Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2

DI INSTALASI RAWAT JALAN

DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

DEASY HENDRIATI

NIM: 117041187

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2

DI INSTALASI RAWAT JALAN

DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa / M. Ked. K. J. pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

DEASY HENDRIATI 117041187

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS

ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

Judul Tesis : Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Deasy Hendriati

Nomor Induk Mahasiswa : 117041187

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui :

Komisi Pembimbing :

Prof. dr.Bahagia Loebis, Sp. K. J., (K.)

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Magister Kedokteran Klinik

Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A. (K) dr. Zainuddin Amir, Sp. P. (K) NIP:19540620198011001


(4)

PERNYATAAN

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2

DI INSTALASI RAWAT JALAN DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar rujukan.

Medan, Desember 2013


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun demikian besar harapan penulis kiranya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

GAMBARAN SIMTOM ANSIETAS DAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2

DI INSTALASI RAWAT JALAN DIVISI ENDOKRIN DAN METABOLIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Magister Klinik - Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas kedokteran Universitas

Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS-I dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program


(6)

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Elmeida Effendy, M. Ked. K. J., Sp. K. J., selaku Ketua Program Studi

PPDS-I Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU, sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan memberi masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. K. J., (K.), sebagai guru dan pembimbing

penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan masukan-masukan yang berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. dr. H. Harun Taher Parinduri, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Alm. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang

semasa hidupnya telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis.

6. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J., (K.), selaku guru penulis, yang banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

7. dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked. K. J., M. Sc., Sp. K. J., sebagai guru dan

pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini yang telah membimbing, mengoreksi, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.


(7)

8. dr. Vita Camelia, M. Ked. K. J., Sp. K. J., sebagai Co- Author, guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

9. dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked. K. J., Sp. K. J., sebagai guru yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama saya mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

10.dr. Santi Syafril, Sp. P. D., K. E. M. D., sebagai Konsultan dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrin dan Metabolik yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan.

11.dr. Dapot Parulian Gultom, Sp. K. J., M. Kes., sebagai Wakil Direktur Badan

Layanan Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada penulis selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12.ϯ dr. Herlina Ginting, Sp. K. J., sebagai guru yang semasa hidupnya telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

13.dr. Mawar Gloria Taringan, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis


(8)

mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

14.dr. Freddy S. Nainggolan, Sp. K. J., sebagai pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

15.dr. Juskitar, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku- buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

16.dr. Donald F. Sitompul, Sp. K. J., (Alm). dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp. K. J., dr Rosminta Girsang, Sp. K. J., dr. Artina R. Ginting, Sp. K. J., dr. Mariati, Sp. K. J., dr. Evawati Siahaan, Sp. K. J., dr. Paskawani siregar, Sp. K. J., dr. Citra J. Taringan, Sp. K. J., dan dr. Vera RB. Marpaung, Sp. K. J., sebagai senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17.dr. Adhayani Lubis, Sp. K. J., dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp. K. J., dr. Juwita Saragih, Sp. K. J., dr. Friedrich Lupini, Sp. K. J., dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp. K. J., dr. Laila Sari, Sp. K. J., dr. Evalina Perangin-Angin, Sp. K. J., dr. Victor Eliezer P, Sp. K. J., dr. Siti Nurul Hidayati, Sp. K. J., dr. Lailan Sapinah, Sp. K. J., dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp. K. J., dr. Ira Aini Dania, M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr. Mila Astari. H, M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr. Baginda Harahap, M. Ked. K. J., Sp. K. J., dr. Ricky Wijaya Tarigan, M. Ked K. J., Sp. K. J., sebagai senior yang banyak memberikan bimbingan,


(9)

dorongan dan semangat kepada penulis selama mengikuti program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18.Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur

Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti Megister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

19.Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Herny Taruli

Tambunan, M. Ked. K. J., dr. Muhammad Yusuf, M. Ked. K. J., dr. Superida Ginting Suka, M. Ked. K. J., dr. Lenni Crisnawati Sihite, M. Ked. K. J., dr. Saulina Dumaria Simanjuntak, M. Ked. K. J., dr. Hanip Fahri, M. Ked. K. J., dr. Ferdinan Leo Sianturi, M. Ked. K. J., dr. Andreas Xaverio Bangun, M. Ked. K. J., dr. Dian Budianti A, M. Ked. K. J., dr. Tiodoris Siregar, M. Ked. K. J., dr. Endang Sutry Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, M. Ked. K. J., dr. Nauli Aulia Lubis, M. Ked. K. J., dr. Nanda Sari Nuralita, M. Ked. K. J., dr.Wijaya Taufik Tiji, M. Ked. K. J., dr. Alfi Syahri Rangkuti, M. Ked. K. J., dr. Agussyah Putra, M. Ked. K. J., dr. Gusri Girsang, M. Ked. K. J., dr. Dessi Wahyuni, dr. Ritha Mariati Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska, dr. Dessy Mawar Zalia, M. Ked. K. J., dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, M. Ked. K. J., dr. Rossa Yunilda, dr. Arsusy Widyastuty, dr. Poltak J Sirait, dr. Manahap CF Pardosi, dr. M Affandi, dr. Endah Tri Lestari, dr. Rona Hanani. S, dr. Novi Prasanty, dr. Novita L Akbar, dr. Catherine, dr. Trisna Marni yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-diskusi v


(10)

kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20.Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas

selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta pasien, keluarga pasien dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

21.Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, AKBP (purn) H.

Buchari dan Hj. Siti Nursiyah yang dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan, dukungan dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.

22.Kedua mertua, H. Darwin, S. Sos dan Hj. Arni Yusti yang banyak

memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

23.Seluruh saudara kandung saya, Ade Bertha Florida, SP dan AKP. dr. Andrean

Lesmana, yang telah banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis selama menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24.Buat suami tercinta, dr. Darma Liza Efendi, dan anak- anak ku tercinta

Clarissa Nadhira Rizki, Muhammad Davino Athallah, dan Sherin Aqilla Cataleya, terima kasih atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan vi


(11)

kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita dan keriangan selama penulis menjalani Magister Kedokteran Klinik Spesialis dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan Program Magister Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa dan tesis ini dengan baik.

Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada seluruh keluarga, sahabat, dan handai tolan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2013

DEASY HENDRIATI

vii


(12)

ABSTRAK

Latar belakang: Diabetes melitus (DM) tipe-2 sering mengalami gangguan ansietas dan depresi dengan prevalensi dan insidensi 20-60% menderita depresi, dan 14-40% menderita ansietas. DM tipe-2 beresiko 2 kali lipat menderita ansietas maupun depresi dan sering tidak terdeteksi sehingga tidak mendapat penanganan dengan baik.

Tujuan penelitian: Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada

pasien DM tipe-2 dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and

Depression Scale (HADS).

Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan metode cross sectional pada bulan Maret- April 2013 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan. Pasien DM tipe-2 yang memenuhi kriteria inklusi

dan mengisi kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) untuk

penilaian simtom ansietas dan depresi.

Hasil penelitian: Berdasarkan kelompok usia 55-64 tahun simtom ansietas yang terbanyak 62,5% dan simtom depresi yang terbanyak 46,2%, kelompok jenis kelamin simtom ansietas laki- laki dan perempuan terbagi rata 50% dan simtom depresi laki-laki dan perempuan terbagi rata 50%, kelompok pekerjaan sebagai pensiunan simtom ansietas 37,5% dan simtom depresi 30,7%, kelompok pendidikan SLTA simtom ansietas 62,5% dan simtom depresi 61,6%, kelompok status kawin simtom ansietas 87,5% dan simtom depresi 84,6%, kelompok tempat tinggal dikota simtom ansietas 75% dan simtom depresi 65,4%

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik demografik yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55- 64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat tinggal di kota.

Kata kunci:Diabetes melitus, simtom ansietas dan depresi, Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar persetujuan pembimbing... ii

Ucapan terima kasih... v

Daftar Singkatan dan Lambang... xii

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel... xvi

Daftar Gambar dan Diagram... xvii

Abstrak... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat penelitian... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Diabetes Melitus... 2.1.1 Definisi... 2.1.2 Diagnosis... 2.1.3 Kriteria pengendalian Diabetes Melitus... 2.1.4 HbA1C... 7 7 8 9 10 2.2 Simton Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus... 11 2.3 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) ... 2.4 Kerangka Konsep……… 14 16

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Desain Penelitian... 17

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 17

3.3 Populasi Penelitian ... 17

3.4 Sampel dan cara pengambilan sampel ... 18

3.5 Estimasi Besar sampel ... 18

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19

3.7 Cara Kerja Penelitian ... 19

3.8 Kerangka Operasional ... 21

3.9 Definisi Operasional ... 3.10 Persetujuan/ Informed Consent ... 3.11 Etika penelitian... 3.12 Rencana Pengolahan dan Penyajian Data... 22 23 23 23 BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian... 24

BAB 5 PEMBAHASAN ... 40 xi


(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44 6.1 Kesimpulan...

6.2 Saran...

44 44 DAFTAR RUJUKAN ... 45

x


(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BMI : Body Mass Index

DM : Diabetes Melitus

HADS : Hospital Anxiety and Depression Scale

HPA Axis : Hypothalamic Pituitary Adrenal Axis

IDF : International Diabetes Federation

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tahap Pertama

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

WHO : World Health Organization

< : Lebih Kecil Dari

> : Lebih Besar Dari

≥ : Lebih Besar Atau Sama Dengan

≤ : Lebih Kecil Atau Sama Dengan

± : Lebih Kurang


(16)

Lampiran

1. Tabel Induk Hasil Penelitian

2. Lembaran Penjelasan Kepada Keluarga

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent)

4. Data Dasar Subjek Peneltian

5. Kuesioner Penelitian

6. Surat Persetujuan Komite Etik

7. Riwayat Hidup Peneliti


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus ... 7

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus ... 8

Tabel 2.3 Kadar Glukosa Sewaktu dan Puasa ... 9

Tabel 2.4 Target Pengendalian DM ... 10

Tabel 4.1 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Karakteristik Demografi .... 24

Tabel 4.2. Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan usia ... 29

Tabel 4.3 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan jenis kelamin ... 30

Tabel 4.4 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pekerjaan ... 31

Tabel 4.5 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pendidikan ... 32

Tabel 4.6 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan status perkawinan 33 Tabel 4.7 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan tempat tinggal .... 34

Tabel 4.8 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan kuisioner HADS Ansietas ... 36

Tabel 4.9 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan kuisioner HADS Depresi ... 38


(18)

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

Gambar 2.1 Hemoglobin A1C Test ... 11 Diagram 4.1 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan

usia ... 25 Diagram 4.2 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian

berdasarkan Jenis kelamin... 26 Diagram 4.3 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian

berdasarkan pekerjaan ... 26 Diagram 4.4 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian

berdasarkan status pendidikan... 27 Diagram 4.5 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian

berdasarkan status perkawinan ... 28 Diagram4.6 Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan

tempat tinggal ... 28 Diagram 4.7 Rekapitulasi Skor HADS Ansietas ... 35 Diagram 4.8 Rekapitulasi Skor HADS Depresi ... 35


(19)

ABSTRAK

Latar belakang: Diabetes melitus (DM) tipe-2 sering mengalami gangguan ansietas dan depresi dengan prevalensi dan insidensi 20-60% menderita depresi, dan 14-40% menderita ansietas. DM tipe-2 beresiko 2 kali lipat menderita ansietas maupun depresi dan sering tidak terdeteksi sehingga tidak mendapat penanganan dengan baik.

Tujuan penelitian: Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada

pasien DM tipe-2 dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and

Depression Scale (HADS).

Metode penelitian: Penelitian deskriptif dengan metode cross sectional pada bulan Maret- April 2013 di Instalasi Rawat Jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan. Pasien DM tipe-2 yang memenuhi kriteria inklusi

dan mengisi kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) untuk

penilaian simtom ansietas dan depresi.

Hasil penelitian: Berdasarkan kelompok usia 55-64 tahun simtom ansietas yang terbanyak 62,5% dan simtom depresi yang terbanyak 46,2%, kelompok jenis kelamin simtom ansietas laki- laki dan perempuan terbagi rata 50% dan simtom depresi laki-laki dan perempuan terbagi rata 50%, kelompok pekerjaan sebagai pensiunan simtom ansietas 37,5% dan simtom depresi 30,7%, kelompok pendidikan SLTA simtom ansietas 62,5% dan simtom depresi 61,6%, kelompok status kawin simtom ansietas 87,5% dan simtom depresi 84,6%, kelompok tempat tinggal dikota simtom ansietas 75% dan simtom depresi 65,4%

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik demografik yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55- 64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat tinggal di kota.

Kata kunci:Diabetes melitus, simtom ansietas dan depresi, Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

viii


(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus telah mencapai epidemi tingkat global. Perkiraan untuk tahun 2010 menunjukkan bahwa 285 juta orang dewasa menderita diabetes di tujuh wilayah IDF. Angka-angka ini merupakan peningkatan sebesar 39 juta dari tahun 2007 dan peningkatan terus berlanjut sebesar 439 juta di tahun 2030. Mengingat angka prevalensi mendekati 290 juta, manusia diseluruh dunia, ekonomi, dan biaya- biaya sosial dari diabetes sangat mengejutkan. Misalnya, IDF memperkirakan bahwa 3,9 juta kematian akan disebabkan oleh diabetes pada tahun 2010 yang merupakan 6,8% total dari angka kematian global. Hal ini juga dipercaya bahwa tahun 2025, lebih dari 75% dari penduduk dunia dengan diabetes akan berada di negara-negara berkembang dan negara-negara dengan populasi terbesar orang dewasa dengan diabetes yang mencakup: India, Cina dan Amerika Serikat. Di negara-negara berkembang, mayoritas orang dewasa dengan diabetes berusia antara 45 dan 64 tahun, sedangkan di negara-negara maju yang mayoritas orang dewasa dengan diabetes berusia 65 tahun dan lebih tua.1

Terdapat dua jenis gangguan psikosomatik yang sering dijumpai pada pasien diabetes adalah ansietas dan depresi. Meski di Indonesia belum jelas insidensi dan prevalensi gangguan

mood ini, kepustakaan luar mencatat sebanyak 20 – 60 % pasien DM menderita depresi


(21)

untuk menderita ansietas ataupun depresi.3-5 Hal ini sering tidak terdeteksi sehingga tidak

mendapat penanganan yang baik. Faktor emosi atau stressor mempengaruhi status kesehatan seseorang. Perjalanan penyakit kronik seperti diabetes dipengaruhi stress psikososial. Stress emosional secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi. Suatu stress psikologi kronik dapat mengaktifasi hypothalamic -pituitary -adrenal axis (HPA axis) dan menstimulasi sistem syaraf simpatetik, respon inflamasi, agregasi trombosit dan penurunan sensitifitas insulin.2

Pasien DM yang menderita ansietas dan depresi juga memiliki kecendrungan untuk mengabaikan perubahan pola perilaku yang direkomendasikan seperti kurang aktivitas, merokok dan diet tinggi lemak.6,7

Pada penelitian Nichols dan kawan- kawan tahun 2007, sebanyak 1932 orang Amerika dewasa dengan diabetes diidentifikasi, 435 dengan depresi ringan dan 1.497 tanpa depresi minor. Individu dengan diabetes secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami depresi dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Setelah disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, ras / etnis dan status perkawinan, individu dengan diabetes tetap hampir dua kali lebih mungkin sebagai individu untuk mengalami depresi dibandingkan individu tanpa diabetes. Proporsi yang lebih tinggi dari wanita dibandingkan pria mengalami depresi (65% vs 35%, p <0,05). Dibandingkan dengan orang dewasa tanpa depresi, mereka yang depresi memiliki pendapatan rendah, kondisi komorbid (10,2 vs 6,5, p <0,05), dan lebih cenderung menggunakan insulin (18,7% vs 7,3%, p <0,01). Individu yang depresi juga lebih cenderung memiliki komplikasi diabetes yang terkait daripada yang tidak depresi.4

Li dan kawan- kawan melengkapi penelitian mereka dengan mengestimasi prevalensi depresi yang tidak terdiagnosis antara individu dengan diabetes. Temuan sekunder mereka adalah bahwa sekitar 45% dari semua pasien diabetes mengalami depresi yang tidak


(22)

terdiagnosis. Asghar dan kawan- kawan menemukan bukti gejala depresi pada 29% dari laki-laki dan 30,5% perempuan dengan diabetes yang baru didiagnosa pada pedesaan Bangladesh. Demikian pula, Sotiropoulos dan kawan- kawan menemukan bahwa 33,4% dari kelompok dewasa orang Yunani dengan diabetes tipe 2 dilaporkan memiliki gejala depresi tinggi. Zahid dan kawan- kawan menemukan prevalensi depresi yang lebih ringan (14,7%) di antara pasien dengan diabetes di daerah pedesaan di Pakistan. Namun, Khamseh dan kawan- kawan menemukan depresi mayor 71,8% dari 206 sampel pasien Iran dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Pada penelitian dari 143 pasien dengan diabetes tipe-2 dan 132 kontrol yang sehat di Bahrain, sebuah negara kepulauan dengan prevalensi tinggi dari diabetes tipe-2, Almawi dan kawan- kawan menemukan proporsi yang lebih tinggi dari pasien diabetes tipe 2 dalam kedua kategori depresi ringan-sedang dan berat-sangat parah. Peningkatan gejala depresi juga telah dilaporkan di Amerika Afrika yang berada di kabupaten pedesaan di Georgia (USA) dan klinik primer

perkotaan di East Baltimore, Maryland (USA).1

Dalam review sistematis yang dirancang untuk memperkirakan prevalensi dari pasien depresi klinis dengan diabetes tipe 2, Ali dan kawan- kawan menemukan bahwa prevalensi depresi secara signifikan lebih tinggi di antara pasien dengan diabetes tipe 2 (17,6%) dibandingkan tanpa diabetes (9,8%). Mereka juga menemukan bahwa prevalensi di kalangan perempuan dengan diabetes (23,8%) lebih tinggi daripada rekan-rekan pria mereka dengan diabetes (12,8%). Secara keseluruhan, penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan diabetes lebih mungkin untuk mengalami depresi dibandingkan pada individu yang tidak memiliki diabetes.1

Roupa dan kawan- kawan, menyimpulkan studi yang menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan sangat kuat untuk terjadinya ansietas dan simtom depresi, dengan persentase


(23)

perempuan terhadap ansietas 62% dibandingkan dengan pria 21,5%. Persentase pada perempuan terhadap simtom depresi 41,4% dibandingkan dengan pria 17,8%. Seseorang dengan obesitas yang sangat ekstrim/ parah dengan BMI > 35 memiliki ansietas yang lebih banyak 52,5% dan depresi 35,4% dibandingkan dengan orang yang overweight dan orang- orang dengan obesitas.8

Fisher dan kawan- kawan, membuat rangkuman faktor psikososial yang mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak dijumpai pada : perempuan, ras minoritas, tidak menikah, umur pertengahan, status ekonomi rendah, dan tidak bekerja. Melihat karakteristik penyakitnya, depresi dijumpai lebih tinggi bila terdapat komorbiditas atau komplikasi, adanya riwayat depresi sebelumnya, derajat hendaya yang tinggi, dan rasa nyeri yang menetap.2

Sebuah penelitian di Brazil oleh Papelbaum dan kawan- kawan, mencari hubungan antara depresi dengan kontrol gula darah pada 70 orang DM type 2 mendapatkan sebanyak 13 orang (18,6%) menderita depresi dan penderita DM type 2 dengan depresi memiliki kadar HbA1C yang lebih tinggi (8,6±2%) dibanding pasien tanpa gangguan mood.9

Dengan memperhatikan aspek ansietas dan depresi ini, maka diharapkan akan mempercepat kontrol glikemik serta mengurangi biaya pengobatan yang berlebihan. Memonitor

parameter biokimia seperti HbA1C dan level gula darah post prandial dan BMI menjadi langkah

untuk membebaskan dari simtom ansietas pada pasien ini. Begitu juga dengan latihan fisik kelihatannya dapat melindungi efek dari ansietas terhadap pasien DM tipe-2.10

Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan ini, sangatlah penting bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien- pasien yang membutuhkan perhatian lebih terhadap simtom ansietas maupun depresi pada pasien Diabetes melitus. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk melihat gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien


(24)

Diabetes melitus yang berobat ke Instalasi rawat jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSU.P. H. Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2

yang terkontrol (HbA1C <7%)?

2. Berapakah proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2

berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan dan tempat tinggal)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe-2

dengan menggunakan kuesioner Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus

tipe-2 berdasarkan karakteristik demografik (usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan tingkat pendidikan)

2. Mengetahui gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes Melitus, sehingga dengan memprediksi lebih dini terjadinya ansietas dan depresi pada penyakit Diabetes Melitus kita dapat mengelola pasien Diabetes secara komprehensif sehingga komplikasi lain dapat dicegah.

Serta hasil penelitian ini dapat sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, memberikan sosialisasi dan memberi pemahaman akan penggunaan HADS dalam menilai simtom ansietas dan simtom depresi pada pasien Diabetes Melitus di instalasi rawat jalan divisi endokrin dan metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan.


(26)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi

Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.11

Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes melitus 11

Tipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolut. -Autoimun -Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Tipe Lain • Defek genetik fungsi sel beta

• Defek genetik kerja insulin • Penyakit eksokrin pancreas • Endokrinopati

• Karena obat atau zat kimia • Infeksi

• Sebab imunologi yang jarang

• Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes melitus.

Diabetes Melitus Gestasional


(27)

2.1.2. Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis diabetes melitus, pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh, vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda-beda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.11

Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes melitus seperti tersebut dibawah ini:11

• Keluhan klasik diabetes melitus berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

• Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, rasa gatal, mata kabur dan disfungsi

ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Melitus11

1. Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasma sewaktu ≥ 200mg/dl Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, ATAU

2. Gejala klasik diabetes melitus + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126mg / dl, Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam,

ATAU

3. Kadar glukosa plasma pada tes toleransi glukosa oral ≥ 200mg/dl Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan standar WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrous yang dilarutkan kedalam air.


(28)

Tabel 2.3 Kadar glukosa sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis diabetes melitus

Bukan Diabetes Melitus

Belumpasti Diabetes Melitus

Diabetes Melitus Kadar glukosa

Darah sewaktu

Plasma Vena

<100 100-199 ≥200

Darah Kapiler

<90 90-199 ≥200

Kadar glukosa Darah

puasa

Plasma Vena

<100 100-125 ≥126

Darah Kapiler

<90 90-99 ≥100

2.1.3. Kriteria pengendalian Diabetes Melitus

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan HbA1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah. Kriteria keberhasilan pengendalian DM dapat dilihat pada tabel.11


(29)

Tabel 2.4 Target Pengendalian DM11

Risiko kardiovaskuler (-) Risiko kardiovaskuler (+) IMT (kg/m2) 18,5 - <23 >23

Glukosa Darah

Puasa (mg/dL) <100 2 jam PP (mg/dL) <140

A1C (%) <7,0 <7,0 Tekanan darah (mmHg)

Sistolik (mmHg) ≤130 ≤130 Diastolik (mmHg) ≤80 ≤80 Profil Lipid

Total Kolesterol (mg/dL) Trigliserid (mg/dL) HDL Kolesterol (mg/dL)

LDL Kolesterol (mg/dL) <100 <70

2.1.4. HbA1C

The Canadian Diabetes Association (CDA) menjelaskan penggunaan (HbA1C) dalam

menegakkan diagnosis diabetes mellitus. American Diabetes Association dan WHO

masing-masing merekomendasikan HbA1C ≥ 6,5% untuk diagnosis diabetes.12 HbA1C merupakan

test hemoglobin terglikosilasi yang disebut juga glikohemoglobin atau hemoglobin glikosilasi disingkat sebagai HbA1C, merupakan cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan terapi


(30)

Gambar 2.1. Hemoglobin A1C test 13

2.2. Simtom Ansietas dan Depresi pada pasien Diabetes Melitus

Banyak gangguan medis dikaitkan dengan ansietas. Gejala dapat mencakup serangan panik, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda distres lain. Klinisi harus meningkatkan kecurigaan untuk diagnosis ini ketika ansietas kronis atau ansietas paroksismal disertai dengan penyakit fisik yang diketahui menyebabkan gejala tersebut pada sejumlah pasien.14

Tidak seperti depresi, hubungan ansietas dengan diabetes lebih banyak diteliti bersamaan dengan depresi. Dibandingkan dengan populasi umum pasien DM lebih banyak menderita ansietas.3

Fobia terhadap jarum ataupun suntikan dan ketakutan akan terjadinya hipoglikemia merupakan keadaan yang sering terjadi pada pasien DM. Pasien yang mengalami fobia akan sulit mengontrol kadar gula darah atau jatuh pada komplikasi DM yang justru membutuhkan insulin


(31)

secara darurat. Seringnya mereka tetap bertahan dengan keadaan hiperglikemia kronik karena ketakutan terjadi hipoglikemia.3

Gejala dan tanda seperti berkeringat, cemas, tremor, takikardia dan konfusio sering

membingungkan, apakah ini merupakan bagian dari ansietas atau episode hipoglikemia. Situasi ini sangat menyulitkan pasien dan juga klinisi dalam mengenali keadaan klinik sebenarnya.3

Menurut penelitian Paul dan kawan- kawan, keparahan simtom depresi secara bermakna dikaitkan dengan kurangnya kepatuhan terhadap diet dan sekitar dua kali lipat karena terhentinya pemberian obat hipoglikemik secara oral. Keparahan simtom depresi dikaitkan dengan peningkatan yang tidak signifikan dalam tingkat HbA1C.15

Penelitian empiris pada saat ini menunjukkan adanya prevalensi depresi yang tinggi pada

populasi diabetes. Alasan mengapa prevalensi tinggi belum dapat dijelaskan sepenuhnya.2,16

Terdapat hipotesis dua arah (bi-directional) yang menerangkan terjadinya dan berulangnya

depresi pada pasien diabetes. Depresi terjadi sebagai hasil perubahan biokimia akibat langsung dari diabetes atau terapinya. Hipotesis ini didasari beberapa penemuan sebagai berikut, antara lain;

I)Gejala- gejala depresi sebagai pencetus diabetes (DM akibat depresi)

a) Penderita depresi sering memiliki kebiasaan hidup yang dapat memicu terjadinya

diabetes seperti: makan berlebihan atau tidak mengatur asupan makanan dan tidak mengikuti rekomendasi diet untuk penurunan berat badan. Obesitas sebagai faktor resiko diabetes sering terjadi pada pasien depresi akibat tingginya asupan kalori, gaya hidup

bermalas- malasan dan kebiasaan merokok.17 Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa


(32)

merupakan faktor resiko meskipun pada perjalanan DM yang lanjut dapat menimbulkan depresi.2

b) Keadaan depresi akan memicu aktivasi HPA aksis, sistem simpatoadrenal dan

mencetuskan proses inflamasi. Diketahui beberapa marker inflamasi yang dikenal dengan

faktor resiko terjadinya diabetes. Kadar interleukin-6 dan CRP (C-reactive protein)

merupakan marker inflamasi yang meningkat pada pasien depresi dan diabetes.16

c) Pengobatan antidepressan juga dapat memicu terjadinya peningkatan berat badan dan

obesitas yang merupakan faktor resiko diabetes.16

d) Terdapat bahan biologi yang sama-sama didapat pada pasien diabetes maupun depresi

yaitu peningkatan produksi kortisol, gangguan metabolisme neurotransmitter norepinefrin dan serotonin, berkurangnya pemakaian glukosa dan meningkatnya resistensi insulin, disfungsi sel islet beta pancreas yang pada akhirnya bermuara pada terjadinya DM tipe 2.1

II)Depresi terjadi akibat faktor psikologis dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit dan terapinya. Depresi pada diabetes terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami dari penyakit kronik (Depresi akibat DM).2,16

a) Adanya stress psikologik yang timbul akibat tuntutan perubahan pola hidup (pola diet dan olah raga) dan penggunaan obat-obatan antidiabetik maupun insulin.2

b) Tekanan psikologis meningkat pada dua tahun pertama sering terjadi, terutama sejak

diketahui adanya retinopati diabetik.

Adanya komorbiditas mengakibatkan hubungan timbal balik yang saling memberatkan. Pada pasien DM adanya depresi dapat mempengaruhi kontrol gula darah dan memperburuk


(33)

perjalanan penyakit diabetes serta meningkatkan komplikasi serius. Sedangkan depresi sendiri diketahui menjadi faktor resiko yang independen terhadap kejadian diabetes melitus.2

Hasil penelitian dari Abdulbari Bener dan kawan-kawan, menyimpulkan bahwa adanya kejadian komorbiditas yang tinggi pasien DM dengan depresi, ansietas dan simtom stres. Depresi dan simtom ansietas berhubungan secara signifikan dengan jenis kelamin pada pasien diabetes, dengan tingkat kejadian yang tinggi pada perempuan.17

2.3. Hospital Anxiety and Depression Scale(HADS)

HADS adalah kuesioner self-rating yang dibuat oleh Zigmond dan Snaith pada tahun

1983, yang digunakan oleh dokter maupun ilmuwan, dapat dipercaya, valid, dan praktis

digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur dua bentuk umum dari gangguan psikologis yaitu ansietas dan depresi dari pasien medis. Hasil penelitian Michopoulos dan kawan- kawan

menunjukkan bahwa HADS memiliki konsistensi internal yang tinggi dimana Cronbach’s α

koefisien 0,884 (0,829 untuk ansietas dan 0,840 untuk depresi).18

HADS biasanya memerlukan waktu 2 hingga 5 menit untuk diselesaikan. Pasien menyelesaikan sejumlah pertanyaan yang telah disusun baik ansietas maupun depresi. Sama seperti dengan kuesioner lainnya, haruslah berhati-hati observasinya, oleh karena itu diharapkan pasien dapat membaca dan menulis. Karena beberapa pasien akan merasa malu dan berpura-pura untuk menjawab pertanyaannya. Sangat beralasan untuk menyuruh responden membaca dengan keras satu atau frasa lainnya kuesioner tersebut. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk menjelaskan tujuan dari kuesioner tersebut dan menjamin semua informasi klinis tersebut adalah


(34)

HADS terdiri dari 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk masing-masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Setiap pertanyaan yang dijawab pasien memiliki nilai respons 0-3, dengan rentang skor 0-21 baik untuk ansietas dan depresi. Skor 0-7 adalah normal, 8-10 adalah borderline dan 11-21 menunjukkan suatu masalah gangguan klinis/ simtom emosional. Beberapa perkembangan penilaian HADS juga ada yang membagi kedalam rentang normal, ringan, sedang dan berat.19

2.4. Kerangka Konsep

DM tipe -2 (HbA1C < 7% )

Sosio demografik • Usia

• Jenis kelamin

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Perkawinan

• Tempat tinggal

Ansietas

Depresi


(35)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan metode potong lintang (cross sectional study), dengan mengisi kuesioner HADS untuk melihat simtom-simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes melitus.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

• Tempat Penelitian : Instalasi rawat jalan di Departemen Penyakit Dalam, Divisi Endokrin

dan Metabolik RSUP.H.Adam Malik Medan.

• Waktu Penelitian : 1 Maret 2013 – 31 April 2013

3.3. Populasi Penelitian 3.3.1. Populasi target

Pasien penyakit DM tipe-2 di Instalasi rawat jalan di Departemen Penyakit Dalam, Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Populasi Terjangkau.

Pasien penyakit DM tipe-2 yang berobat di Instalasi rawat jalan Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP.H. Adam Malik Medan periode Maret 2013- April 2013.


(36)

3.4. Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel penelitian adalah pasien penyakit DM tipe-2 yang datang berobat ke Instalasi rawat jalan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Endokrin dan Metabolik RSUP. H. Adam

Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel dengan non probability

sampling jenis consecutive sampling.

3.5 Estimasi Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan rumus:20

n = Zα2PQ d2

= (1,96)2 x 0,5 x 0,5

0,12

= 96,04  97  100

Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 100 orang Keterangan:

Zα = nilai batas bawah dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai α yang ditentukan;

untuk nilai α=0,05 Zα = 1,96

P = proporsi simtom ansietas dan depresi pada pasien DM tipe-2 (50%)2,8

Q = 1 - P = 1 - 0,5 = 0,5


(37)

3.6 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.6.1. Kriteria Inklusi

• Penderita DM tipe-2 yang sudah terdiagnosa DM atau sudah mendapat obat anti

diabetik.

• Usia > 45 tahun

• Hasil pemeriksaan terakhir HbA1C < 7% (terkontrol)

• Kooperatif dan dapat diwawancarai

• Bersedia ikut serta dalam penelitian. 3.6.2. Kriteria eksklusi

• Riwayat gangguan psikiatri

• Subjek yang pernah atau sedang menderita gangguan hati, ginjal.

• Subjek sedang menjalani terapi hormonal.

• Subjek dalam keadaan hamil atau sedang menyusui

3.7. Cara Kerja Penelitian

Pasien DM tipe-2 yang datang berobat jalan ke Instalasi rawat jalan divisi endokrin dan metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah didiagnosis oleh dokter spesialis/ residen Ilmu Penyakit Dalam yang memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan kedalam penelitian. Terhadap semua pasien yang termasuk dalam penelitian diminta memberikan persetujuan tertulis (informed concent), dan dilakukan sebagai berikut :


(38)

a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data pasien mengenai identitas pasien dan karakteristik demografiknya (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan dan tempat tinggal).

b. Setelah itu subjek penelitian diberikan kuisioner Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS) yang terdiri dari 14 pertanyaan, terbagi atas 7 pertanyaan untuk ansietas dan 7 pertanyaan untuk depresi.

c. Setelah semua kuesioner dan data pasien terisi lengkap maka akan dilakukan pengolahan


(39)

3.8. Kerangka Operasional

Pasien DM Tipe-2 HbA1C < 7% Kriteria

Inklusi

Kriteria Eksklusi

Karakteristik Demografik

o Umur

o Jenis kelamin

o Pendidikan

o Perkawinan

o Pekerjaan

o Tempat tinggal

Borderline

Normal Ansietas Depresi

Informed Consent


(40)

3.9. Definisi Operasional.

1. Simtom ansietas : simtom ansietas yang dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety

and Depression Scale. Tujuh pertanyaan simtom ansietas (A) yang terdapat pada pertanyaan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13.

2. Simtom depresi : simtom depresi yang dinilai berdasarkan kuesioner Hospital Anxiety and

Depression Scale. Tujuh pertanyaan simtom depresi (D) yang terdapat pada pertayaan nomor 2, 4, 6, 8,10, 12, 14.

3. Penyakit DM tipe-2 adalah: suatu kelompok penyakit metabolik kronik yang disebabkan

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan asam amino akibat adanya defek sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

4. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) : kuesioner self- rating yang dibuat Zigmond dan Snaith pada tahun 1983, HADS terdiri dari 14 pertanyaan. Pertanyaan untuk masing- masing simtom ansietas (A) dan depresi (D) berjumlah 7. Skor 0-7 adalah

normal, skor 8-10 adalah borderline abnormal, skor 11-21 pada poin A menunjukkan

suatu simtom ansietas, skor 11-21 pada poin D menunjukkan suatu simtom depresi.

5. Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dibagi

atas: 45- 54 tahun, 55- 64 tahun, dan ≤ 65 tahun.

6. Jenis kelamin : Laki- laki dan perempuan

7. Status perkawinan : kawin, belum kawin, duda dan janda.

8. Tingkat pendidikan dibedakan atas SD, SLTP, SLTA, Diploma, S1 dan S2.

9. Status pekerjaan dibedakan atas PNS, wiraswasta, petani, Ibu rumah tangga, pensiunan,

dan tidak bekerja.

10.Tempat tinggal dibedakan atas kota dan desa

11.HbA1C : Sebagai indikator HbA1C < 7% adalah yang terkontrol.


(41)

3.10. Persetujuan / Informed Consent

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan terlebih dahulu dan diberi penjelasan sebelum diberikan kuesioner HADS.

3.11. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etika Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

3.12. Rencana Pengolahan dan Penyajian Data.

Pengolahan dan penyajian data dilakukan secara deskriptif. Dengan menampilkan frekwensi dan distribusi tabel berisi proporsi masing- masing variabel untuk melihat gambaran simtom ansietas dan depresi pada pasien Diabetes melitus tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) berdasarkan karakteristik demografik (umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan tempat tinggal).

.


(42)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Sebanyak 100 pasien penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 yang datang berobat ke instalasi rawat jalan Divisi Endokrin dan metabolik RSUP. H. Adam Malik Medan mengisi kuesioner

Hospital Anxiety Depression Scale (HADS) dari tanggal 1 Maret 2013 sampai 31 April 2013.

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Demografik

Karakteristik Responden Jumlah %

Umur 45- 54

55- 64 ≤ 65 32 44 19 32 44 19

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

49 51

49 51

Pekerjaan PNS

Wiraswasta Petani IRT Pensiunan Tidak bekerja 31 7 4 21 35 2 31 7 4 21 35 2

Pendidikan SD

SLTP SLTA D III S-1 S-2 5 8 47 5 29 6 5 8 47 5 29 6 Status perkawinan Kawin Tidak Kawin Janda Duda 82 3 12 3 82 3 12 3

Tempat tinggal Kota

Desa

78 22

78 22


(43)

Pada tabel 4.1 memperlihatkan karakteristik demografik dimana yang terbanyak adalah Perempuan sebanyak 51 orang (51%), umur 55-64 tahun sebanyak 44 orang (44 %), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan sebanyak 35 orang (35%), pendidikan SMA 47 orang (47%), yang kawin 82 orang (82%), dan bertempat tinggal di kota sebanyak 78 orang (78%).

4.1.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Karakteristik Demografik

Diagram 4.1. Distribusi karakteristik demografi subjek penelitian berdasarkan usia

Dari diagram diatas usia subjek penelitian terbanyak adalah usia 55-64 tahun yaitu sebanyak 44 orang (44%).

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

45-54th 55-64th ≥65

ta


(44)

Diagram 4.2. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Dari diagram diatas jenis kelamin subjek penelitian terbanyak adalah wanita yaitu sebanyak 51 orang (51%).

Diagram 4.3 Distribusi karakteristik demografi subjek penelitian berdasarkan pekerjaan.

48 48,5 49 49,5 50 50,5 51 51,5

Pria Wanita

0

ran

g

0 5 10 15 20 25 30 35 40

PNS Wiraswasta Petani IRT Pensiunan Tidak kerja

ju

ml

a


(45)

Dari diagram diatas status pekerjaan subjek penelitian terbanyak adalah pensiunan yaitu sebanyak 35 orang.

Diagram 4.4. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan status pendidikan.

Dari diagram diatas status pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah SLTA yaitu sebanyak 47 orang (47%)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

SD SLTP SLTA Akademi S-1 S-2

ju

ml

a


(46)

Diagram 4.5. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan status Perkawinan

Dari diagram diatas status perkawinan subjek penelitian terbanyak adalah kawin yaitu sebanyak 82 (82%)

Diagram 4.6. Distribusi karakteristik demografik subjek penelitian berdasarkan tempat tinggal.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kawin Tidak kawin Janda Duda

ju

ml

a

h

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kota Desa

ju

ml

a


(47)

Dari diagram diatas tempat tinggal subjek penelitian terbanyak adalah Kota yaitu sebanyak 78 orang (78%)

Tabei 4.2 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan usia

KELOMPOK USIA

HADS- ANSIETAS

Total

Normal Borderline Ansietas

N % N % N %

45-54 tahun 21 28,4 7 38,9 3 37,5 31

55-64 tahun 31 41,9 8 44,4 5 62,5 44

≥ 65 tahun 22 29,7 3 16,7 0 0 25

Total 74 100 18 100 8 100 100

KELOMPOK USIA

HADS- DEPRESI

Total

Normal Borderline Depresi

N % N % N %

45-54 tahun 10 30,3 11 26,8 10 38,4 31

55-64 tahun 11 33,3 21 51,2 12 46,2 44

≥ 65 tahun 12 36,4 9 22 4 15,4 25

Total 33 100 41 100 26 100 100

Pada tabel 4.2 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2 berdasarkan usia didapatkan proporsi simtom ansietas sebanyak 5 orang (62,5%) pada usia 55-64 tahun. Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi sebanyak 12 orang (46,2%) pada usia 55- 64 tahun.


(48)

Tabel 4.3 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan jenis kelamin

KELOMPOK JENIS KELAMIN

HADS- ANSIETAS

Total

Normal Borderline Ansietas

N % N % N %

Pria 37 50 8 44,5 4 50 49

Wanita 37 50 10 55,5 4 50 51

Total 74 100 18 100 8 100 100

KELOMPOK JENIS KELAMIN

HADS- DEPRESI

Total

Normal Borderline Depresi

N % N % N %

Pria 16 48,5 20 48,7 13 50 49

Wanita 17 51,5 21 51,3 13 50 51

Total 33 100 41 100 26 100 100

Pada tabel 4.3 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2 berdasarkan jenis kelamin didapatkan proporsi simtom ansietas yang terbagi rata sebanyak 4 orang (50%) pada laki- laki dan wanita sebanyak 4 orang (50%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi yang terbagi rata pada laki-laki sebanyak 13 orang (50%), pada wanita sebanyak 13 orang (50%).


(49)

Tabel 4.4 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pekerjaan

Pada tabel 4.4 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2 berdasarkan pekerjaan didapatkan proporsi simtom ansietas pada pensiunan sebanyak 3 orang (37,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi pada pensiunan sebanyak 8 orang (30,7%).

STATUS PEKERJAAN

HADS- ANSIETAS

Normal Borderline Ansietas Total

N % N % N %

PNS 27 36,5 3 16,7 1 12,5 31

Wiraswasta 4 5,4 2 11,1 1 12,5 7

Petani 3 4,0 0 0 1 12,5 4

IRT 12 16,2 7 38,9 2 25 21

Pensiunan 27 36,5 5 27,8 3 37,5 35

Tidak Bekerja 1 1,4 1 5,5 0 0 2

Total 74 100 18 100 8 100 100

STATUS PEKERJAAN

HADS- DEPRESI

Normal Borderline Depresi Total

N % N % N %

PNS 9 27,2 17 41,5 5 19,2 31

Wiraswasta 3 9,1 0 0 4 15,4 7

Petani 0 0 1 2,4 3 11,6 4

IRT 8 24,3 8 19,5 5 19,2 21

Pensiunan 12 36,4 15 36,6 8 30,7 35

Tidak Bekerja 1 3,0 0 0 1 3,9 2


(50)

Tabel 4.5 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan pendidikan

Pada tabel 4.5 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien DM tipe-2 berdasarkan pendidikan didapatkan proporsi simtom ansietas pada pendidikan SLTA sebanyak 5 orang (62,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi pada SLTA sebanyak 16 orang (61,6%).

STATUS PENDIDIKAN

HADS- ANSIETAS

Normal Borderline Ansietas Total

N % N % N %

SD 4 5,4 0 0 1 12,5 5

SLTP 4 5,4 2 11,1 2 25 8

SLTA 32 43,3 10 55,6 5 62,5 47

AKADEMI 5 6,7 0 0 0 0 5

S1 25 33,8 4 11,1 0 0 29

S2 4 5,4 2 11,1 0 0 6

Total 74 100 18 100 8 100 100

STATUS PENDIDIKAN

HADS- DEPRESI

Normal Borderline Depresi Total

N % N % N %

SD 0 0 4 9,8 1 3,8 5

SLTP 3 9,1 0 0 5 19,2 8

SLTA 15 45,5 16 39,0 16 61,6 47

AKADEMI 1 3,0 4 9,8 0 0 5

S1 11 33,3 14 34,1 4 15,4 29

S2 3 9,1 3 7,3 0 0 6


(51)

Tabel 4.6 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan status perkawinan

Pada tabel 4.6 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2 berdasarkan status perkawinan didapatkan proporsi simtom ansietas pada status kawin sebanyak 7 orang (87,5%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi pada status kawin sebanyak 22 orang (84,6%).

STATUS

PERKAWINAN

HADS- ANSIETAS

Normal Borderline Ansietas Total

N % N % N %

Kawin 63 85,1 12 66,6 7 87,5 82

Tidak Kawin 2 2,7 1 5,6 0 0 3

Janda 7 9,5 4 22,2 1 12,5 12

Duda 2 2,7 1 5,6 0 0 3

Total 74 100 18 100 8 100 100

STATUS

PERKAWINAN

HADS- DEPRESI

Normal Borderline Depresi Total

N % N % N %

Kawin 24 72,7 36 87,8 22 84,6 82

Tidak Kawin 0 0 1 2,4 2 7,7 3

Janda 7 21,2 3 7,4 2 7,7 12

Duda 2 6,1 1 2,4 0 0 3


(52)

Tabel 4.7 Distribusi simtom ansietas dan depresi berdasarkan tempat tinggal

KELOMPOK

TEMPAT TINGGAL

HADS- ANSIETAS

Total

Normal Borderline Ansietas

N % N % N %

Kota 57 77,0 15 83,3 6 75 78

Desa 17 23 3 16,7 2 25 22

Total 74 100 18 100 8 100 100

KELOMPOK

TEMPAT TINGGAL

HADS- DEPRESI

Total

Normal Borderline Depresi

N % N % N %

Kota 28 84,8 33 80,5 17 65,4 78

Desa 5 15,2 8 19,5 9 34,6 22

Total 33 100 41 100 26 100 100

Pada tabel 4.7 diatas skor HADS- Ansietas memperlihatkan bahwa pada pasien Dm tipe-2 berdasarkan tempat tinggal didapatkan proporsi simtom ansietas yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 6 orang (75%). Sedangkan skor HADS- Depresi memperlihatkan proporsi simtom depresi yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 17 orang (65,4%).


(53)

4.1.2. Rekapitulasi skor HADS

Diagram 4.7. Rekapitulasi Skor HADS- Ansietas

Diagram 4.8 Rekapitulasi Skor HADS- Depresi 0

10 20 30 40 50 60 70 80

NORMAL BORDERLINE ANSIETAS

REKAPITULASI SKOR HADS ANSIETAS

NORMAL BORDERLINE ANSIETAS

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

NORMAL BORDERLINE DEPRESI

REKAPITULASI SKOR HADS DEPRESI

NORMAL BORDERLINE DEPRESI


(54)

Dari diagram 4.7-8 diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan skor HADS dari seluruh subjek penelitian didapat simtom ansietas sebanyak 8 orang (8%) dan simtom depresi 26 orang (26%)

Tabel 4.8 Distribusi simtom ansietas berdasarkan pertanyaan kuisioner HADS- Ansietas K ui si o ne r

USIA JENIS

KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN

STATUS MARITAL TEMPAT TINGGAL 4 5 -5 4 5 5 -6 4

≥65 PRI

A

WA

NI

T

A

SD SLTP SLTA AK

ADE M I S ARJ ANA

S2 PNS WI

RAS WA S T A P E T ANI

IRT PE

NS IUNAN T IDAK BEK ER J A K AWI N T IDAK K AWI N J

ANDA DUDA KOT

A

DE

S

A

1

11 2 14 23 19 3 3 19 3 12 2 14 2 3 7 14 2 33 2 5 2 31 11

12 2 12 18 14 0 0 14 2 12 4 14 2 0 3 13 0 28 1 2 1 25 7

1 0 5 8 18 2 5 14 0 5 0 3 3 1 11 8 0 21 0 5 0 22 4

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3

17 1 10 19 15 2 4 15 1 10 2 7 1 2 7 16 1 29 1 2 2 29 5

27 3 15 24 32 3 3 27 4 16 3 20 6 1 12 16 1 44 2 9 1 40 15

4 0 2 4 3 0 0 4 0 2 1 4 0 1 1 1 0 6 0 1 0 4 2

1 0 1 2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 3 0

5

10 3 8 17 15 2 2 15 3 8 2 11 0 1 7 12 1 23 1 6 2 25 7

21 2 12 22 19 2 1 21 2 13 2 15 3 2 7 13 1 39 1 1 0 30 11

8 0 7 7 15 1 4 8 0 7 2 4 3 1 6 8 0 16 1 4 1 18 4

3 0 1 3 2 0 1 3 0 1 0 1 1 0 1 2 0 4 0 1 0 5 0

7

2 0 2 3 1 0 0 2 0 2 0 1 1 0 0 2 0 4 0 0 0 3 1

21 5 16 29 29 5 5 21 5 17 5 19 3 2 12 21 1 49 1 6 2 45 13

19 0 10 15 16 0 1 19 0 10 1 8 2 1 8 12 0 26 1 3 1 24 7

5 0 0 2 5 0 2 5 0 0 0 3 1 1 1 0 1 3 1 3 0 6 1

9

31 4 23 35 39 4 7 31 4 23 5 25 3 4 15 26 1 59 2 10 3 59 15

13 1 6 10 9 0 0 11 1 6 1 6 2 0 4 7 0 17 0 2 0 13 6

5 0 0 4 3 1 1 5 0 0 0 0 2 0 2 2 1 6 1 0 0 6 1

0 0 0 0 51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11

32 5 21 34 44 3 6 37 5 22 5 24 4 2 19 28 1 62 12 11 3 64 14

5 0 4 7 4 0 1 5 0 4 1 6 1 0 1 3 0 11 0 0 0 7 4

2 0 3 5 3 2 1 2 0 3 0 1 2 1 1 3 0 7 0 1 0 5 3

3 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 1 0 0 2 1

13

14 3 17 22 22 2 3 16 3 17 3 15 2 1 7 18 1 37 1 4 2 36 8

17 2 10 17 21 2 4 19 2 10 1 11 4 2 9 12 0 31 1 6 0 30 8

8 0 2 7 7 1 1 8 0 2 2 5 1 1 4 3 0 11 0 2 1 9 5


(55)

Keterangan:

No.1. Saya merasa tegang atau tidak enak

No.3. Saya merasa takut kalau- kalau sesuatu yang tidak mengenakkan akan terjadi kepada saya

No.5. Perasaan khawatir mengganggu pikiran saya

No.7. Saya dapat duduk dengan tenang dan merasa nyaman

No.9. Saya merasa rasa takut sehingga saya merasa mual dan perut saya mulas

No.11 Saya merasa sesak seolah- olah saya dikejar- kejar

No.13. Saya dapat tiba- tiba merasa cemas yang berat, dapat menjadi panic dan gelisah

Skor: Tidak ada(0); Kadang-kadang (1); Sering (2); Sering sekali (3) ,kecuali pada point 7.

Pada tabel 4.8. diatas dapat dilihat yang paling banyak menjawab pada kuesioner 1 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 33 orang yang menjawab tidak ada. Pada kuesioner 3 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 44 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 5 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 39 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 7 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 49 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 9 adalah subjek penelitian dengan status kawin dan bertempat tinggal di Kota sebanyak 59 orang menjawab tidak ada. Pada kuesioner 11 adalah subjek penelitian dengan tempat tinggal di Kota sebanyak 64 orang menjawab tidak ada. Pada kuesioner 13 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 37 orang menjawab tidak ada.


(56)

Tabel 4.9 Distribusi simtom depresi berdasarkan pertanyaan kuisioner HADS-Depresi K ui si o ne r

USIA JENIS

KELAMIN PENDIDIKAN PEKERJAAN

STATUS MARITAL TEMPAT TINGGAL 4 5 -5 4 5 5 -6 4

≥65 PRI

A

WA

NI

T

A

SD SLTP SLTA AK

ADE M I S ARJ ANA

S2 PNS WI

RAS WA S T A P E T ANI

IRT PE

NS IUNAN T IDAK BEK ER J A K AWI N T IDAK K AWI N J

ANDA DUDA KOT

A

DE

S

A

2 7 14 2 8 6 1 3 7 0 2 1 4 1 2 3 3 1 12 1 1 0 11 3

3 13 0 15 19 2 2 17 3 9 1 10 3 2 6 13 0 29 1 3 1 27 7

11 8 0 25 25 2 3 22 2 17 4 17 3 0 12 17 1 39 1 8 2 39 11

0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 1 1

4 7 16 1 0 3 0 2 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 3 0 0 0 1 2

12 16 1 10 13 0 1 12 1 9 0 10 2 0 3 8 0 20 0 3 0 19 3

1 1 0 38 35 5 5 35 4 19 5 20 5 3 16 27 2 58 3 9 3 57 17

1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0

6 7 12 1 7 7 1 3 7 0 2 1 4 3 1 3 2 1 9 1 3 1 12 2

7 13 1 20 15 2 2 15 4 11 1 11 2 2 6 13 1 31 2 2 0 23 12 6 8 0 18 29 2 3 22 1 15 4 15 1 1 12 18 0 38 0 7 2 41 6

1 2 0 4 0 0 0 3 0 1 0 1 1 0 0 2 0 4 0 0 0 2 2

8 0 2 0 6 6 1 1 8 0 2 0 2 0 1 2 6 1 11 1 0 0 11 1

12 21 1 13 20 3 4 15 1 7 3 11 3 1 9 9 0 25 2 6 0 27 6

8 12 0 14 15 0 1 13 2 11 2 12 1 0 5 11 0 24 0 3 2 20 9

1 0 1 16 10 1 2 11 2 9 1 6 3 2 5 9 1 22 0 3 1 20 6

10 15 26 1 1 3 0 0 3 0 1 0 1 0 0 1 1 1 3 1 0 0 3 1

4 7 0 10 9 2 3 10 0 4 0 1 4 2 4 8 0 16 1 2 0 12 7

2 2 1 20 11 2 0 12 2 12 3 11 1 0 3 16 0 27 1 1 2 24 7

0 0 0 18 28 1 5 22 3 12 3 18 2 2 13 10 1 36 0 9 1 38 7

12 19 28 1 8 2 0 2 6 0 1 1 2 1 1 2 3 1 7 1 1 1 6 4

1 3 0 13 11 1 3 12 1 6 1 9 2 2 4 7 0 23 0 1 0 19 6

1 3 0 25 36 4 3 27 4 19 4 19 3 1 15 22 1 47 2 10 2 49 11

0 1 1 3 2 0 0 2 0 3 0 1 1 0 3 0 0 5 0 0 0 4 1

14 7 18 1 4 4 0 1 5 0 1 1 2 1 0 3 1 1 5 1 1 1 7 1

9 12 0 3 8 1 1 5 2 2 0 5 0 1 3 2 0 10 0 1 0 8 3

4 3 0 38 36 4 6 33 3 23 5 23 6 3 15 26 1 62 2 9 1 57 17


(57)

Keterangan

No.2. Saya masih dapat menikmati hal-hal yang biasa saya senangi

No.4. Saya bisa tertawa dan melihat sisi-sisi yang lucu dari hal-hal yang saya lihat

No.6. Saya merasa gembira

No.8. Saya merasa seolah-olah semua pergerakan saya menjadi lambat

No.10. Saya merasa penampilan saya tidak menarik lagi

No.12 Saya menikmati hal-hal yang menyenangkan

No.14. Saya dapat menikmati buku yang bagus, radio dan program TV

Skor: Tidak ada(3); Kadang-kadang (2); Sering (1); Sering sekali (0) , kecuali pada point 8 dan 10.

Pada tabel 4.9. diatas dapat dilihat yang paling banyak menjawab pada kuesioner 2 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 39 orang dan yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 39 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 4 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 58 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 6 adalah subjek penelitian yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 41 orang yang menjawab sering. Pada kuesioner 8 adalah subjek penelitian yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 27 orang yang menjawab kadang- kadang. Pada kuesioner 10 adalah subjek penelitian yang bertempat tinggal di Kota sebanyak 38 orang menjawab sering sekali. Pada kuesioner 12 adalah subjek penelitian dengan tempat tinggal di Kota sebanyak 49 orang menjawab sering. Pada kuesioner 14 adalah subjek penelitian dengan status kawin sebanyak 62 orang menjawab sering.


(58)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Didapatkan hasil penelitian dan 100 subjek penelitian berdasarkan karakteristik demografiknya yang terbanyak adalah Perempuan sebanyak 51 orang (51%), umur 55-64 tahun sebanyak 44 orang (44 %), pekerjaan terbanyak adalah pensiunan sebanyak 35 orang (35%), pendidikan SLTA 47 orang (47%), yang kawin 82 orang (82%), dan bertempat tinggal di kota sebanyak 78 orang (78%).

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas dijumpai pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) pada keiompok usia 55-64 sebanyak 5 orang (62,5%) dan simtom depresi sebanyak 12 orang (46,2%). Beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian Najid Al-Saffar dan kawan-kawan yang meneliti tentang gangguan ansietas menyeluruh pada pasien DM tipe-2 banyak dijumpai pada kelompok usia 50-59 tahun. Sementara pada penelitian ini banyak dijumpai pada kelompok usia 55-65 tahun. Mungkin hal ini disebabkan kelompok usia ini rentan menderita DM tipe-2, karena DM tipe -2 sering mengenai usia pertengahan, dimana pada usia pertengahan terjadi insufisiensi insulin atau

resistensi insulin.21 Menurut hasil penelitian Fisher dan kawan- kawan, membuat rangkuman

faktor psikososial yang mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak

dijumpai pada umur pertengahan.2

Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C < 7%) tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki- laki sebanyak 4 orang (50%) dan perempuan sebanyak 4 orang (50%) sedangkan simtom depresi juga tidak


(59)

ada perbedaan antara laki- laki sebanyak 13 orang (50%) dan perempuan sebanyak 13 orang (50%). Berbeda dengan hasil penelitian Asghar dan kawan- kawan menemukan bukti gejala depresi pada 29% dari laki-laki dan 30,5% perempuan dengan diabetes yang baru didiagnosa

pada pedesaan Bangladesh.1 Roupa dan kawan- kawan, menyimpulkan bahwa jenis kelamin

berhubungan sangat kuat untuk terjadinya ansietas dan simtom depresi, dimana perempuan lebih sering mengalami simtom ansietas dan depresi dibandingkan dengan laki- laki.8

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) dijumpai pada kelompok bekerja sebagai pensiunan sebanyak 3 orang (37,5%) dan simtom depresi juga dijumpai pada pensiunan sebanyak 8 orang (30,7%). Kemungkinan hal ini disebabkan lamanya pasien menderita diabetes dan ini berhubungan

dengan tingginya tingkat kejadian depresi.10 Menurut Fisher dan kawan- kawan yang

mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes lebih banyak dijumpai pada kelompok tidak bekerja.2

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) dijumpai pada pendidikan SLTA sebanyak 5 orang (62,5%) dan simtom depresi pada pendidikan SLTA sebanyak 16 orang (61,6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tarik Tuncay dan kawan- kawan menunjukan bahwa ansietas pada pasien DM tipe-2 banyak pada tingkat pendidikan SLTA. Pada penelitian Tarik Tuncay dan kawan kawan menyatakan bahwa pendidikan tinggi cenderung menderita ansietas dibandingkan pendidikan rendah. 22

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) dijumpai pada pada kelompok status kawin sebanyak 7 orang


(60)

(87,5%) dan simtom depresi dijumpai pada kelompok status kawin sebanyak 22 orang (84,6%). Hal ini mungkin disebabkan masih adanya keluhan- keluhan klasik dari penyakit DM salah satunya berupa disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.11 Penelitian Najid

Al-Saffar dan kawan- kawan yang meneliti tentang gangguan ansietas menyeluruh pada pasien DM tipe-2 banyak dijumpai pada kelompok status kawin, hal ini disebabkan karena banyaknya

permasalahan hidup yang dihadapi kelompok status kawin.21 Hal ini berbeda dengan penelitian

Fisher dan kawan- kawan simtom ansietas dan depresi banyak dijumpai pada kelompok yang tidak kawin.2

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa simtom ansietas pada pasien DM tipe-2

dijumpai yang bertempat tinggal di kota sebanyak 6 orang (75%) dan simtom depresi juga dijumpai yang bertempat tinggal di kota sebanyak 17 orang (65,4%). Hal ini disebabkan karena tempat tinggal dikota mungkin banyak dipengaruhi oleh gaya hidup ( life style ) yang tinggi sehingga kemungkinan dapat terjadi simtom ansietas dan simtom depresi pada pasien ini. Mengingat untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan perubahan

perilaku.11 Menurut penelitian Zahid dan kawan- kawan menemukan prevalensi depresi ringan

(14,7%) pada pasien diabetes melitus di daerah pedesaan Pakistan.1

Kelemahan pada penelitian ini adalah bersifat deskriptif sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan hubungan sebab akibat. Penelitian ini juga memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak. Penelitian ini juga tidak menganalisa berapa lama pasien menderita Diabetes melitus. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.


(61)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien DM tipe-2 yang terkontrol (HbA1C <7%) ternyata dijumpai simtom ansietas 8% dan simtom depresi 26%, berdasarkan karakteristik demografik simtom ansietas dan simtom depresi yang terbanyak untuk kelompok usia sekitar 55- 64 tahun, kelompok jenis kelamin sama antara laki- laki dan perempuan, kelompok bekerja pada pensiunan, kelompok pendidikan SLTA, kelompok menikah dan kelompok yang bertempat tinggal di kota.

6.2. Saran

1. Penilaian psikiatri harus menjadi manajemen yang penting pada pasien Diabetes melitus

tipe-2.

2. Kepedulian tenaga kesehatan terhadap adanya simtom- simtom ansietas dan depresi

harus ditingkatkan untuk mencegah keterlambatan penatalaksanaan.

3. Konsultasi psikiatri yang adekuat dan manajemen yang baik sangat diperlukan.

4. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik antara Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam serta Departemen terkait lainnya.


(62)

DAFTAR RUJUKAN

1. Egede L, Ellis C. Diabetes and depression: Global Perspectives. Diabetes research and

clinical practice 87. 2010; p. 302-312

2. Mudjaddid E, Putranto R. Aspek Psikosomatik Pasien Diabetes Melitus. Dalam : Buku

Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jilid III. Internal Publishing. 2006 ; h. 939-41.

3. Balhara YPS. Diabetes and Psychiatric disorder. Indian Journal of Endocrinology and

metabolic.Vol 15(4). 2011; p. 274-83

4. Nichols I, Barton PL, Glazner J, McCollum M: Diabetes, minor depression and health

care utilization and expenditures: a retrospective database study. Cost Effectiveness and Resource Allocation. 2007; p. 1-8

5. Bauwman V, Adriaanse MC, Van’t Riet E, Snoek FJ, Dekker JM: Depression, anxiety

and gloucose metabolism in the general Dutch population: the new Hoorn study. PloS One. 2010; p. 1-7

6. Vogelzangs N, Suthers K, Ferrucci L, et al. Hypercortisolemic Depression is associated

with the metabolic syndrome in late-life. Psychoneuroendocrinology. 2007; 32(2): 151-159

7. Danese A, Moffitt TE, Harrington H, et al. Adverse childhood experiences and adult risk

factors for age related disease: depression inflamation, and clustering of metabolic risk markers. Arch Pediatr Adolesc med. 2009; 163(12): 1135-1143


(63)

8. Roupa Z, Koulouri A, Satiropoulou P, et al. Anxiety and depression in patients with type 2 diabetes mellitus depending on sex and body mass index. Health science Journal; p.32-40

9. Papelbaum M, Moreira RO, Coutinho W, et al. Depression, Glycemic Control and type 2

diabetes. Diabetology & Metabolic Syndrome. 2011; p. 1-4.

10.Balhara YPS, Sagar R. Correlated of Anxiety and Depression Among patients with type 2

Diabetes Mellitus. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. Vol 15. 2011; p. 50-54.

11.PERKENI. Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe-2. Dalam Konsensus Pengelolaan Dan

Pencegahan Diabetes Mellitus tipe-2 Di Indonesia, 2011.

12.Goldenberg RM, Cheng AY, Punthakee Z, Clement M. Use of Glycated Hemoglobin

(A1C) in the diagnosis of type 2 Diabetes Mellitus in Adults. Canadian Journal of Diabetes; p.247-249

13.Olmsted Medical Center. Hemoglobin A1C test (HbA1C). Information

Sheet-Hemoglobin A1C test; p.1

14.Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety disorders in Psychiatry. In Kaplan & Sadock’s.

Synopsis of psychiatry behavioral sciences/ clinical psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2007: p.579

15.Ciechanowski PS, Katon WJ, Russo JE. Depression and Diabetes: impact of depression

symptom on adherence, function, and cost. Arch Intern Med. Vol 160. American Medical Association. 2000; p. 3278- 85.

16.Golden SH, lazo M, Carnethon M, et al. Examining a Bidirectional Association Between


(64)

17.Bener A, Al Hamaq AO, Dafeeah EE. High Prevalence of depression, Anxiety and stress symptom among Diabetes Melitus patients. The Open Psychiatry Journal. Vol 5. 2011; p. 5-12.

18.Michoupolus I, Douzenis A, Kalkavoura C, et al. Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS): Validation in a Greek general hospital sample. BioMed Central. Annals of General Psychiatry. 2008; p. 1-5.

19.Zigmond AS, Snaith RP. The Hospital Anxiety and depression Scale. Acta Psychiatr

Scand. 1983 Jun; 67(6):361-70

20.Dahlan MS. Langkah- langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan

kesehatan. Jakarta. Sagung Seto. 2009.

21.Al-Saffar NM, Saeed DA. General Anxiety Disorder type-2 Diabetes Mellitus in

Suleimaniya city. Tikrit Medical Journal. 2009;15(1); p.78-85

22.Tunchay T, Mushabak I, Gok DE, Kutlu M. The Relationship between Anxiety Coping


(65)

Lampiran 1

MR UMUR J KEL ALAMAT PEKERJAAN PENDIDIKAN S.MARITAL HAD-A HAD-D HBA1C 1 461395 54 LK K.JAHE PETANI SLTA KAWIN ansietas depresi 6.9 2 554808 54 LK BALIGE PETANI SLTP KAWIN normal depresi 6.9 3 56080 64 LK MEDAN PNS S2 KAWIN normal normal 6.8 4 153578 62 PR D.SERDANG IRT SARJANA KAWIN normal borderline 6.9 5 345673 56 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.8 6 482280 65 PR MEDAN IRT SLTA KAWIN normal borderline 6.3 7 482513 65 PR MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.9 8 529957 61 LK MEDAN IRT SD KAWIN normal borderline 6.9 9 547306 45 PR D.SERDANG PETANI SLTP KAWIN normal depresi 6.9 10 128720 65 PR MEDAN PNS S2 JANDA normal normal 6.6 11 303086 56 LK MEDAN PNS S2 DUDA borderline borderline 6.9 12 7760 65 PR MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.8 13 552548 46 LK P.SIDEMPUAN W.SWASTA SLTA KAWIN normal normal 6.8 14 434812 60 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal depresi 6.9 15 401507 49 PR MEDAN PNS SLTA JANDA normal borderline 6.9 16 184970 50 LK MEDAN W.SWASTA SLTA KAWIN normal depresi 6.9 17 501081 51 PR MADINA W.SWASTA SLTA TDK KAWIN normal depresi 6.6 18 413197 51 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.8 19 552262 56 LK MEDAN PENSIUNAN SARJANA KAWIN normal depresi 6.9 20 56382 56 PR LANGKAT PNS AKADEMI KAWIN normal borderline 6.9 21 438999 63 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.8 22 536808 62 PR D.SERDANG IRT SLTA KAWIN borderline depresi 6.9 23 365158 54 LK D.SERDANG

TIDAK

BEKERJA SLTA KAWIN normal normal 6.6 24 79656 52 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.8 25 94950 55 LK MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal normal 6.5 26 107553 65 PR MEDAN IRT SARJANA JANDA borderline normal 6.7 27 467903 55 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.9 28 489954 55 LK D.SERDANG PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.6 29 33125 47 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.7 30 405424 49 PR MEDAN PNS SARJANA TDK KAWIN normal borderline 6.8 31 362488 64 PR MEDAN IRT SD KAWIN normal borderline 6.8 32 60554 58 PR MEDAN PNS SLTA JANDA normal normal 6.5 33 365067 63 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.5 34 430225 53 LK MEDAN PNS SLTA KAWIN borderline depresi 6.8 35 435485 52 PR MEDAN IRT SLTA KAWIN normal borderline 6.8 36 391974 53 PR MEDAN IRT SLTA JANDA borderline depresi 6.9 37 227840 57 PR MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN borderline depresi 6.9


(66)

38 243891 65 PR MEDAN IRT SLTP KAWIN normal normal 6.5 39 523225 51 PR MEDAN PNS SLTA KAWIN normal normal 6.9 40 502082 61 PR MEDAN IRT SLTP KAWIN ansietas depresi 6.9 41 234923 56 PR MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal depresi 6.8 42 10483 48 LK MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.6 43 419652 56 LK MEDAN PENSIUNAN SARJANA KAWIN borderline borderline 6.7 44 319943 45 LK MEDAN

TIDAK

BEKERJA SLTA TDK KAWIN borderline depresi 6.9 45 427495 65 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal depresi 6.8 46 335903 56 PR MEDAN IRT SLTA KAWIN borderline borderline 6.9 47 552416 65 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.9 48 71097 64 PR MEDAN IRT SLTA JANDA normal normal 6.8 49 268026 65 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.7 50 370344 61 PR MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.6 51 226022 62 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN ansietas depresi 6.9 52 539343 52 LK MEDAN W.SWASTA SLTA KAWIN normal normal 6.7 53 471640 57 LK MEDAN PENSIUNAN SARJANA KAWIN normal normal 6.5 54 308189 53 PR MEDAN PNS SLTA KAWIN normal borderline 6.9 55 543852 59 LK LANGKAT PENSIUNAN SARJANA KAWIN normal normal 6.5 56 504105 60 PR D.SERDANG PENSIUNAN SLTA KAWIN ansietas depresi 6.9 57 70380 45 LK MEDAN PNS S2 KAWIN normal normal 6.9 58 511992 56 PR MEDAN IRT SLTP KAWIN borderline normal 6.9 59 496036 61 LK MEDAN PENSIUNAN SARJANA KAWIN normal borderline 6.8 60 464768 53 PR MEDAN W.SWASTA SLTA JANDA borderline normal 6.8 61 551706 63 PR MEDAN PENSIUNAN SARJANA KAWIN normal normal 6.7 62 395108 50 PR MEDAN PNS SLTA JANDA ansietas depresi 6.8 63 471036 45 LK D.SERDANG PETANI SD KAWIN normal borderline 6.7 64 75823 45 LK MEDAN PNS S2 KAWIN borderline borderline 6.7 65 345423 61 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN ansietas depresi 6.8 66 403261 65 LK LANGKAT PENSIUNAN SLTA KAWIN normal depresi 6.0 67 422147 63 LK MEDAN W.SWASTA SLTP KAWIN ansietas depresi 6.8 68 520098 45 LK BINJAI PNS SLTA KAWIN normal normal 6.1 69 423996 64 LK BINJAI PENSIUNAN SARJANA KAWIN borderline borderline 6.8 70 220712 45 PR MEDAN PNS AKADEMI KAWIN normal normal 6.7 71 314920 53 LK D.SERDANG PNS SLTA KAWIN normal depresi 6.7 72 381938 60 LK MEDAN PNS SARJANA KAWIN normal borderline 6.7 73 2153 65 PR D.SERDANG IRT SD JANDA normal borderline 6.8 74 56323 65 PR MEDAN PENSIUNAN AKADEMI KAWIN normal borderline 6.8 75 538912 50 PR MEDAN IRT SD KAWIN ansietas depresi 6.6 76 469979 65 PR MEDAN IRT SLTA JANDA normal normal 6.5 77 491789 55 PR MEDAN IRT SLTP KAWIN borderline normal 6.7 78 198063 59 LK MEDAN PENSIUNAN SLTA KAWIN normal borderline 6.9


(1)

Lampiran 4

DATA PENELITIAN PASIEN

Nomor MR : Tanggal :

A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Alamat :

5. Pekerjaan : 6. Pendidikan :

7. Status Pernikahan : Kawin/ tidak kawin/ janda/ duda

B. HbA1C :

C. Skor HADS-A : D. Skor HADS-D :


(2)

Lampiran 5

PEMERIKSAAN SKALA CEMAS DAN DEPRESI RUMAH SAKIT

(HOSPITAL ANXIETY AND DEPRESSION SCALE – HADS)

PETUNJUK : ISILAH IDENTITAS DIRI ANDA

NAMA :

JENIS KELAMIN :

ALAMAT :

Petunjuk “ BACALAH PERNYATAAN DIBAWAH INI DENGAN BAIK BARU ANDA SESUAIKAN PILIHAN DENGAN KEADAAN KELUHAN ANDA DALAM SEMINGGU INI”

1. Saya merasa tegang atau tidak enak Tidak ada (0) Kadang-kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 2. Saya masih dapat menikmati hal- hal yang

biasa saya senangi

Tidak ada (3) Kadang- kadang (2) Sering (1)

Sering sekali (0) 3. Saya merasa takut kalau- kalau

sesuatu yang tidak mengenakkan akan terjadi kepada saya

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 4. Saya bisa tertawa dan melihat sisi- sisi yang

lucu dari hal- hal yang saya lihat

Tidak ada (3) Kadang- kadang (2) Sering (1)

Sering sekali (0) 5. Perasaan khawatir mengganggu pikiran

saya

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1)


(3)

Sering (2) Sering sekali (3)

6. Saya merasa gembira Tidak ada (3)

Kadang- kadang (2) Sering (1)

Sering sekali (0) 7. Saya dapat duduk dengan tenang dan merasa

nyaman

Tidak ada (3) Kadang- kadang (2) Sering (1)

Sering sekali (0) 8. Saya merasa seolah- olah semua

pergerakan saya menjadi lambat

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 9. Saya merasa rasa takut sehingga saya merasa

mual dan perut saya mulas

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 10.Saya merasa penampilan saya tidak menarik

lagi

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 11.Saya merasa sesak seolah- olah saya

dikejar- kejar

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 12.Saya menikmati hal- hal yang

menyenangkan

Tidak ada (3) Kadang- kadang (2) Sering (1)

Sering sekali (0) 13.Saya dapat tiba- tiba merasa cemas yang

berat, dapat menjadi panik dan gelisah

Tidak ada (0) Kadang- kadang (1) Sering (2)

Sering sekali (3) 14.Saya dapat menikmati buku yang

bagus, radio, dan program TV

Tidak ada (3) Kadang- kadang (2)


(4)

Sering (1) Sering sekali (0)

Kuesioner HADS masing- masing memiliki 7 pertanyaan yang terbagi atas poin A untuk ansietas (yaitu pertanyaan no. 1, 3, 5, 7, 9, 11 dan 13) serta poin D untuk depresi (yaitu pertanyaan no. 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14). Skor total 0-7 menunjukkan rentang normal, 8-10 menunjukkan borderline abnormal, dan 11 atau lebih menunjukkan adanya suatu masalah gangguan klinis.


(5)

(6)

Lampiran 7

RIWAYAT HIDUP PENELITI

DATA PRIBADI

Nama : dr. Deasy Hendriati

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Lahat/ 2 September 1976

Agama : Islam

Alamat : Jln. T. Imam Bonjol No 196 Binjai

Telepon : 08127265029

Email

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1983-1989 : SD Negeri No 024776 Kota Binjai Tahun 1989-1992 : SMP Negeri I Kota Binjai

Tahun 1992-1995 : SMA Negeri I Kota Binjai

Tahun 1995-2002 : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Tahun 2012 s/d sekarang : Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran USU Medan.

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2003-2006 : Dokter PTT Puskesmas Yosomulyo Kota Metro Lampung

Tahun 2006-2010 : Dokter PNS Puskesmas Metro Kota Metro Lampung

Tahun 2011 s/d sekarang : Dokter PNS Puskesmas Rambung Kota Binjai Sumatera Utara.