas
belajar berdasarkan tabel tafsiran presentase jumlah siswa dalam kategori
kemampuan
Tabel 3.4 Tafsiran Presentase Jumlah Siswa dalam Kategori Kemampuan
Penelitian secara umum berupa hasil analisis kualitatif dan hasil analisis
secara kuantitatif. Hasil ini akan memberikan gambaran tentang hasil belajar IPS
siswa setelah diterapkan model Kooperatif tipe Talking Stick pada kelas IVb SDN
No.13/ I Muara Bulian Batang Hari.
Pembahasan
Pada dasarnya penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Peningkatan yang dimaksud adalah adanya kemauan siswa untuk belajar,
dimana siswa tidak tinggal diam ketika diberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan. Selain itu, adanya perubahan pada kebiasaan siswa
dimana mereka malu pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV.b
SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari yang diajar melalui penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick.

13

Tabel 4.16 :

Perbandingan Hasil Belajar IPS per Siklus Pada Siswa Kelas IV.b
SDN No.13/ I Muara Bulian Dengan Menerapkan Metode Tipe
Talking Stick.

Dari Tabel 4.16 diketahui peningkatan hasil pembelajaran dari tiap siklus.
Pada siklus I nilai rata – rata pembelajaran IPS 53,56 dan 8 orang siswa yang
dikategorikan tuntas dalam belajar. Siklus II nilai rata – rata 63,17 dan 18 orang
siswa yang dikategorikan tuntas. Pada Sikluls III nilai rata – rata siswa adalah
74,17 dan 28 orang siswa yang dikategorikan tuntas. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajar melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif tipe Talking Stick mengalami dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
IPS siswa pada siklus I sebesar 53,56 dan setelah dikategorisasikan berada pada
kategori rendah pada siklus II terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS siswa
sebesar 63,17 yang berada pada kategori sedang dan pada siklus III terlihat bahwa
skor rata-rata hasil belajar IPS siswa sebesar 74,17 yang berada pada kategori
tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Kooperatif tipe Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS
Pada siklus I peneliti lebih mendorong siswa untuk mencintai pelajarannya
terlebih dahulu, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa yang
sebelumnya menanggapi pelajaran dengan cuek, mulai ada kemauan untuk
mengikuti pelajaran. Hal ini disebabkan adanya tugas yang diberikan pada setiap
akhir pertemuan sampai pada akhir siklus telah dapat terlihat kesenangan pada
siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut.
Beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu, salah satunya
memperbanyak kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan
berpendapat. Hal ini dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar siswa
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada siklus II, terlihat bahwa kemauan siswa untuk belajar mengalami
peningkatan, dimana siswa yang dulunya belum mampu menjawab pertanyaan
yang ditanyakan peneliti, kini sudah mulai berlomba-lomba untuk menjawab
pertanyaan. Siswa juga sudah percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya dan
menjelaskan serta memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.
Setelah melihat hasil penelitian yang telah dianalisis dapat diketahui bahwa
hasil belajar IPS siswa kelas IVb SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari setelah
diterapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick dalam pembelajaran IPS
ternyata mengalami peningkatan.. Jika dimasukkan ke kategori skala lima
peningkatan hasil belajar IPS meningkat dari rendah ke tinggi.
Tabel. 4.17 : Distribusi Persentase Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IVb SDN
No.13/ I Muara Bulian Batang Hari setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada siklus I, II dan III

14

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I
tidak terdapat siswa mendapatkan nilai sangat tinggi, pada siklus II 5 % siswa
mendapatkan nilai sangat tinggi dan meningkat menjadi 21,65 % siswa pada
siklus III.
Selain itu terjadi pula perubahan pada pola belajar siswa di mana semakin
banyak siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, dan
semakin banyak siswa yang mengerjakan tugas yang yang diberikan.
Tabel.4.18 : Rekapitulasi Hasil observasi persiklus aktifitas belajar siswa kelas
IV.b SDN No.13/ I Muara Bulian Batang Hari selama penerapan
pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick.
Pembelajaran dengan menggunakan motode tipe talking stick cukup menarik
perhatian siswa, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya siswa yang
memperhatikan penjelasan guru dimana pada siklus I 79 %, siklus II 93,3 dan
96,60 % pada siklus III. Hal ini juga ditandai dengan menurunnya Siswa yang
melakukan kegiatan lain saat proses pembelajaran pada siklus I 13,80 %, pada siklus
II menurun menjadi 6,60 % dan berlanjut pada siklus III menjadi 3,30 %. Siswa
juga lebih berani dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan dan bertanya
tentang pelajaran yang belum dimengerti.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
dengan menerapkan model kooperatif tipe talking stick semula kaku dengan
langkah-langkahnya akhirnya siswa dapat tertarik dan senang dengan model
tersebut. ketertarikan dan dorongan siswa yang dimiliki tersebut, maka dengan
sendirinya meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
Dan hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking stick dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Meskipun kita ketahui bahwa tidak semua
guru mampu melaksanakan dan menerapkan pembelajaran ini, akan tetapi hal ini
dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran IPS.
PENUTUP
Aktifitas guru yang kurang dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, jika aktifitas guru dilakukan secara optimal maka
hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik.
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV.B mengalami peningkatan.
Secara keseluruhan dari hasil analisis kuantitatif dan deskriptif dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran di kelas IV SDN No.13/ I
Muara Bulian.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dikemukakanlah saran - saran sebagai
berikut:

15

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dalam pembelajaran IPS
Kelas IV, disarankan kepada guru agar dalam menyajikan materi IPS, guru jangan
terlalu cepat dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Guru IPS perlu menguasai beberapa strategi dalam mengajar sehingga pada
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dapat menerapkan strategi yang
bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan agar siswa tidak merasa bosan.
Setiap guru hendaknya selalu mencoba untuk berinovasi, berimprovisasi dan
berkreasi dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.
Diharapkan pula kepada guru bidang studi lain agar mampu mengembangkan
strategi pembelajaran kooperatif tipe talking stick ini dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa.
Diharapkan kepada para pengajar bidang studi IPS agar memberikan latihan
yang cukup baik berupa soal-soal latihan yang dikerjakan di sekolah maupun di
rumah dengan membuat soal secara bertahap mulai dari yang mudah sampai ke
yang sulit agar siswa lebih terlatih dan memiliki kepandaian dalam menyelesaikan
soal-soal IPS.

16

DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie, 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia
Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ekawarna, dkk. 2010. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta. Gaung Persada
Press
http/.tarmiziwordpres.com
Hisnu, tantya P Winardi.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial kelas lV. Jakarta :
pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung; Alfabeta.
Kamus Bahasa Indonesia (http://kamusbahasaindonesia.org)
Kunandar. 2009. Langkah Mudah Peneliti Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta; Rajawali Pers
Noehi Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka
Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional Negeri Republik Indonesia :
Jakarta.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar . Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: PT. Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Cara belajar siswa aktif. Bandung : Sinar Baru Algenso
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma
Pustaka.
Suprijono, Agus. 2000. Cooperative Learning. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
Suryani, Y. 2001. Analisis Aspek Kerjasama dalam Kelompok Praktikum.
Skripsi Sarjana Pendidikan Kimia. UPI Bandung : tidak diterbitkan
Sutarno, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Biologi. Handout. Jurusan
Pendidikan Biologi. FPMSAINS UPI.
Syaiful Bahri. 2008. Psikologi belajar . Jakarta : Rineka cipta
Ulfah Latifah, 2010. Implementasi Metode Pembelajaran SQ4R Menggunakan
Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran TIK. Skripsi. UPI Bandung : tidak diterbitkan
Yeyet Rohayati, 2012. Penerapan Model Cooperative. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

17