Hubungan Dependensi dengan Tingkat Ansietas dan Depresi Pasien Pascastroke

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu penyakit serebrovaskular yang banyak

terjadi dan menimbulkan akibat fatal.1 Menurut National Stroke Association,
prevalensi kejadian stroke di dunia adalah 700 ribu per tahun, dengan 200
ribu di antaranya mengalami rekurensi stroke, termasuk 85% stroke iskemik
dan 15% stroke hemoragik.2 American Heart Association3 2013 melaporkan
mortalitas akibat stroke mencapai 23% dari total kasus stroke. Berdasarkan
pengamatan Stroke Association, rata- rata setiap dua detik terjadi satu
serangan stroke. Di dunia, lebih dari 65% stroke berasal dri negara
berkembang.4 Menteri Kesehatan RI menyatakan selama tahun 2013,
sekitar 7% penduduk Indonesia mengalami stroke, dan Sumatera Utara
menempati peringkat keempat dengan prevalensi 10,3%. Penyebaran stroke
di Indonesia didominasi stroke iskemik sebanyak 53%, sedangkan stroke
hemoragik 39%.3 Angka kejadian yang tinggi menjadikan stroke sebagai
etiologi mortalitas ketiga terbanyak setelah kanker dan serangan jantung.5
Stroke merupakan penyebab disabilitas fisik maupun emosional paling

sering pada orang dewasa. Hal ini tercermin dari perubahan koordinasi fisik
dan defisit fungsional dalam melakukan ADL.6-8 Menurut WHO, 5 juta
pasien stroke mengalami komplikasi motorik, kognitif, bahasa, psikologis
dan 10% di antaranya sembuh sempurna, 25% sembuh dengan komplikasi
minimal, serta 40% mengalami komplikasi yang fatal.2,4
Disabilitas yang dialami akan mempengaruhi kualitas hidup pasien
sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap lingkungan sekitar,
sehingga seringkali menyebabkan perubahan emosi seperti ansietas dan
depresi.6-8 Perubahan emosi akan mempengaruhi seperempat pasien stroke
dalam enam bulan pertama.8 Ansietas dan depresi adalah hal yang umum
terjadi pada pasien pascastroke baik di komunitas maupun rumah sakit.9

Universitas Sumatera Utara

Studi di New Zealand menemukan ansietas maupun depresi ringansedang pada komunitas stroke, masing- masing 22,8% dan 21,1%.10 Studi
meta analisis menyatakan sepertiga pasien stroke menderita depresi dan
seperempatnya menderita depresi.11 Penelitian Suzanne10 menyatakan
depresi umumnya terjadi 3 hingga 6 bulan pascastroke dan ansietas terus
berlangsung hingga 3 tahun dari onset awal stroke. Studi di Iran
mendapatkan adanya hubungan yang kuat antara dependensi dengan

ansietas dan depresi.4
Hal ini mendukung studi Hackett et al.12 yang mengemukakan bahwa
penurunan kemampuan ADL berhubungan peningkatan frekuensi depresi,
sedangkan hubungan dengan ansietas sedang diteliti lebih lanjut. Penelitian
di RSSN Bukittinggi mendapatkan 74,2% pasien stroke yang rawat jalan
mengalami depresi.11 Selain itu, penelitian di RS Tugurejo menunjukkan
adanya hubungan berarti antar ADL dengan depresi. Pasien stroke
mengalami perubahan yang drastis, seperti gangguan bahasa, kognitif,
memori, perilaku, bahkan kepribadian.14
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengangkat judul ini
di kota Medan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengamati hubungan
antara dependensi dengan tingkat ansietas dan depresi yang dialami pasien
pascastroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan dependensi dengan tingkat ansietas dan
depresi pada pasien pascastroke?
2. Apakah terdapat hubungan dependensi dengan tingkat depresi pada
pasien pascastroke?


Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara dependensi dengan tingkat
ansietas dan depresi pasien pascastroke tahun 2016 di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi ansietas dan depresi pada pasien
pascastroke

berdasarkan demografi : jenis kelamin, kelompok

usia, dan pasca onset akut stroke.
2. Mengetahui hubungan dependensi dengan tingkat ansietas pasien
pascastroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Mengetahui hubungan dependensi dengan tingkat depresi pasien
pascastroke di RSUP Haji Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara