Gambaran Angiografi Koroner Pasien Angina Pektoris Tidak stabil Berjenis Kelamin Wanita di RSUP H. Malik Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit jantung yang terutama
disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau keduanya. PJK merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskuler yang sering
terjadi di masyarakat. Meskipun terdapat perubahan besar dalam pengobatan
penyakit kardiovaskuler, banyak orang masih menderita penyakit ini. Bahkan,
PJK menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian, baik di Negara maju
maupun di Negara berkembang (Soeharto, 2004).

Menurut Survey yang dilakukan World Health Organization (WHO, 2001)
diperkirakan 17,1 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun
2004, mewakili 29% dari semua kematian global dan terjadi hampir sama pada
pria dan wanita. Dari kematian ini, diperkirakan 7,2 juta disebabkan oleh penyakit
jantung koroner dan 5,7 juta terkena stroke. Pada tahun 2030, hampir 23,6 juta
orang akan meninggal akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Peningkatan

terbesar dalam jumlah kematian akan terjadi di wilayah Asia Tenggara
(WHO,2000). Hasil survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun
1992, menyatakan prevalensi PJK tahun ke tahun meningkat dari urutan kedua
menjadi urutan pertama dengan prevalensi 9,7% - 16,4% setelah itu meningkat
lagi pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menjadi 24,5%
(S Soemantri, 1995). Bahkan, sekarang dapat dipastikan kecenderungan penyebab
kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskuler
(Majid, 2007). Menurut Data Statistik American Heart Association (AHA, 2008),
pada tahun 2005 jumlah penderita yang menjalani perawatan medis di Amerika
Serikat akibat PJK hampir mencapai 1,5 juta orang dengan 1,1 juta orang (80%)

2

menunjukkan kasus Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS) atau Infark Miokard
Tanpa Elevasi ST (AHA, 2008).

Sindroma APTS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari Infark
Miokardiak Akut (IMA). Banyak penelitian melaporkan bahwa APTS merupakan
resiko untuk terjadinya IMA dan Kematian. Beberapa penelitian retrospektif
menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati mendadak

pada riwayat penyakitnya mengalami gejala prodorma APTS. Sedangkan
penelitian jangka panjang mendapatkan IMA terjadi 5-20% penderita APTS
dengan tingkat kematian 14-80% (Anwar, 2004).
Angina Pektoris Tidak Stabil sering menjadi diagnosa pada wanita yang
mendapat serangan jantung dengan gejala yang tidak spesifik. Angina pektoris
pada wanita seringkali menunjukkan gejala nyeri dada namun gambaran arteri
koroner yang normal. Pada kasus yang berbeda, angina pektoris pada perempuan
dijumpai adanya nyeri dada namun tidak berasal dari jantung, ada juga ditemui
nyeri dada yang berasal dari jantung tetapi tidak berasal dari iskemik jantung.
Angina pektoris pada wanita yang terjadi menurut penelitian yang pernah
dilakukan, ditemukan 43% wanita yang mengalami atau menderita penyakit ini
43% wanita biasanya tidak menunjukkan suatu gejala. Tidak ada suatu gejala
nyeri yang akut misalnya seperti nyeri yang terjadi pada pria. Kemudian wanita
yang mengalami angina pektoris tidak stabil ini akan menunjukkan gejala yang
lebih mirip seperti gangguan pada sistem pencernaan misalnya seperti mual, nyeri
ulu hati, perut sesak, nyeri pada punggung belakang. Gejala-gejala yang muncul
lebih mirip gejala sakit maag dan bisa menjebak. Pada akhirnya hal ini sering
dianggap sebagai salah satu masalah yang diakibatkan oleh sistem pencernaan
yang terganggu (Anwar, 2004).
Penyakit Jantung Koroner dapat dideteksi dengan pemeriksaan diagnostik

non-invasif ataupun pemeriksaan invasif. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan
berbagai alat. Mulai dengan alat sederhana seperti Elektrokardiografi (EKG) dan
treadmill sampai alat yang canggih yaitu Multi Slice Computed Tomography

3

(MS-CT). Pemeriksaan secara invasif yang dilakukan adalah kateterisasi jantung.
Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan penunjang dengan memasukkan
kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan
fungsi jantung. Prosedur kateterisasi jantung yang bertujuan untuk mengevaluasi
anatomi pembuluh darah koroner disebut tindakan angiografi koroner.
Kateterisasi jantung merupakan teknik yang diakui dunia internasional sebagai
teknik terbaik dan terakurat untuk mendeteksi adanya sumbatan di pembuluh
darah koroner (Ramandika, 2012).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
angiografi koroner pasien angina pektoris tidak stabil berjenis kelamin wanita di
RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran angiografi koroner pasien angina pektoris tidak stabil
berjenis kelamin wanita di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran angiografi koroner pasien angina pektoris tidak
stabil berjenis kelamin wanita di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui karakteristik lokasi sumbatan arteri koroner pada
pasien angina pektoris tidak stabil yang berjenis kelamin wanita

2.

Untuk mengetahui derajat beratnya sumbatan arteri koroner pada
pasien angina pektoris tidak stabil yang berjenis kelamin wanita.

4


1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan
peneliti tentang bagaimana gambaran angiografi koroner pasien angina
pektoris tidak stabil berjenis kelamin wanita.

1.4.2. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam tentang gambaran angiografi koroner pasien angina
pektoris tidak stabil berjenis kelamin wanita.