Penerapan Safety Talk dan Kejadian Kecelakaan Kerja PT. Waskita Karya Pekanbaru Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan era globalisasi yang pesat menggiring banyak perusahaan
untuk terus melakukan pengembangan pembangunan di berbagai bidang. Perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil
produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka
diperlukan tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan.
Untuk itu harus diketahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
berusaha mengatasinya sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau
zero accident (Djati, 2006).
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan umum dan kecelakaan akibat kerja.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah kecelakaan akibat kerja, yaitu kecelakaan
yang berhubungan dengan kerja di perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti
bahwa kecelakaan dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dua, yaitu : kondisi tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action).
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan kerja
dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan
Universitas Sumatera Utara
dari industrial hygiene yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat.
Tindakan tidak aman, menurut penelitian hampir 85 % kecelakaan terjadi disebabkan
faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman dapat
disebabkan oleh : karena tidak tahu, yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana
melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada; karena
tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman,
bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan
kesalahan; karena tidak mau, walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan
peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi
karena tidak mau melaksanakan, maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau
memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman (Djati, 2006).
Menurut data ILO(2013) tercatat 2,34 juta 0rang di dunia meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat kerja dan
2,02 juta penyakit akibat kerja.
Pencegahan dan pengurangan kecelakaan serta penyakit akibat kerja dapat
dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3). Hal ini disebabkan oleh kecelakaan kerja selama ini sebagian besar
disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor manusia dan teknis (Institut K3
Indonesia, 1998). Penerapan SMK3 sebagaimana tercantum dalam Permenaker RI
Nomor 05 Tahun 1996 yang sekarang berganti menjadi PP 50 tahun 2012 yang
menyebutkan bahwa komunikasi dalam hal ini komunikasi K3 merupakan bagian dari
kegiatan pendukung (Institut K3 Indonesia, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Paul Rankin (1929) menyatakan bahwa 70 % dari waktu manusia digunakan
untuk komunikasi yaitu Membaca (16 %), Menulis (9%),Berbicara (30%),Mendengar
(40%). Aspek komunikasi sangat penting dalam K3, banyak kecelakaan terjadi akibat
kurang baiknya komunikasi sehingga mempengaruhi kinerja K3 organisasi. Sebagai
contoh, kebijakan K3 yang ditetapkan oleh manajemen harus dipahami dan
dimengerti oleh seluruh anggota organisasi dan pemangku kepentingan yang terkait
dengan kegiatan. Untuk itu, kebijakan K3 harus dikomunikasikan sehingga diketahui,
dimengerti, dihayati dan dijalankan oleh semua pihak terkait (Ramli, 2010).
Suma’mur(1996) menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memiliki aturan
yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut
harus di ketahui oleh setiap karyawan. Peraturan dan prosedur keselamatan kerja
sangat penting pada proyek konstruksi karena dapat membantu dan memudahkan
penerapan program keselamatan kerja pada proyek konstruksi.
Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja akan berfungsi secara efektif,
apabila program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut dapat dikomunikasikan
pihak perusahaan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat dalam proyek
konstruksi. Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya di mulai dari tahap
yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Reason (1997 dalam Jurnal Rekayasa Sipil/volume 6:84)
Salah satu upaya dari banyaknya program pencegahan yang ada dalam K3
adalah melaksanakan program Safety talk di tempat kerja. Safety talk merupakan
salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat
Universitas Sumatera Utara
kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, untuk kemudian dapat
diterapkan dan dipraktekan di lapangan.(kompasiana,2011)
Hal ini di perkuat dari Hasil penelitian (Sari,2011) “Efektivitas komunikaksi
Safety Talk sebagai pemenuhan informasi K3 bagi karyawan PT.Multikom,
menunjukkan Program Safety Talk yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif
dalam memenuhi kebutuhan karyawan dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para karwayan untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
PT. Waskita karya adalah sebuah perusahaan BUMN di bidang jasa
konstruksi yang mengerjakan proyek – proyek besar di Indonesian dan Luar negeri
selama rentang waktu tahun 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah
menjadi PT.”Persero”Waskita Karya”dengan lebih familiar memanggil “Waskita”.
Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum
mterlibat dalam berbagai kegiatan pembangunan yang lebih luas termasuk jalan raya,
jembatan,pelabuhan,bandar udara,bangunan,pabrik semen,pabrik dan fasilitas industri
lainnya.
Salah satu proyek PT. Waskita Karya adalah Pembangunan Bandara Sultan
Syarif
Kasim. Pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim II adalah salah satu
kegiatan konstruksi di Indonesia yang membutuhkan prioritas tinggi pada
keselamatan. Proyek pembangunan Bandara internasional Sultan Syarif Kasim yang
berlokasi di Jln. Bandara Sultan Syarif Kasim II, berada di Kota Pekanbaru,Riau dan
Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Peluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II di
Universitas Sumatera Utara
kelola oleh pihak PT Angkasa Pura II yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi
Riau. Perluasan ini di lakukan untuk menghadapi Pekan Olah Raga Nasional (PON)
yang akan digelar pada 2012 lalu di kota Pekanbaru,Riau. Selain diperluas karena
dinilai bandara tersebut tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang yang setiap
tahunnya semakin meningkat. Namun Bandara Sultan Syarif kasin II ini masih terus
di perluas dan di lakukan pembangunan sampai Tahun 2020 mendatang.
Dalam Pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim II PT. Waskita Karya
merupakan salah satu kontraktor dalam pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim
II. Salah Satu proyeknya yaitu Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara
Sultan Syarif Kasim. Proyek ini berlangsung mulai dari tanggal 7 januari 2014
sampai dengan 7 Juli 2015. Dalam pembangunan proyek ini tentu saja terdapat
resiko dan potensi dari kecelakaan kerja dalam pengerjaannya. Maka Program K3
yang baik sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Program
K3 di PT.Waskita Karya Pekanbaru yang di terapkan salah satunya yaitu Penerapan
Safety Talk di tempat kerja. Dimana Penerapan Safety Talk ini di lakukan sejak
proyek ini berlangsung sampai dengan selesai.
Dari survei wawancara sebelumnya Penerapan Safety talk merupakan salah
satu Program K3 dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Safety Talk dilaksanakan
secara rutin dan sesuai jadwal dilakukan di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat
Bandara Sultan Syarif Kasim. Namun di ketahui walaupun Penerapan Safety Talk
telah dilaksanakan secara rutin namun masih terdapat kecelakan kerja. Dimana
kejadian ini mengakibatkan
2
pekerja mengalami kejadian kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat
Bandara Sultan Syarif Kasim terjadi dalm waktu yang berbeda yaitu pada September
2014 dan Juli 2015 lalu. Semestinya dengan adanya Penerapan Safety Talk yang
telah dilaksanakan secara rutin di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara
Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru kejadian kecelakaan kerja tidak
ada.
Penerapan Program Keselamatan kerja salah satunya Safety Talk merupakan
salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja bahkan di tingkatkan suatu
upaya untuk mencapai kecelakaan kecelakaan nihil (Zero Accident) pada setiap
proses produksi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai Penerapan Safety Talk dengan kejadian kecelakaan kerja di Proyek
Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya
Pekanbaru
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang di teliti adalah bagaimana gambaran penerapan safety talk dan kejadian
kecelakaan kerja di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif
Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui penerapan Safety Talk dan kejadian kecelakaan kerja di
Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita
Karya Pekanbaru
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui gambaran penerapan Safety Talk dan kecelakaan kerja
di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim
PT. Waskita Karya Pekanbaru.
2.
Untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja di Proyek Perpanjangan
Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya
Pekanbaru
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang
pentingnya Penerapan Safety Talk bagi PT. Waskita Karya Pekanbaru.
2.
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang
Penerapan Safety Talk.
3. Sebagai perbandingan dan referensibagi pihak lain yang ingin melakukan
penelitian yang berhubungan dengan penerapan safety talk.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan era globalisasi yang pesat menggiring banyak perusahaan
untuk terus melakukan pengembangan pembangunan di berbagai bidang. Perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil
produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka
diperlukan tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan.
Untuk itu harus diketahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
berusaha mengatasinya sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau
zero accident (Djati, 2006).
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan dapat dibagi menjadi kecelakaan umum dan kecelakaan akibat kerja.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah kecelakaan akibat kerja, yaitu kecelakaan
yang berhubungan dengan kerja di perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti
bahwa kecelakaan dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dua, yaitu : kondisi tidak aman
(unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action).
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan kerja
dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan
Universitas Sumatera Utara
dari industrial hygiene yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat.
Tindakan tidak aman, menurut penelitian hampir 85 % kecelakaan terjadi disebabkan
faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman dapat
disebabkan oleh : karena tidak tahu, yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana
melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada; karena
tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman,
bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan
kesalahan; karena tidak mau, walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan
peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi
karena tidak mau melaksanakan, maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau
memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman (Djati, 2006).
Menurut data ILO(2013) tercatat 2,34 juta 0rang di dunia meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 321.000 akibat kerja dan
2,02 juta penyakit akibat kerja.
Pencegahan dan pengurangan kecelakaan serta penyakit akibat kerja dapat
dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3). Hal ini disebabkan oleh kecelakaan kerja selama ini sebagian besar
disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor manusia dan teknis (Institut K3
Indonesia, 1998). Penerapan SMK3 sebagaimana tercantum dalam Permenaker RI
Nomor 05 Tahun 1996 yang sekarang berganti menjadi PP 50 tahun 2012 yang
menyebutkan bahwa komunikasi dalam hal ini komunikasi K3 merupakan bagian dari
kegiatan pendukung (Institut K3 Indonesia, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Paul Rankin (1929) menyatakan bahwa 70 % dari waktu manusia digunakan
untuk komunikasi yaitu Membaca (16 %), Menulis (9%),Berbicara (30%),Mendengar
(40%). Aspek komunikasi sangat penting dalam K3, banyak kecelakaan terjadi akibat
kurang baiknya komunikasi sehingga mempengaruhi kinerja K3 organisasi. Sebagai
contoh, kebijakan K3 yang ditetapkan oleh manajemen harus dipahami dan
dimengerti oleh seluruh anggota organisasi dan pemangku kepentingan yang terkait
dengan kegiatan. Untuk itu, kebijakan K3 harus dikomunikasikan sehingga diketahui,
dimengerti, dihayati dan dijalankan oleh semua pihak terkait (Ramli, 2010).
Suma’mur(1996) menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memiliki aturan
yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut
harus di ketahui oleh setiap karyawan. Peraturan dan prosedur keselamatan kerja
sangat penting pada proyek konstruksi karena dapat membantu dan memudahkan
penerapan program keselamatan kerja pada proyek konstruksi.
Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja akan berfungsi secara efektif,
apabila program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut dapat dikomunikasikan
pihak perusahaan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat dalam proyek
konstruksi. Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya di mulai dari tahap
yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Reason (1997 dalam Jurnal Rekayasa Sipil/volume 6:84)
Salah satu upaya dari banyaknya program pencegahan yang ada dalam K3
adalah melaksanakan program Safety talk di tempat kerja. Safety talk merupakan
salah satu sarana penunjang dalam upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat
Universitas Sumatera Utara
kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat didiskusikan, untuk kemudian dapat
diterapkan dan dipraktekan di lapangan.(kompasiana,2011)
Hal ini di perkuat dari Hasil penelitian (Sari,2011) “Efektivitas komunikaksi
Safety Talk sebagai pemenuhan informasi K3 bagi karyawan PT.Multikom,
menunjukkan Program Safety Talk yang dilakukan sebelum bekerja sangat efektif
dalam memenuhi kebutuhan karyawan dalam informasi mengenai K3 dan
membangun kesadaran para karwayan untuk mengutamakan safety untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
PT. Waskita karya adalah sebuah perusahaan BUMN di bidang jasa
konstruksi yang mengerjakan proyek – proyek besar di Indonesian dan Luar negeri
selama rentang waktu tahun 1973, status hukum Waskita Karya telah berubah
menjadi PT.”Persero”Waskita Karya”dengan lebih familiar memanggil “Waskita”.
Sejak saat itu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum
mterlibat dalam berbagai kegiatan pembangunan yang lebih luas termasuk jalan raya,
jembatan,pelabuhan,bandar udara,bangunan,pabrik semen,pabrik dan fasilitas industri
lainnya.
Salah satu proyek PT. Waskita Karya adalah Pembangunan Bandara Sultan
Syarif
Kasim. Pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim II adalah salah satu
kegiatan konstruksi di Indonesia yang membutuhkan prioritas tinggi pada
keselamatan. Proyek pembangunan Bandara internasional Sultan Syarif Kasim yang
berlokasi di Jln. Bandara Sultan Syarif Kasim II, berada di Kota Pekanbaru,Riau dan
Bandara ini memiliki luas 321,21 ha. Peluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II di
Universitas Sumatera Utara
kelola oleh pihak PT Angkasa Pura II yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi
Riau. Perluasan ini di lakukan untuk menghadapi Pekan Olah Raga Nasional (PON)
yang akan digelar pada 2012 lalu di kota Pekanbaru,Riau. Selain diperluas karena
dinilai bandara tersebut tidak lagi dapat menampung jumlah penumpang yang setiap
tahunnya semakin meningkat. Namun Bandara Sultan Syarif kasin II ini masih terus
di perluas dan di lakukan pembangunan sampai Tahun 2020 mendatang.
Dalam Pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim II PT. Waskita Karya
merupakan salah satu kontraktor dalam pembangunan Bandara Sultan Syarif Kasim
II. Salah Satu proyeknya yaitu Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara
Sultan Syarif Kasim. Proyek ini berlangsung mulai dari tanggal 7 januari 2014
sampai dengan 7 Juli 2015. Dalam pembangunan proyek ini tentu saja terdapat
resiko dan potensi dari kecelakaan kerja dalam pengerjaannya. Maka Program K3
yang baik sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Program
K3 di PT.Waskita Karya Pekanbaru yang di terapkan salah satunya yaitu Penerapan
Safety Talk di tempat kerja. Dimana Penerapan Safety Talk ini di lakukan sejak
proyek ini berlangsung sampai dengan selesai.
Dari survei wawancara sebelumnya Penerapan Safety talk merupakan salah
satu Program K3 dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Safety Talk dilaksanakan
secara rutin dan sesuai jadwal dilakukan di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat
Bandara Sultan Syarif Kasim. Namun di ketahui walaupun Penerapan Safety Talk
telah dilaksanakan secara rutin namun masih terdapat kecelakan kerja. Dimana
kejadian ini mengakibatkan
2
pekerja mengalami kejadian kecelakaan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat
Bandara Sultan Syarif Kasim terjadi dalm waktu yang berbeda yaitu pada September
2014 dan Juli 2015 lalu. Semestinya dengan adanya Penerapan Safety Talk yang
telah dilaksanakan secara rutin di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara
Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru kejadian kecelakaan kerja tidak
ada.
Penerapan Program Keselamatan kerja salah satunya Safety Talk merupakan
salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja bahkan di tingkatkan suatu
upaya untuk mencapai kecelakaan kecelakaan nihil (Zero Accident) pada setiap
proses produksi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai Penerapan Safety Talk dengan kejadian kecelakaan kerja di Proyek
Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya
Pekanbaru
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang di teliti adalah bagaimana gambaran penerapan safety talk dan kejadian
kecelakaan kerja di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif
Kasim PT. Waskita Karya Pekanbaru.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui penerapan Safety Talk dan kejadian kecelakaan kerja di
Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita
Karya Pekanbaru
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui gambaran penerapan Safety Talk dan kecelakaan kerja
di Proyek Perpanjangan Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim
PT. Waskita Karya Pekanbaru.
2.
Untuk mengetahui kejadian kecelakaan kerja di Proyek Perpanjangan
Landasan Pesawat Bandara Sultan Syarif Kasim PT. Waskita Karya
Pekanbaru
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk memberikan informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang
pentingnya Penerapan Safety Talk bagi PT. Waskita Karya Pekanbaru.
2.
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang
Penerapan Safety Talk.
3. Sebagai perbandingan dan referensibagi pihak lain yang ingin melakukan
penelitian yang berhubungan dengan penerapan safety talk.
Universitas Sumatera Utara