LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGEMASAN A

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGEMASAN
“Aluminium Foil sebagai Pengemasan Bahan Pangan”

KELOMPOK 1
1.

Hardin Muhammad (D1C1 14 028)

2.

Rita Anggreani Widiastuti (D1C1 14

3.

155)
Puspita Novia Sulistiani (D1C1 14

4.
5.
6.


033)
Nur Salmin (D1C1 14 039)
Patma Pebrima Dewi (D1C1 14 046)
Ruslan B. (D1C1 14 021)

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Nur Iffatul Jannah (D1C1 14 019)
Riska Marwan (D1C1 14 159)
Elvinasari (D1C1 14 051)

Muh. Saiful (D1C1 14 014)
Uni Erviani (D1C1 14 023)
Wa Yasni (D1C1 14 025)
Reski Awaliah (D1C1 14 020)
Muhammad Sul (D1C1 14 013)
Agus Salim
Fadly Jamal Asmar (D1C1 14 034)

TPG-A
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016
A. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aluminium foil, plastik,
penggorengan vakum, hand sealer, timbangan, wadah, sendok, gunting dan sarung tangan,
sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lemak kakao, roti, dan tepung.
2.


Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini yaitu :
- Menggunting aluminium foil ±30 cm dan melipatnya menjadi 2 bagian.
- Melakukan sealing menggunakan hand sealing.
- Menimbang lemak kakao sebanyak 500 gram.
- Mengemas lemak kakao menggunakan kemasan aluminium foil yang sudah
dipersiapkan.
- Kemasan aluminium foil berisi lemak kakao di-seal lalu oksigen yang terdapat dalam
kemasan disedot menggunakan jarum suntik dan selang yang disambungkan ke

penyedot oksigen pada alat penggorengan vakum, kemudian di-seal kembali.
B. PEMBAHASAN
Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan juga dapat
diartikan sebagai wadah atau pembungkus yang guna mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau yang dibungkusnya.
Kemasan harus memiliki sifat-sifat berikut :
-


Melindungi dan mempertahankan selama mungkin sifat organoleptik pangan.
Memudahkan distribusi dan mem[erkecil kerusakan dan kehilangan makanan.
Meningkatkan penampilan dan meningkatkan nilai tambah produk.

-

Memberikan kualitas makanan yang uniform dan kenyamanan kepada para
konsumen.
Secara umum fungsi kemasan adalah :

-

Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba

-

yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada


-

kemasan.
Meningkatkan

efisiensi,

seperti:

memudahkan

penghitungan,

memudahkan

pengiriman dan penyimpanan.
Kemasan juga dapat berfungsi sebagai media komunikasi suatu citra tertentu.
Contohnya, produk-produk benda kerajinan. Dari kemasannya orang sudah dapat
mengenali rasanya, walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus

tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik.
Kemasan dapat digolongkan berdasarkan frekuensi pemakaian, struktur sistem
kemasan, sifat kekakuan bahan kemasan, sifat perlindungan terhadap lingkungan dan
tingkat kesiapan pakai. Salah satu golongan tersebut yaitu berdasarkan sifat kekakuan
bahan kemasan dimana aluminium foil merupakan salah satu kemasan yang fleksibel
dalam penggunaannya.
Awal abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark. Napoleon III
menggunakannya sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad ke-19 aluminium digunakan
sebagai kemasan karena harganya lebih murah dibanding tin foil (foil dari timah).
Penggunaan logam sebagai bahan pengemas diperkenalkan oleh Nicholas Appert
pada zaman perang Napoleon Bonaparte. Nicholas Appert membuktikan makanan yang
dikemas dalam kaleng, disegel dan disterilisasi dengan merebusnya dapat disimpan untuk

jangka waktu lama. Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, timah foil digunakan.
Timah foil memiliki sifat lebih keras dan cenderung memberikan cita rasa “timah” ke
makanan yang dibungkus di dalamnya. Timah foil mulai digantikan aluminium foil pada
tahun 1910 dan penggunaannya segera menyebar ke seluruh dunia.
Aluminium foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan
kurang dari 0,15 mm. Lembaran aluminium foil dalam bentuk sheet maupun roll tidak
dikombinasi dengan bahan lain seperti kertas, plastik atau tekstil. Ketebalan lembaran

aluminium foil adalah 7-30 μm. Kadang kala aluminium tebal digunakan sebagai tutup
pengemas bagian tepi yang dibentuk dalam bentuk yang khusus dan di seal dengan panas
pada bagian atas pengemas (Hendrasty, 2013).
Aluminium Foil dibuat dari satu paduan aluminium yang berisi antara 92%
sampai 99% aluminium dan campuran unsur lain seperti Cu, Zn, Mn, Si, Mg. Ketebalan
antara 0.00017 dan 0.0059 inci (0.0004-0.01) cm, (0.004 – 0.1) mm. Sifat-sifat alufoil
antara lain yaitu :
Adapun pembuatan aluminium foil adalah sebagai berikut.
1.

Penyulingan bayer: Bijih bauksit diolah dalam empat proses yaitu peleburan,
penjernihan, pengendapan, dan kalsinasi menghasilkan serbuk putih aluminium

2.

oksida.
Peleburan atau smelting: Aluminium oksida dilebur dalam furnace untuk

3.


menghilangkan oksigen.
Penambahan campuran Cu, Zn, Mn, Si, dan Mg dan proses pengerolan aluminium
foil.
Praktikum ini menggunakan 2 kemasan untuk mengemas produk pangan yaitu

aluminium foil dan plastik. Kemasan yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
kemasan aluminium foil. Bahan yang digunakan pada kemasan aluminium foil adalah
lemak kakao. Kemasan aluminium foil dipilih karena mengandung aluminium tidak kurang

dari 99% dan merupakan jenis kemasan yang ringan, atraktif, tidak berbau/berasa, dan inert
terhadap sebagian besar makanan. Selain itu pula, karena aluminium foil memiliki sifat sebagai
berikut :

- Murah, lunak, mudah dibentuk, tahan lama, tidak beracun, dan tahan uap air serta gas.
- Sebagai pendukung atau penambah lapisan bahan-bahan film atau kertas untuk
meningkatkan kekuatan dan perlindungan.
- Titik leleh 660°C.
- Tahan korosi antara daerah pH 4 ke 9.
- Mudah didaur ulang dengan melelehkan kembali.
Lemak kakao dikemas dengan menggunakan aluminium foil yang telah di-seal

sebelumnya dan disedot oksigennya sehingga tidak ada lagi oksigen dalam kemasan.
Kondisi ini disebut dengan vakum (hampa udara). Lemak kakao yang ditimbang
sebanyak 500 gram dimasukkan kedalam kemasan aluminium foil kemudian di-seal,
disedot oksigennya dan di-seal kembali.
Jika membandingkan antara kemasan aluminium foil dan plastik, tentu saja
masing-masing dari kemasan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Akan tetapi penggunaan aluminium foil dinilai lebih aman dari plastik. Plastik
terdiri dari berbagai bahan kimia (monomer). Dalam kondisi tertentu, kontak antara
plastik dengan makanan dapat menyebabkan terjadinya perpindahan bahan-bahan kimia
dari wadah ke makanan yang disebut Migrasi.
Migrasi (perpindahan) bahan kimia terjadi karena pengaruh suhu makanan,
penyimpanan atau proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu, semakin besar
kemungkinan

terjadinya

migrasi.

Lamanya

waktu


menyimpan

makanan

juga

berpengaruh. Semakin lama waktu kontak antara makanan dengan kemasan plastik,
semakin tinggi jumlah bahan kimia yang bermigrasi. Jika dikonsumsi secara-menerus
menerus dalam jangka waktu lama, dapat membahayakan kesehatan seperti memicu
penyakit kanker.

Kelebihan aluminium foil dibandingkan plastik dapat ditunjukkan pada jurnal
penelitian Littri, volume 18 nomor 3 dengan judul “Perubahan Mutu Lada Hijau Kering
Selama Penyimpanan pada Tiga Macam Kemasan dan Tingkatan Suhu”. Kemasan yang
digunakan dalam penelitian tersebut yaitu aluminium foil, plastik jenis LDPE dan PP.
bahan yang digunakan yaitu lada hijau kering. Bahan tersebut disimpan pada suhu 20, 30,
40 °C selama 2 minggu dan parameter yang diamati yaitu organoleptik, kecerahan, kadar
air, kadar minyak atsiri, dan pH. Diperoleh hasil bahwa produk yang dikemas
menggunakan aluminium foil lebih disukai panelis hingga akhir penyimpanan. Kemasan

aluminium foil dinilai mempunyai laju transmisi uap air dan oksigen lebih rendah dan
lebih tahan terhadap panas dibandingkan dengan LDPE dan PP.
Aluminium foil merupakan kemasan fleksibel dimana akhir-akhir ini kemasan
tersebut menjadi sangat populer untuk mengemas produk baik padat maupun cair.
Dipakai sebagai pengganti kemasan rigid maupun kemasan kaleng atas pertimbangan
ekonomis kemudahan dalam handling.
C. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2014.
Sejarah,
Jenis,
Kelebihan
dan
Kekurangan
Plastik.
http://blendist.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-jenis-kelebihan-dan-kekuranganplastik.html. Di akses tanggal 22 Januari 2017.
Anonim.
2016.
Pengemasan
Menggunakan
Aluminium
Foil
Lebih
Aman.
http://wirapax.com/pengemasan-menggunakan-kemasan-aluminium/. Di akses tanggal 22
Januari 2017.
Darsin, M. 2013. Aluminium Foil. Universitas Jember. Jember.
Hendrasty, H. K. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Edisi Pertama. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Rahmah, S. 2010. Pengemasan Bahan Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjajaran. Bandung.
Sembiring, B. S. dan Hidayat, T. 2012. Perubahan Mutu Lada Hijau Kering Selama
Penyimpanan pada Tiga Macam Kemasan dan Tingkatan Suhu. Jurnal Littri. 18(3): 115124. ISSN 0853- 8212.