Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat
merekomendasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel.Kerangka konsep membantu peneliti dalamenghubungkan hasil
penemuan dengan teori (Nursalam, 2010). Kerangka penelitian bertujuan untuk
mendapatkan gambaran personal hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX
Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.
Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.Personal hygiene terdiri atas
kebersihan
Perilaku personal
hygiene :

1. Baik
2. Sedang
3. Kurang

1. Pengetahuan

2. Sikap
3. Tindakan

Skema 3.1 Kerangka Penelitian

39

Universitas Sumatera Utara

40

3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah

pembaca dalam

mengartikan


makna

penelitian.

Definisi

operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi

atau

pengukuran

secara

cermat

terhadap


suatu

objek

atau

fenomena.Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian (Setiadi, 2007).
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel
Perilaku
personal
hygiene

Defenisi Operasional
Perilaku personal
hygiene merupakan
respon atau reaksi
seseorang terhadap
stimulus (ransangan

dari luar) mengenai
personal hygiene.
Pengetahuan
Segala sesuatu yang
diketahui dan
dipahami responden
tentang personal
hygiene :
Kebersihan kulit,
rambut, gigi dan
mulut, mata, hidung,
telinga, kuku kaki dan
tangan.

Alat Ukur
15 pertanyaan
pilihan ganda
:
Benar : 1
Salah : 0


Hasil Ukur
- Baik
11-15
- Sedang
5-10
- Kurang
0-4

Skala
Ordinal

Universitas Sumatera Utara

41

a. Sikap
Hal-hal yang
menggambarkan
kesiapan atau

kesediaan responden
untuk bertindak dalam
personal hygiene :
Kebersihan kulit,
rambut, gigi dan
mulut, mata, hidung,
telinga, kuku kaki dan
tangan.

16
pernyataan
menggunakan skala Likert
dimana skor
untuk
Pernyataan
positf
TS = 1
S =2
Pernyataan
negatif

TS = 2
S =1

Positif
25-32
Negatif
16-24

b. Tindakan
Pelaksanaan (praktik)
responden dalam
pemeliharaan
personal hygiene :
Kebersihan kulit,
rambut, gigi dan
mulut, mata, hidung,
telinga, kuku kaki dan
tangan.

20 pernyataan menggunakan

skala Likert
dimana skor
untuk
Pernyataan
SR = 3
KD = 2
TP = 1

Baik
40-60
Tidak
baik
20-39

Ordinal

Ordinal

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara objektif (Setiadi, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perilakupersonal hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX
Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan
4.2.Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
4.2.1.

Populasi
Populasi adalah kelompok yang dipilih dan digunakan oleh mahasiswa

atau peneliti karena kelompok itu akan memberikan hasil penelitian yang dapat
digeneralisasi (Leo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah
di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan
dengan jumlah populasi 37 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Jumah
sampel yang dibutuhkan awalnya berjumlah 37 orang.Jumlah sampel yang bisa
diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang karena 3 orang responden
tidak bersedia dilakukan penelitian. Penentuan jumlah sampel menggunakan total
samplingyaitu cara penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota
populasi sebagai responden atau sampel. Jika subjek penelitian kurang dari 100
maka sebaiknya diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (Arikunto,

42

Universitas Sumatera Utara

43

2010). Responden dalam peneitian ini adalah anak usia 6-12 tahun yang tinggal di
Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.
4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan
Medan Maimun Kota Medan. Alasan dilakukan penelitian di lokasi ini adalah
karena memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian ini. Selain itu, di tempat ini belum pernah diteliti
mengenaiperilaku personal hygiene anak usia sekolah. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 2 Juni – 25 Juni 2017.
4.4.Pertimbangan Etik
Penelitian dimulai setelah Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Keperawatan USU memberikan persetujuan bahwa proposal penelitian layak
diteruskan untuk diteliti.Selanjutnya peneliti mendapatkan izin dari institusi
pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan Kepala Lingkungan di
Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.
Beberapa prinsip etik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan
sebelum penelitian dilakukan.Tujuannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka ia harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti
harus menghormati hak responden.

Universitas Sumatera Utara

44

2. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity artinya tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode tertentu pada lembar kuesioner
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Prinsip ini merupakan prinsip etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
4. Justice (keadilan)
Prinsip ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh
perlakuan dan keuntungan yang sama dari peneliti, tanpa membedakan suku, ras,
dan agama.
4.5.Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan
pengumpul data berupa kuesioner yang disusun dengan berpedoman pada konsep
dan tinjauan pustaka.Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data
demografi dan kuesioner perilaku personal hygiene.
Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden
yang meliputi : nomor responden, jenis kelamin, kelas, suku, agama, pekerjaan
orang tua, penghasilan orang tua, peran keluarga.
Kuisioner perilaku personal hygiene terdiri dari 15 pertanyaan
pengetahuan dan 36 penyataan sikap dan tindakan.

Universitas Sumatera Utara

45

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 15 pernyataan dengan pilihan jawaban:
A, B, C, dengan kategori, ‘benar’ nilainya 1 dan ‘salah’ nilainya 0. Pertanyaan
nomor 1 tentang defenisi personal higiene, pertanyaan nomor 2 tentang tujuan
personal hygiene, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 tentang
jenis-jenis personal hygiene. Skor pengetahuan baik: 11-15, sedang: 5-10, dan
kurang: 0-4.
Kuesioner sikap terdiri dari 16 pernyataan dengan menggunakan skala
Gutman dengan menggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 5, 13, 14, 16 dan
negatif nomor 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15. Pernyataan positif, tidak
setujubernilai 1, setuju bernilai 2 dan pernyataan negatif, tidak setuju bernilai 2,
setujubernilai 1. Skor untuk sikap positif: 9-16 dan negatif: 0-8.
Kuesioner tindakan 20 pernyataan dengan menggunakan skala Likert
denganmenggunakan pernyataan positif nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20. Pernyataan positifsering bernilai 3, kadang-kadang
bernilai 2, tidak pernah bernilai 1. Skor tindakan baik: 40-60, tidak baik: 20-39.
4.6.Uji Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010).Validitas adalah suatu indeks
yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji
validitas yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan uji validitas isi
(content validity) yaitu untuk menilai sejauh mana instrumen tersebut dapat
mewakili faktor yang diteliti dan melibatkan pakar yang menguasai topik studi

Universitas Sumatera Utara

46

sehingga dapat menilai seberapa jauh keseluruhan poin instrumen mewakili isi
yang sudah ditetapkan (Dempsey & Dempsey, 2002).Uji validitas dilakukan pakar
yang ahli dalam penelitian ini.Kuesioner penelitian diujikan kepada satu orang
dosen keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Kuesioner penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti.Oleh karena itu
penting

untuk

dilakukan

uji

reliabilitas.Reliabilitas

ialah

indeks

yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 11 orang anak usia
sekolah diluar sampel penelitian, serta melakukan pengolahan data dengan
menggunakan teknik komputerisasi yaitu dengan uji cronbach alpha. Nilai
reliabilitas untuk instrumen perilaku personal hygiene anak adalah 0,74.
Instrumen yang baru, sesuai referensi Polit, Beck, & Hungler (1996) yang
menyatakan suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya >0.70.
4.7.Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket.
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat surat izin pelaksanaan
penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan surat izin dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Kantor Wilayah Sumut
sertamendapatkan izin dari lokasi penelitian yaitu di Lingkungan IX Kelurahan

Universitas Sumatera Utara

47

Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mengumpulkan sampel penelitian yang ditemui disuatu tempat/
ruangan. Saat pengumpulan data, peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan
prosedur pengumpulan data kepada orangtua calon responden. Jika bersedia
peneliti meminta orangtua calon responden untuk menandatangani informed
consent sebagai bentuk persetujuan bersedia mengijinkan anaknya menjadi
responden.
Responden kemudian diwawancarai sesuai dengan panduan lembar
kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak
dipahami.Bagi responden yang tidak dapat membaca dan menulis, peneliti
mengambil data dengan berpedoman pada pernyataan yang terdapat di lembar
kuesioner.Setelah selesai, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data.Jika
masih ada data yang kurang lengkap maka dapat langsung dilengkapi.Selanjutnya,
peneliti mengolah/ menganalisa data yang telah terkumpul.
4.8.Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan proses pengolahan
data yang dilakukan melalui beberapa tahap.Pertama editing,yaitu memeriksa
kembali kebenaran/ kelengkapan data yang diperoleh. Keduacoding, yaitu dengan
memberi kode numerik (angka) pada lembar kuesioner yang berisi nomor
responden dan nomor-nomor pernyataan. Peneliti melakukan kegiatan pemberian
kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, sehingga
memudahkan peneliti melakukan tabulasi dan analisa data. Ketigadata entry, yaitu
memasukkan data kedalam komputer untuk dilakukan analisis. Setelah itu

Universitas Sumatera Utara

48

dilanjutkan dengan analisa data statistik deskriptif untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan ataumenggambarkan data yang terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk digeneralisasikan. Hasil
analisis ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase. Variabel yang
disajikan yaitu karakteristik demografi responden (nomor responden, usia,agama,
suku, pendidikan, pekerjaan orang tua, penghasilan orangtua, peran keluarga),
serta perilaku personal hygiene.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku
personal hygieneAnak Usia Sekolah. Jumlah responden yang terlibat dalam
penelitian ini berjumlah 34 orang. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian
ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi perilaku personal hygiene anak usia
sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota
Medan.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Maimun seluas 334,5 Ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 55.266 jiwa, 9.560 KK, terdiri dari 6 Kelurahan dan 66 Lingkungan.
Salah satu Kelurahan yaitu Kelurahan Aur dengan Luas wilayah 60 Ha, 1435 KK
dan 10 Lingkungan.Kelurahan ini memiliki 9 Posyandu dengan 45 kader yang
aktif.Salah

satu

Lingkungan

yaitu

Lingkungan

IX

memiliki

satu

posyandu.Lingkungan ini letaknya dekat dengan sungai dan Tempat Pembuangan
sampah. Kecamatan Medan Maimun berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Johor
3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Kota
4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Polonia

49

Universitas Sumatera Utara

50

5.1.1. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah anak usia
sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur. Total responden adalah sebanyak 34
orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai
karakteristik meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan, suka, agama, pekerjaan
orangtua, penghasilan orangtua per bulan. Data lengkap mengenai karakteristik
responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa responden jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 21 orang (61,8%) dan responden laki-laki sebanyak 13 orang
(38,2%). Mayoritas responden berumur 10-12 tahun (41,2%) dan yang paling
sedikit berumur 6-7 tahun (23,5%). Mayoritas responden berpendidikan SD kelas
6 yaitu sebanyak 9 orang (26%). Mayoritas responden memiliki suku Batak yaitu
sebanyak 15 orang (44,11%) dan disusul oleh suku Tamil 14 orang (41,17%).
Mayoritas responden menganut agam Kristen yaitu sebanyak 14 orang (41,17%).
Mayoritas orangtua responden ada sebanyak 9 orang (26,5%) bekerja sebagai
pedagang. Selain itu ada 8 orang (23,5%) orang yang tidak bekerja sama sekali
dilihat dari data lain-lain. Mayoritas penghasilan orangtua responden berada di
bawah UMK yaitu 23 orang (67,6%). Semua orangtua responden melakukan
perannya dalam perilaku personal hygiene responden.

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi
No
1

2

3

4

5

6

7

8

Karakteristik
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
6-7
8-9
10-12
Kelas
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Kelas 5
Kelas 6
Suku
Tionghoa
Batak
Tamil
Jawa
Lai-lain
Agama
Islam
Kristen
Budha
Hindu
Pekerjaan orang tua
Pegawai Negeri
Pegawai swasta
Pedagang
Petani
Lain-lain

Frekuensi (N)

Presentase %

13
21

38,2
61,8

8
12
14

23,5
35,3
41,2

6
6
3
6
4
9

17,6
17,6
8,8
17,6
11,8
26,5

1
15
14
2
2

2,9
44,1
41,2
5,9
5,9

7
14
6
7

20,6
41,2
17,6
20,6

1
4
9
1
19

2,9
55,9
26,5
2,9
55,9

Penghasilan orang tua
UMK (>Rp2.528.815)

23
9
2

67,6
26,5
5,9

Peran keluarga
Ya

34

100

Universitas Sumatera Utara

52

5.1.2. Pengetahuan responden tentang Personal Hygiene
Tingkat pengetahuan responden diperoleh guna untuk mendapatkan
gambaran mengenai perilaku responden sejauh mana mengetahui tentang personal
hygiene yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 15
pertanyaan mengenai pengetahuan tentang personal hygiene.
Tingkat pengetahuan personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan
menjadi 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Seorang responden dikatakan baik bila
skor total untuk pengetahuan personal hygiene antara 11-15, cukup jika skor
antara 5-10 dan kurang jika skor antara 0-4.
Tabel 5.2 tentang pengetahuan personal hygiene pada anak usia sekolah di
Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : tingkat pengetahuan
baik sebanyak 29 orang (83,3%) dan cukup sebanyak 5 orang (14,7%).
Tabel 5.2 Persentase Pengetahuan
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi(N)
29
5
0
34

Persentasi %
85,3
14,7
0
100

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa kebanyakan responden
sudah memahami defenisi personal hygiene, jenis-jenisnya dan cara menjaga
personal hygiene. Namun dalam hal mencuci tangan dengan air mengalir
responden dominan tidak mengetahuinya.

Universitas Sumatera Utara

53

5.1.3 Sikap responden tentang Personal Hygiene
Sikap responden diperoleh guna untuk mendapatkan gambaran mengenai
perilaku responden sejauh mana responden ingin menerapkan personal hygiene
yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 16 pertanyaan
mengenai sikap terhadap personal hygiene.
Sikap tentang personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
yaitu positif dan negatif. Seorang responden dikatakan bersikap positif bila skor
total antara 9-16 dan sikap negatif antara 0-8.
Tabel 5.3 menunjukkan tentang sikap personal hygiene pada anak usia
sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : sikap
positif sebanyak 33 orang (97,1%) dan negatif sebanyak 1 orang (2,9%).

Kategori
Positif
Negatif
Total

Tabel 5.3 Persentase Sikap
Frekuensi(N)
Persentasi %
33
97,1
1
2,9
34
100

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa kebanyakan responden
sudah memiliki sikap yang baik untuk mau menerapkan personal hygiene yang
baik.Namun masih ada responden yang ingin membersihkan mata dengan
menggosok-gosokkan dengan tangan dan tidak ingin memeriksakan gigi secara
teratur.

Universitas Sumatera Utara

54

5.1.4 Tindakan responden tentang Personal Hygiene
Tingkat tindakan responden diperoleh guna untuk mendapatkan gambaran
mengenai perilaku responden sejauh mana responden menerapkan personal
hygiene yang baik.Pada penelitian ini, dalam angket penelitian terdapat 20
pertanyaan mengenai tindakan tentang personal hygiene.
Tindakan personal hygiene dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, baik
dan tidak baik. Seorang responden dikatakan baik bila skor total untuk tindakan
personal hygiene antara 40-60 dan tidak baik antara 20-39.
Tabel 5.4 menunjukkan tentang tindakan personal hygiene pada anak usia
sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur dapat dilihat sebagai berikut : tindakan
baik sebanyak 34 orang (100%).
Tabel 5.4 Persentase Tindakan
Kategori
Baik
Tidak baik
Total

Frekuensi(N)
34
0
34

Persentasi%
100
0
100

Distribusi jawaban responden menunjukkan bahwa semua responden
menerapkan personal hygiene yang baik.Namun masih banyak responden yang
tidak pernah memijat-mijat kepala saat keramas dan tidak mengganti kaos kaki
setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

55

5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Personal Hygiene
Menurut teori Bloom dalam Notoadmodjo 2012, pengetahuan merupakan
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebaginya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indra pendengaran dan penglihatan.Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu
mempunyai tingkat yang berbeda-beda dan dipengaruhi juga oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.
Pada penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan pengetahuan
responden tentang kebersihan kulit, rambut, gigi dan telinga, kuku kaki dan
tangan yang benar.
Hasil penelitian yang telah dilakukan kepada responden, sebagian besar
tingkat pengetahuan responden baik yaitu 85,3% dan responden dengan tingkat
pengetahuan cukup 14,7%. Mayoritas responden memahami bahwa personal
hygiene harus dillakukan oleh semua orang agar tubuh tetap sehat. Responden
juga sudah memahami cara menjaga kebersihan kulit, rambut, gigi, kuku dan
tangan. Responden juga memahami akibat dari personal hygiene yang tidak
baik.Sesuai

dengan

pernyataan

Effendy

dalam

Pratiwi,

(2008)

yang

menyatakanpersonal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara
kebersihan diri, meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung,
telinga, rambut, kaki, kuku dan Pratiwi, (2008) yang mengatakan personal
hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit,

Universitas Sumatera Utara

56

seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, penyakit saluran cerna,
dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa semua orangtua responden
berperan dalam mengajarkan personal hygiene. Hasil ini berbeda dengan hasil
penelitian Nurjannah (2012) yang menyatakan bahwa anak usia sekolah memiliki
pengetahuan hygiene tidak baik. Hasil ini diperoleh karena kurangnya pendidikan
yang diberikan oleh UKS.
Responden dengan jumlah 34 orang untuk umur 6-7 tahun sebanyak 37,5
% memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak

62,5 %

memiliki tingkat

pengetahuan baik . Sedangkan, umur 8-9 tahun memiliki tingkat pengetahuan
cukup sebanyak

16,6% dan baik 83,3% . Umur 10-12 tahun memiliki

pengetahuan baik sebanyak 100%. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo
(2012) yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
diantaranya adalah tingkat pendidikan, pengalaman, umur, minat, dan
informasi.Lingkungan juga memberikan pengaruh bagi seseorang, di mana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik juga hal-hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya
makin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Dilihat dari jenis kelamin responden, mayoritas responden adalah berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 61,8% dan laki-laki sebanyak 38,2%. Tidak

Universitas Sumatera Utara

57

ada perbedaan pengetahuan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Silviana dkk (2013) yang menyatakan tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan perilaku personal hygiene.
Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 1 dan 2 tentang defenisi
dan pengtingnya personal hygiene, menggambarkan bahwa responden mayoritas
sudah memahami defenisi dan pentingnya personal hygiene. Sedangkan, untuk
pertanyaan 13 mayoritas responden yaitu sebanyak 80,0%) tidak mengetahui
pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir. Mencuci tangan di
bawah air mengalir menjadi hal yang dianjurkan oleh WHO (2008) agar kuman
ikut terbuang bersama aliran air.
5.2.2 Sikap responden tentang Personal Hygiene
Menurut Campbell dalam Notoadmodjo (2010), mendefenisikan sikap itu
sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian.Fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi
perilaku (reaksi tertutup).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97,1% responden memiliki sikap
yang positif dalam personal hygiene dan hanya 2,9% responden yang memiliki
sikap yang negatif. Mayoritas responden setuju untuk merapkan personal hygiene
yang baik seperti mandi minimal dua kali sehari menggunakan air dan sabun,
mencuci tangan mengunakan sabun, keramas menggunakan sampo dan
menggunakan alas kaki saat bermain. Responden juga memahami akibat dari

Universitas Sumatera Utara

58

personal hygiene yang tidak baik. Sikap yang ada pada seseorang sangat
dipengaruhi oleh pengetahuannya sehingga dia bisa memberi respon yang
sesuai.Hasil penelitian Iqbal (2013) sikap seseorang pada perilaku berawal dari
pengetahuan individu sebelumnya karena individu mengetahui dan memberi
tanggapan disebabkan oleh kebiasaan yang dia lakukan, atau pernah ada informasi
sebelumnya yang dia dapatkan.
Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 2 dan 4 menunjukkan,
100% responen bersikap positif dalam hal mandi dan keramas.Mandi
menggunakan air dan sabun dan responden tidak senang apabila rambut kotor dan
berketombe. Menurut Potter & Perry (2006), mandi menggunakan air dan sabun
merupakan cara yang baik untuk menghilangkan bau badan. Rambut yang sehat
adalah rambut yang bersih bebas kutu dan ketombe.Pada pertanyaan 7 dan 9
sebagian besar responden masih bersikap negatif. Sebanyak 35,3% responden
bersikap ingin menggosok-gosok mata dengan tangan jika mata kotor. Kotoran
mata yang menumpuk dapat mengganggu kenyamanan pengihatan dan apabila
dibersihkan dengan cara yang salah seperti dikucek dengan menggunakan tangan
bisa

menyebabkan

iritasi

pada

mata

dan

menyebabkan

konjungtivitis

(Johnson,2010). Sebanyak 38,2% tidak setuju memeriksakan gigi secara teratur.
Menurut Potter&Perry(2006), dalam memelihara kebersihan gigi perlu juga
dilakukan pemeriksaan gigi secara rutin minimal 2 kali dalam setahun.

Universitas Sumatera Utara

59

5.2.3 Tindakan Responden tentang Personal Hygiene
Menurut Skinner dalam Notoadmodjo (2010) tindakan adalah respon
terhadap stimulus berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari
luar (observable behavior).
Hasil penelitian menunjukkanbahwa 100% responden memiliki tindakan
yang baik dalam personal hygiene.Menurut Skinner dalam Notoadmodjo, (2010),
tindakan nyata seseorangsebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan
overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas (Notoadmodjo, 2012).
Perilaku tertutup pada responden sebagian besar sudah baik.Tindakan
merupakan perilaku terbuka yang berupa praktik dan bisa diamati.Pada penelitian
ini,

peneliti

menggunakan

kuesioner

untuk

menilai

responden

dalam

tindakan.Secara teori, bahwa tindakan dapat dinilai dari praktik yang dilakukan
dan dapat diamati.Sehingga, sangat memungkinkan jawaban hanya berdasarkan
koesioner tidak akurat dalam menilai perilaku terbuka.Hal ini sejalan dengan
pendapat Notoadmodjo, (2012) yang mengatakan, walaupun hasil pengetahuan
siswa baik dan sikap siswa positif dalam personal hygiene belum tentu
pengetahuan dan sikap tersebut konsisten dengan tindakannya.

Universitas Sumatera Utara

60

Distribusi jawaban responden pada pertanyaan 4 menggambarkan tentang
mandi, sebanyak 94,1% mengeringkan tubuh dengan handuk setelah mandi.
Menurut N.Sharman (2007), menggosok badan yang basah setelah mandi dengan
menggunakan handuk, itu akan membuka pori tubuh. Jawaban pertanyaan 7 dan
19 tentang kebersihan rambut dan pengtingnya merawat kaki, sebanyak 20,6%
tidak pernah memijat-mijat kulit kepala saat keramas. Menurut Potter&Perry
(2006) memijat-mijat kulit kepala pada saat mencuci rambut berguna untuk
merangsang pertumbuhan rambut.Ketika karamas, pijat kulit kepala untuk
memperlancar sirkulasi darah (Martin, 2010). Sebanyak 26,5% responden tidak
pernah mengganti kaos kaki sekali sehari. Kaki dan kuku seringkali memerlukan
perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cedera pada jaringan.
Mengganti kaos kaki dapat mencegah bau pada kaki dan bakteri yang bertumpuk
di kaki (Potter&Perry, 2006).
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(ransangan dari luar) mengenai personal hygiene.Perilaku dalam hal pengetahuan,
sikap dan tindakan responden dalam penelitian ini secara keseluruhan
baik.Perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor internal seperti kecerdasan,
emosional, jenis kelamin.Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (Bloom, 1908 dalam Notoadmodjo, 2012).Anak pada usia sekolah
dapat lebih memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada
kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami
bagaimana harus memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin
diterima oleh mereka dari orang lain (Wong, 2009). Anak mulai melihat berbagai

Universitas Sumatera Utara

61

cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry &
Wilson, 2007). Perilaku personal hygiene anak usia sekolah yang digambarkan
melalui pengetahun, sikap dan tindakan pada penelitian ini secara garis besar baik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah Peneliti melakukan penelitian dengan judul perilaku personal
hygiene anak usia sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan
Maimun Kota Medan diambil kesimpulan sebagai berikut :
Perilaku personal hygiene responden baik diidentifikasi dari tingkat pengetahuan
responden baik, sikap responden positif, dan tindakan responden baik.
6.2 Saran
6.2.1. Saran bagi pendidikan keperawatan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa data pengetahuan anak tentang
personal hygiene mayoritas baik, sikap anak mayoritas positif dan tindakan anak
juga baik.Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi yang berguna dalam pendidikan keperawatan dasar.
6.2.2 Saran bagi Pelayanan Keperawatan
Dalam penelitian ini hasil perilaku personal hygiene responden baik. Hasil
Penelitian ini dapat digunakan menjadi masukan kepada perawat komunitas untuk
lebih memahami perilaku personal hygiene anak usia sekolah dengan metode
yang tepat sehingga dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat.

62

Universitas Sumatera Utara

63

6.2.3 Saran bagi Penelitian Keperawatan
Kekurangan penelitian, anak-anak yang diteliti banyak yang menjawab
tidak sesuai dengan fakta yang terlihat terkhusus dalam tindakan personal
hygiene.Pada penelitian selanjutnya peneliti diharapkan melakukan metode
penelitian observasi untuk perilaku terbuka. Metode yang sesuai akan
menggambarkan hasil yang lebih akurat.
6.3.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana untuk mengetahui gambaran
perilaku personal hygiene anak usia sekolah peneliti hanya menggunakan
kuesioner sehingga informasi yang didapatkatkan bersifat subjektif.Untuk
perilaku terbuka lebih bisa diamati karena merupakan praktik.Untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat dan objektif tentang gambaran perilaku personal
hygienedalam domain tindakan anak sebaiknya menggunakan observasi langsung
kepada responden.

Universitas Sumatera Utara