Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi organisasi yang dituangkan melalui
perencaan strategis organisasi (Moeheriono, 2009).
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya. Hasibuan (2001) menyatakan bahwa
kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan
selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan
yang diberikan, serta dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat- sifat
individu. Beberapa aspek mendasar dalam pengukuran kinerja yaitu :
1. Menetapkan

tujuan,


sasaran,

dan

strategi

organisasi

dengan

menetapkan secara umum apa yang diinginkan organisasi sesuai
dengan tujuan visi, dan misinya.
2. Merumuskan indikator kinerja, dan ukuran kinerja yang mengacu pada
penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja
mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk

20

keberhasilan utama (critical success factor), dan indikator kinerja
kunci (key performance indicator).

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis
hasil pegukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan
membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.
4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan
pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau
hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut
dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.
Menurut Departemen Pertanian (2010) kinerja merupakan hasil kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai penyuluh pertanian dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kesediaan dan
ketrampilan penyuluh pertanian tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu
tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaiamana
mengerjakannya. Penyuluh pertanian dapat dikatakan mempunyai kemampuan
dan berkinerja yang tinggi apabila telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi
sesuai dengan standar indikator yang telah ditentukan. Tugas pokok dan fungsi
yang tercakup dalam indikator kinerja penyuluh pertanian telah ditetapkan dalam
UU Nomor 16 Tahun 2006/SP3K.
Untuk itu diperlukan suatu usaha baik itu dari pemerintah ataupun dari
instansi lain yang membantu petani dalam mengusahakan usaha taninya agar
dapat menjadi lebih baik dan maju. Melalui departemen pertanian, kegiatan

penyuluhan pertanian sangat diharapkan yaitu sebagai suatu usaha yang

21

membantu petani dalam berusaha tani, agar pertanian mereka dapat maju dan
berkembang.
2.2 Indikator dan Penilaian Kinerja
Defenisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Mahsun (2009), indikator kinerja
(key performance) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan
secara kuantitatif efektivitas dan efesiensi proses atau operasi dengan berpedoman
pada target - target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja
merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
Departemen pertanian menyatakan ada sembilan indikator kinerja (patokan
kerja) penyuluhan pertanian dalam memotivasi dan membangun profesionalisme
penyuluh pertanian. Kesembilan indikator kinerja (patokan kerja) penyuluhan
pertanian tersebut, yaitu:
1. Tersusunnya programa penyuluhan pertanian ditingkat Balai Penyuluhan

Pertanian (BPP) Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani.
2. Tersusunnya kinerja penyuluh pertanian diwilayah kerja masing-masing.
3. Tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi.
4. Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai
dengan kebutuhan petani.
5. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani,
usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan kelembagaan lainnya).

22

6. Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling
menguntungkan.
7. Terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi
pertanian dan pemasaran.
8. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan dimasing-masing
wilayah kerja.
9. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani dimasing-masing wilayah
kerja. (Buku Kerja THL TBPP, 2009).
Indikator kinerja (performance indicator), sering disamakan dengan
ukuran kinerja, meskipun keduannya merupakan sama-sama dalam kriteria

pengukuran kinerja tetapi terdapat perbedaan arti dan maknanya. Pada indikator
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang
bersifat indikasi kinerja saja sehingga bentuknya cenderung kualitatif, sedangkan
ukuran kinerja adalah kriteria yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung sehingga lebih bersifat kuantitatif. Dalam keberhasilan utama organisasi
atau disebut critical success factor (CFS) adalah area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja. Faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilan
jangka panjang (Moehirono, 2009).
Organisasi adalah kemampuannya dalam mengukur seberapa baik
karyawan berkarya dan menggunakan informasi tersebut guna memastikan bahwa
pelaksanaan memenuhi standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu.
Penilaian kinerja adalah suatu alat yang bermanfaat tidak hanya untuk
mengevaluasi kerja dari karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan
memotivasi karyawan (Sofyandi, 2008).

23

Menurut Amstrong dan Baron (1998), Penilaian kinerja merupakan
kegiatan yang di fokuskan pada usaha mengungkapkan kekurangan dalam bekerja
untuk diperbaiki dan kelebihan bekerja untuk dikembangkan, agar setiap

karyawan mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas pekerjaannya guna
mencapai tujuan organisasi.
Penilaian kinerja yang dikemukakan diatas tidak semata-mata didasarkan
pada penilaian buruk tidaknya karyawan melaksanakan tugasnya untuk kemudian
diambil tindakan organisasi. Tetapi penilaian kinerja dapat menjadi proses
pembelajaran bagi organisasi dan pihak manajemen agar dapat menentukan
langkah – langkah strategis untuk mengarahkan aktivitas organisasi, memperbaiki
tindakan – tindakan manajemen, dan terus melaksanakan penilaian untuk
melakukan adaptasi terhadap proses manajemen dan mengarahkannya kepada
tujuan penting organisasi.

2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian
Kinerja penyuluh pertanian (performance) merupakan respon atau prilaku
individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu secara aktual
dalam suatu organisasi sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya yang dilaksanakan secara efektif dan efesien berdasarkan priode waktu
tertentu dalam mencapai tujuan organisasi (Amstrong dan Baron, 1998).
Bagi seorang penyuluh pertanian, kinerja merupakan perwujudan diri atas
sejauh mana tugas pokoknya dapat dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19

24

Tahun 1999, terdapat empat tugas pokok penyuluh pertanian, yaitu: menyiapkan,
melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan, serta mengembangkan kegiatan
penyuluhan, yang mana setiap tugas pokok masing-masing terdapat dibidangbidang kegiatan. (Surat Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang
Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara, 1999).
Peranan

lembaga

penyuluhan

pertanian

dimaksudkan

untuk


mempengaruhi perilaku petani atau meningkatkan kemampuan petani untuk
mengambil keputusan sendiri mengenai cara-cara mencapai tujuan mereka. Petani
menggunakan informasi yang didapat dari penyuluh maupun sumber-sumber lain.
Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian yang
merupakan tujuan utama dari pembangunan pertanian yang dicapai melalui cara
merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah
yang dikembangkan melalui penelitian (Van Den Ban, 1999).
Program penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Program penyuluhan pertanian yang disusun setiap
tahun membuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan
siklus anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian,
pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan (YST, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian menurut
Yusri (1999), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian
dalam bekerja secara professional, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal Penyuluh Pertanian

25


Kinerja penyuluh dipengaruhi oleh faktor-faktor dari penyuluh itu sendiri inilah
yang disebut faktor internal yang terdiri dari:
1. Pendidikan formal penyuluh pertanian.
Telah ditetapkan basis pendidikan formal pertanian minimal Diploma III atau
memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan fungsional dibidang penyuluhan
pertanian. Tingkat pengetahuan mempengaruhi keterampilan dan keahlian yang
dimiliki untuk melaksaanakan tugasnya mengimbangi dinamika masyarakat
petani.
2.

Umur Penyuluh Pertanian

Semakin bertambah umur dan golongan penyuluh, persepsi penyuluh pertanian
tentang jabatan fungsional dalam pengembangan karier dan profesi penyuluh
semakin rendah.
3. Masa Kerja Penyuluh Pertanian
Semakin lama masa kerja, penyuluh akan semakin menguasai bidang pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya sehingga akan semakin matang dan pekerja
lebih produktif dan bersaamaan dengan kemampuan kerja menentukan kinerja
kerja.

a. Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan dengan
kinerja penyuluh pertanian adalah:
1. Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Dengan adanya sarana dan prasarana seperti teknologi pertanian, pelatihan,
transportasi, computer, OHP dan lain-lain sangat diperlukan penyuluh dalam
pelaksanaan tugasnya.

26

2. Sistem penghargaan
Hal ini biasanya terkait dengan perbaikan sistem penggajian, tunjangan fungsional
dan dana operasional serta jabatan atau kepangkatan.
3. Komoditas dominan diwilayah binaan
Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani secara turun temurun telah
memberikan pengetahuan teknologi usaha tani dan pengalaman berharga kepada
petani untuk dapat dikembangkan kearah yang lebih maju dan rasional dalam
interaksinya bersama-sama penyuluh.
Menurut Kusmiyati dan Maryani (2010) menyatakan bahwa terdapat faktor –
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian

yaitu:
-

Faktor internal yang terdiri dari: umur, pendidikan dan motivasi,
sedangkan

-

Faktor eksternal terdiri dari: Ketersediaan sarana seperti informasi,
intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah.

Sedangkan Nova dan Olive (2011) faktor –faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu:
-

Faktor internal terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah
tanggungan.

-

Faktor Eksternal terdiri dari: Ketersediaan sarana dan prasarana informasi,
sistem penghargaan, intensitas penyuluh, tempat tinggal penyuluh.

Pendapat lain di kemukakan oleh Nani dan Amri (2008) faktor –faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu:
-

Faktor internal terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jabatan.

27

-

Faktor Eksternal terdiri dari : Tipe institusi sekolah, pelatihan, komoditas
dominan wilayah binaan penyuluh.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, maka peneliti akan mengkaji lebih dalam 3
faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu :
1. Sistem Penghargaan
2. Ketersediaan sarana dan prasarana
3. Komoditas dominan wilayah binaan.

2.3.1 Penghargaan
Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang yang bekerja baik pada
perusahaan swasta maupun instansi pemerintah, tentunya mengharapkan adanya
balas jasa atau imbalan yang diberikan atas sumbangan kerja, pikiran dan waktu
yang diberikannya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan diberikannya
penghargaan kepada karyawan. Penghargaan yang diberikan bisa berupa insentif.
insentif merupakan salah satu bentuk rangsangan yang sengaja diberikan oleh
perusahaan kepada segenap pekerjanya agar para pekerja tersebut termotivasi dan
mau bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

a. Jenis-jenis insentif
Menurut pendapat Garry Dessler terjemahan Agus Dharma, insentif terdiri dari :
Finansial insentif, Non finansial insentif, Sosial insentif.
1. Finansial Insentif
Meliputi beberapa sistem penghargaan berupa finansial yang diberikan dalam
bentuk uang sebagai alat utama yang dapat membantu manusia dalam memenuhi
kebutuhan pokok mereka. Dalam pemberian insentif ini terdapat perbedaan, hal

28

ini disebabkan adanya tingkat atau golongan yang berbeda dari setiap karyawan
dalam suatu perusahaan, berupa: bonus, komisi, profit sharing, pensiun.
2. Non Finansial Insentif
Suatu ganjaran bagi para karyawan yang bukan berbentuk keuangan, dalam hal ini
merupakan kebutuhan karyawan yang bukan berwujud uang seperti :
1. Terjamin kenyamanan tempat kerja.
2. Terjaminnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.
3. Adanya penghargaan berupa pujian atau pengakuan atas kerja yang baik.
4. Tersedianya hiburan, pendidikan dan latihan.
5. Pemberian tanda jasa atau medali.
6. Ucapan terima kasih, baik secara formal maupun informal.
7. Pemberian promosi (kenaikan pangkat atau jabatan).
8. Pemberian perlengkapan khusus pada kerja (meja rapat, permadani dan
lain-lain).
3. Sosial Insentif
Sosial insentif ini tidak jauh berbeda dengan non finansial insentif, tetapi
sosial insentif lebih cenderung pada keadaan dan sikap dari para rekan sekerjanya.
Sistem penghargaan yang di berikan pada penyuluhan seperti yang
berhubungan dengan sistem penggajian, tunjangan fungsional, dana operasional,
serta jabatan dan kepangkatan.

2.3.2 Ketersediaan sarana dan prasana
Pengertian Sarana prasarana Menurut Ketentuan Umum Permendiknas
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) No. 24 tahun 2007. Sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan

29

tujuan dari suatu proses produksi. (contohnya: sabit, cangkul, dll.) Prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya
produksi. Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis
peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/
pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang
sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh
Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan
seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut
adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya
berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Fungsi utama sarana
dan prasarana berdasarkan pengertian diatas adalah sebagai berikut : mempercepat
proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu, meningkatkan
produktivitas baik barang dan jasa, hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin, lebih
memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku, ketepatan susunan
stabilitas pekerja lebih terjamin, menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang
yang

berkepentingan,

menimbulkan

rasa

puas

pada

orang-orang

yang

berkepentingan yang mempergunakannya. Ketersediaan sarana, prasarana pada
penyuluh pertanian seperti serta alat transportasi, demplot atau alat peraga dan
ragam informasi yang tentang teknologi usahatani yang diperoleh dari berbagai
media.

2.3.3 Komoditas dominan wilayah binaan
Menurut KBBI Edisi III tahun (2005) komoditas dominan wilayah binaan
adalah hasil bumi dan kerajinan setempat dapat dimanfaatkan sebagai ekspor atau

30

bahan mentah yang digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar yang
berpengaruh kuat/unggul dilingkungan daerah kabupaten setempat.
Menurut Kurnia dan Basita (2010) persepsi sebagian besar petani terhadap
kemampuan penyuluh yang terkait dengan penguasaan penyuluh mengenai teknik
budidaya komoditas pertanian mulai memadai, termasuk pengetahuan tentang
produksi tanaman dan ternak. Beberapa kemampuan penyuluh yang dipandang
perlu ditingkatkan adalah pemahaman yang baik terhadap potensi sumberdaya
wilayah binaan, budaya dan kebutuhan masyarakat petani.
Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani secara turun temurun
telah memberikan pengetahuan teknologi usaha tani dan pengalaman berharga
kepada petani untuk dapat dikembangkan kearah yang lebih maju dan rasional
dalam interaksinya bersama-sama dengan penyuluh seperti peningkatan hasil hasil
petanian yang unggul diderah tersebut.

2.4 Pengertian Penyuluh Pertanian
Penyuluhan adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi pasar, teknologi permodalan
dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahterannya serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Peraturan Menteri Pertanian No
91/Permentan/OT.140/9/2013). Tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah
perilaku utama dan pelaku usaha melalui peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan motivasinya. Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar
diartikan bahwa kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan

31

dapat merangsang terjadinya perubahan prilaku melalui proses pendidikan atau
kegiatan belajar.
Berkaitan dengan penyuluhan sebagai pendidikan non-formal dibidang
pertanian, penyuluh pertanian tidak lain sebagai aparatur pertanian yang berfungsi
sebagai pendidik non-formal pada masyarakat petani, nelayan dan pedesaan.
Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan
yang menghubungkan sumber informasi dengan petani. Agar jembatan ini dapat
berperan dengan baik, maka jembatan ini harus kokoh. Kegiatan penyuluhan
adalah untuk memperbaiki teknis budidaya maupun penganekaragaman komoditi
yang dibudidayakan. Dari perbaikan usahatani dan perbaikan tata niaga komoditi
yang dibudidayakan akan dapat diperoleh peningkatan pendapatan yang akan
memperbaiki tingkat kehidupan petani. Pada akhirnya efektifitas kegiatan
penyuluhan pertanian tidak hanya diukur dengan meningkatnya produksi
pertanian dan meningkatnya pendapatan petani, melainkan dengan tumbuhnya
kekuatan ekonomi para petani dan peran aktif dari para petani dalam
perekonomian dan masyrakat (Suhardiyono, 1992).
Penyuluh pertanian yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai diharapkan
dapat menguasai semua bidang pertanian (polivalen) mulai dari bercocok tanam,
pemberantasan hama penyakit tumbuhan hingga pascapanen agar pertanian yang
ada di Kabupaten Bedagai maju.

2.5 Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
Adapun tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian adalah :


Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha

32



Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha
kesumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat
mengembankan usahanhya.



Meningkatkan

kemampuan

kepemimpinan,

manajerial,

dan

kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.


Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan
organisasinya menjadi organisasi yang maju.



Ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik, dan berkelanjutan membantu menganalisis dan
memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang
dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.



Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup.



Melambangkan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan
modren bagi para pelaku utama secara berkelanjutan.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar, maka seorang
penyuluh pertanian harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Mempunyai pengetahuan teknik tentang hal-hal yang akan disuluhkan.
2. Mempunyai kecakapan mempergunakan tangan (skill) dalam hal yang
akan disuluhkan.
3. Mempunyai pengetahuan tentang ilmu pendidikan dan penyuluhan.
4. Mempunyai kecakapan menghadapi orang yang akan disuluh.
5. Mempunyai kecakapan menghadapi masyarakat.

33

6. Mempunyai perhatian yang mendalam tenang keadaan masyarakat yang
diberi penyuluhan.
7. Mempunyai sifat dan tabiat yang ramah, sopan santun, sabar, tabah, jujur,
suka menolong, suka menepati janji, mempunyai rasa tanggung jawab,
bijaksana, pandai mengeluarkan buah pikiran, toleran, berani membela
kebenaran, mempunyai perhatian terhadap sesama mudah menyesuaikan
diri dan bekerja gembira (Meneth Ginting, 2013).

2.6 Penelitian Terdahulu
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian.
ditunjukkan oleh penelitian Suhanda (2008) mendapatkan hubungan yang erat (r =
0,01) antara karakteristik penyuluh (usia, masa kerja, jenis kelamin, jabatan,
pendidikan formal, pelatihan) dan faktor motivator (motivasi berprestasi,
kesempatan, pengembangan diri dan promosi, tingkat kewenangan dan tanggung
jawab, makna pekerjaan).
Penelitian Rafiqah Amanda Lubis (2014) dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor individu penyuluh pertanian
berpengaruh nyata pada kinerja mereka baik secara terpisah maupun secara
bersama-sama. Pengaruh secara bersama-sama keempat peubah tersebut adalah
(R²) 57 persen yang nyata pada α = 0,05.
Penelitian Marliati (2008) dengan judul faktor penentu kinerja penyuluh
pertanian dalam memberdayakan petani di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien determinan (R Square) dari pengaruh

34

faktor karakteristik internal, eksternal, dan kompetensi penyuluh terhadap kinerja
penyuluh pertanian adalah 0,826 atau 82,6 persen.

35