Penerapan Safety Talk dan Kejadian Kecelakaan Kerja PT. Waskita Karya Pekanbaru Tahun 2015

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian Kecelakaan

Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009). World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Menurut Silalahi (1995) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan yang ketat.

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya. (Sheddy Nagara, 2008)

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula dapat menimbulkan kerugian baik waktu,harta benda


(2)

atau properti maupun korban jiwa yang terjadi dalam proses kerja undustri atau berkaiatan dengannya.(Tarwaka,2008)

2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja

Teori kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta milik atau kerugian waktu. Salah satu teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja yang diusulkan oleh H.W. Heinrich yang dikenal sebagai teori Domino Heinrich. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan, yaitu :

1. kondisi kerja 2. kelalaian manusia 3. tindakan tidak aman 4. kecelakaan

5. cedera.

Kelima faktor ini tersusun seperti kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan efek domino, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman yang merupakan poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan yang menyumbang 98% terhadap penyebab kecelakaan. Jika


(3)

dianalogikan dengan kartu domino, maka jika kartu nomor 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh maka tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, maka ketika kartu kedua terjatuh tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya kecelakaan pada poin 4 dan cedera pada poin 5 dapat dicegah.

Teori Frank E. Bird Petersen mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur. Teori ini memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan, antara lain :

a. Manajemen kurang control b. Sumber penyebab utama c. Gejala penyebab langsung d. Kontak peristiwa

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja,


(4)

perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan seperti lengah, ceroboh, mengantuk, lelah dan sebagainya.

2. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dab pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi maupun di tempat datar. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house


(5)

keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.

2.1.4 Faktor faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi

Adanya banyak penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek konstruksi memiliki konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek kebersihan dan kerapiannya, lebih tepatnya disebut semrawut karena padat alat, pekerja, material. Faktor lain penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah faktor pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja, pemilihan metoda kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja sehingga harus selalu menyesuaikan diri, perselisihan antar pekerja sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan pekerja dengan tim proyek, peralatan yang digunakan dan masih banyak faktor lain. Jumlah pekerja yang besar dalam proyek konstruksi membuat perusahaan sulit untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif. Secara umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi :


(6)

2. Faktor metoda konstruksi 3. Peralatan

4. Manajemen.( Wulfram I. Ervianto, 2002:198). 2.1.5 Klasifikasi Kecelakaan

Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1987), klasifikasi kecelakaan kerja sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenis pekerjaan

a) Terjatuh

b) Tertimpa benda jatuh

c) Tertumbuk atau terkena benda-benda d) Terjepit oleh benda

e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f) Pengaruh suhu tinggi

g) Terkena arus listrik

h) Kontak bahan berbahaya atau radiasi 2. Berdasarkan penyebab

a) Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan sebagainya.

b) Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan peralatannya, alat angkut darat, udara dan air

c) Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, bejana bertekanan, tangga, scaffolding dan sebagainya.


(7)

d) Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, debu, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya.

e) Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan dibawah tanah). 3. Berdasarkan sifat luka atau kelainan

a) Patah tulang b) Dislokasi (keseleo) c) Regang otot

d) Memar dan luka dalam yang lain e) Amputasi

f) Luka di permukaan g) Gegar dan remuk h) Luka bakar

i) Keracunan-keracunan mendadak j) Pengaruh radiasi

4. Berdasarkan letak kelainan atau luka di tubuh a) Kepala

b) Leher c) Badan

d) Anggota atas e) Anggota bawah f) Banyak tempat


(8)

2.1.6 Dampak Kecelakaan kerja

Berikut ini adalah Penggolongan dampak kecelakaan kerja ; 1. Meninggal Dunia

Dalam hal ini termasuk kecelakaan kerja yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walupun telah mendapat pertolongan dan perawatan sebelumnya

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaansecara produtif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian – bagian tubuh seperti: Kedua mata, satu mata atau satu lengan, tangan atau kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa di potong atau sama sekali tidak berfungsi.

4. Tidak mampu bekerja sementara

Kondisi sementara ini di maksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhaan, sehingga hari – hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.


(9)

2.1.7 Pencegahan Kecelakann Kerja

Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja Tujuan utama penerapan sistem manajemen K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi (Ramli, 2010). Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi atau dihilangkan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja dapat dilakukan setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi cara, sehingga dapat disusun rekomendasi cara pengendalian kecelakaan kerja yang tepat. Pengendalian kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Energi Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan dilakukan melalui 3 titik, yaitu :

a. Pengendalian pada sumber bahaya Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau administratif.

b. Pendekatan pada jalan energi Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi.

c. Pengendalian pada penerima Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat


(10)

dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak dapat dilakukan dengan efektif.

2. Pendekatan Manusia Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa 85 % kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

a. Pembinaan dan Pelatihan b. Promosi K3 dan kampanye K3 c. Pembinaan Perilaku Aman d. Pengawasan dan Inspeksi K3 e. Audit K3

f. Komunikasi K3

g. Pengembangan prosedur kerja aman

3. Pendekatan Teknis Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :

a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja. b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.

4. Pendekatan Administratif Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:


(11)

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi.

b. Penyediaan alat keselamatan kerja.

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3. d. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

e. Pendekatan Manajemen Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan.

2.2 Penerapan SafetyTalk

Safety talk merupakan salah satu penerapan sistem manajemen K3 upaya pencegahan dan pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau kerugian materi di tempat kerja. Dimana Safety Talk pengendalian kecelakaan kerja yang dilakukan dengan pendekatan manusia secara manusia dikarenakan 85% kecelakaaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan tidak aman. Maka untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan dengan pendekatan Program Komunikasi K3 yaitu Penerapan Safety Talk di tempat kerja.

Safety talk adalah suatu cara untuk mengingatkan kepada pekerja bahwa Keselamatan dan kesehatan sangat penting dalam pekerjaan. Safety talk merupakan suatu pembicaraan keselamatan termasuk menangani masalah tertentu di suatu tempat pekerjaan. Melalui Safety talk memeberitahu pekerja tentang Prosedur, peralatan dan bahan yang dilakukan pada saat bekerja. Durasi waktu untuk melakukan Safety Talk membutuhkan waktu lima menit


(12)

Safety Talk adalah pertemuan yang dilakukan rutin yang dilakukan antara karyawan atau pekerja dan supervisor/HSE untuk membicarakan hal – hal mengenai K3. Safety Talk cara untuk melindungi karyawan atau pekerja cidera selain itu safety talk salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat di diskusikan untuk kemudian diterapkan dan di praktekkan di lapangan

Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja , serta berbagai masalah pekerjaan dapat kita diskusikan ( secara teoritis ), untuk kemudian dapat diterapkan dan dipraktekan hasil dari diskusi tersebut dilapangan, dengan safety talk dapat pula meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap pekerjaan yang yang dihadapi dan bahayanya serta penanggulangannya.

Safety Talk adalah komunikasi antara supervisor/Foreman/site Engineer dengan pekerja/karyawan/krunya untuk menyampaikan hal-hal spesifik yang berhubungan dengan KKLK ( Kesehatan Keselamatan Lingkungan Kerja ).

2.2.1 Tujuan Safety talk

Tujuan dari Penerapan safety talk yaitu rangkaian akitivitas berbicara pada sebuah tim kerja yang biasanya dilakukan sebelum aktivitas kerja dimulai dimana tujuannya adalah untuk mencegah atau meminimallkan resiko pada pekerjaan yang akan dilakukannya. Kegiatan ini merupakan salah satu sarana penunjang dari sekian banyak metode yang ada dalam upaya pencegahan kecelakaan dan mengingatkan


(13)

karyawan atau pekerja akan potensi bahaya di tempat kerja dab membantu karyawan/pekerja untuk mengenali bahaya tersebut.

2.2.2 Mafaat Safety Talk

1. Meningkatkan pengetahuan pekerjaan yang kita hadapi dan bahayanya serta penangulangannya.

Semakin banyak kita melaksanakan tugas / pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan maka membuat kita semakin berpengalaman pula bahkan bisa makin familiar dengan tugas dan tanggung jawab tersebut , sehingga kita semakin mengerti dengan keadaan lingkungan tempat bekerja dan akan dengan cepat pula mengatasinya bila terjadi problem atau keadaan darurat

2. Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur kerja.

Dari pengalaman – pengalaman selama ini semakin kita sering melakukan pekerjaan yang sama sehingga kita menjadi terbiasa dan membuat kita semakin menguasai pekerjaan itu,tetapi dilain pihak menjadikan kita terlena dengan kemampuan itu,dikarenakan kita sudah terbiasamelakukannya terkadang menjadikan kita lalai ,gegabah dan sembrono dengan yang namanya prosedur kerja , akibatnya bisa fatal terhadap peralatan maupun manusianya .Apabila kita bekerja menggunakan prosedur kita sudah terlindungi bila terjadi hal – hal yang tidak kita inginkan ,karena yang akan bertanggung jawab adalah yang menyiapkan , memeriksadan mengesahkan prosedur tersebut


(14)

3. Meningkatkan pengetahuan kita terhadap alat – alat pelindung diri .

Setiap pekerja mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bekerja yang aman dan selamat pada dasarnya kita semua mengerti bahaya-bahaya yang mungkin timbul ditempat area kerja kitamasing-masing dan alat-alat pelindung diri apa saja yang harus kita pakai .Perusahaan telah menyediakan dan memcukupi perlengkapan dan kelengkapan alat pelindung diri ,diharapkan dapat dipergunakan secara baik dan tepat.

4. Meningkatkan kemampuan kita berkomunikasi .

Didalam safety talk ini tanpa sadar kita juga belajar berkomunikasi , kapan kita harus mendengarkan, kapan kita harus mengutarakan pendapat, tidak memotong pemebicaraan saat orang lain mengutarakan pendapatnya efeknya bisa saja orang tersebut tersinggung, terutama bila kita sedang bekerja, komunikasi memegang peranan sangat penting. Apabila kita menerima atau memberi perintah yang tidak jelas atau salah akibatnya bisa fatal.

Meningkatkan level kompetensi pekerja karena pada saat safety talk tersebut dibicarakan hal-hal baru,metode baru atau bahkan prosedur baru dalam suatu pekerjaan. Dengan pengetahuan baru atau pembaruan cara kerja maka skill pekerja bertambah.

2.2.3 Isi dari Safety Talk


(15)

1. Memahami penggunaan pakaian pelindung diri yang diperlukan 2. Kesadaran dan pemahaman lokasi kerja di mana pekerjaan melibatkan

paparan elemen cuaca

3. Kesadaran terhadap paparan personil untuk panas yang ekstrim dan kelembaban, debu, asap, kebisingan dan miskin atau tidak ada ventilasi 4. Kesadaran pencahayaan yang memadai di tempat kerja.

5. Kesadaran dan pemahaman penanganan Hazardous Substances di lokasi kerja 6. Kesadaran dan pemahaman Material Safety Data Sheet;

7. Kesadaran untuk Pengendalian Pencemaran Lingkungan

8. Kesadaran untuk menjaga kebersihan mereka selama di area kerja

Aspek tentang keselamatan kerja mencakup bidang :

1. Behavioral Safety

2. Confined Spaced

3. Disease Prevention 4. Electrical Hazards

5. Ergonomics

6. Fatique

7. Fire

8. Forklift

9. Hazard Communications


(16)

11. Ladders

12.Lifting Operations

13.LOTO

14. PPE

15.Slips, Trips, and Fall 16. Traffic Management Plan

17.Planning to Work

18.Emergency Equipment

19. Good Communication & Coordination 20.Discipline

21. Moving Heavy EquipmentSaf 22.ety Culture

23.Respiratory Protection 24.Vehicle Inspection 25.Control of Work 26. Housekeeping 27.Permits Control 28.Electrical Safety

29.Chemical Handling

30.Zero Accident 31. Material Stacking


(17)

33. Scaffolding Safety

34.Material Management & Storage

35.Dropped Object

36. Risk Assessment

37.Color Coding

38. Driving Safety

39.Environmental ManagementPlan Dan lain-lain

2.2.4 Referensi Dalam Pelaksanaan Safety talk

Dalam pelaksanaan Safety talk dalam pemberian informasi kepada karyawan/pekerja memiliki referensi dalam pelaksanaannya yaitu

1. Dasar K3 ( Tujuan K3, Penyebab Dasar, Penyebab Langsung , Faktor Kecelakaan Kerja, Piramida Kecelakaan, Lingkup Keselamatan, Lingkup Kesehatan

2. Investigasi kecelakaan ( Teori Domino, Loss Causation Model, Accident

Prevention, MORT ( Management Oversight Risk Tree), Management Control

System dll.

3. APD ( Standard dan Jenis APD, Pemilihan APD, Penggunaan APD dan Perawatan APD )

4. JSA ( Job Safety Analysis) terkait dengan pekerjaan 5. SOP ( Standard Operasional Prosedur ) pekerjaan


(18)

6. Good and Bad Practice terkait dengan pekerjaan 7. Jenis APAR dan cara penggunaannya

8. Jenis Kebakaran dan cara pemadaman Api

9. Keppres, PP, Kepmen, maupun UU terkait dengan pekerjaan 10.Temuan / finding inspeksi, observasi maupun invesitigasi

11.Sharing Accident / Incident yang terjadi di lokasi / perusahaan lain yang terkait dengan pekerjaan

12. Hasil pengukuran / monitoring ( Kebisingan, Getaran , Suhu, Debu,Udara, Air dll )

13.Electrical Safety ( Prosedur, APD, Alat – alat pengaman , dll)

14. Lifting and Rigging (Kondisi Sling / Rantai, Pengangkatan, Pengikatan dan Pengamanan Area sekitar pengangkatan )

15. Mechanical Safety ( Perlindungan dari Bahan yang muncul dari bekerja dengan Mesin )

16.Chemical Safety ( Perlidungan dari Bahaya Bahan Kimia ) 17.Manual Handling

2.2.5 Pihak yang melakukan safety talk

Safety talk sangat tepat dilakukan oleh orang – orang yang bertanggung jawab akan k3 seperti:

1. Foreman atau supervisor 2. Safety officer


(19)

2.2.6 Metode pelaksanaan Safety Talk

Safety talk sebaiknya dilaksanakan pada setiap akan memulai pelaksanaan pekerjaan dan pergantian shift, yang dipimpin oleh orang yang mengerti di bagian safety pada tiap area atau departemen wajib melaksanakan Pelaksanaan safety talk dan harus diperhatikan seperti:

1. Diawali dengan pendahuluan singkat yang menarik 2. Dilaksanakan oleh semua regu kerja setiap awal shift

3. Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja di shift tersebut 4. Topik yang disampaikan sesuai dengan kondisi lapangan 5. Pelaksanaan safety talk langsung di lokasi kerja

6. Menyampaikannya dengan kata-kata yang mudah dimengerti 7. Estimasi waktu penyampaian kurang dari 15 menit

8. Mengulangi pesan-pesan safety dan memberikan ringkasan disetiap akhir safety talk

9. Setiap safety talk direcord yang diketahui atau ditandatangani oleh seluruh karyawan safety talk pada saat itu juga yang akan bekerja dan hadir pada safety talk.

2.3 Pelaksanaan Penerapan Safety talk di Waskita Karya Pekanbaru Pelaksanaan penerapan safety talk di Waskita Karya Pekanbaru rutin dilakukan pada sebelum bekerja dan dilakukan di setiap proyek pembangunan Waskita Karya. Salah satunya Pembangunanan yaitu Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru


(20)

Penerapan safety talk di Waskita Karya di Waskita Karya di pekanbaru pada proyek pembangunan Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim yaitu :

1. Safety Morning

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu seperti apel pagi setiap seminggu sekali yang di lakukan pada pagi hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 07. 00 Wib.

2. Safety Afternoon

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu setiap seminggu sekali yang di lakukan pada siang hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 12.00 Wib.

3. Safety Night

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu setiap seminggu sekali yang di lakukan pada malam hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 22.00 Wib.

4. Safety Induction

Pesan K3 yang di laksanakan yang dilakukan pada saat kapan saja saat di butuhkan dalam pekerjaan atau keadaan tempat kerja yang lebih beresiko atau pun untuk sesuai kebutuhan keperluan di tempat kerja dan pemberitahuan untuk pekerja yang baru atau pendatang baru.


(21)

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Alur pikir :

PENERAPAN SAFETT TALK

1. SAFETY MORNING

2. SAFETY AFTERNOON

3. SAFETY NIGHT

4. SAFETY INDUCTION

KECELAKAAN KERJA


(22)

1. Penerapan Safety talk : Pertemuan rutin yang di lakukaan sebelum bekerja untuk membicarakan hal – hal mengenai K3 sebagai usaha untuk mencegah terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja.

a. Safety Morning

b. Safety Afternoon c. Safety Night d. Safety Induction

2. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula dapat menimbulkan kerugian baik waktu,harta benda atau properti maupun menimbulkan korban jiwa.


(1)

33.Scaffolding Safety

34.Material Management & Storage 35.Dropped Object

36.Risk Assessment 37.Color Coding 38.Driving Safety

39.Environmental Management Plan Dan lain-lain

2.2.4 Referensi Dalam Pelaksanaan Safety talk

Dalam pelaksanaan Safety talk dalam pemberian informasi kepada karyawan/pekerja memiliki referensi dalam pelaksanaannya yaitu

1. Dasar K3 ( Tujuan K3, Penyebab Dasar, Penyebab Langsung , Faktor Kecelakaan Kerja, Piramida Kecelakaan, Lingkup Keselamatan, Lingkup Kesehatan

2. Investigasi kecelakaan ( Teori Domino, Loss Causation Model, Accident Prevention, MORT ( Management Oversight Risk Tree), Management Control System dll.

3. APD ( Standard dan Jenis APD, Pemilihan APD, Penggunaan APD dan Perawatan APD )

4. JSA ( Job Safety Analysis) terkait dengan pekerjaan 5. SOP ( Standard Operasional Prosedur ) pekerjaan


(2)

6. Good and Bad Practice terkait dengan pekerjaan 7. Jenis APAR dan cara penggunaannya

8. Jenis Kebakaran dan cara pemadaman Api

9. Keppres, PP, Kepmen, maupun UU terkait dengan pekerjaan 10.Temuan / finding inspeksi, observasi maupun invesitigasi

11.Sharing Accident / Incident yang terjadi di lokasi / perusahaan lain yang terkait dengan pekerjaan

12. Hasil pengukuran / monitoring ( Kebisingan, Getaran , Suhu, Debu,Udara, Air dll )

13.Electrical Safety ( Prosedur, APD, Alat – alat pengaman , dll)

14.Lifting and Rigging (Kondisi Sling / Rantai, Pengangkatan, Pengikatan dan Pengamanan Area sekitar pengangkatan )

15. Mechanical Safety ( Perlindungan dari Bahan yang muncul dari bekerja dengan Mesin )

16.Chemical Safety ( Perlidungan dari Bahaya Bahan Kimia ) 17.Manual Handling

2.2.5 Pihak yang melakukan safety talk

Safety talk sangat tepat dilakukan oleh orang – orang yang bertanggung jawab akan k3 seperti:

1. Foreman atau supervisor 2. Safety officer


(3)

2.2.6 Metode pelaksanaan Safety Talk

Safety talk sebaiknya dilaksanakan pada setiap akan memulai pelaksanaan pekerjaan dan pergantian shift, yang dipimpin oleh orang yang mengerti di bagian safety pada tiap area atau departemen wajib melaksanakan Pelaksanaan safety talk dan harus diperhatikan seperti:

1. Diawali dengan pendahuluan singkat yang menarik 2. Dilaksanakan oleh semua regu kerja setiap awal shift

3. Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja di shift tersebut 4. Topik yang disampaikan sesuai dengan kondisi lapangan 5. Pelaksanaan safety talk langsung di lokasi kerja

6. Menyampaikannya dengan kata-kata yang mudah dimengerti 7. Estimasi waktu penyampaian kurang dari 15 menit

8. Mengulangi pesan-pesan safety dan memberikan ringkasan disetiap akhir safety talk

9. Setiap safety talk direcord yang diketahui atau ditandatangani oleh seluruh karyawan safety talk pada saat itu juga yang akan bekerja dan hadir pada safety talk.

2.3 Pelaksanaan Penerapan Safety talk di Waskita Karya Pekanbaru

Pelaksanaan penerapan safety talk di Waskita Karya Pekanbaru rutin dilakukan pada sebelum bekerja dan dilakukan di setiap proyek pembangunan Waskita Karya. Salah satunya Pembangunanan yaitu Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru


(4)

Penerapan safety talk di Waskita Karya di Waskita Karya di pekanbaru pada proyek pembangunan Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim yaitu :

1. Safety Morning

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu seperti apel pagi setiap seminggu sekali yang di lakukan pada pagi hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 07. 00 Wib.

2. Safety Afternoon

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu setiap seminggu sekali yang di lakukan pada siang hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 12.00 Wib.

3. Safety Night

Pesan K3 dilaksanakan pada periode tertentu setiap seminggu sekali yang di lakukan pada malam hari sebelum memulai pekerjaan yang dilaksanakan pada pukul 22.00 Wib.

4. Safety Induction

Pesan K3 yang di laksanakan yang dilakukan pada saat kapan saja saat di butuhkan dalam pekerjaan atau keadaan tempat kerja yang lebih beresiko atau pun untuk sesuai kebutuhan keperluan di tempat kerja dan pemberitahuan untuk pekerja yang baru atau pendatang baru.


(5)

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Alur pikir :

PENERAPAN SAFETT TALK 1. SAFETY MORNING 2. SAFETY AFTERNOON 3. SAFETY NIGHT 4. SAFETY INDUCTION

KECELAKAAN KERJA


(6)

1. Penerapan Safety talk : Pertemuan rutin yang di lakukaan sebelum bekerja untuk membicarakan hal – hal mengenai K3 sebagai usaha untuk mencegah terjadi kecelakaan kerja di tempat kerja.

a. Safety Morning b. Safety Afternoon c. Safety Night d. Safety Induction

2. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula dapat menimbulkan kerugian baik waktu,harta benda atau properti maupun menimbulkan korban jiwa.