Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies
Karies gigi merupakan terlarutnya enamel dan permukaan akar (demineralisasi)
oleh asam yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat yang difermentasi dalam
diet oleh bakteri yang berkolonisasi pada permukaan gigi.2,3 Karies gigi disebabkan
oleh gigi (host), substrat, waktu, dan mikroorganisme.5 Mikroorganisme kariogenik
yang mendominasi dalam rongga mulut adalah Streptococcus mutans. Selain itu
terdapat juga organisme Lactobasillus yang memiliki dampak dalam pembentukan
karies.4 Streptococcus berperan dalam tahap awal terjadinya karies dengan cara
merusak bagian luar email, selanjutnya Lactobasillus akan mengambil alih peran
pada karies yang dalam.5

2.2 Bakteri Rongga Mulut
Bakteri adalah suatu mikroorganisme prokariotik (tidak memiliki membran inti)
dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Bakteri membelah diri dalam
waktu yang sangat singkat. Sebagian besar bakteri membelah diri dalam hitungan jam
atau hari. Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20 menit. Pada

umumnya bakteri berukuran 0,5-5 µm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat
berdiameter hingga 700 µm. Bakteri adalah mikroba yang paling banyak hidup di
mulut. Diperkirakan lebih dari 100 juta bakteri setiap ml saliva dengan lebih dari 600
spesies yang berbeda. Jumlah flora normal yang terdapat pada rongga mulut manusia
lebih kurang 1010.20
Di dalam mulut dan tenggorokan banyak terdapat populasi mikroorganisme.
Pada daerah ini, membran mukosa basah dan hangat merupakan tempat yang baik
untuk pertumbuhan mikroba. Bakteri yang ditemukan pada rongga mulut biasanya
menguntungkan termasuk golongan difteroid, bakteroid, laktobasil, dan mikrokokus.
Streptococcus dan Staphylococcus adalah patogen yang potensial dan dihubungkan
dengan penyakit rongga mulut. Pada anak-anak, dengan perkembangan gigi,

Universitas Sumatera Utara

7

bermacam-macam strain Streptococcus muncul. Beberapa strain menyukai tempat
pertumbuhan

pada


permukaan

gigi

termasuk

Streptococcus

sanguis

dan

Streptococcus mutans sedangkan yang lain melekat pada permukaan epitel mulut dan
gingiva yaitu bakteri Streptococcus salivarius.20
Beberapa bakteri yang berada dalam rongga mulut antara lain :
a. Lactobacillus
Lactobacillus muncul pada rongga mulut sejak tahun pertama kehidupan
seorang anak. Lactobacillus merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif yang
berbentuk basil. Bakteri ini memfermentasikan karbohidrat menjadi asam dan dapat

bertahan dalam lingkungan asam.21
b. Streptococcus
Streptococcus merupakan golongan bakteri yang heterogen. Streptococcus
adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, bentuk/susunan khas seperti rantai
selama masa pertumbuhannya, Bakteri ini tersebar luas di alam. Bakteri ini
menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim.20
c. Actinomyces
Actinomyces merupakan bakteri basil gram positif, anaerob, tidak tahan asam,
tidak membentuk spora, tumbuh perlahan membentuk filamen panjang yang
bercabang-cabang, dan non-motile. Sebagian besar jenis bakteri Actinomyces
merupakan flora normal, tetapi bila terdapat pada daerah yang bukan merupakan
habitatnya akan menjadi bakteri patogen. Jenis Actinomyces israelli, Actinomyces
viscosus, Actinomyces naeslundii, dan kadang-kadang Actinomyces odontolyticus.20
d. Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis adalah bakteri anaerob gram negatif. Bakteri P.
gingivalis banyak pada plak gigi yang berada dalam subgingiva dan bakteri tersebut
menyebabkan perubahan patologi jaringan periodontal dengan pengaktifan respon
imun dan

inflamatori inang, dan secara langsung mempengaruhi sel-sel


periodonsium.21

Universitas Sumatera Utara

8

2.3 Teh
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal
dalam peradaban manusia. Tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun
1684. Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 25 0-35 0 Lintang
Utara dan 950-1050 Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara 290 Lintang
Utara dan 980 Bujur Timur. Secara umum lingkungan fisik yang paling berpengaruh
terhadap tanaman teh adalah keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh di Indonesia
hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada
ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara yang baik
bagi tanaman teh adalah suhu yang berkisar 13 0C-25 0C, yang diikuti oleh cahaya
matahari yang cerah dengan kelembapan relatif pada siang hari tidak kurang dari
70%.22


2.3.1 Klasifikasi Teh
Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari teh adalah sebagai berikut :22
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermath Ophyta

Sub Divisio

: Angio Spermae

Class

: Cictiflora

Famili


: Theaceae

Genus

: Camelia

Spesies

: Camelia sinensis

2.3.2 Morfologi Daun Teh
Daun berbau khas aromatik dan rasanya agak pahit, uraian makroskopiknya
sebagai berikut :
a. Helai-helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku, berbentuk sudip melebar
sampai sudip memanjang. Panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai pendek.
b. Permukaan daun bagian atas mengkilap, pada daun permukaan bawahnya
berambut sedang pada daun tua menjadi licin

Universitas Sumatera Utara


9

c. Tepi daun berigi, agak tergulung kebawah, berkelenjar yang khas dan
terbenam.22

2.3.3 Jenis Teh
Secara umum, teh dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu teh hijau, teh
hitam, dan teh oolong. Tiga kelompok teh ini berasal dari daun teh yang sama
(Camellia sinensis), perbedaannya terletak pada pemrosesan daun tehnya.10
1. Teh hijau
Teh hijau diolah dengan menginaktivasi enzim polifenol oksidasenya yaitu
dengan cara memanaskan daun teh selama 30 detik menggunakan uap air, dilanjutkan
dengan penggulungan daun teh. Dengan proses tersebut, daun teh menjadi tidak
terfermentasi.10 Beberapa merk dagang teh hijau yang ada dipasaran yaitu Goalpara,
Dilmah Green Tea, Teh Hijau Cap Botol, dan Tong Tji. Produk teh hijau yang pada
umumnya dijual antara kisaran Rp. 20.000 hingga Rp. 80.000. Dibandingkan dengan
teh hitam, teh hijau memiliki harga yang relatif lebih mahal.
2. Teh hitam
Teh hitam dibuat dengan membiarkan daun teh pada suhu 280C selama 18 jam
sehingga kandungan airnya berkurang menjadi setengahnya. Setelah itu, daunnya

digulung menggunakan mesin roller diikuti proses fermentasi selama 2-3 jam pada
suhu 25-300C. Warna hitam yang muncul pada teh didapatkan dari oksidasi catechin
karena enzim oksidase masih terdapat pada daunnya.10 Beberapa merk dagang teh
hitam yang ada dipasaran yaitu Goalpara, Teh Bendera, Gajah Kertowono, Walini,
dan Rolas. Pada umumnya teh hitam lebih murah dijual dipasaran dibandingkan
dengan jenis teh lainnya, selain itu teh hitam mudah didapat. Produk teh hitam pada
umumnya dijual antara kisaran Rp. 5.000 hingga Rp. 50.000.
3. Teh oolong
Teh oolong diproses dengan melakukan proses fermentasi tidak secara penuh
terhadap daun tehnya memakai enzim yang masih terdapat pada daun tersebut.10
Beberapa merk dagang teh oolong yang ada dipasaran yaitu Jawa Oolong, Cha Wang,

Universitas Sumatera Utara

10

Yu Liang, Tung Ting, dan Kao Xan. Produk teh oolong pada umumnya dijual antara
kisaran Rp. 60.000 hingga Rp. 100.000.
Selain ketiga jenis teh di atas, masih banyak jenis-jenis teh yang tersebar di
hampir seluruh dunia. Setiap Negara mempunyai julukan dan ciri khas teh masingmasing, yaitu sebagai berikut:

a. Teh putih
Teh putih tidak mengalami proses oksidasi sama sekali, sewaktu belum dipetik
pun diusahakan terlindung dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. Bagian teh yang digunakan adalah pucuk teh saja. Setelah pucuk daun
dipetik, daunnya langsung dikukus dan dikeringkan tanpa melalui proses fermentasi,
penggulungan, ataupun pemanasan.10,15 Beberapa merk dagang teh putih yang ada
dipasaran yaitu Gamboeng, Heaven Leaf, dan Premium White Tea. Produk teh putih
pada umumnya dijual antara kisaran Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000.
b. Teh wangi
Teh wangi memiliki warna merah kecokelatan, dengan rasa yang sangat sepat
dan tentu saja wangi. Pengolahan teh wangi dilakukan dengan proses pemanggangan
dilakukan agar teh bewarna lebih hitam, setelah itu barulah dicampur dengan bunga
melati. Jenis teh yang paling cocok untuk produksi teh wangi adalah teh bertipe asam
yang bibitnya berasal dari India.10 Beberapa merk dagang teh wangi yang ada
dipasaran yaitu Sariwangi, Teh mawar, Perendjak, dan Sarimurni. Produk teh oolong
pada umumnya dijual antara kisaran Rp. 5.000 hingga Rp. 20.000.
c. Pu-Erh
Teh Pu-Erh merupakan teh yang sangat unik dan dapat dikatakan sangat khusus
karena hanya diproduksi di satu lokasi saja, yaitu Provinsi Yunan di Tiongkok. PuErh tea merupakan green tea yang mengalami proses fermentasi dan dinamakan
matcha, yang dibiarkan masih mengandung berbagai residu air, kemudian ditekan

menjadi seperti batu bata, piring, atau mangkuk kecil, dan dibiarkan terperam
bertahun-tahun bahkan sampai beberapa dasawarsa.10 Beberapa merk dagang teh PuErh yang ada dipasaran yaitu Poo Poo. Produk teh Pu-Erh pada umumnya dijual
antara kisaran 12 juta per kilogram.

Universitas Sumatera Utara

11

d. Teh kuning
Teh kuning merupakan teh hasil dari proses pengukusan yang terlalu lama. Teh
kuning juga dapat dihasilkan dari teh yang tidak segera ditebarkan secara merata
setelah

mengalami

pengukusan,

disiram

dengan


percikan

air,

kemudian

didinginkan.10 Beberapa merk dagang teh kuning yang ada dipasaran yaitu Junshan,
Yin Zhen, dan Huoshan Huang Ya. Produk teh kuning pada umumnya dijual antara
kisaran Rp. 60.000 hingga Rp. 100.000.

2.3.4 Kandungan Kimia Teh
Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi empat
kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab
aroma, dan enzim.16
1. Substansi fenol
a. Flavonoid
Salah satu golongan yang termasuk senyawa fenol adalah flavonoid. Flavonoid
adalah senyawa alami pada daun teh yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Efek
flavonoid sangat banyak, oleh karena itu tumbuhan yang mengandung flavonoid
banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, diantaranya, memiliki daya
antibakteri dan antivirus. Flavonoid memiliki beberapa senyawa diantaranya adalah
senyawa flavonol dan catechin. Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid
yang memiliki oksidasi terendah. Flavonol yang dimiliki teh hijau sebesar 14 mg dan
teh hitam sebesar 21 mg. Catechin teh bersifat antimikroba, antioksidan, antiradiasi,
memperkuat pembuluh darah, melancarkan sekresi urin, dan menghambat
pertumbuhan sel kanker. Catechin merupakan kelompok terbesar dari komponen
daun teh, terutama kelompok catechin flavanol. Catechin tersintesis dalam daun teh
melalui jalur asam melanik dan asam shikimik. Jalur metabolik asam shikimik akan
memproduksi asam galik. 15,16
b. Tanin
Tanin merupakan salah satu contoh senyawa polifenol yang berasal dari
tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein,

Universitas Sumatera Utara

12

atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino. Tanin mempunyai
kemampuan dalam menginaktivasi adhesi sel mikroba (molekul yang menempel pada
sel inang) yang terdapat pada permukaan sel, enzim yang terikat pada membran sel
dan polipeptida dinding sel.16

2. Substansi bukan fenol
a. Karbohidrat
Daun teh juga mengandung karbohidrat, yang berasal dari gula sederhana
hingga kompleks. Karbohidrat yang penting diantaranya sukrosa, glukosa, dan
fruktosa.16
b. Substansi pektin
Substansi pektin terutama terdiri atas pektin dan asam pektat. Pektin yang
terurai menjadi asam pektat dan metal alkohol dengan bantuan enzim pektin metal
esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah menjadi asam organik
yang akan menghasilkan aroma khas.16
c. Alkaloid
Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid utama dalam daun teh
adalah kafein. Kafein tidak mengalami perubahan selama proses pengolahan teh.
Kafein akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa kesegaran dari seduhan
teh.16
d. Klorofil dan zat warna lain
Warna hijau pada daun teh ditentukan oleh adanya klorofil. Dalam proses
inaktivasi enzim terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan
dari warna hijau segar menjadi warna hijau zaitun karena klorofil diubah menjadi
feofitin. Jika terjadi suasana yang sangat asam, feofitin akan diubah menjadi
feoforbid yang bewarna hijau kecokelatan.16
e. Protein dan asam amino
Asam amino, karbohidrat, dan catechin akan membentuk senyawa aromatis.
Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan

Universitas Sumatera Utara

13

isoleusin. Reaksi asam amino dengan catechin pada temperatur tinggi menghasilkan
aldehid yang bertanggung jawab atas aroma teh.16
f. Substansi resin
Peranan resin adalah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi
beku.16
g. Vitamin
Daun teh mengandung beberapa jenis vitamin, yaitu vitamin C, K, A, B1, dan
B2. Kandungan vitamin C pada teh hijau rata-rata 2 mg. Sementara itu, teh hitam
hanya 0,2 mg.15,16
h. Fluor
Fluor banyak terdapat dalam teh dan berfungsi mempertahankan dan
menguatkan gigi agar terhindar dari karies. Studi laboratorium di Jepang menyatakan
bahwa teh membantu mencegah pembentukan plak gigi dan membunuh bakteri mulut
penyebab pembengkakan gusi.16

3. Substansi penyebab aroma
Aroma teh berasal dari glikosida yang terurai menjadi gula sederhana dan
senyawa yang beraroma. Pendapat lain mengatakan bahwa aroma berasal dari
oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa mudah menguap (aldehid dan keton
tak jenuh). Aroma teh digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu fraksi
karboksilat, fenolat, karbonil, dan fraksi netral bebas karbonil.`16

4. Enzim
Peranan enzim adalah sebagai biokatalisator pada setiap reaksi kimia di dalam
tanaman. Enzim yang dikandung dalam daun teh diantaranya invertase, amylase, βglukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase. Terdapat enzim lain yaitu
polifenol oksidase yang mengkatalisa reaksi oksidasi catechin.16

Universitas Sumatera Utara

14

Tabel 1. Kandungan Kimia Teh30
Kandungan

Teh Hitam

Teh Hijau

Catechin

57,70%

27,03%

Tanin

8-18%

12-25%

Karbohidrat

4%

4%

Substansi pektin

6%

6%

Alkaloid

50%

45%

Protein

50%

20%

2.3.5 Khasiat Teh Hitam
1. Sebagai antibakteri
Catechin pada teh hitam memiliki sifat sebagai antibakteri. Catechin bersifat
bakterisid dan bakteriostatik pada rongga mulut dengan cara merusak dinding plasma
bakteri dan membran sitoplasmanya serta menyebabkan denaturasi protein. Pada teh
hitam senyawa catechin akan berubah menjadi theaflavin dan thearubigin karena teh
hitam telah mengalami proses oksidasi enzimatis. Theaflavin pada teh hitam memiliki
peran dalam penghambatan amilase saliva dan bakteri dengan menghambat proses
fermentasi gula yang dapat memproduksi asam. Thearubigin pada teh hitam sebagai
penangkap radikal. Theaflavin pada teh hitam 95 kali lebih banyak daripada teh hijau,
sedangkan thearubigin 45 kali lebih banyak.17
2. Sebagai antioksidan
Teh hitam mengandung senyawa polifenol yang menghasilkan banyak manfaat,
terutama sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidan, dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas.18
3. Menurunkan kadar kolestrol total dan LDL (Low Densisty Lipoprotein)
Penurunan profil lipid ini disebabkan karena theaflavin dapat menganggu
proses formasi misel yang dihasilkan oleh asam oleat kompleks, asam empedu, lisofosfotidilkolin, dan kolestrol. Oleh karena formasi misel terhambat, maka absorpsi
kolestrol di usus pun akan terhambat. Penurunan absorpsi kolestrol ini akan

Universitas Sumatera Utara

15

menurunkan kadar LDL darah, yang berperan dalam patofisiologi aterosklerosis,
karena kolestrol merupakan komponen utama.17
4. Menghambat aktivasi trombosit dan inflamasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Steptoe dan kawan-kawan,
konsumsi teh hitam secara kronis dapat menurunkan aktivasi trombosit, baik agregasi
trombosit, monosit, neutrofil, maupun total leukosit, dan C-reactive protein (CRP)
plasma pada pria sehat. Hal ini disebakan karena kandungan theaflavin dan galloylesters pada teh hitam merupakan penghambat potensial untuk sistesis 1-alkyl-2acetylsn-glycerol-3-phosphocholine (Platelet-activatin factori/PAF), mediator agregasi
platelet dan inflamsi yang potensial. Oleh sebab itu, teh hitam memiliki potensi untuk
mencegah terjadinya thrombosis akibat agregasi platelet.17
Selain kelebihannya, teh hitam juga mempunyai kelemahan yaitu teh hitam
mengandung kafein yang bisa memperburuk kondisi tekanan darah tinggi dan kafein
juga tidak baik bagi orang yang memiliki masalah penyerapan kalsium dan teh hitam
memiliki antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan teh hijau.

2.3.6 Khasiat Teh Hijau
1. Sebagai antibakteri
Catechin teh hijau memiliki manfaat sebagai antibakteri. Sifat antibakteri
catechin teh hijau disebabkan oleh adanya gugus pyrogallol dan gugus galloil,
sedangkan sifat penghambatan terhadap racun ditentukan oleh struktur tersier
pensenyawaan gugus catechol atau pyrogallol dengan gugus galloilnya.16
Teh hijau juga dapat menghambat pertumbuhan mikroflora usus besar yang
merugikan serta meningkatkan keasaman dalam tubuh, sehingga menekan
pembentukkan senyawa merugikan oleh bakteri.16
2. Sebagai antioksidan
Sifat antioksidan teh hijau disebabkan oleh catechin. Catechin menjadi
pelindung bagi membran butir darah terhadap oksidasi. Sifat antioksidan teh hijau
dapat dimanfaatkan dalam pengawetan makanan, melindungi lemak atau minyak
makanan dari kerusakan, dan melindungi vitamin yang peka terhadap oksidasi.16

Universitas Sumatera Utara

16

3. Sebagai antikanker
Seperti yang sering diungkapkan dari berbagai penelitian bahwa senyawa yang
berkhasiat dalam teh hijau adalah catechin. Catechin terkenal mampu menekan
pertumbuhan sel-sel kanker, bahkan memicu kematian sel kanker. Dalam sebuah
percobaan yang menggunakan hewan didapatkan bahwa catechin dalam teh hijau
melindungi kesehatan, membantu mencegah timbulnya tumor, dan menahan
pertumbuhan sel-sel tumor.10
4. Menurunkan berat badan
Beberapa jurnal ilmiah yang terpercaya mengungkapkan potensi teh hijau
dalam memberikan efek positif terhadap berat badan, lingkar perut, dan lemak perut.
Terungkap dalam data-data tersebut bahwa ekstrak teh hijau dapat mendukung
pengurangan berat badan seseorang, dengan cara meningkatkan thermogenesis dan
oksidasi lemak. Salah satu dari penelitian terhadap berat badan ini dilakukan di
Jerman. Mereka menemukan bahwa EGCg memiliki potensi untuk meningkatkan
oksidasi lemak pada manusia dan berkontribusi terhadap obesitas.10

2.3.7 Pengaruh Teh Terhadap Jumlah Bakteri
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di
alam. Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk
kompleks protein ekstraseluler dan terlarut dengan dinding mikroba serta dapat
mengganggu fungsi sel mikroorganisme dan penghambatan siklus sel bakteri.19 Salah
satu golongan flavonoid adalah catechin. Catechin teh bersifat antibakteri, antivirus,
antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah, dan menghambat pertumbuhan
sel kanker. Catechin dalam teh efektif dalam membunuh bakteri dalam rongga mulut.
Mekanisme kerja catechin sebagai antibakteri yaitu menghambat aktivitas enzim
glukosiltranferase yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Enzim
glukosiltranferase akan mengubah sukrosa menjadi glukan sehingga tidak terjadi
pembentukan karbohidrat yang mudah difermentasi (maltose) oleh bakteri maka

Universitas Sumatera Utara

17

pertumbuhan bakteri akan terhambat dan karena adanya penurunan produksi asam
oleh bakteri.9,19
Tanin sebagai salah satu kandungan teh juga mempunyai aktivitas antibakteri
melalui aksi molekulernya yaitu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan
hydrogen dengan ikatan hidrofobik. Tanin juga mempunyai kemampuan dalam
menginaktivasi adhesi sel mikroba (molekul yang menempel pada sel inang) yang
terdapat pada permukaan sel, enzim yang terikat pada membran sel dan polipeptida
dinding sel. Tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel akan menyebabkan
kerusakan pada dinding sel, karena tanin merupakan senyawa fenol. Senyawa fenol
mudah membentuk kompleks protein melalui ikatan hydrogen. Senyawa fenol
berikatan dengan atom H dari protein bakteri sehingga protein pada bakteri
terdenaturasi. Terjadinya kerusakan pada dinding sel bakteri menyebabkan sel bakteri
tanpa dinding yang disebut protoplasma. Kerusakan pada dinding sel bakteri akan
menyebabkan kerusakan membran sel yaitu hilangnya sifat permeabilitas membran
sel, sehingga keluar masuknya zat-zat seperti air, nutrisi, dan enzim-enzim tidak
terseleksi.19

2.4 Penghitungan Jumlah Bakteri
Penghitungan jumlah bakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode
misalnya:
1. Metode direct count
Jumlah bakteri dapat dihitung dengan penghitungan secara langsung secara
mikroskopik dari sampel yang telah diatur markanya atau daerah pada kaca preparat
kemudian bakteri dihitung perbidang. Pada metode direct count ini tidak dapat
dibedakan sel bakteri yang hidup dan sel bakteri yang mati. Alat dari metode ini
adalah penggunaan fluorescentstains dengan epifluorescence. Alat dan bahan utama
yang digunakan untuk metode ini adalah mikroskop, kamar penghitungan bakteri atau
membrane filter, penyangga kaca preparat, biological stains, dan tabung kapiler.
Sumber kesalahan menggunakan metode ini adalah pengalaman yang kurang dari
operator dalam menghitung jumlah sel, penggumpalan atau penumpukan sel,

Universitas Sumatera Utara

18

pewarnaan sel yang kurang, dan kurangnya pemeliharaan dan persiapan sampel pada
kaca preaparat.26
2. Metode plate count
Metode plate count adalah metode yang didasarkan pada perhitungan sel yang
terlihat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sampel awal ke dalam tabung
reaksi untuk pengenceran secara seri. Kemudian sampel diambil dengan pipet steril
sebanyak 1 ml kemudian disebar pada piring petri steril yang mengandung hockey
stick. Tahap selanjutnya piring petri dimasukan dalam inkubator dengan suhu 37 0C
selama 48 jam. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada piring petri dihitung dengan
colony counter. Dimana pada sel bakteri yang hidup akan membentuk koloni dan
bakteri yang mati tidak membentuk koloni. Jumlah koloni setiap piring petri sekitar
30-300 koloni. Dimana satu koloni terdapat antara 30-300 sel mikroba per ml. Jika
pada penghitungan didapat satu koloni maka dihitung satu koloni, dua koloni yang
bertumpuk dihitung satu koloni, beberapa koloni yang berhubungan dihitung satu
koloni, dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung dua koloni,
koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung, dan
koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung satu koloni.
Keuntungan menggunakan metode plate count adalah jumlah bakteri dihitung secara
keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup atau untuk menentukan jumlah
mikroba yang hidup saja.26 Oleh karena itu penelitian ini menggunakan medote plate
count.

2.5 Metode Pengumpulan Saliva
1. Metode Spitting
Saliva dibiarkan mengumpul di dasar mulut, kemudian subjek meludah ke tube
setiap 60 detik atau pada saat subjek akan menelan saliva yang terkumpul di mulut.
Tube dapat dilengkapi dengan funnel. Jumlah saliva yang dikumpulkan ditentukan
dengan menimbang atau membaca skala pada test tube.27 Pada penelitian ini
menggunakan metode spitting karena metode ini lebih akurat dan reliable.

Universitas Sumatera Utara

19

2. Metode Draining
Saliva dibiarkan menetes melalui bibir bawah ke dalam sampling tube. Subjek
diinstruksikan untuk meludah pada akhir durasi pengumpulan. Pada tube dapat
dilengkapi dengan funnel agar memudahkan pengambilan saliva. Jumlah saliva
ditentukan dengan menimbang atau dengan membaca skala pasa test tube.27
3. Metode Suction
Saliva dikumpulkan dengan menutup kelenjar saliva menggunakan cotton roll,
kemudian saliva dikumpulkan pada dasar mulut yang di hisap oleh saliva ejektor.
Kelenjar saliva di stimulasi dengan cairan asam sitrat yang diaplikasikan dengan
cotton swab di lateral lidah dengan interval ± 30 sampai 60 detik.27

Universitas Sumatera Utara

20

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Perlakuan
1.

Variabel Efek

Berkumur dengan seduhan
teh hitam (80 mg/ml)

Penurunan jumlah bakteri

2. Berkumur dengan seduhan
teh hijau (80 mg/ml)

Variabel Terkendali
1. Volume obat kumur = 15 ml
2. Lama berkumur = 30 detik
3. Skor decay minimal 2

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur air rebusan daun sirih 10% dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung Cetylpiridinium Chloride (CPC) pada mahasiswa FKG USU

6 85 58

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

0 2 11

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

0 0 2

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

0 0 5

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU Chapter III VI

0 3 13

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

1 17 3

Efektivitas Berkumur Teh Hitam Dibandingkan Teh Hijau Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa FKG USU

0 0 11

Efektifi tas berkumur rebusan daun sirih 10 dibandingkan obat kumur yang mengandung Cetylpyridinium chloride terhadap penurunan jumlah bakteri rongga mulut

0 0 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur air rebusan daun sirih 10% dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung Cetylpiridinium Chloride (CPC) pada mahasiswa FKG USU

1 2 10

EFEKTIVITAS PENURUNAN JUMLAH BAKTERI RONGGA MULUT BERKUMUR AIR REBUSAN DAUN SIRIH 10 DIBANDINGKAN DENGAN OBAT KUMUR YANG MENGANDUNG CETYLPIRIDINIUM CHLORIDE (CPC) PADA MAHASISWA FKG USU

0 0 12