Respon Masyarakat Nelayan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah di Kampung Nelayan Seberang Lingkungan XII Kelurahan I Kecamatan Medan Belawan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon Masyarakat Nelayan
2.1.1 Pengertian Respon

Kata respon berasal dari Bahasa Inggris yaitu response, yang berarti
jawaban, balasan, reaksi, tanggapan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa defenisi respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban. Respon
merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik,
yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsarangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi
representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal (Adi, 1994 : 105).
Respon

bermula

dari

adanya

suatu


tindakan

pengamatan

yang

menghasilkan suatu kesan sehingga konsep respon manusia lebih banyak
dikemukakan oleh bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan
dan perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Simon dan Wijaya membagi
respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga
hal, yaitu :
1.

Persepsi, berupa tindakan penilaian (dalam benak sesorang) terhadap baik

buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima
dari adanya objek tersebut.
2.

Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau


menolak objek yang dipersiapkan.
3.

Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan

terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut.

11
Universitas Sumatera Utara

Persepsi merupakan keseluruhan proses mulai dari stimulus (rangsangan)
yang diterima panca indera, kemudian stimulus diantar keotak dimana ia
dikodekan serta diartikan dan selanjutnya mengakibatkan pengalaman yang
disadari. Persepsi merupakan aktivitas intergrated, maka seluruh yang ada dalam
diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan, berpikir, kerangka acuan,
dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam
persepsi tersebut. Berdasarkan hal tersebut dikemukakan bahwa persepsi itu
sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalamannya tidak sama,
kemampuan berpikirnya juga tidak sama karena hasil persepsi antara individu satu

dengan lainnya tidak sama. Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa persepsi
memang bersifat individual.
Persepsi didefenisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk
menginterpretasikan data-data sensoris. Salah satu defenisi menyatakan bahwa
persepsi

merupakan

proses

yang

kompleks

dimana

orang

memilih,


mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan
kedalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis (Savverin dan
Tankard, 2008: 83-84).
Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak terlepas dari adanya
pengalaman sensoris terlebih dahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering
muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Mungkin 90% dari
pengalaman-pengalaman sensoris kita sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan
yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Jadi, dalam
kebanyakan situasi, persepsi itu pada umunya merupakan proses informasi yang
didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990 : 49).

12
Universitas Sumatera Utara

Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan
merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap obyek sikap. Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi kelompok. Dengan demikian pada kenyataannya tidak ada istilah
sikap yang berdiri sendiri (Sunarjo, 1997 : 104).

Sikap sebagai suatu tingkatan afeksi yang bersifat positif maupun negatif
dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu
afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi tidak tidak menyenangkan.
Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam sikap, dapat
menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone
melihat sikap hanya sebagai tingkatan afeksi saja, belum mengkaitkan sikap
dengan perilaku (Walgito, 2003 : 125).
Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009 : 31-32),
partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan.
Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fiksi dalam
menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala
kegiatan

yang

dilaksanakan

serta

mendukung


pencapaian

tujuan

dan

tanggungjawab atas segala keterlibatan.
Pastisipasi merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelompok sosial
untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau
profesinya sendiri (Theodorson dan Sumarto dalam Soelaeman, 2012 : 76).
Secara umum pengertian partisipasi adalah adanya keterlibatan langsung suatu
masyarakat secara aktif dan terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan,

13
Universitas Sumatera Utara

sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman,
pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Berdasarkan
cara keterlibatannya, pasrtisipasi diklasifikasikan menjadi 2 (dua) :

1)

Partisipasi langsung, yakni partisipasi yang terjadi apabila individu
menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini
terjadi apabila setiap orang dapat mengajaukan pandangan, membahas
pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain
atau terhadap ucapan.

2)

Partisipasi tidak langsung, yakni pastisipasi yang terjadi apabila individu
mendelagasikan hak partisipasinya.
Partisipasi masyarakat dalam hal pencegahan kejahatan merupakan suatu

hal yang penting. Seperti dikemukakan oleh Diana Conyers (1984), bahwa alasan
utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang penting : Pertama,
partisipasi masyrakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan dan masyrakat setempat. Kedua, masyarakat akan lebih
mempercayai suatu program atau kegiatan jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena mereka lebih tahu seluk beluk dari kegiatan

yang akan dilaksanakan dan akan mempunyai rasa memiliki dari kegiatan yang
akan dilaksanakannya. Ketiga, bahwa partisipasi merupakan suatu hak demokrasi
jika masyarakat dilibatkan dalam suatu kegiatan yang akan dilaksanakan
(Sundayani, 2012).

14
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Masyarakat Nelayan

2.1.2.1 Pengertian Masyarakat
Dalam bahasa Inggris kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua
pengertian yaitu society dan community. Community menurut Arthur Hilman
(1951) adalah :
“a defisition of community must be inclusive enough to take account of the
variety of both physical and social form which communuty take.”
Dengan perkataan masyarakat sebagai community cukup memperhitungkan dua
variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama (antar manusia)
dan lingkungan alam. Jadi ciri-ciri dari community ini oleh Hasan Shadily (1983)
disebut sebagai paguyuban yang memperhatikan rasa sentimen yang sama seperti

pada Gemeninshaft. Anggota-anggotanya mencari kepuasan berdasarkan adat
kebiasaan dan sentimen (faktor primer), kemudian diikuti atau diperkuat oleh
lokalitas (faktor sekunder).
Beberapa defenisi masyarakat dari pakar sosiologi :
a) Emile Durkheim mendefenisikan masyarakat sebagai kerjasama obyektif
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya;
b) M. J. Herskovits mendefenisikan masyarakat sebagai kelompok individu yang
diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu;
c) Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang pada
pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya.
Dari berbagai pendapat tentang masyarakat, dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal didaerah tertentu

15
Universitas Sumatera Utara

dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang mengatur
kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama, dan ditempat tersebut
anggota-anggotanya melakukan regenerasi (beranak pinak) (Setiadi, 2011 : 36).

Menurut Abdulsyani (1987) bahwa masyarakat sebagai community dapat
dilihat dari dua sudut pandang ; Pertama, memandang community sebagai unsur
statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batasbatas terntentu, maka ia menujukkan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat
sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampung,
dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah atau wilayah
dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial.
Disamping itu dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan normanorma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama
manusia.Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya
menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan
antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan
dan tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam hal ini dapat diambil contoh
tentang

masyarakat

Pegawai

Negeri,

masyarakat


Ekonomi,

masyarakat

Mahasiswa, dan lain sebagainya.
Dari kedua ciri khusus yang dikemukakan diatas, berarti dapat diduga
bahwa apabila suatu masyarakat tidak memenuhi syarat tersebut maka ia dapat
disebut masyarakat dalam arti society. Masyarakat dalam pengertian society
terdapat interaksi sosial, perubahan-perubahan sosial, perhitungan-perhitungan
rasional dan like interest, hubungan-hubungan menjadi bersifat pamrih dan
ekonomis (Abdusyani, 2007 : 31).

16
Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Pengertian Nelayan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian nelayan adalah orang
yang mata pencaharian utamanya dari usaha menangkap ikan dilaut.Nelayan dapat
dibedakan dalam tiga kelompok yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
nelayan

perorangan.Nelayan

buruh

(penggarap)

adalah

seseorang

yang

menyediakan tenaganya atau bekerja untuk melakukan penangkapan ikan yang
pada umumnya merupakan atau membentuk satu kesatuan dengan yang lainnya
dengan mendapatkan upah berdasarkan bagi hasil penjualan ikan hasil tangkapan.
Nelayan juragan (pemilik) adalah orang atau perseorangan yang melakukan usaha
penangkapan ikan, dengan hak atau berkuasa atas kapal/perahu dan /atau alat
tangkap ikan yang dipergunakan untuk menangkap ikan.Nelayan tradisional
adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan penangkapan ikan dengan
menggunakan perahu dan alat tangkap yang sederhana (tradisional). Dengan
keterbatasan perahu maupun alat tangkapnya, maka jangkauan wilayah
penangkapannya pun menjadi terbatas biasanya hanya berjarak 6 mil laut dari
garis pantai. Nelayan tradisioanl ini biasanya adalah nelayan yang turun-temurun
yang melakukan penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Masalah aktual yang perlu diperhatikan adalah bahwa potensi untuk
berkembangnya jumlah penduduk miskin dikawasan pesisir cukup terbuka. Hal
ini disebabkan dua hal penting berikut :
a)

Meningkatnya degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir laut.
Degradasi karena pembuangan limbah dari wilayah darat atau perubahan
tata guna lahan dikawasan pesisir untuk pembangunan fisik. Kondisi
demikian akan menyulitkan nelayan memperoleh hasil tangkapan,

17
Universitas Sumatera Utara

khususnya di daerah-daerah perairan yang sudah dalam kondisi tangkap
lebih.
b)

Membengkaknya biaya-biaya opensi penangkapan karena meningkatnya
harga bahan bakar minyak (bensin dan solar) sehingga nelayan
mengurangi kuantitas operasi penangkapan.
Beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam

karakteristik sosial dan kependudukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
kelompok umur, pendidikan, status sosial dan kepercayaan. Charles dalam
Widodo 2016 membagi kelompok nelayan dalam 4 (empat) kelompok :
a) Nelayan Subsistem (Subsistence Fisher), yaitu nelayan yang menangkap ikan
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
b) Nelayan Asli (Nature/Indigenous/Oboriginal Fisher), yaitu nelayan yang
sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama namun
memiliki jika hak untuk melakukan aktivitas secara komersial maupun dalam
skala yang kecil.
c) Nelayan Rekreasi (Recreatinal/Sport Fisher), yaitu orang-orang yang secara
prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan
atau berolahraga.
d) Nelayan Komersial (Commercial Fisher), yaitu mereka yang menangkap ikan
untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun
pasar ekspor. Kelompok ini dibagi dua yaitu nelayan skala kecil dan nelayan
skala besar (https//gracilliaraystra.wordpress.com diakses pada 07 April 2017
pukul 20.00 WIB).

18
Universitas Sumatera Utara

Menurut tipe ekologinya, Sitorus dkk (1998) mengklasifikasikan
masyarakat agraris menjadi masyarakat nelayan (dipantai), masyarakat petani
sawah (di dataran rendah), dan msyarakat petani peladang atau petani lahan kering
(di dataran tinggi). Disisi lain, Hanson (1984) menyatakan bahwa masyarakat
pesisir seringkali memiliki kesempatan yang lebih rendah dalam mengakses
pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan
sarana produksi usahanya, sehingga terkadang kondisi sosial ekonominya relatif
masih rendah (Amanah, 2014 : 34).
Dilihat dari lingkupnya, kemiskinan nelayan terdiri atas kemiskinan
prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat diindikasikan
pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan yang pada umumnya masih
sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak
adanya akses untuk mendapatkan bahan bakar yang sesuai standar. Kemiskinan
prasarana tidak langsung memiliki andil dalam munculnya kemiskinan keluarga,
kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan keluarga yang berada garis
kemiskinan (near poor) bisa merosot kedalam kelompok keluarga miskin
(https//gracilliaraystra.wordpress.com diakses pada 07 April 2017 pukul 20.00
WIB).
Masyarakat nelayan merupakan unsur sosial yang sangat penting dalam
struktur masyarakat pesisir, maka kebudayaan yang mereka miliki mewarnai
karakteristik kebudayaan atau perilaku sosial budaya masyarakat pesisir secara
umum. Karakteristik yang menjadi ciri sosial budaya masyarakat nelayan yaitu
memiliki struktur relasi patron klien yang sangat kuat, etos kerja tinggi,
memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan beorientasi

19
Universitas Sumatera Utara

prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan
ekspresif, solidaritas sosial yang tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks (laut
menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan) dan berperilaku
konsumtif (Kusnadi, 2009 dalam https//gracilliaraystra.wordpress.com diakses
pada 07 April 2017 pukul 20.00 WIB).
Masyarakat nelayan yag dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang mata pencaharian utamanya adalah nelayan yaitu mereka yang
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah dan Non peserta
BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

2.2 BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan UU No 24 Tahun 2011, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang disingkat BPJS merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
adalah suatu lembaga (semi) otonomi yang menerima titipan aset dari peserta,
sehingga aset yang dititipkan semestinya dititipkan kembali pada sekuritas atau
sertifikat berpenghasilan tetap. Kemudian badan penyelenggara menetapkan
sejumlah harga tertentu sebagai jasa penitipan. Karena itu, pengukuran kinerja
badan penyelenggara tidak lagi berpedoman pada Return On Investment (ROI)
melainkan pada perkembangan kepesertaan dan manfaat. Dengan mekanisme,
program dan sistem penyelenggaraan Jaminan Sosial yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagaimana uraian di atas, dengan
meningkatkan jumlah kepesertaan dan memberikan banyak manfaat bagi peserta
dan warga negara Indonesia dapat dipastikan merupakan suatu upaya untuk

20
Universitas Sumatera Utara

melakukan percepatan pembangunan kesejahteraan bagi rakyat dan pada
gilirannya akan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera,
mandiri dan berdikari (Soendoro, 2009 : 128).
BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan dikelola oleh PT Askes yang menyelenggarakan Program Jaminan
Kesehatan termasuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja yang dulunya
ditangani oleh PT Jamsostek. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan yang dikelola
oleh PT JAMSOSTEK menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiunan dan Jaminan Kematian.
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 01 Januari
2014. Pada saat PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan,
PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta
hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek menjadi aset dan liabilitas serta hak dan
kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan. Semua pegawai PT Jamsostek beralih
menjadi

pegawai

BPJS

Ketenagakerjaan.

BPJS

Ketenagakerjaan

menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua,
dan program jaminan kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT
Jamsostek, termasuk menerima peserta baru sampai dengan beroperasinya BPJS
Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38
dan Pasal 43 sampai dengan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

21
Universitas Sumatera Utara

tentang Sistem Jaminan Sosial (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang
Hubungan Industrial, 2016 : 224).
Pada bagian lain dari sudut pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi
berpendapat bahwa kewenangan untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial
nasional sebagai bagian dari fungsi pelayanan sosial negara bukan saja menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat, tetapi dapat juga menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah. Karena itu undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak
boleh menutup peluang Pemerintah Daerah untuk ikut sebagai sub sistem Jaminan
Sosial Nasional sesuai dengan kewenangan yang diturunkan dari ketentuan pasal
18 ayat (2) dan (5) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pembentukan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tingkat daerah dapat dibentuk dnegan
Peraturan Daerah dengan memenuhi ketentuan SJSN sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yaitu diselenggarakan
berdasarkan asas, tujuan, dan prinsip sebagaimana diatur dalam Pasal 2, Pasal 3,
dan Pasal 4 Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Norma, standar dan Prosedur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
tingkat daerah harus dituangkan dalam peraturan perundang-perundangan yang
akan dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan
Daerah (Soendoro, 2009 : 49).

22
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut, BPJS bertugas untuk :
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan
pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran temasuk
menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial,
pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas
penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan
keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara
pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan
peserta.

2.2.2 Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya dimaksud diatas, BPJS berwenang :
1. Menagih pembayaran iuran.

23
Universitas Sumatera Utara

2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehatihatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional.
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standart tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya.
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang
Hubungan Industrial, 2016 : 192).
Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran
dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan atau kekurangan pembayaran,
kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS
memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

24
Universitas Sumatera Utara

2.3 Program BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah
2.3.1 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu
kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam
setiap program dijelaskan mengenai :
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan
untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu
seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak
yaitu :
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau
sebagai pelaku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya
juga diindentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat
diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model
teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi
dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang

25
Universitas Sumatera Utara

serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi
solusi terbaik (Jones, 1996:295).
2.3.2 BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan
kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari
kegiatan atau usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja ; Pekerja diluar
hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja
diluar hubungan kerja yang bukan menerima upah, contohnya Tukang Ojek, Supir
Angkot, Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/Advokat, Artis, Nelayan, dan lainlain. Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan diluar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan
sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko
antara lain kecelakaan kerja, hari tua, dan meninggal.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Keja Harian
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan
maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut :
1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu
yang bekeja kurang dari tiga (3) bulan wajib ikut diikutsertakan dalam
program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari tiga (3)
bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja.
2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah
sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam satu bulan kalender. Apabila upah
dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja enam

26
Universitas Sumatera Utara

hari dalam satu minggu adalah upah sebulan dibagi dua puluh lima, sedangkan
yang bekerja lima hari dalam satu minggu adalah upah sebulan dibagi dua
puluh satu.
3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari tiga bulan penetapan
upah sebulan adalah datu dikalikan jumlah hari kerja dalam satu bulan
kalender. Bagi yang bekerja lebih dari tiga bulan, upah sebulan dihitung dari
upah rata-rata tiga bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca upah
sebulan dihitung dari upah rata-rata dua belas bulan terakhir.
4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,
penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam
perjanjian kerja.
Kepesertaan
UU No 24 Tahun 2011 pasal 14, Peserta adalah setiap orang termasuk
orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang telah
membayar iuran (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Hubungan
Industrial, 2016 : 195).
1. Dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan
memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta.
2. Dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan
atau

mendaftar

melalui

wadah/kelompok/Mitra/Payment

Point

(Aggregator/Perbankan) yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS)
dengan BPJS Ketenagakerjaan (Tim Visi Yustisia, 2016:133)
Cara mendaftar menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima
Upah :

27
Universitas Sumatera Utara

1. Mempunyai NIK (Nomor Induk Kependudukan)
2. Mengisi Formulir F1 BPU untuk pendaftaran wadah/Kelompok/Mitra Baru.
3. Menghubungi :Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat, wadah,
mitra/Payment Point (Aggregator/Perbankan) yang bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
Pembayaran iuran dapat dilakukan oleh peserta sendiri atau melalui
Wadah/ Mitra/Payment Point (Aggregator/Perbankan) selama bulanan/3 bulan/6
bulan/1 tahun sekaligus.
Jenis Program dan Manfaat :
1.

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari :
a. Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja.
b. Biaya perawatan medis, sesuai kebutuhan medisnya (unlimited).
c. Biaya rehabilitasi.
d. Penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), 6 bulan
pertama 100% upah, 6 bulan kedua 75% upah seterusnya 50% upah.
e. Santunan cacat tetap sebagian.
f. Santunan cacat total tetap.
g. Santunan kematian (sesuai label), biaya pemakam (Rp 3.000.000,-)
santunan berkala bagi yang meninggal dunia (Rp 200.000,- x 24bln /
sekaligus Rp 4.800.000,-), beasiswa anak peserta (Rp 12.000.000,-), cacat
total tetap, 70% x 80 bulan upah.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi akibat hubungan kerja,

termasuk penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan

28
Universitas Sumatera Utara

pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Suatu kasus
dinyatakan sebagai kasus kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu
cedera pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian seperti terjatuh,
terpukul, tertabrak, dan lain-lain.
2.

Jaminan Kematian (JK), terdiri dari :
a. Biaya pemakaman sebesar Rp 3.000.000.
b. Santunan berkala, Rp 200.000,-/bulan selama 24 bulan sekaligus Rp
4.800.000,-, beasiswa bagi anak peserta dengan masa iuran 5 tahun sebesar
Rp 12.000.000,- dan hanya berlaku untuk 1 (satu) orang anak.
Peserta yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, dimaksudkan untuk

meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun
santunan berupa uang.
3.

Jaminan Hari Tua (JHT) terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor,
beserta hasil pengembangannya.
Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada tenaga kerja apabila sudah mencapai

usia pensiun 56 tahun, mengalami cacat total tetap untuk selama-lamanya,
meninggal dunia, mengundurkan diri dan terkena PHK, meninggalkan Negara
Republik Indonesia untuk selama-lamanya (pindah kewarganegaraan untuk WNI
dan kembali kenegara asal untuk WNA).
Manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) sebelum mencapai usia 56 tahun dapat
diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Diambil maksimal 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun.
b. Diambil maksimal 30% dari total saldo untuk perumahan.

29
Universitas Sumatera Utara

Iuran Bukan Penerima Upah
Iuran didasarkan pada jumlah nominal tertentu dari penghasilan peserta,
dipilih salah satu dari tabel iuran yang tersedia sesuai penghasilan sebulan. Iuran
sepenuhnya ditanggung oleh peserta.
Jaminan Kecelakaan Kerja

: 1%

Jaminan Hari Tua (minimal) : 2%
Jaminan Kematian

: Rp 6.800,-

2.4 Kesejahteraan Sosial
2.4.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial Pasal 1 angka 1, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan Material, Spritual dan Sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dalam kajian ini, kata Kesejahteraan Sosial memiliki beberapa makna,
diantaranya sebagai sebuah kondisi sejahtera (well being), pelayanan sosial (social
service), tunjangan sosial (social assistence/social aid) dan proses atau usaha
terencana. Sebagai sebuah kondisi sejahtera (well being) kesejahteraan sosial
merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
tempat tinggal, pendidikan, kesehatan secara seimbang dan bermatabat. Beberapa
para ahli mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai sebuah kondisi, diantaranya
adalah Skidmore dan Midgley. Menurut Skidmore, “kesejahteraan sosial dalam
arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang banyak, yang

30
Universitas Sumatera Utara

mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional dan ekonominya”. Midgley, et.all
(2000:xi) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai “a condition or state of
human well-being”.
Kondisi sejahtera terjadi apabila kehidupan manusia aman dan bahagia
karena kebutuhan dasarnya seperti makanan yang bergizi, air bersih, kesehatan,
pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan pendapatan dapat dipenuhi. Selain itu
manakala manusia mendapatkan perlindungan dari berbagai risiko utama yang
mengancam kehidupannya seperti risiko sakit, risiko kecelakaan, risiko di PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), risiko kerugian akibat bencana, risiko pada saat
lanjut usia, dan risiko kematian. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa Kesejahteraan Sosial adalah pelayanan sosial yang ditujukan kepada warga
negara khususnya warga miskin berupa penyediaian pelayanan kesehatan,
pendidikan, perumahan, dan jaminan sosial. pelayanan sosial bertujuan untuk
membantu individu dan kelompok agar dapat mengembangkan kapasitas diri dna
meningkatkan peran-peran sosialnya (Pujileksono, 2016 : 22-23).

2.4.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan yaitu :
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar
kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi
sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

31
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di
lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan
mengembangkan taraf hidup yang memuaskan (Fahrudin, 2012:10).
2.4.3 Nilai dan Prinsip dalam Praktik Kesejahteraan Sosial

Dalam kaitan dengan nilai dan prinsip-prinsip dasar ini, Zastrow (2010)
melihat ada tiga komponen dasar yang harus dipertimbangkan dan dielaborasi
dalam

mengembangkan

profesi

praktik

dibidang

pekerjaan

sosial

dan

kesejahteraan sosial. Ketiga komponen dasar tersebut adalah :
1.

Pengetahuan (knowledge)
Menurut pendapat Kahn (1969) pengetahuan adalah pemahaman
teoritis ataupun praktis yang terkait dengan cabang-cabang ilmu
pengetahuan (science); belajar; dan seni yang melibatkan penelitian
maupun praktik serta pengembangan keterampilan. Untuk melihat apakah
suatu knowledge statement itu benar atau salah, cara pembuktiannya
adalah berdasarkan kajian terhadap dunia empirik, melalui cara pangkajian
yang ilmiah. Sehingga pernyataan itu menjadi benar, setelah dibuktikan
dari berbagai data yang ada.

2.

Keterampilan (skill)
Keterampilan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
profesi pemberi bantuan (helping profession), serta menjadi prasyarat bila
profesi tersebut ingin berkembang. Secara defenitif, keterampilan
didefenisikan sebagai kemampuan, keahlian ataupun kemahiran yang
diperoleh dari praktik dan pengetahuan.

3.

Nilai (value)

32
Universitas Sumatera Utara

Pincus dan Minahan (1973:38) menyatakan nilai adalah keyakinan,
prefensi ataupun asumsi mengenai apa yang diinginkan atau dianggap baik
oleh manusia . nilai yang dianut oleh seseorang dapat menentukan sikap
dan tindakan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Nilai-nilai
dasar dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial sendiri pada awalnya banyak
dipengaruhi oleh nilai yang berkembang pada profesi yang memberikan
bantuan terhadap masyarakat lainnya.

2.5 Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai Negara Kepulauan, yang luas wilayahnya 70%
merupakan wilayah lautan. Di wilayah lautan ini terkandung potensi ekonomi
yang sangat besar dan beragam, antara lain sumber daya ikan. Sektor kelautan dan
perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam
pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan
protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja, pada saat krisis
ekonomi peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal
mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal
bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang
lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan
kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan
(Mulyadi, 2005 : 15).
Bekerja di sektor informal memang harus siap menerima risiko absennya
sejumlah aspek perlindungan sosial, seperti upah minimum, uang pesangon, cuti,

33
Universitas Sumatera Utara

upah lembur, jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiun. Kegiatan
sektor informal umumnya cenderung tidak stabil dan pekerjanya rentan
terperangkap dalam pengangguran dan kemiskinan. Hadirnya pekerja sektor
informal tidak bisa dihindari karena hal itu berkaitan dengan kinerja ekonomi
yang belum mampu menciptakan kesempatan kerja formal secara memadai.
Hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejateraan pekerja sektor
informal khususnya nelayan dan keluarganya melalui program bukan penerima
upah atau pekerja yang bekerja diluar hubungan kerja. Peningkatan kesejahteraan
pekerja di sektor itu sangat dimungkinkan karena BPJS ketenagakerjaan memuat
layanan jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan pensiunan.
Masyarakat Kampung nelayan seberang merupakan salah satu pekerja
sektor informal yang menggunakan BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.
Peneliti ingin mengetahui bagaimana respon masyarakat Kampung Nelayan
Seberang, mereka yang terdaftar sebagai peserta dan mereka yang tidak terdaftar
sebagai peserta terhadap pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah.

Bagan Alur Pikir

Program Luar Hubungan Kerja
(Sektor Informal)

Masyarakat Nelayan Kampung Nelayan Seberang :
1. Peserta BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima
Upah
2. Non Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Bukan Penerima
34
Upah
Universitas Sumatera Utara

Respon Masyarakat Kampung
Nelayan Seberang

Persepsi, meliputi :

Sikap, meliputi :

Partisipasi, meliputi :

1. pengetahuan tentang
BPJS Ketenagakerjaan BPU

1. Penilaian terhadap BPJS
Ketenagakerjaan BPU

1. Keikutsertaan dalam Program
BPJS Ketenagakerjaan BPU

2. Pemahaman tentang BPJS
Ketenagakerjaan BPU

2. Penolakan terhadap BPJS
Ketenagakerjaan BPU

2. Partisipasi mengikuti sosialisasi
BPJS Ketenagakerjaan

3. Pengharapan terhadap
BPJS Ketenagakerjaan BPU

1. Respon Positif
2. Respon Netral
3. Respon Negatif

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berada kembali di alam pikiran atau di
dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang
perkataan atau kata-kata. Dengan demikian, konsep bukanlah objek gejalanya itu
sendiri konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang

35
Universitas Sumatera Utara

memang merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk
kedua empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris
bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri (Suyanto & Sutinah, 2008:49).
Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Respon merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang
merupakan wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu
objek yang dapat dilihat melihat proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak
suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan.
2. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan, penangkap
ikan dilaut.
3. BPJS Ketenagakerjaan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial.
4. Program Bukan Penerima Upah adalah suatu Program BPJS Ketenagakerjaan
untuk mendukung upaya menjamin kesejahteraan pekerja berkeadilan dibidang
sektor informal.

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi
konsep. Defenisi operasional merupakan suatu proses menjadikan variabel
penelitian dapat diukur sehingga terjadi transformasi dari unsur konseptual ke
dunia nyata (Siagian, 2011:141). Perumusan defenisi operasional bertujuan
memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan.

36
Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini melalui
indikator sebagai berikut :
1)

Persepsi masyarakat nelayan terhadap BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah, meliputi :
a. Pengetahuan masyarakat nelayan tentang BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah.
b. Pemahaman masyarakat nelayan tentang BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah.

2)

Sikap masyarakat nelayan terhadap BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah, meliputi :
a. Penilaian adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki masyarakat
tentang BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.
b. Penolakan dan penerimaan masyarakat nelayan adalah hubungan dengan
rasa

senang

atau

tidak

senangnya

masyarakat

terhadap

BPJS

Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.
c. Pengharapan adalah masyarakat nelayan tentang harapan akan program
BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah serta manfaat BPJS
Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.
3)

Partisipasi masyarakat nelayan terhadap BPJS Ketenagakerjaan Bukan
Penerima Upah, meliputi :
a. Keikutsertaan masyarakat nelayan dalam program BPJS Ketenagakerjaan
Bukan Penerima Upah.
b. Masyarakat nelayan berperan serta dalam program-program sosialisasi
tentang BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah.

37
Universitas Sumatera Utara