Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku
Perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
atau makhluk yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2012).Semua makhluk hidup
mulai dari binatang sampai manusia, mempunyai aktivitas yang menggambarkan
kehidupan masing-masing. Aktivitas manusia sangat kompleks, secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yakni :
a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan,
bernyanyi, tertatawa, menangis, dan sebagainya.
b. Aktivitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya berpikir,
berfantasi, berencana, dan sebagainya.
Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau
reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974, dalam Kholid
2012), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Skinner (1938, dalam
Notoadmodjo 2012) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Perilaku manusia terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut
merespon, sehingga muncul teori “ S-O-R” (Stimulus-organisme-respon).
Selanjutnya teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
ransangan-ransangan tertentu yang disebut eliciting stimulus, kerena

7

Universitas Sumatera Utara

8

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya, makanan lezat akan
menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata
tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku
emosional, misalnya, mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa
sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita,
dan sebagainya.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau ransangan yang lain.
Peransang yang terakhir ini disebut reinforcingstimuli atau reinforce, karena
berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya, apabila seorang petugas
kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon terhadap gaji
yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut juga menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut
sebagai reinforce untuk memperoleh promosi pekerjaan.
2.1.2. Jenis Perilaku
Berdasarkan teori “ S-O-R menurut Skinner, maka perilaku manusia data
dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Perilaku tertutup ( covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau
“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh:

Universitas Sumatera Utara

9


seorang anak tahu pentingnya mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah
masuknya kuman melalui mulut adalah domain pengetahuan (knowledge).
Kemudian anak tersebut bertanya kepada orangtuanyabagaimana cara mencuci
tangan yang baik disebut domain sikap (attitude).
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik
yang dapat diamati orang lain dari luar (observable behavior). Contoh: seorang
anak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggunting kuku secara
teratur, dan menggosok gigi minimal dua kali sehari, dan sebagainya. Contohcontoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau
dalam bentuk praktis.
Bagan 1. Teori S-O-R
Respon tertutup
1. Pengetahuan
2. Sikap
Stimulus

Organisme
Respon terbuka
1. Tindakan/praktik


(Notoadmodjo, 2010)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau ransangan yang masih
bersifat terselubung dan disebut covert behavior.Tindakan nyata seseorang
sebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior.

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.3. Domain Perilaku
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

yang bersifat given (bawaan). Misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom
(1908, dalam Notoadmodjo 2012) membedakan adanya tiga ranah/domain
perilaku,

yakni

kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

Universitas Sumatera Utara


11

1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran dan penglihatan. Menghasilkan pengetahuan dengan baik sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.
Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat
sebagai berikut:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall(memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,
penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan
sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti: apa tanda-tanda anak yang kurang
gizi, bagaimana cara memberantas sarang nyamuk, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak

sekedar

dapat

menyebutkan,

tetapi

seseorang

harus

dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya: orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah
dengue, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup dan


Universitas Sumatera Utara

12

menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M
tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain. Misalnya: seseorang yang telah paham tentang
proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat perencanaan program
kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan atau
membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya: dapat

membedakan antara antara nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk biasa, dapat
membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya

Universitas Sumatera Utara

13

dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang
hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulannya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

2.

Sikap (attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Campbell (1950, dalam Notoadmodjo 2010) mendefinisikan sikap itu sebagai
suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan
lainnya.
Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi
perilaku(reaksi tertutup).Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan
intensitasnya, yakni:

Universitas Sumatera Utara


14

a. Menerima (receiving)
Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat
diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan
tentang antenatal care di lingkungannya.
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang
mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau diminta
menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang
lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya
seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan
dengan suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama-sama ikut
penyuluhan.
d. Bertanggungjawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang
lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Misalnya seorang ibu yang

Universitas Sumatera Utara

15

sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk
mengorbankan waktunya atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah.
3. Tindakan atau praktik (practice)
Seperti

yang

telah

dijelaskan

sebelumnya

bahwa

sikap

adalah

kecenderungan untuk bertindak (praktik), maka sikap belum tentu terwujud dalam
tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa
periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat
(sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka
diperlukan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila
tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.
Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:
a. Respon terpimpin (guided response)
Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu
diingatkan oleh bidan atau tetangganya.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Praktik secara mekanisme terjadi apabila subjek atau seseorang telah
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang
ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diperiksa
kesehatannya tanpa harus menunggu perintah atau tanpa harus diingatkan.

Universitas Sumatera Utara

16

c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang,
artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang
menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknikteknik yang benar.
2.2. Personal Hygiene
2.2.1. Defenisi Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal
yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat.Dari pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laila Isro’in, 2012).Personal hygiene
merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri, meliputi mandi,
kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan
genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi, 2008).
Pemenuhan kebutuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan dan kesehatanbaik pada orang sehat maupun pada orang sakit
termasuk anak usia sekolah yang rentan terkena masalah kesehatan (Ardhiyarini,
2008) dan hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dimana kulit
merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi (Potter & Perry,
2006).

Universitas Sumatera Utara

17

Kurang dalam personal hygiene adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu

melakukan

perawatan

kebersihan

untuk

dirinya

(Wartonah,

2010).Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang
berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut,
penyakit saluran cerna, dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu,
seperti halnya kulit (Pratiwi, 2008).
2.2.2. Jenis-jenis dan Manfaat Personal Hygiene
Pemeliharaan Personal hygiene berarti tindakan memlihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung dan telinga, kuku kaki dan tangan, genetalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya. Menurut Potter& Perry (2006) macam-macam personal
hygieneadalah :
a. Kebersihan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari
berbagai kuman atau trauma, sekresi, ekresi, pengatur temperatur dan sensasi,
sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya.
Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Ketika
seseorang tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat
memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan
personal hygiene. Seseorang yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit
akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan

Universitas Sumatera Utara

18

terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh akan mengurangi sirkulasi pada
bagian tubuh yang terkena sehingga dapat memyebabkan dekubitus.
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri
dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis dan dapat
menyebabkan maserasi kulit. Tujuan perawatan kulit adalah seseorang
akanmemiliki kulit yang utuh, bebas bau badan dan gatal-gatal, pasien dapat
mempertahankanrentang gerak, merasa nyaman dansejahtera serta dapat
berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.Pemeliharaan kesehatan
kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan,
serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit yaitu:
1. Mandi
Mandi minimal 2 kali sehari sewaktu pagi dan sore hari dengan
menggunakan sabun mandi. Pada musim panas sebaiknya mandi menggunakan air
dingin dan musim panas menggunakan air hangat.Perlu diperhatikan secara
khusus untuk membersihkan bagian tubuh yang sering berkeringat, seperti ketiak,
bagian genitalia, belakang leher, sela-sela paha dan sebagainya. Menggosok badan
yang basah setelah mandi dengan menggunakan handuk ( itu akan membuka pori
tubuh). Gunakan handuk milik sendiri (N. Sharman, 2007).
2. Menjaga kebersihan pakaian
Menjaga kebersihan pakaian dengan menggunakan pakaian yang bersih tiap
hari, menggunakan pakaian sesuai waktunya, dan perhatikan apakah ada alergi
tertentu dengan bahan pakaian (N. Sharman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

19

3. Menggunakan kosmetik
Hindari

menggunakan

kosmetik

yang

tidak

perlu

digunakan.Jika

memungkinkan gunakan kosmetik yang alami pada kulit.Gunakan bedak, parfum,
atau deodoran untuk memberi kesegaran lebih pada tubuh.Menggunakan krim
pelindung kulit dari serangga untuk mencegah malaria dan penyakit lainnya yang
mungkin ditimbulkan gigitan serangga.( N. Sharman, 2007).
4.

Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

5. Menjaga kebersihan lingkungan
6. Melakukan pijat minimal 2 kali seminggu
b. Kebersihan rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi
serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi.Secara anatomis, rambut terdiri atas bagian batang, akar rambut,
sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea. Penampilan dan kesejahteraan
seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai
rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah klien untuk memelihara
perawatan rambut sehari-hari.
Masalah/gangguan pada rambut: ketombe, kutu, botak (alopecia), radang
pada kulit di rambut (seborrheic dermatitis).Nutrisi yang kurang seimbang juga
mempengaruhi kesehatan rambut. Kekurangan vitamin B dapat mengakibatkan
rambut mudah rapuh dan rontok (N. Sharman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

20

Menyikat, menyisir, dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis untuk
semua

klien.Klien

juga

harus

diizinkan

bercukur

bila

kondisi

mengizinkan.Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator
status kesehatan umum.Perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik,
penuaan, infeksi, dan penyakit tertentu atau obat-obatan dapat mempengaruhi
karakteristik rambut.Rambut yang tidak bercahaya, kusut, kotor mengindikasikan
perawatan rambut yang tidak tepat.Rambut yang tidak disisir mungkin karena
kurangnya

minat,

depresi,

atau

ketidakmampuan

fisik

untuk

merawat

rambut.Penyikatan yang sering membantu mempertahankan kebersihan rambut
dan mendistribusi minyak secara merata sepanjang helai rambut.
Penyisiran hanya membentuk gaya rambut dan mencegah rambut kusut.
Klien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara
perawatan rambut sehari-hari.Karena rambut dan kulit kepala memiliki
kecenderungan menjadi kering, maka mungkin diperlukan penyisiran sehari-hari,
penyikatan yang lembut, dan aplikasi produk pelembab.Frekuensi bersampo
tergantung rutinitas pribadi sehari-hari dan kondisi rambut.Jika klien mampu
untuk mandi, biasanya rambut dapat dikeramas tanpa kesulitan.Pencukuran
rambut yang berada di bagian wajah dapat dilakukan setelah mandi atau
bersampo.
Cara perawatan rambut yaitu: cuci rambut 1-2 kali seminggu (sesuai
kebutuhan) dengan memakai sampo yang cocok, pangkas rambut agar terlihat
rapi, gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesin
rambut dengan minyak, jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa

Universitas Sumatera Utara

21

melukai kulit kepala, pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk
merangsang pertumbuhan rambut, pada jenis rambut ikal dan keriting sisir rambut
mulai dari bagian ujung hingga kepangkal dengan pelan dan hati-hati.
c. Kebersihan gigi dan mulut
Mulut, atau bukal, rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaan mulut,
leher sepanjang sisi dinding rongga, lidah dan ototnya dan langit-langit mulut
bagian depan dan belakang yang membentuk akar rongga. Mukosa mulut secara
normal berwarna merah muda terang dan basah.Gigi berfungsi untuk
mengunyah.Higiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,
gigi, gusi, dan bibir.Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel
makanan, plak, dan bakteri; memasase gusi; dan mengurangi ketidaknyamanan
yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.Flossing membantu lebih
lanjut dalam mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi
inflamasi gusi dan infeksi.
Higiene mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulus nafsu makan.Higiene mulut yang baik termasuk kebersihan,
kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut.Perawatan yang tepat mencegah
penyakit mulut dan kerusakan gigi.Perawatan mulut harus diberikan teratur dan
setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada kondisi rongga mulut
klien..Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan
khususnya sebelum

tidur) adalah

dasar program

higiene mulut

yang

efektif.Masalah umum mulut:

Universitas Sumatera Utara

22

1. Karies gigi (lubang) merupakan masalah mulut paling umum dari orang
muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan
kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium.
Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau
kehitaman.
2. Penyakit periodontal (pyorrhea): paling sering terjadi pada orang usia lebih
dari 35 tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti
peradangan membran periodontal atau ligamen periodontal.
3. Halitosis (bau napas) merupakan akibat higiene mulut yang buruk,
pemasukan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Higiene
mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah
kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.
4. Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan
pengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus,
atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi.
5. Gingivitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang
buruk atau terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan gigi yaitu;
1. Menyikat gigi secara benar dan teratur 4 kali sehari sehabis makan dan
sebelum tidur. Menjaga gigi tetap bersih penting juga untuk berkumur atau
menyikat gigi setelah makan.

Universitas Sumatera Utara

23

2. Gigi harus disikat dengan cara menjangkau lima permukaan gigi ;
permukaan dalam, permukaan sebelah kiri dan kanan, permukaan atas dan
bawah untuk membersihkannya dengan baik.
3. Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi sendiri yang sikatnya tidak
terlalu keras atau terlalu lembut. Menyikat gigi harus dimulai dari sisi bagian
gusi ke email gigi dengan cara naik turun.
4. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride karena berguna untuk
mencegah karies gigi.
5. Lidah juga harus dibersihkan dengan menyikatnya 2 kali ke arah luar.
6. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi seperti minuman atau
makanan yang terlalu dingin dan panas. Coklat, vitamin C berkualitas tinggi,
makanan yang manis-manis, dan roti kering juga harus dikonsumsi secara
hati-hati karena beresiko merusak email gigi.
7. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi seperti apel,
wortel dan sayur-sayuran.
8. Memeriksa gigi secara teratur ke puskesmas ataupun ke klinik gigi 2 kali
setahun untuk anak-anak sampai usia pertengahan.
d. Kebersihan mata, hidung, telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya perlu memindahkan
kotoran mata/ sekresi kering yang terkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu
mata, melindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran, dan bila menggunakan

Universitas Sumatera Utara

24

kacamata hendaklah selalu dipakai. Pembersihan mata dilakukan selama mandi
dan melibatkan pembersihan dengan waslap bersih yang dilembabkan ke dalam
air, dengan cara menyeka dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah
sekresidari pengeluaran ke dalam kantung lakrimal. Tekanan langsung jangan
digunakan di atas bola mata karena dapat menyebabkan cedera serius.
Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
mengganggu konduksi udara.Khususnya pada lansia rentan terkena masalah
ini.Membersihkan telinga merupakan bagian rutin dalam kegiatan mandi.Bila ada
kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara pelan-pelan, dan jangan
menggunakan peniti atau jepitan rambut untuk membersihkan kotoran telinga
karena dapat merusak gendang telinga.
Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur
dan kelembaban udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing
kedalam sistem pernapasan.Secara tipikal, perawatan higienis hidung adalah
sederhana.Mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke
dalam dengan tisu lembut menjadi higiene harian yang diperlukan.Jangan
mengeluarkan kotoran dengan kasar atau dengan jari karena mengakibatkan
tekanan yang dapat mengiritasi mukosa hidung, jaga agar lubang hidung tidak
kemasukan air atau benda kecil sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat
jalan nafas serta menyebabkan luka pada membran mukosa.Perdarahan hidung
adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan.

Universitas Sumatera Utara

25

e. Kebersihan kuku dan kaki
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat
dan bersih.Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding
kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat
halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda
(Potter & Perry, 2006). Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus
untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Seringkali, orang tidak
sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.
Masalah dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan
tangan seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan
dengan zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu yang tidak
pas.Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres fisik dan emosional.
Kaki penting untuk kesehatan fisik dan emosional.Nyeri pada kaki dapat
menyebabkan seseorang berjalan berbeda, yang menyebabkan ketegangan pada
kelompok otot yang bebeda.Banyak orang harus berjalan atau berdiri nyaman
untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif.
Masalah/ gangguan pada kuku:
1. Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit
pada daerah tersebut.
2. Paronychia, radang di sekitar jaringan kuku.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat
disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.
4.

Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak
sedap.
Cara-cara dalam merawat kuku antara lain: jangan memotong kuku terlalu

pendek dan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus, jangan membersihkan
kotoran dibalik kuku dengan benda tajam sebab akan merusak jaringan dibawah
kuku, potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan, khusus untuk jari
sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam, jangan menggigit
kuku karena akan merusak bagian kuku.
f. Kersihan tangan
Tangan

adalah

alat

dalam

melakukan

keseluruhan

aktivitas

manusia.Kebersihan tangan tidak hanya menambah keindahan tapi juga sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan manusia.Tangan dan kuku bisa terkena
infeksi, jika tidak dicuci dengan segera setelah ada kontak dengan makanan,
peralatan, pakaian, setelah buang air kecil dan buang air besar.Kuman yang
berkumpul pada tangan kita dari berbagai objek yang kita sentuh ini yang
kemudian bisa masuk ke dalam tubuh kita.Manusia, khususnya anak-anak
mempunyai kebiasaan sering menyentuh bagian wajahnya dengan tangan,
misalnya menggosok mata, memegang bibir atau gigi, mengorek hidung tanpa
kita sadari.Kuman yang berkumpul di tangan dapat masuk ke dalam tubuh.Kuman
yang menyebar melalui tangan yang tidak bersih bisa sangat beragam seperti
bakteri Salmonella, E.Coli, norovirus yang bisa menyebabkan diare, flu, hingga

Universitas Sumatera Utara

27

infeksi saluran pernapasan.Cara terbaik untuk mencegah meyebarnya kuman dan
bakteri ke dalam tubuh melalui tangan adalah dengan rajin mencuci tangan setelah
dan sebelum melakukan aktivitas.(N. Sharma 2007).
Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013)
adalah:
1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun
dan sebagainya).
2. Setelah BAB (buang air besar)
3. Sebelum memegang makanan
4. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
5. Setelah pulang dari bepergian
6. Setelah bermain
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan
40-60 detik.
Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran
WHO (2008) yaitu sebagai berikut
1. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan.
2. Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
3. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela -sela jari tangan
4. Keempat, jari -jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

Universitas Sumatera Utara

28

5. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
6. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
7. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keingkan
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personalhygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene menurut Tarwoto
(2006), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah
faktor antara lain:
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya.Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan
citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya dapat mempengaruhi
personalhygiene, misalnya karena adanya perubahan fisik pada dirinya, maka ia
tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial seseorang dapat mempengaruhi perilaku
personal hygiene.Anak-anak mendapatkan praktik personal hygiene dari orang tua
mereka, misalnya kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air
bersih dapat mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan.Personal hygiene memerlukan alat dan

Universitas Sumatera Utara

29

bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan dan pengetahuan tentang pentingnya personal
hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik personal hygiene.
Namun, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, seseorang juga harus termotivasi
untuk memelihara perawatan-dirinya.
e. Kebudayaan
Kepercayaan, kebudayaan, dan nilai pribadi akan mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda melakukan perilaku personal
hygiene yang berbeda pula.Disebagian masyarakatjikaindividu mengalami
penyakit tertentu maka, tidak boleh dimandikan. Seseorang dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek keperawatan personal hygiene yang
berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang
kesehatan dan perawatan diri.
f. Pilihan pribadi
Setiap orang memiliki keinginan, kebiasaan, atau pilihan pribadi untuk
menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya, seperti penggunaan
sabun, sampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan mengalami suatu penyakit tertentu, seseorang dapat
kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi,

Universitas Sumatera Utara

30

sehingga perlu bantuan untuk melakukannya. Apabila ia tidak dapat
melakukannya secara sendiri, maka ia cenderung untuk tidak melaksanakan
personal hygiene.
Berdasarkan teori-teori tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku personal hygiene yaitu perilaku menjaga kebersihan diri atau
perseorangan, yang terdiri dari kebersihan kulit, rambut, gigi, mata, telinga, kaki,
dan kuku.tangan.
2.3. Anak Usia Sekolah
2.3.1. Defenisi Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah biasa disebut anak pertengahan. Periode usia tengah
merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia sekolah dibagi
menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 8-9
tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry, 2006). Periode ketika anakanak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu (Wong, 2009). Ahli menganggap masa ini sebagai masa
tenang, di mana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya
akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).
2.3.2. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Harapan
dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan masuk sekolah

Universitas Sumatera Utara

31

dasar saat usia 6 atau 7 tahun. Anak usia sekolah mengalami beberapa perubahan
sampai akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak mulai matang secara
seksual pada usia 12 tahun (Santrock, 2009; Wong, 2009).
Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori
tumbuh kembang, yaitu :
a. Perkembangan Kognitif (Piaget)
Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada
tahap konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah mulai
memandang secara realistis terhadap dunianya dan mempunyai anggapan yang
sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik sudah mulai hilang, sebab anak mulai
memiliki pengertian tentang keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah mulai
dapat mengetahui tujuan rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek
dalam situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai mampu
mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti dalam
penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari
apa yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap
reversibilitas, yaitu anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya atau
dapat disebut anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu.
Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (a)
Tahap sensoris-motorik (0-2 tahun); (b) Praoperasional (2-7 tahun); (c) Concrete
operational (7-11 tahun); dan (d) Formal operation (11-15 tahun).

Universitas Sumatera Utara

32

1. Concrete operational (7-11 tahun)
Fase ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak
mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah secara
konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.
Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek
atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir
konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan
yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam,
selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa
remaja.
2. Formal operation ( 11-15 tahun)
Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungannya.
Menurut Piaget, usia 7-11 tahun mendakan fase operasi konkret. Anak mengalami
perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi kooperatif.
Anak usia sekolah juga mengembangkan peningkatan mengenai konsep yang
berkaitan dengan objek-objek tertentu. Pada masa ini anak-anak mengambangkan
pola pikir logis dari pola pikir intuitif, sebagai contoh mereka belajar mengurangi
angka ketika mencari jawaban dari suatu soal atau pertanyaan dan belajar
mengenai hubungan sebab akibat (Piaget, 1996 dalam Kozier, 2011).
Kemampuan membaca biasanya berkembang dengan baik di akhir masa
kanak-kanak dan bacaan yang dibaca anak biasanya dipengaruhi oleh keluarga.
Setelah usia 9 tahun, kebanyakan anak termotivasi oleh dirinya sendir. Mereka

Universitas Sumatera Utara

33

bersaing dengan dirinya sendiri dan mereka senang membuat rencana kedepan,
mencapai usia 12 tahun, mereka termotivasi oleh dorongan dalam diri, bukan
Karena kompetisi dengan teman sebaya. Mereka senang berbicara, berdiskusi
mengenai subjek dan berdebat (Kozier dkk, 2011 ).
b. Perkembangan Psikoseksual ( Freud)
Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase laten dimana
perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak terhadap diri sendiri yang
mulai terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak juga mulai
berhadapan dengan tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam
kelompok. Pada tahap ini anak biasanya membangun kelompok dengan teman
sebaya. Anak usia sekolah mulai tertarik untuk membina hubungan dengan jenis
kelamin yang sama. Anak mulai menggunakan energi untuk melakukan aktifitas
fisik dan intelektual bersama kelompok sosial dan dengan teman sebayanya,
terutama dengan yang berjenis kelamin sama (Hockenberry & Wilson, 2007;
Wong, 2009).
c. Perkembangan Psikososial
Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan selalu
berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan terutama apabila hal tersebut bernilai
sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini anak akan sangat tertarik
dalam menyelasaikan sebuah masalah atau tantangan dalam kelompoknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di
lingkungan sosial terutama dalam kelompok sebayanya.

Universitas Sumatera Utara

34

Pada tahap ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata.
Keberhasilan anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan
meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri anak. Anak- anak yang tidak
dapat memenuhi standar yang ada dapat mengalami rasa inferiority (Wong,
2009).Pengakuan teman sebaya terhadap keterlibatan anak di kelompoknya akan
memberikan dukungan positif pada anak usia sekolah.
Perkembangan moral sejalan dengan cara pikir anak usia sekolah yang
lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak pada usia sekolah dapat lebih
memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada kehidupan
sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami bagaimana harus
memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin diterima oleh mereka
dari orang lain (Wong, 2009). Anak mulai melihat berbagai cara pandang untuk
menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry & Wilson, 2007).
Pekembangan psikososial anak usia sekolah menurut Potter & Perry
(2006)
a. Hubungan anak usia sekolah dengan orang tua
Anak mempelajari secara betahap bahwa orangtua kurang sempurna,
mereka dapat dikecewakan orang tua dan berharap teman orang tuanya adalah
teman mereka. Kadang mereka percaya bahwa mereka diapdopsi.Mereka
mengendalikan orang tuanya untuk memberikan kasih sayang, keamanan,
bimbingan dan asuhan mutlak.

Universitas Sumatera Utara

35

b. Hubungan dengan saudara kandung
Usia sekolah tampak saling merasa asing dengan saudaranya di rumah ;
meskipun mereka adalah pembela saudaranya yang paling baik di luar rumah.
Anak yang lebih kecil kadang mengidolakan saudaranya yang lebih besar, dan
akhirnya sering terjadi persaingan. Anak yang lebih besar mungkin iri pada
perhatian yang diberikan pada saudara kandungnya yang lebih kecil dan sedikit
merayu dan kadang-kadang kasar.
c. Hubungan dengan sebaya
Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain
bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan tertarik. Sekitar usia 8 tahun,
kelompok social dengan kawan sebaya berjenis kelamin sama mulai terbentuk. “
Geng” ini membuat anak menyatakan kemandirian mereka dari peran orangtua
dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri.
d. Konsep diri
Perasaan anak terhadap penugasan tugas merupakan elemen kunci dalam
membentuk harga diri.Anak perlu mendapat umpan baik positif dari guru dan
orang tua terhadap usahanya.Sangat penting bagi anak untuk mengembangkan
keterampilan sedikitnya dalam satu area seperti membaca, musik atau berenang.
e. Ketakutan
Terdapat penurunan rasa takut yang berkaitan dengan keamanan tubuh
seperti, kilat, anjing, kegelapan, suara, luka dan goresan.Takut terhadap
supernatural seperti hantu dan penyihir menetap dan menurun secara
perlahan.Terjadi

ketakutan

baru

yang

berkaitan

dengan

seokolah

dan

Universitas Sumatera Utara

36

keluarga.Ketakutanmereka

terhadap

guru

dan

teman-temannya

dan

ketidaksetujuan dan penolakan orangtua.Mereka juga menjadi takut tentang
kematian dan hal-hal yang mereka dengar dalam berita seperti perang dan
pengrusakan lingkungan.

2.3.3. Perkembangan Motorik pada Anak Usia Sekolah
Menurut Potter & Perry (2006) dan Wong (2009) perkembangan motorik
anak usia sekolah meliputi :
a. Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan
masa kanak-kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri untuk mandi,
berpakaian, dan merawat kebutuhan personal lain. Mereka mengembangkan
keinginan personal yang kuat yang dalam prosesnya kebutuhan ini akan dipenuhi.
Maka sangat penting mengijinkan mereka berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin. Usia (6-7 tahun) sudah
terampil menggunakan pisau untuk mengoles mentega dan memotong roti dan
belajar memotong daging yang lunak, menggunting, melipat dan menempelkan
kertas, menulis dengan pensil, menggambar orang dengan 12-16 rincian,
mencontoh segitiga pada usia 6 tahun dan wajib pada usia 7 tahun, mewarnai
gambar dan garisnya. Anak pada usia ini mebutuhkan bantuan untuk
membersihkan gigi dengan seksama. Usia 8-10 tahun anak sudah bisa
meggunakan pisau dan garpu secara bersamaan, belajar memasukkan benang
dalam jarum dan menyimpulkan dasi, menggunakan palu, gergaji, dan obeng.

Universitas Sumatera Utara

37

Anak juga ahli dalam menulis kursif, meggunakan simbol saat
menggambar ( mis, burung dan bintang), membuat model sederhana mobil dan
pesawat terbang serta membuat kerajinan tangan sederhana. Belajar bermain
dongkrak dari kelereng. Anak pada usia ini belajar membersihkan gigi dengan
flossing secara efektif dan mandiri melakukan perawatan gigi. Usia (11-12 tahun)
anak belajar mengupas apel dan kentang, menjahit bahan sederhana dengan
mesin, membangun objek sederhana seperti rumah burung, menikmati
mengguakan tulisan dekoratif, mulai menggunakan bakat kreatif dan artistik,
menggunakan model kompleks mobil dan pesawat dan membuat kerajinan tangan
yang rumit. Belajar memainkan instrumen musik dan menjadi ahli dalam merawat
kawat gigi dan alat lain.
b. Keterampilan Motorik Kasar
Usia (6-7 tahun) mempertahankan gerak spontan, bergerak lebih hati-hati
pada usia 7 tahun daripada usia 6 tahu. Melompat dan meloncat ke dalam kotak
kecil.Belajar bermain roller skate, lompat tali, mengendarai sepeda dan berenang.
Usia (8-9 tahun) dapat menangkap dan melemparkan

sejauh 70 kaki, dan

memukul bola kasti. Melakukan loncat ritmik dengan pola 2-2, 2-3 atau 3-3.
Melakukan bermacam-macam gaya lompat tali disertai menyanyikan lagu atau
ucapan lain. Usia (11-12 tahun) dapat melakukan lompat jauh sejauh 1,5 meter
dan melakukan lompat tinggi berdiri sejauh 90 cm. Melakukan permainan yang
melibatkan penggunaan dua atau lebih keterampilan motorik kompleks seperti
roller skate, hoki es atau dance skate.

Universitas Sumatera Utara

38

c. Personal hygiene
Anak usia (6-7 tahun) sudah bisa mandi tanpa pengawasan dan sering
kembali menggunakan tangan saat makan. Mereka juga belajar menyikat dan
menyisir rambut dengan model yang biasa tanpa bantuan dan memakai baju,
tetapi membutuhkan bantuan pada bagian bawah kemeja, ikat pinggang dan
penyesuaian terakhir. Usia (8-9 tahun) sudah belajar membersihkan kamar mandi
setelah mandi dan menikmati membuat makanan ringan dan menyusun makan
sendiri. Anak juga belajar mengatur rambut dan menyisipkan pita rambut dan
hiasan lain, memakai baju sendiri dengan lengkap dan dapat membantu
saudaranya yang lebih kecil untuk berpakaian, dan dapat merapikan tempat tidur
sendiri. Usia (11-12 tahun) anak sudah bisa membersihkan debu, membersihkan
degan vakum dan membereskan ruangan sendiri, belajar memasak makanan siap
saji yang sederhana, mencuci, mengeringkan, mengeritingkan dan mengucir
rambutnya sendiri. Belajar memilih, mencuci, mengeringkan dan menyetrika
pakaian sendiri, belajar merawat kuku jari tangan dan kaki.

Universitas Sumatera Utara