Pengaruh Pola Tanam Tumpang Sari Jagung (Zea may L.), Kedelai (Glycine max L.), dan Padi Gogo (Oryza sativa L.) Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dalam Pemberian Pupuk NPK Chapter III V
16
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Desa Tanjung Selamat, yang berada pada ketinggian ± 25 m di atas
permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November
2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo
varietas situ bagendit, jagung varietas sugar 75 dan kedelai varietas anjasmoro
sebagai objek perlakuan, pupuk kompos sebagai pupuk dasar, pupuk NPK sebagai
perlakuan dan fungisida berbahan aktif propineb.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah
tanah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran, timbangan, pacak sampel,
bambu, alat tulis dan kamera.
Metode Penelitian
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1
: Pola Tanam Tumpang sari dengan 6 jenis, yaitu:
P1
: Padi Gogo
P2
: Jagung
P3
: Kedelai
P4
: Padi Gogo-Jagung
P5
: Padi Gogo-Kedelai
P6
: Jagung-Kedelai
Universitas Sumatera Utara
17
Faktor 2
: Pemberian Pupuk NPK dengan 3 taraf, yaitu:
N0
: 0 gr/ plot
N1
: 50 gr/ plot
N2
: 100 gr/ plot
N3
: 150 gr/ plot
Sehingga diperoleh 24 kombinasi :
P1N0
P2N0
P3N0
P4N0
P5N0
P6N0
P1N1
P2N1
P3N1
P4N1
P5N1
P6N1
P1N2
P2N2
P3N2
P4N2
P5N2
P6N2
P1N3
P2N3
P3N3
P4N3
P5N3
P6N3
Jumlah ulangan
: 2 ulangan
Jumlah plot
: 48 plot
Jarak Tanam
: Padi Gogo
= 40 x 30 cm
Jagung
= 80 x 40 cm
Kedelai
= 40 x 40 cm
Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1560 tanaman
Jumlah Sampel Seluruhnya
: 216 tanaman
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Ukuran plot
: 200 cm cm x 220 cm
Luas Lahan
: 42 x 6 m
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
18
dimana :
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan pola tanam
padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j dan pemberian pupuk NPK
taraf ke-k
μ
: Nilai tengah
ρi
: Efek blok ke-i
αj
: Efek pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j
βk
: Efek pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi dari pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis
ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
εijk
: Galat dari blok ke-i, pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis
ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara
19
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal lahan diukur sesuai dengan perlakuan kemudian dibersihkan dari
sisa-sisa tanaman dan bebatuan karena dapat mengganggu pertanaman. Kemudian
tanah digemburkan dengan mencangkul hingga kedalaman sekitar 30 cm. Dibuat
plot-plot dengan ukuran 200 cm x 220 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan antar
blok 50 cm. Kemudian lahan diberikan kapur sesuai kebutuhan tanah.
Persiapan Bahan Tanam
Untuk bahan tanam yang akan digunakan adalah pada tanaman padi gogo
varietas situ bagendit, tanaman jagung varietas sugar 75, tanaman kacang kedelai
varietas anjasmoro.
Pemupukan
Setelah lahan selesai diolah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk
dasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah kompos dengan dosis ±5 kg/plot
diberikan 1 minggu sebelum tanam. Setelah itu diberikan pupuk perlakuan NPK
sebagai perlakuan dengan waktu 2 minggu setelah tanam. Aplikasi pupuk ini
diberikan secara larikan disekitar antara barisan padi gogo, jagung dan kedelai.
Penanaman
Penanaman tanaman padi gogo, jagung dan kedelai dilakukan secara
serentak dengan cara ditugalkan sedalam ±5 cm. Sebelum ditanam tiap-tiap benih
tanaman direndam terlebih dahulu. Benih tanaman padi gogo, jagung, dan kedelai
dimasukkan 2-3 benih tiap lobang tanam.
Universitas Sumatera Utara
20
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan curah hujan. Lahan juga disiram sebelum tanam agar kandungan air tanah
mencukupi dan gembur.
Penjarangan
Penjarangan tanaman padi gogo dilakukan pada umur 14 hari setelah
tanam (HST) dengan menyisahkan dua bibit per lobang tanam. Penjarangan
tanaman jagung dan kedelai juga dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam
(HST) dengan menyisahkan satu bibit per lubang tanam.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma di sekitar
lubang tanam dan didalam bedengan agar perakaran tanaman tidak terganggu.
Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Pembumbunan
dilakukan setelah tanaman tumbuh dan ketika kondisi tanah pada tanaman
berkurang atau menipis.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mengambil hama
pada tanaman yang terserang. Untuk menghindari penyakit dilakukan dengan
fungisida berbahan aktif propineb dengan konsentrasi 2 g/l air.
Panen
Panen dapat dilakukan bila padi gogo sudah melebih umur masak
fisiologis atau lebih dari 95 % gabah telah menguning. Biasanya tanaman padi
gogo dapat dipanen pada umur sekitar 110 hari. Pada tanaman kedelai pemanenan
Universitas Sumatera Utara
21
dilakukan setelah polong masak fisiologis dengan tanda polong berwarna kuning
kecoklatan dan daunnya mulai menguning kemudian mengering (75% dari
populasi). Sedangkan pada jagung dipanen setelah kelobot yang mengering dan
berwarna kuning.
Peubah Amatan
1.
Tanaman Jagung
Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman jagung dimulai dari pangkal batang sampai
keujung daun tertiggi dengan meluruskan daun menggunakan meteran.
Pengamatan dilakukan mulai dari umur 2 minggu setelah tanam sampai
tanaman mengeluarkan bunga jantan, interval waktu pengamatan 1 minggu.
Total luas daun
Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman mengeluarkan bunga.
Pengukuran
luas
daun
dilakukan
dengan
menggunakan
rumus
YT = K x ( P x L)i, dimana YT= Total luas daun; K= Konstanta; P= Panjang
daun ke-i; L= Lebar daun ke-i.
Berat tongkol (gr)
Dengan cara menimbang setiap tongkol dari tanaman sampel dalam setiap
percobaan yang dilakukan setelah pemanenan tanaman jagung manis.
Keliling tongkol
Keliling tongkol diukur pada pertengahan tongkol dengan menggunakan
meteran kain pada semua tanaman sampel setelah tanaman dipanen.
Universitas Sumatera Utara
22
Jumlah baris/tongkol
Jumlah baris/tongkol dihitung dengan cara menghitung jumlah baris biji
setiap tanaman sampel yang telah dibuang kelobotnya.
Panjang tongkol
Panjang tongkong dihitung dengan cara mengkur pangkal tongkol hingga
ujung tongkol pada semua tanaman sampel.
2.
Tanaman Kedelai
Tinggi tanaman
Pengukuran dimulai dari leher akar sampai titik ujung batang pokok
tertinggi tanaman kedelai dengan cara mengikuti batang pokoknya.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali, dimulai 2 minggu setelah tanam dan
berakhir pada awal masa reproduktif yang ditandai oleh keluarnya bunga
yang dibulatkan dalam minggu ke atas tepatnya umur 7 minggu setelah tanam
Bobot Basah Tajuk (gr)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara
memotong pada pangkal batang kemudian ditimbang. Pengamatan ini
dilakukan pada masa akhir vegetatif atau pada saat pembungaan.
Bobot Kering Tajuk (gr)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 780C selama 24 jam lalu ditimbang.
Universitas Sumatera Utara
23
Jumlah cabang produktif
Yaitu dengan menghitung seluruh cabang yang menghasilkan polong pada
setiap tanaman. Penghitungan jumlah cabang diamati pada saat menjelang
panen.
Jumlah Polong per tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman
sampel dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan
pada saat panen.
Bobot 100 (gr)
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai dari setiap
masing-masing plot, dengan kadar air ±14 % yang diperoleh dengan
mengeringkan biji dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.
3.
Tanaman Padi Gogo
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman telah berumur 2
minggu setelah tanam. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda
sampel. Pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dari permukaan
tanah hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.
Jumlah anakan
Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah
ditetapkan pada setiap plot. Jumlah anakan dilakukan setelah berumur dua
minggu setelah tanam hingga mencapai batas akhir fase vegetatif.
Universitas Sumatera Utara
24
Jumlah gabah per malai
Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh
malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan pada
saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
Bobot kering gabah
Pengamatan bobot kering gabah dihitung pada saat panen. Gabah
dipisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai
kadar air mencapai 14 %.
.
Universitas Sumatera Utara
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-87) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada 6 MST, tinggi
tanaman kedelai pada 4, 6, dan 7 MST, tinggi tanaman padi pada 4, 9, 10, dan 11
MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris
per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai, bobot basah dan
kering tanaman kedelai, berat 100 jumlah biji tanaman padi, jumlah anakan
tanaman padi pada 6-11 MST, jumlah gabah tanaman padi, dan bobot kering
gabah tanaman padi. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman jagung pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5 dan 6 MST, tinggi
tanaman padi pada 4 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman
jagung, jumlah baris per tongkol pada tanaman jagung, berat 100 jumlah biji pada
tanaman kedelai, jumlah anakan tanaman padi pada 11 MST, dan jumlah gabah
tanaman padi.
Tinggi Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-17) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST, juga
pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
jagung pada umur 6-7 MST. Interaksi antarpola tanam dan pemberian pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman jagung umur 2-7 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 1.Tinggi jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr) (150 gr)
.............................cm..............................
P2 (Jagung)
38,62
37,18
35,2
35,2
36,55
P4 (Jagung-Padi)
35,03
34,27
36,98
36,73
35,75
2 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
34,25
35,9
34,33
31,1
33,9
Rataan
35,97
35,78
35,51
34,34
35,4
P2 (Jagung)
71,4
72,87
71,72
73,7
72,42
P4 (Jagung-Padi)
70,62
77,48
74,3
73,75
74,04
3 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
68,32
77,32
72,58
64,22
70,61
Rataan
70,11
75,89
72,87
70,56
72,36
P2 (Jagung)
109,43 115,85
110,72
117,88
113,47
P4 (Jagung-Padi)
108,47 114,13
114,17
111,22
112
4 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
105,32 115,25
107,72
105,57
108,46
Rataan
107,74 115,08
110,87
111,56
111,31
P2 (Jagung)
143,55
162,6
155,73
160,05
155,48
P4 (Jagung-Padi)
146,52 154,68
155,58
154,82
152,9
5 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
141,53 156,28
138,4
148,62
146,21
Rataan
143,87 157,86
149,91
154,49
151,53
P2 (Jagung)
193,13 206,27
207,03
211,15
204,40a
P4 (Jagung-Padi)
197,9
206,75
201,48
204,1
202,56ab
6 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
183,22 208,38
178,95
201,62
193,04b
Rataan
191,42b 207,13a 195,82ab 205,62a
200
P3 (Kedelai)
208,67 225,67
226,17
225
221,38
P5 (Kedelai-Padi)
209,33
224,5
225,5
212,83
218,04
7 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
207,17 226,82
201,83
222
214,45
Rataan
208,39b 225,66a 217,83a 219,94a
217,96
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 6 MST tertinggi
diperoleh pada pola tanam dengan sistem pertanaman monokultur jagung (P2)
yang berbeda nyata dengan sistem pertanaman jagung-padi (P4) dan jagungkedelai (P6). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada 6 dan 7 MST dengan dosis 50 gr/plot (N1) yang berbeda nyata
Universitas Sumatera Utara
27
dengan dosis 0 gr/plot (N0), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 100 gr/plot
(N2) dan 150 gr/plot (N3).
Tinggi Tanaman Kedelai
Rataan tinggi tanaman kedelai umur 2-7 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr)
(150 gr)
...........................cm..............................
P3 (Kedelai)
9,23
9,75
7,98
9,58
9,14
2 MST P5 (Kedelai-Padi)
8,78
8,93
9,57
9,51
9,2
P6 (Kedelai-Jagung)
8,6
9,24
8,36
9,95
9,04
Rataan
8,87
9,31
8,64
9,68
9,12
P3 (Kedelai)
12,71
13,83
11,64
10,57
12,19
P5 (Kedelai-Padi)
12,07
11,98
13,29
13,98
12,83
3 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
11,96
13,72
12,67
14,47
13,21
Rataan
12,25
13,18
12,53
13,01
12,74
P3 (Kedelai)
19,73
20,84
19,51
19,55
19,91b
P5 (Kedelai-Padi)
20,12
18,57
19,43
20,16
19,57b
4 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
19,07
22,86
21,59
23,05
21,64a
Rataan
19,64
20,76
20,18
20,92
20,37
P3 (Kedelai)
30,21
30,83
28,54
30,01
29,9
P5 (Kedelai-Padi)
28,65
31,63
26,79
33,73
30,2
5 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
29,75
36,72
31,24
35,7
33,35
Rataan
29,54ab 33,06a
28,86b
33,15a
31,15
P3 (Kedelai)
40,25
37,42
37,27
37,14
38,02b
P5 (Kedelai-Padi)
38,37
39,94
35,42
43,03
39,19b
6 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
38,29
49,09
39,58
50,05
44,25a
Rataan
38,97ab 42,15ab 37,42b
43,41a
40,49
P3 (Kedelai)
43,4
42,51
41,7
42,65
42,57b
P5 (Kedelai-Padi)
42,09
43,76
40,75
46,7
43,33b
7 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
44,64
56,23
44,94
55,02
50,21a
Rataan
43,38
47,5
42,46
48,12
45,37
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 28-39) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 6, dan 7 MST,
Universitas Sumatera Utara
28
juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
jagung pada umur 5-6 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman pada 3 MST.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4, 6 dan 7 MST
tertinggi diperoleh pada pola tanam dengan sistem pertanaman kedelai-jagung
(P6) yang berbeda nyata dengan sistem pertanaman monokultur kedelai (P3) dan
kedelai-padi (P5). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada 5 dan 6 MST dengan dosis 150 gr/plot (N3) yang berbeda nyata
dengan dosis 0 gr/plot (N0) dan 50 gr/plot (N1), namun berbeda tidak nyata
dengan dosis 100 gr/plot (N2).
Tinggi Tanaman Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 50-65) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 9, 10 dan 11
MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman padi pada umur 4 MST. Interaksi antar pola tanam dan pemberian pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman padi umur 4-11 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 3. Tinggi padi pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
..............................cm...............................
P1 (Padi)
26,76
29,17
28,96
30,02
28,73b
P4 (Padi-Jagung)
25,47
32,62
28,98
34,14
30,30a
4 MST
P5 (Padi-Kedelai) 31,91
31,3
28,26
30,32
30,45a
Rataan
28,05b 31,03ab 28,73ab
31,49a
29,83
P1 (Padi)
33,09
37,08
34,68
35,16
35
P4 (Padi-Jagung)
35,79
38,89
36,69
39,06
37,61
5 MST
P5 (Padi-Kedelai) 38,58
37,12
33,84
38,48
37,01
Rataan
35,82
37,7
35,07
37,57
36,54
P1 (Padi)
39,8
43,87
41,91
39,77
41,34
P4 (Padi-Jagung)
41,22
42,43
40,58
45,55
42,45
6 MST
P5 (Padi-Kedelai) 43,91
42,84
40,7
46,45
43,48
Rataan
41,64
43,05
41,06
43,92
42,42
P1 (Padi)
46,06
52,75
50,18
46,03
48,76
P4 (Padi-Jagung)
45,65
46,32
43,09
50,98
46,51
7 MST
P5 (Padi-Kedelai) 52,48
49,39
46,56
52,11
50,14
Rataan
48,06
49,49
46,61
49,71
48,47
P1 (Padi)
52,02
60,94
56,53
53,25
55,69
P4 (Padi-Jagung)
49,99
50,35
46
53,92
50,07
8 MST
P5 (Padi-Kedelai) 58,13
56,38
51,67
58,92
56,28
Rataan
53,38
55,89
51,4
55,36
54,01
59,05
64,82
63,94
60,16
61,99
P1 (Padi)
53,94
53,16
49,37
56,94
53,35
P4 (Padi-Jagung)
9 MST
60,53
58,68
61,45
60,71
P5 (Padi-Kedelai) 62,19
Rataan
58,39
59,50
57,33
59,52
58,69
P1 (Padi)
64,34
71,71
71,66
67,96
68,92a
P4 (Padi-Jagung)
57,51
55,46
54,45
59,26
56,67b
10
MST
P5 (Padi-Kedelai) 68,71
65,92
64,2
65,36
66,05a
Rataan
63,52
64,36
63,44
64,19
63,88
P1 (Padi)
67,17
76,52
75,78
73,54
73,25a
P4 (Padi-Jagung)
62,45
59,39
56,3
64,18
60,58b
11
MST
P5 (Padi-Kedelai) 75,25
72,04
71,7
70,11
72,28a
Rataan
68,29
69,32
67,93
69,28
68,7
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4 MST tertinggi
diperoleh pada sistem padi-kedelai (P5) yang berbeda nyata dengan padi-jagung
(P4) namun berbeda tidak nyata dengan pola tanam monokultur tanaman padi
(P1). Kemudian pada umur 9, 10 dan 11 MST tertinggi diperoleh pada sistem pola
tanam monokultur tanaman padi (P1) berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5)
namun berbeda tidak nyata dengan padi-jagung (P4). Pada perlakuan pemberian
pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada 4 MST dengan dosis 150
gr/plot (N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot
(N2), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).
Luas Daun Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 18-19) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun tanaman tanaman jagung
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap luas
daun tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun tanaman jagung per sampel.
Rataan luas daun tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas daun jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................cm²...............................
7007
8742,53
8135,76
7590,15
7868,86a
P2 (Jagung)
7860,19
7950,48
7577,99
7876,59
7816,31a
P4 (Jagung-Padi)
7001,34
7747,83
6601,35
7271,23
7155,44b
P6 (Jagung-Kedelai)
Rataan
7289,51b 8146,95a 7438,37b
7579,32ab 7613,54
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4 menunjukkan luas daun tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam sistem monokultur jagung (P1) dengan luas
7868,86 cm2 dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan luas
7155,44 cm2. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel tertinggi dengan
dosis 50 gr/plot (N1) sebesar 8146,95cm2 dan terendah pada pemberian pupuk
NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 7289,51 cm2.
Bobot Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 20-21) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot tongkol tanaman jagung
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol tanaman
jagung per sampel.
Rataan bobot tongkol tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................gr.....................................
P2 (Jagung)
273,75
304,25
277,08
298,33
288,35
P4 (Jagung-Padi)
242,92
243,33
302,5
290,75
269,88
P6 (Jagung-Kedelai)
274,58
308,33
301
307,83
297,94
Rataan
263,75
285,31
293,53
298,97
285,39
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 5 menunjukkan bobot tongkol tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan bobot 297,94 gr
dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) dengan bobot 269,88 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 298,97 gr dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 263,75 gr.
Keliling Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 22-23) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter keliling tongkol tanaman jagung per
sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap keliling
tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap keliling tanaman jagung
per sampel.
Rataan keliling tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Keliling tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
...............................cm.....................................
P2 (Jagung)
16,42
16,82
16,73
16,97
16,73a
P4 (Jagung-Padi)
15,05
15,87
16,24
16,52
15,92b
P6 (Jagung-Kedelai)
16,15
16,51
16,65
17,14
16,61a
Rataan
15,87b
16,40ab 16,54ab
16,88a
16,42
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 6 menunjukkan keliling tongkol tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung (P2) sebesar 16,73cm
dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 15,92 cm. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar
16,88 cmdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0)
sebesar 15,87 cm.
Jumlah Baris per Tongkol
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah baris per tongkol tanaman
jagung, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah
baris per tongkol tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol tanaman
jagung.
Rataan jumlah baris per tongkol tanaman jagung pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah baris per tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Rataan
Pola Tanam
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
.............................baris..................................
P2 (Jagung)
13,42
13,7
13,92
14,33
13,84b
P4 (Jagung-Padi)
12,5
13,17
14,03
14,15
13,46ab
P6 (Jagung-Kedelai)
13,13
14,71
14,58
14,57
14,25a
Rataan
13,01b
13,86a
14,18a
14,35a
13,85
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 7 menunjukkan jumlah baris per tongkol tanaman jagung terbanyak
diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) sebesar 14,25 baris dan
terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 13,46 baris. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 14,35
barisdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0)
sebesar 13,01 baris.
Panjang Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tongkol tanaman
jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol
tanaman jagung per sampel.
Rataan panjang tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Panjang tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................cm..................................
P2 (Jagung)
16,32
16,8
16,24
16,73
16,52
P4 (Jagung-Padi)
15,58
16,22
16,54
16,51
16,21
P6 (Jagung-Kedelai)
16,31
16,85
16,3
16,54
16,5
Rataan
16,07
16,62
16,36
16,59
16,41
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 8 menunjukkan panjang tongkol tanaman jagung per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung dengan panjang
16,52 cm dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan panjang 16,5
cm. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150
gr/plot (N3) sebesar 16,59 cm dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan
dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 16,07 cm.
Jumlah Cabang Produktif Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 40-41) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif
tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel. Interaksi
antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel.
Rataan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel pada pola
tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah cabang produktif kedelai pada sistem tumpang sari dan
pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
.............................cabang..............................
P3 (Kedelai)
2,60
2,80
2,20
2,90
2,63
P5 (Kedelai-Padi)
2,90
2,70
1,70
2,60
2,48
P6 (Kedelai-Jagung)
2,00
1,70
1,80
2,30
1,95
Rataan
2,50
2,40
1,90
2,60
2,35
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 9 menunjukkan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per
sampel terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3)
dengan jumlah 2,63 cabang dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6)
dengan jumlah 1,95 cabang. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel
terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 2,60 cabang dan terendah pada
pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 1,90 cabang.
Jumlah Polong Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 42-43) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong tanaman kedelai per
sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah polong tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman
kedelai per sampel.
Rataan jumlah polong tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah polong kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
...............................polong.............................
.
P3 (Kedelai)
49,2
50,1
55,4
50
51,18a
P5 (Kedelai-Padi)
46,8
41,2
32,1
43,8
40,98ab
P6 (Kedelai-Jagung)
30,6
32,7
30,9
40,1
33,58b
Rataan
42,2
41,33
39,47
44,63
41,91
Universitas Sumatera Utara
37
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 10 menunjukkan jumlah polong tanaman kedelai per sampel
terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) dengan
jumlah 51,18 polong dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) dengan
jumlah 33,58 polong. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel
terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 44,63 polong dan terendah
pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 39,47
polong.
Bobot Basah Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 44-45) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk tanaman kedelai
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk
tanaman kedelai per sampel.
Rataan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Bobot basah tajuk kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
..................................gr...................................
P3 (Kedelai)
53,45
34
81,65
70,75
59,96a
P5 (Kedelai-Padi)
17,45
56,15
23,9
35,25
33,19b
P6 (Kedelai-Jagung)
7,65
32,7
13,45
20,25
18,51b
Rataan
26,18
40,95
39,67
42,08
37,22
Universitas Sumatera Utara
38
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 11 menunjukkan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
59,96 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 18,51 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 42,08 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 26,18 gr.
Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 46-47) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk tanaman kedelai
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
tajuk tanaman kedelai per sampel.
Rataan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam
dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot kering tajuk kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
....................................gr.................................
P3 (Kedelai)
20
12,95
27,85
26,05
21,71a
P5 (Kedelai-Padi)
6,1
21
8,65
11,95
11,93ab
P6 (Kedelai-Jagung)
2,55
12,9
5,4
7,6
7,11b
Rataan
9,55
15,62
13,97
15,2
13,58
Universitas Sumatera Utara
39
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 12 menunjukkan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
21,71 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 7,11 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 15,2 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 9,55 gr.
Berat 100 Jumlah Biji Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 48-49) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter berat 100 jumlah biji tanaman
kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 biji
tanaman kedelai per sampel.
Rataan berat 100 biji tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Berat 100 jumlah biji kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
..................................gr......................................
P3 (Kedelai)
15,06
15,67
15,69
15,82
15,56a
P5 (Kedelai-Padi)
13,3
13,63
14,36
14,19
13,87c
P6 (Kedelai-Jagung)
14,72
15,42
14,95
15,26
15,09b
Rataan
14,36b
14,91a
15,00a
15,09a
14,84
Universitas Sumatera Utara
40
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 13 menunjukkan berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
15,56 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-padi (P5) sebesar 13,87 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 15,09 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 14,36 gr.
Jumlah Anakan Tanaman Padi
Rataan jumlah anakan tanaman padi umur 4-11 MST pada perlakuan pola
tanam dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 14.
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 14. Jumlah anakan tanaman padi pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr) (150 gr)
..........................anakan.........................
P1 (Padi)
1,7
1,4
2,2
1
1,58
P4 (Padi-Jagung)
0,9
1,6
1,4
1,7
1,4
4 MST
P5 (Padi-Kedelai)
1,7
1,4
2,2
1,8
1,78
Rataan
1,43
1,47
1,93
1,5
1,58
P1 (Padi)
3,7
3,5
4,1
3,4
3,68
P4 (Padi-Jagung)
2,7
3,2
3,4
3,6
3,23
5 MST
P5 (Padi-Kedelai)
4,5
4,3
2,6
3,9
3,83
Rataan
3,63
3,67
3,37
3,63
3,58
P1 (Padi)
7,4
8,7
7,7
7,1
7,73a
P4 (Padi-Jagung)
4,4
4,1
4,6
6,2
4,83b
6 MST
P5 (Padi-Kedelai)
7,7
7
6,5
7,9
7,28a
Rataan
6,5
6,6
6,27
7,07
6,61
P1 (Padi)
11,1
13
13
12,4
12,38a
P4 (Padi-Jagung)
5,9
4,9
5,2
8,3
6,08b
7 MST
P5 (Padi-Kedelai)
10
10,8
10
12,3
10,78a
Rataan
9
9,57
9,4
11
9,74
P1 (Padi)
13,1
16
17
16,4
15,63a
P4 (Padi-Jagung)
6,5
5,3
5,8
9,1
6,68b
8 MST
P5 (Padi-Kedelai)
12,6
14,1
13,7
15,3
13,93a
Rataan
10,73
11,8
12,17
13,6
12,08
P1 (Padi)
14,6
19
20,2
19,8
18,40a
P4 (Padi-Jagung)
7,2
6,1
6,8
9,9
7,50b
9 MST
P5 (Padi-Kedelai)
14,9
17,2
16,6
17,7
16,60a
Rataan
12,23
14,1
14,53
15,8
14,17
P1 (Padi)
16,5
21,7
22,6
22,7
20,88a
P4 (Padi-Jagung)
7,8
6,6
7,4
10,7
8,13b
10
MST
P5 (Padi-Kedelai)
17,4
19,2
18,1
19,8
18,63a
Rataan
13,9
15,83
16,03
17,73
15,88
P1 (Padi)
17,8
23,5
25
24,5
22,70a
P4 (Padi-Jagung)
8,1
7,2
7,7
11,2
8,55b
11
MST
P5 (Padi-Kedelai)
18,7
20,8
19,5
21,5
20,13a
Rataan
14,87b 17,17ab 17,40ab
19,07a
17,13
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
42
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 66-83) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi pada umur 6-11
MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
anakan tanaman padi pada umur 11 MST. Interaksi antar pola tanam dan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan tanaman
padi.
Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman padi pada umur 611 MST terbesar diperoleh pada sistem pola tanam monokultur padi (P1) yang
berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5) namun berbeda tidak nyata pada pola
tanam monokultur padi (P1). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK jumlah
anakan tanaman padi terbesar diperoleh pada 11 MST dengan dosis 150 gr/plot
(N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot (N2),
namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).
Jumlah Gabah Tanaman Padi per Malai (butir)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 84-85) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai,
sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah
tanaman padi per malai. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai.
Rataan jumlah gabah tanaman padi per malai pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 15.
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 15. Jumlah gabah pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
...............................butir................................
85,16
73,81
87,28
84,95
82,80a
P1 (Padi)
66,15
54,25
64,87
71,39
64,17b
P4 (Padi-Jagung)
73,83
70,33
82,05
83,79
77,50a
P5 (Padi-Kedelai)
Rataan
75,05ab
66,13b
78,07a
80,05a
74,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 15 menunjukkan jumlah gabah tanaman padi per malai terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur padi (P1) sebesar 82,80 butir
dan terendah pada pola tanam padi-jagung (P4) sebesar 64,17 butir. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 80,05 butirdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis
50 gr/plot (N1) sebesar 66,13 butir.
Bobot Kering Gabah Tanaman Padi per Sampel (gr)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 86-87) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering gabah tanaman padi per sampel,
sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
gabah tanaman padi per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gabah tanaman padi
per sampel.
Universitas Sumatera Utara
44
Rataan bobot kering gabah tanaman padi per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Bobot kering gabah padi pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
.................................gr...................................
32,18
28,31
34,10
31,78
31,59a
P1 (Padi)
7,58
5,64
6,11
10,33
7,41b
P4 (Padi-Jagung)
22,55
28,31
26,70
28,32
26,47a
P5 (Padi-Kedelai)
Rataan
20,77
20,75
22,30
23,48
21,83
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 16 menunjukkan bobot kering gabah tanaman padi per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur padi (P1) sebesar 31,59
gr dan terendah pada pola tanam padi-jagung (P4) sebesar 7,41. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar
23,48 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 50 gr/plot (N1)
sebesar 20,75 gr.
Universitas Sumatera Utara
45
Pembahasan
Pengaruh Pola Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung, Kedelai, dan Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pola tanam
berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung
pada 6 MST, tinggi tanaman kedelai pada 4, 6 dan 7 MST, tinggi tanaman padi
pada 4, 9, 10, dan 11 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman
jagung, jumlah baris per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai,
bobot basah dan kering tanaman kedelai, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah
anakan 6-11 MST tanaman padi, jumlah gabah per malai tanaman padi, dan bobot
kering gabah pada tanaman padi.
Perkembangan tanaman jagung dengan padi maupun jagung dengan
kedelai pada sistem tumpang sari dibandingkan dengan monokutur jagung sangat
beragam, secara umum tidak mengalami perbedaan tinggi yang signifikan. Secara
keseluruhan cahaya matahari dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan,
dan produksi hasil tanaman. Tanaman jagung yang menaungi akan menghambat
tanaman yang disekitarnya sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan
menjadi terhambat. Menurut Dedy.,et all (2013) tingkat naungan yang tinggi
mencapai 50% dapat menurunkan produktifitas tanaman.
Pada tumpang sari tanaman kedelai dengan jagung memiliki pengaruh
yang nyata pada 4, 6, dan 7 MST terhadap monokultur kedelai pada tinggi
tanaman. Hal ini disebabkan karena kedelai mendapat naungan yang lebih lama
Universitas Sumatera Utara
46
yang akan mengakibatkan terjadinya etiolasi yaitu kecenderungan tanaman untuk
tumbuh memanjang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Permatasari dan
Kastono (2012), yaitu bahwa kedelai yang ternaungi jagung dalam sistem
tumpang sari menunjukan bahwa semakin rendah sinar matahari yang diterima
kedelai berarti semakain rapat tingkat penaungan yang akan menyebabkan
pertumbuhan dan hasil kedelai menurun. Kondisi demikian menyebabkan
rendahnya hasil fotosintesis pada kondisi yang ternaungi sehingga penampilan
tanaman menjadi lebih tinggi, keliling batang kecil, kerapatan stomata rendah dan
ukuran daun menjadi lebih besar.
Hasil tumpang sari kedelai dengan padi tidak memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap tinggi tanaman. Faktor kombinasi tanaman berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena penanaman
kombinasi, penanaman padi dengan tanaman kacang-kacangan, tanaman kacangkacangan akan membantu penyediaan N untuk pertumbuhan tanaman padi, yang
akan mempengaruhi laju pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Catharina (2013)
tanaman kacang-kacangan, akarnya mempunyai bintil yang mengandung bakteri
yang mampu menambat nitrogen udara,
sehingga nitrogen tanah yang telah
diserap tanaman dapat diganti.
Perbedaan tinggi tanaman pada tumpang sari pertumbuhan padi dengan
jagung terlihat sangat optimal pada 9 hingga 11 MST dibandingkan dengan
monokultur padi. Jagung yang menaungi diduga mengakibatkan tinggi tanaman
padi terhambat berbeda halnya dengan monokultur padi dimana tidak terjadi
persaingan dalam memperoleh asupan sinar matahari. Dewi., et all (2014)
Universitas Sumatera Utara
47
pertumbuhan tanaman jagung yang realtif lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman padi mengakibatkan penetrasi cahaya ke kanopi menjadi lebih berkurang.
Tumpang sari tanaman padi dengan kedelai tidak memilik perbedaan
tinggi tanaman apabila dibandingkan dengan monokultur padi. Hal ini diduga
disebabkan adanya pengaruh kerapatan tanaman atau populasi tanaman yang
dapat menekan terjadinya kompetisi tanaman. Mochammad Sholeh dan Djumali
(2006) menyatakan bahwa perbedaan ruang antar tanaman tidak menyebabkan
persaingan antar tanaman, sehingga setiap individu tanaman mampu tumbuh
secara optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan tumpang sari tanaman jagung dengan
padi dan kedelai memiliki pengaruh nyata terhadap parameter luas daun, keliling
tongkol, dan jumlah baris per tongkol. Luas daun tanaman akan berkaitan dengan
kemampuan tanaman dalam menyerap cahaya matahari untuk melakukan aktifitas
fotosintesis tanaman, semakin luas daun maka radiasi matahari yang diterima juga
semakin tinggi sehingga fotosintat yang dihasilkan juga semakin banyak. Hal ini
didukung oleh Rinaldi., et all (2013) yang menyatakan luas daun merupakan
parameter yang menunjukkan potensi tanaman melakukan fotosintesis dan juga
merupakan potensi produktif tanaman di lapangan. Keliling tongkol berkaitan
dengan populasi yang banyak sehingga ketersediaan air dan kelembapannya
terjaga untuk pertumbuhan dan produksi yang berpengaruh terhadap pengisian
biji. Diperjelas oleh Nugrahini (2012), pola tanam mempengaruhi populasi
tanaman yang efisiensi penggunaan air dan zat hara, dengan demikian akan
mempengaruhi hasil. Perbedaan jumlah baris per tongkol karena adanya pengaruh
pola tanam yang berbeda. Sesuai dengan pernyataan Wahyudin., et all (2015)
Universitas Sumatera Utara
48
menyatakan bahwa jarak tanam yang berperan dalam kerapatan populasi dan
kompetisi antar tanaman.
Tumpang sari tanaman jagung dengan kedelai dan padi tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol jagung karenabaik tanaman padi
maupun kedelai tidak mempengaruhi pengisian dalam kelobot tongkol. Surtinah.,
et all (2015) menyatakan bahwa ketersediaan bahan makanan yang dibutuhkan
oleh jagung tidak terganggu dan tidak mempengaruhi hasil pada tanaman lain
didaerah perakarannya, sedangkan pada panjang tongkol terjadi tidak nyata karena
tidak begitu berpengaruh terhadap adanya pola tanam tumpang sari. Hal ini sesuai
dengan Nugrahini (2012), ukuran panjang tongkol tanaman jagung umumnya
relatif seragam.
Pada jenis tumpang sari kedelai dengan padi dan jagung diperoleh hasil
yang nyata pada parameter jumlah polong kedelai, bobot basah dan kering tajuk,
dan berat 100 jumlah biji. Hal ini berhubungan erat dengan adanya persaingan
dengan tanaman lain yang membuat hasil produksi tanaman kedelai menjadi tidak
lebih maksimal. Sesuai dengan Aminah., et all (2012) menyatakan bahwa
penurunan hasil pada salah satu atau kedua tanaman dalam sistem tumpang sari
disebabkan pengaruh penaungan dari salah satu tanama oleh tanaman lainnya.
Tumpang sari tanaman padi dengan kedelai dan jagung berpengaruh
nyata pada jumlah anakan pada 6-11 MST yang disebabkan adanya persaingan
serta adanya pengaruh naungan dari tanaman lain. Menurut Dewi., et all (2014)
menyatakan pengurangan jumlah anakan disebabkan oleh kompetisi tanaman
dalam satu rumpun sehingga tanaman yang kalah bersaing akan mati.
Universitas Sumatera Utara
49
Pertumbuhan dan perkembangan tumpang sari tanaman padi dengan
jagung dan kedelai memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai dan
bobot kering gabah yang berkaitan dengan adanya persaingan unsur hara, cahaya,
dan kerapatan pola tanam. Hal ini sesuai dengan Yustisia (2002), faktor lain
penyebab rendahnya hasil padi pada pola tumpang sari diduga karena terjadinya
kompetisi hara terutama antar tanaman pada pola tumpang sari yang dapat
mengurangi penyerapan hara.
Pengaruh Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung, Kedelai, dan Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung
pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5-6 MST, tinggi tanaman padi pada 4
MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris
per tongkol tanaman jagung, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah anakan 11
MST tanaman padi, dan jumlah gabah per malai tanaman padi.
Pada tanaman jagung 6 dan 7 MST, kedelai 5 dan 6 MST, dan padi 4
MST dengan sistem pola tanam tumpang sari yang memiliki pengaruh nyata
dalam pemberian pupuk NPK.
Hal
ini disebabkan karena
perbedaan
perkembangan akar sehingga terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara
di dalam tanah oleh akar tanaman. Aminah., et all (2012) menyatakan pola tanam
tumpang sari, perkembangan pertumbuhan akar menjadi lebih penting terutama
berkaitan dengan kemampuan akar bersaing untuk menyerap unsur hara. Tanaman
Universitas Sumatera Utara
50
dengan perakaran luas akan lebih mampu bersaing dibandingkan dengan tanaman
perakaran sempit.
Pada jenis tumpang sari jagung dengan kedelai dan padi diperoleh hasil
yang nyata pada parameter luas daun, keliling tongkol, jumlah baris per tongkol
dalam pemberian pupuk NPK karena terjadinya proses pencucian unsur hara di
dalam tanah maupun adanya penyerapan unsur hara yang tak berimbang sehingga
dapat menurunkan pengisian kelobot jagung. Hal ini sesuai dengan Pratikta., et all
(2013) menyatakan bahwa perlakuan penambahan pupuk NPK berpengaruh
berbeda tidak nyata terhadap tongkol tanaman jagung bisa disebabkan terjadinya
kehilangan pupuk karena tercuci, menguap, maupun fiksasi.
Tumpang sari tanaman kedelai dengan jagung dan padi berpengaruh
nyata pada berat 100 biji tanaman kedelai terhadap penggunaan pupuk NPK
karena dalam pengisian polong kedelai membutuhkan unsur hara yang optimal
untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Rizwan (2010) menyatakan pertumbuhan
meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pupuk NPK yang diberikan,
karena pupuk NPK dapat menyumbangkan unsur hara makro untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Pada tanaman padi 11 MST dengan sistem pola tanam tumpang sari yang
memiliki pengaruh nyata pada jumlah anakan dalam pemberian pupuk NPK. Hal
ini disebabkan karena dalam meningkatkan jumlah anakan pada fase vegetatif
membutuhkan unsur hara yang berimbang. Herdiyanti (2012) menyatakan bahwa
tanpa adanya pemupukan akan terjadi defisiensi unsur hara sehingga tidak dapat
menghasilkan anakan secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
51
Tumpang sari tanaman padi dengan jagung dan kedelai berpengaruh
nyata pada jumlah gabah per malai terhadap penggunaan pupuk NPK karena
dalam pengisian gabah dalam malai sangat bergantung pada pemupukan di fase
reproduktif. Jannah., et all (2012) menyatakan kekurangan hara dan air dapat
menyebabkan pembentukan malai menjadi tidak maksimal sehingga berpengaruh
pada bakal biji yang akan terbentuk.
Pengaruh Interaksi Pola Tanam dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung, Padi, dan Kedelai
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi
perlakuan pola tanam tumpang sari dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor
perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa
adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktorfaktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli
Serdang, Desa Tanjung Selamat, yang berada pada ketinggian ± 25 m di atas
permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November
2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi gogo
varietas situ bagendit, jagung varietas sugar 75 dan kedelai varietas anjasmoro
sebagai objek perlakuan, pupuk kompos sebagai pupuk dasar, pupuk NPK sebagai
perlakuan dan fungisida berbahan aktif propineb.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah
tanah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran, timbangan, pacak sampel,
bambu, alat tulis dan kamera.
Metode Penelitian
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1
: Pola Tanam Tumpang sari dengan 6 jenis, yaitu:
P1
: Padi Gogo
P2
: Jagung
P3
: Kedelai
P4
: Padi Gogo-Jagung
P5
: Padi Gogo-Kedelai
P6
: Jagung-Kedelai
Universitas Sumatera Utara
17
Faktor 2
: Pemberian Pupuk NPK dengan 3 taraf, yaitu:
N0
: 0 gr/ plot
N1
: 50 gr/ plot
N2
: 100 gr/ plot
N3
: 150 gr/ plot
Sehingga diperoleh 24 kombinasi :
P1N0
P2N0
P3N0
P4N0
P5N0
P6N0
P1N1
P2N1
P3N1
P4N1
P5N1
P6N1
P1N2
P2N2
P3N2
P4N2
P5N2
P6N2
P1N3
P2N3
P3N3
P4N3
P5N3
P6N3
Jumlah ulangan
: 2 ulangan
Jumlah plot
: 48 plot
Jarak Tanam
: Padi Gogo
= 40 x 30 cm
Jagung
= 80 x 40 cm
Kedelai
= 40 x 40 cm
Jumlah Tanaman Seluruhnya : 1560 tanaman
Jumlah Sampel Seluruhnya
: 216 tanaman
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar blok
: 50 cm
Ukuran plot
: 200 cm cm x 220 cm
Luas Lahan
: 42 x 6 m
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
18
dimana :
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan pola tanam
padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j dan pemberian pupuk NPK
taraf ke-k
μ
: Nilai tengah
ρi
: Efek blok ke-i
αj
: Efek pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis ke-j
βk
: Efek pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi dari pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis
ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
εijk
: Galat dari blok ke-i, pola tanam padi gogo, jagung dan kedelai pada jenis
ke-j dan pemberian pupuk NPK pada taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara
19
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal lahan diukur sesuai dengan perlakuan kemudian dibersihkan dari
sisa-sisa tanaman dan bebatuan karena dapat mengganggu pertanaman. Kemudian
tanah digemburkan dengan mencangkul hingga kedalaman sekitar 30 cm. Dibuat
plot-plot dengan ukuran 200 cm x 220 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan antar
blok 50 cm. Kemudian lahan diberikan kapur sesuai kebutuhan tanah.
Persiapan Bahan Tanam
Untuk bahan tanam yang akan digunakan adalah pada tanaman padi gogo
varietas situ bagendit, tanaman jagung varietas sugar 75, tanaman kacang kedelai
varietas anjasmoro.
Pemupukan
Setelah lahan selesai diolah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk
dasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah kompos dengan dosis ±5 kg/plot
diberikan 1 minggu sebelum tanam. Setelah itu diberikan pupuk perlakuan NPK
sebagai perlakuan dengan waktu 2 minggu setelah tanam. Aplikasi pupuk ini
diberikan secara larikan disekitar antara barisan padi gogo, jagung dan kedelai.
Penanaman
Penanaman tanaman padi gogo, jagung dan kedelai dilakukan secara
serentak dengan cara ditugalkan sedalam ±5 cm. Sebelum ditanam tiap-tiap benih
tanaman direndam terlebih dahulu. Benih tanaman padi gogo, jagung, dan kedelai
dimasukkan 2-3 benih tiap lobang tanam.
Universitas Sumatera Utara
20
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan curah hujan. Lahan juga disiram sebelum tanam agar kandungan air tanah
mencukupi dan gembur.
Penjarangan
Penjarangan tanaman padi gogo dilakukan pada umur 14 hari setelah
tanam (HST) dengan menyisahkan dua bibit per lobang tanam. Penjarangan
tanaman jagung dan kedelai juga dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam
(HST) dengan menyisahkan satu bibit per lubang tanam.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma di sekitar
lubang tanam dan didalam bedengan agar perakaran tanaman tidak terganggu.
Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Pembumbunan
dilakukan setelah tanaman tumbuh dan ketika kondisi tanah pada tanaman
berkurang atau menipis.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan secara manual dengan mengambil hama
pada tanaman yang terserang. Untuk menghindari penyakit dilakukan dengan
fungisida berbahan aktif propineb dengan konsentrasi 2 g/l air.
Panen
Panen dapat dilakukan bila padi gogo sudah melebih umur masak
fisiologis atau lebih dari 95 % gabah telah menguning. Biasanya tanaman padi
gogo dapat dipanen pada umur sekitar 110 hari. Pada tanaman kedelai pemanenan
Universitas Sumatera Utara
21
dilakukan setelah polong masak fisiologis dengan tanda polong berwarna kuning
kecoklatan dan daunnya mulai menguning kemudian mengering (75% dari
populasi). Sedangkan pada jagung dipanen setelah kelobot yang mengering dan
berwarna kuning.
Peubah Amatan
1.
Tanaman Jagung
Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman jagung dimulai dari pangkal batang sampai
keujung daun tertiggi dengan meluruskan daun menggunakan meteran.
Pengamatan dilakukan mulai dari umur 2 minggu setelah tanam sampai
tanaman mengeluarkan bunga jantan, interval waktu pengamatan 1 minggu.
Total luas daun
Pengukuran luas daun dilakukan pada saat tanaman mengeluarkan bunga.
Pengukuran
luas
daun
dilakukan
dengan
menggunakan
rumus
YT = K x ( P x L)i, dimana YT= Total luas daun; K= Konstanta; P= Panjang
daun ke-i; L= Lebar daun ke-i.
Berat tongkol (gr)
Dengan cara menimbang setiap tongkol dari tanaman sampel dalam setiap
percobaan yang dilakukan setelah pemanenan tanaman jagung manis.
Keliling tongkol
Keliling tongkol diukur pada pertengahan tongkol dengan menggunakan
meteran kain pada semua tanaman sampel setelah tanaman dipanen.
Universitas Sumatera Utara
22
Jumlah baris/tongkol
Jumlah baris/tongkol dihitung dengan cara menghitung jumlah baris biji
setiap tanaman sampel yang telah dibuang kelobotnya.
Panjang tongkol
Panjang tongkong dihitung dengan cara mengkur pangkal tongkol hingga
ujung tongkol pada semua tanaman sampel.
2.
Tanaman Kedelai
Tinggi tanaman
Pengukuran dimulai dari leher akar sampai titik ujung batang pokok
tertinggi tanaman kedelai dengan cara mengikuti batang pokoknya.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali, dimulai 2 minggu setelah tanam dan
berakhir pada awal masa reproduktif yang ditandai oleh keluarnya bunga
yang dibulatkan dalam minggu ke atas tepatnya umur 7 minggu setelah tanam
Bobot Basah Tajuk (gr)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara
memotong pada pangkal batang kemudian ditimbang. Pengamatan ini
dilakukan pada masa akhir vegetatif atau pada saat pembungaan.
Bobot Kering Tajuk (gr)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 780C selama 24 jam lalu ditimbang.
Universitas Sumatera Utara
23
Jumlah cabang produktif
Yaitu dengan menghitung seluruh cabang yang menghasilkan polong pada
setiap tanaman. Penghitungan jumlah cabang diamati pada saat menjelang
panen.
Jumlah Polong per tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman
sampel dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan
pada saat panen.
Bobot 100 (gr)
Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai dari setiap
masing-masing plot, dengan kadar air ±14 % yang diperoleh dengan
mengeringkan biji dibawah sinar matahari selama 2-3 hari.
3.
Tanaman Padi Gogo
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman telah berumur 2
minggu setelah tanam. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda
sampel. Pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dari permukaan
tanah hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran.
Jumlah anakan
Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah
ditetapkan pada setiap plot. Jumlah anakan dilakukan setelah berumur dua
minggu setelah tanam hingga mencapai batas akhir fase vegetatif.
Universitas Sumatera Utara
24
Jumlah gabah per malai
Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh
malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan pada
saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.
Bobot kering gabah
Pengamatan bobot kering gabah dihitung pada saat panen. Gabah
dipisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai
kadar air mencapai 14 %.
.
Universitas Sumatera Utara
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-87) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada 6 MST, tinggi
tanaman kedelai pada 4, 6, dan 7 MST, tinggi tanaman padi pada 4, 9, 10, dan 11
MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris
per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai, bobot basah dan
kering tanaman kedelai, berat 100 jumlah biji tanaman padi, jumlah anakan
tanaman padi pada 6-11 MST, jumlah gabah tanaman padi, dan bobot kering
gabah tanaman padi. Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman jagung pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5 dan 6 MST, tinggi
tanaman padi pada 4 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman
jagung, jumlah baris per tongkol pada tanaman jagung, berat 100 jumlah biji pada
tanaman kedelai, jumlah anakan tanaman padi pada 11 MST, dan jumlah gabah
tanaman padi.
Tinggi Tanaman Jagung
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-17) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST, juga
pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
jagung pada umur 6-7 MST. Interaksi antarpola tanam dan pemberian pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman jagung umur 2-7 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 1.Tinggi jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr) (150 gr)
.............................cm..............................
P2 (Jagung)
38,62
37,18
35,2
35,2
36,55
P4 (Jagung-Padi)
35,03
34,27
36,98
36,73
35,75
2 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
34,25
35,9
34,33
31,1
33,9
Rataan
35,97
35,78
35,51
34,34
35,4
P2 (Jagung)
71,4
72,87
71,72
73,7
72,42
P4 (Jagung-Padi)
70,62
77,48
74,3
73,75
74,04
3 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
68,32
77,32
72,58
64,22
70,61
Rataan
70,11
75,89
72,87
70,56
72,36
P2 (Jagung)
109,43 115,85
110,72
117,88
113,47
P4 (Jagung-Padi)
108,47 114,13
114,17
111,22
112
4 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
105,32 115,25
107,72
105,57
108,46
Rataan
107,74 115,08
110,87
111,56
111,31
P2 (Jagung)
143,55
162,6
155,73
160,05
155,48
P4 (Jagung-Padi)
146,52 154,68
155,58
154,82
152,9
5 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
141,53 156,28
138,4
148,62
146,21
Rataan
143,87 157,86
149,91
154,49
151,53
P2 (Jagung)
193,13 206,27
207,03
211,15
204,40a
P4 (Jagung-Padi)
197,9
206,75
201,48
204,1
202,56ab
6 MST
P6 (Jagung-Kedelai)
183,22 208,38
178,95
201,62
193,04b
Rataan
191,42b 207,13a 195,82ab 205,62a
200
P3 (Kedelai)
208,67 225,67
226,17
225
221,38
P5 (Kedelai-Padi)
209,33
224,5
225,5
212,83
218,04
7 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
207,17 226,82
201,83
222
214,45
Rataan
208,39b 225,66a 217,83a 219,94a
217,96
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 6 MST tertinggi
diperoleh pada pola tanam dengan sistem pertanaman monokultur jagung (P2)
yang berbeda nyata dengan sistem pertanaman jagung-padi (P4) dan jagungkedelai (P6). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada 6 dan 7 MST dengan dosis 50 gr/plot (N1) yang berbeda nyata
Universitas Sumatera Utara
27
dengan dosis 0 gr/plot (N0), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 100 gr/plot
(N2) dan 150 gr/plot (N3).
Tinggi Tanaman Kedelai
Rataan tinggi tanaman kedelai umur 2-7 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr)
(150 gr)
...........................cm..............................
P3 (Kedelai)
9,23
9,75
7,98
9,58
9,14
2 MST P5 (Kedelai-Padi)
8,78
8,93
9,57
9,51
9,2
P6 (Kedelai-Jagung)
8,6
9,24
8,36
9,95
9,04
Rataan
8,87
9,31
8,64
9,68
9,12
P3 (Kedelai)
12,71
13,83
11,64
10,57
12,19
P5 (Kedelai-Padi)
12,07
11,98
13,29
13,98
12,83
3 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
11,96
13,72
12,67
14,47
13,21
Rataan
12,25
13,18
12,53
13,01
12,74
P3 (Kedelai)
19,73
20,84
19,51
19,55
19,91b
P5 (Kedelai-Padi)
20,12
18,57
19,43
20,16
19,57b
4 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
19,07
22,86
21,59
23,05
21,64a
Rataan
19,64
20,76
20,18
20,92
20,37
P3 (Kedelai)
30,21
30,83
28,54
30,01
29,9
P5 (Kedelai-Padi)
28,65
31,63
26,79
33,73
30,2
5 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
29,75
36,72
31,24
35,7
33,35
Rataan
29,54ab 33,06a
28,86b
33,15a
31,15
P3 (Kedelai)
40,25
37,42
37,27
37,14
38,02b
P5 (Kedelai-Padi)
38,37
39,94
35,42
43,03
39,19b
6 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
38,29
49,09
39,58
50,05
44,25a
Rataan
38,97ab 42,15ab 37,42b
43,41a
40,49
P3 (Kedelai)
43,4
42,51
41,7
42,65
42,57b
P5 (Kedelai-Padi)
42,09
43,76
40,75
46,7
43,33b
7 MST
P6 (Kedelai-Jagung)
44,64
56,23
44,94
55,02
50,21a
Rataan
43,38
47,5
42,46
48,12
45,37
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 28-39) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 6, dan 7 MST,
Universitas Sumatera Utara
28
juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
jagung pada umur 5-6 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman pada 3 MST.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4, 6 dan 7 MST
tertinggi diperoleh pada pola tanam dengan sistem pertanaman kedelai-jagung
(P6) yang berbeda nyata dengan sistem pertanaman monokultur kedelai (P3) dan
kedelai-padi (P5). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi
diperoleh pada 5 dan 6 MST dengan dosis 150 gr/plot (N3) yang berbeda nyata
dengan dosis 0 gr/plot (N0) dan 50 gr/plot (N1), namun berbeda tidak nyata
dengan dosis 100 gr/plot (N2).
Tinggi Tanaman Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 50-65) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 9, 10 dan 11
MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman padi pada umur 4 MST. Interaksi antar pola tanam dan pemberian pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman padi umur 4-11 MST pada perlakuan pola tanam
dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 3. Tinggi padi pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
..............................cm...............................
P1 (Padi)
26,76
29,17
28,96
30,02
28,73b
P4 (Padi-Jagung)
25,47
32,62
28,98
34,14
30,30a
4 MST
P5 (Padi-Kedelai) 31,91
31,3
28,26
30,32
30,45a
Rataan
28,05b 31,03ab 28,73ab
31,49a
29,83
P1 (Padi)
33,09
37,08
34,68
35,16
35
P4 (Padi-Jagung)
35,79
38,89
36,69
39,06
37,61
5 MST
P5 (Padi-Kedelai) 38,58
37,12
33,84
38,48
37,01
Rataan
35,82
37,7
35,07
37,57
36,54
P1 (Padi)
39,8
43,87
41,91
39,77
41,34
P4 (Padi-Jagung)
41,22
42,43
40,58
45,55
42,45
6 MST
P5 (Padi-Kedelai) 43,91
42,84
40,7
46,45
43,48
Rataan
41,64
43,05
41,06
43,92
42,42
P1 (Padi)
46,06
52,75
50,18
46,03
48,76
P4 (Padi-Jagung)
45,65
46,32
43,09
50,98
46,51
7 MST
P5 (Padi-Kedelai) 52,48
49,39
46,56
52,11
50,14
Rataan
48,06
49,49
46,61
49,71
48,47
P1 (Padi)
52,02
60,94
56,53
53,25
55,69
P4 (Padi-Jagung)
49,99
50,35
46
53,92
50,07
8 MST
P5 (Padi-Kedelai) 58,13
56,38
51,67
58,92
56,28
Rataan
53,38
55,89
51,4
55,36
54,01
59,05
64,82
63,94
60,16
61,99
P1 (Padi)
53,94
53,16
49,37
56,94
53,35
P4 (Padi-Jagung)
9 MST
60,53
58,68
61,45
60,71
P5 (Padi-Kedelai) 62,19
Rataan
58,39
59,50
57,33
59,52
58,69
P1 (Padi)
64,34
71,71
71,66
67,96
68,92a
P4 (Padi-Jagung)
57,51
55,46
54,45
59,26
56,67b
10
MST
P5 (Padi-Kedelai) 68,71
65,92
64,2
65,36
66,05a
Rataan
63,52
64,36
63,44
64,19
63,88
P1 (Padi)
67,17
76,52
75,78
73,54
73,25a
P4 (Padi-Jagung)
62,45
59,39
56,3
64,18
60,58b
11
MST
P5 (Padi-Kedelai) 75,25
72,04
71,7
70,11
72,28a
Rataan
68,29
69,32
67,93
69,28
68,7
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada umur 4 MST tertinggi
diperoleh pada sistem padi-kedelai (P5) yang berbeda nyata dengan padi-jagung
(P4) namun berbeda tidak nyata dengan pola tanam monokultur tanaman padi
(P1). Kemudian pada umur 9, 10 dan 11 MST tertinggi diperoleh pada sistem pola
tanam monokultur tanaman padi (P1) berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5)
namun berbeda tidak nyata dengan padi-jagung (P4). Pada perlakuan pemberian
pupuk NPK tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada 4 MST dengan dosis 150
gr/plot (N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot
(N2), namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).
Luas Daun Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 18-19) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun tanaman tanaman jagung
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap luas
daun tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun tanaman jagung per sampel.
Rataan luas daun tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas daun jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................cm²...............................
7007
8742,53
8135,76
7590,15
7868,86a
P2 (Jagung)
7860,19
7950,48
7577,99
7876,59
7816,31a
P4 (Jagung-Padi)
7001,34
7747,83
6601,35
7271,23
7155,44b
P6 (Jagung-Kedelai)
Rataan
7289,51b 8146,95a 7438,37b
7579,32ab 7613,54
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4 menunjukkan luas daun tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam sistem monokultur jagung (P1) dengan luas
7868,86 cm2 dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan luas
7155,44 cm2. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel tertinggi dengan
dosis 50 gr/plot (N1) sebesar 8146,95cm2 dan terendah pada pemberian pupuk
NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 7289,51 cm2.
Bobot Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 20-21) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot tongkol tanaman jagung
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot tongkol tanaman
jagung per sampel.
Rataan bobot tongkol tanaman jagung per saampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................gr.....................................
P2 (Jagung)
273,75
304,25
277,08
298,33
288,35
P4 (Jagung-Padi)
242,92
243,33
302,5
290,75
269,88
P6 (Jagung-Kedelai)
274,58
308,33
301
307,83
297,94
Rataan
263,75
285,31
293,53
298,97
285,39
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 5 menunjukkan bobot tongkol tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan bobot 297,94 gr
dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) dengan bobot 269,88 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 298,97 gr dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 263,75 gr.
Keliling Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 22-23) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter keliling tongkol tanaman jagung per
sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap keliling
tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap keliling tanaman jagung
per sampel.
Rataan keliling tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Keliling tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
...............................cm.....................................
P2 (Jagung)
16,42
16,82
16,73
16,97
16,73a
P4 (Jagung-Padi)
15,05
15,87
16,24
16,52
15,92b
P6 (Jagung-Kedelai)
16,15
16,51
16,65
17,14
16,61a
Rataan
15,87b
16,40ab 16,54ab
16,88a
16,42
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 6 menunjukkan keliling tongkol tanaman jagung per sampel terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung (P2) sebesar 16,73cm
dan terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 15,92 cm. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar
16,88 cmdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0)
sebesar 15,87 cm.
Jumlah Baris per Tongkol
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah baris per tongkol tanaman
jagung, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah
baris per tongkol tanaman jagung. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol tanaman
jagung.
Rataan jumlah baris per tongkol tanaman jagung pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah baris per tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Rataan
Pola Tanam
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
.............................baris..................................
P2 (Jagung)
13,42
13,7
13,92
14,33
13,84b
P4 (Jagung-Padi)
12,5
13,17
14,03
14,15
13,46ab
P6 (Jagung-Kedelai)
13,13
14,71
14,58
14,57
14,25a
Rataan
13,01b
13,86a
14,18a
14,35a
13,85
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 7 menunjukkan jumlah baris per tongkol tanaman jagung terbanyak
diperoleh pada perlakuan pola tanam jagung-kedelai (P6) sebesar 14,25 baris dan
terendah pada pola tanam jagung-padi (P4) sebesar 13,46 baris. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar 14,35
barisdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0 gr/plot (N0)
sebesar 13,01 baris.
Panjang Tongkol Tanaman Jagung per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tongkol tanaman
jagung per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tongkol tanaman jagung per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol
tanaman jagung per sampel.
Rataan panjang tongkol tanaman jagung per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Panjang tongkol jagung pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
................................cm..................................
P2 (Jagung)
16,32
16,8
16,24
16,73
16,52
P4 (Jagung-Padi)
15,58
16,22
16,54
16,51
16,21
P6 (Jagung-Kedelai)
16,31
16,85
16,3
16,54
16,5
Rataan
16,07
16,62
16,36
16,59
16,41
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 8 menunjukkan panjang tongkol tanaman jagung per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur jagung dengan panjang
16,52 cm dan terendah pada pola tanam jagung-kedelai (P6) dengan panjang 16,5
cm. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150
gr/plot (N3) sebesar 16,59 cm dan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan
dosis 0 gr/plot (N0) sebesar 16,07 cm.
Jumlah Cabang Produktif Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 40-41) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif
tanaman kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel. Interaksi
antara pola tanam dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel.
Rataan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per sampel pada pola
tanam dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah cabang produktif kedelai pada sistem tumpang sari dan
pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
.............................cabang..............................
P3 (Kedelai)
2,60
2,80
2,20
2,90
2,63
P5 (Kedelai-Padi)
2,90
2,70
1,70
2,60
2,48
P6 (Kedelai-Jagung)
2,00
1,70
1,80
2,30
1,95
Rataan
2,50
2,40
1,90
2,60
2,35
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 9 menunjukkan jumlah cabang produktif tanaman kedelai per
sampel terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3)
dengan jumlah 2,63 cabang dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6)
dengan jumlah 1,95 cabang. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel
terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 2,60 cabang dan terendah pada
pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 1,90 cabang.
Jumlah Polong Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 42-43) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong tanaman kedelai per
sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah polong tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong tanaman
kedelai per sampel.
Rataan jumlah polong tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah polong kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk
NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr) (150 gr)
...............................polong.............................
.
P3 (Kedelai)
49,2
50,1
55,4
50
51,18a
P5 (Kedelai-Padi)
46,8
41,2
32,1
43,8
40,98ab
P6 (Kedelai-Jagung)
30,6
32,7
30,9
40,1
33,58b
Rataan
42,2
41,33
39,47
44,63
41,91
Universitas Sumatera Utara
37
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 10 menunjukkan jumlah polong tanaman kedelai per sampel
terbanyak diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) dengan
jumlah 51,18 polong dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) dengan
jumlah 33,58 polong. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel
terbanyak dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebanyak 44,63 polong dan terendah
pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 100 gr/plot (N1) sebanyak 39,47
polong.
Bobot Basah Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 44-45) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk tanaman kedelai
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk
tanaman kedelai per sampel.
Rataan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Bobot basah tajuk kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
..................................gr...................................
P3 (Kedelai)
53,45
34
81,65
70,75
59,96a
P5 (Kedelai-Padi)
17,45
56,15
23,9
35,25
33,19b
P6 (Kedelai-Jagung)
7,65
32,7
13,45
20,25
18,51b
Rataan
26,18
40,95
39,67
42,08
37,22
Universitas Sumatera Utara
38
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 11 menunjukkan bobot basah tajuk tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
59,96 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 18,51 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 42,08 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 26,18 gr.
Bobot Kering Tajuk Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 46-47) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk tanaman kedelai
per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
tajuk tanaman kedelai per sampel.
Rataan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel pada pola tanam
dan pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot kering tajuk kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
....................................gr.................................
P3 (Kedelai)
20
12,95
27,85
26,05
21,71a
P5 (Kedelai-Padi)
6,1
21
8,65
11,95
11,93ab
P6 (Kedelai-Jagung)
2,55
12,9
5,4
7,6
7,11b
Rataan
9,55
15,62
13,97
15,2
13,58
Universitas Sumatera Utara
39
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 12 menunjukkan bobot kering tajuk tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
21,71 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-jagung (P6) sebesar 7,11 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 15,2 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 9,55 gr.
Berat 100 Jumlah Biji Tanaman Kedelai per Sampel
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 48-49) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter berat 100 jumlah biji tanaman
kedelai per sampel, sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap
berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel. Interaksi antara pola tanam
dengan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 biji
tanaman kedelai per sampel.
Rataan berat 100 biji tanaman kedelai per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Berat 100 jumlah biji kedelai pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
..................................gr......................................
P3 (Kedelai)
15,06
15,67
15,69
15,82
15,56a
P5 (Kedelai-Padi)
13,3
13,63
14,36
14,19
13,87c
P6 (Kedelai-Jagung)
14,72
15,42
14,95
15,26
15,09b
Rataan
14,36b
14,91a
15,00a
15,09a
14,84
Universitas Sumatera Utara
40
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 13 menunjukkan berat 100 jumlah biji tanaman kedelai per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur kedelai (P3) sebesar
15,56 gr dan terendah pada pola tanam kedelai-padi (P5) sebesar 13,87 gr. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 15,09 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 0
gr/plot (N0) sebesar 14,36 gr.
Jumlah Anakan Tanaman Padi
Rataan jumlah anakan tanaman padi umur 4-11 MST pada perlakuan pola
tanam dan pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 14.
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 14. Jumlah anakan tanaman padi pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Umur
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr) (100 gr) (150 gr)
..........................anakan.........................
P1 (Padi)
1,7
1,4
2,2
1
1,58
P4 (Padi-Jagung)
0,9
1,6
1,4
1,7
1,4
4 MST
P5 (Padi-Kedelai)
1,7
1,4
2,2
1,8
1,78
Rataan
1,43
1,47
1,93
1,5
1,58
P1 (Padi)
3,7
3,5
4,1
3,4
3,68
P4 (Padi-Jagung)
2,7
3,2
3,4
3,6
3,23
5 MST
P5 (Padi-Kedelai)
4,5
4,3
2,6
3,9
3,83
Rataan
3,63
3,67
3,37
3,63
3,58
P1 (Padi)
7,4
8,7
7,7
7,1
7,73a
P4 (Padi-Jagung)
4,4
4,1
4,6
6,2
4,83b
6 MST
P5 (Padi-Kedelai)
7,7
7
6,5
7,9
7,28a
Rataan
6,5
6,6
6,27
7,07
6,61
P1 (Padi)
11,1
13
13
12,4
12,38a
P4 (Padi-Jagung)
5,9
4,9
5,2
8,3
6,08b
7 MST
P5 (Padi-Kedelai)
10
10,8
10
12,3
10,78a
Rataan
9
9,57
9,4
11
9,74
P1 (Padi)
13,1
16
17
16,4
15,63a
P4 (Padi-Jagung)
6,5
5,3
5,8
9,1
6,68b
8 MST
P5 (Padi-Kedelai)
12,6
14,1
13,7
15,3
13,93a
Rataan
10,73
11,8
12,17
13,6
12,08
P1 (Padi)
14,6
19
20,2
19,8
18,40a
P4 (Padi-Jagung)
7,2
6,1
6,8
9,9
7,50b
9 MST
P5 (Padi-Kedelai)
14,9
17,2
16,6
17,7
16,60a
Rataan
12,23
14,1
14,53
15,8
14,17
P1 (Padi)
16,5
21,7
22,6
22,7
20,88a
P4 (Padi-Jagung)
7,8
6,6
7,4
10,7
8,13b
10
MST
P5 (Padi-Kedelai)
17,4
19,2
18,1
19,8
18,63a
Rataan
13,9
15,83
16,03
17,73
15,88
P1 (Padi)
17,8
23,5
25
24,5
22,70a
P4 (Padi-Jagung)
8,1
7,2
7,7
11,2
8,55b
11
MST
P5 (Padi-Kedelai)
18,7
20,8
19,5
21,5
20,13a
Rataan
14,87b 17,17ab 17,40ab
19,07a
17,13
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
42
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 66-83) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi pada umur 6-11
MST, juga pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
anakan tanaman padi pada umur 11 MST. Interaksi antar pola tanam dan
pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan tanaman
padi.
Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman padi pada umur 611 MST terbesar diperoleh pada sistem pola tanam monokultur padi (P1) yang
berbeda nyata dengan padi-kedelai (P5) namun berbeda tidak nyata pada pola
tanam monokultur padi (P1). Pada perlakuan pemberian pupuk NPK jumlah
anakan tanaman padi terbesar diperoleh pada 11 MST dengan dosis 150 gr/plot
(N3) yang berbeda nyata dengan dosis 50 gr/plot (N1) dan 100 gr/plot (N2),
namun berbeda tidak nyata dengan dosis 0 gr/plot (N0).
Jumlah Gabah Tanaman Padi per Malai (butir)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 84-85) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai,
sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah
tanaman padi per malai. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah tanaman padi per malai.
Rataan jumlah gabah tanaman padi per malai pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 15.
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 15. Jumlah gabah pada sistem tumpang sari dan pemberian pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
...............................butir................................
85,16
73,81
87,28
84,95
82,80a
P1 (Padi)
66,15
54,25
64,87
71,39
64,17b
P4 (Padi-Jagung)
73,83
70,33
82,05
83,79
77,50a
P5 (Padi-Kedelai)
Rataan
75,05ab
66,13b
78,07a
80,05a
74,82
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 15 menunjukkan jumlah gabah tanaman padi per malai terbesar
diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur padi (P1) sebesar 82,80 butir
dan terendah pada pola tanam padi-jagung (P4) sebesar 64,17 butir. Pada
perlakuan pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot
(N3) sebesar 80,05 butirdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis
50 gr/plot (N1) sebesar 66,13 butir.
Bobot Kering Gabah Tanaman Padi per Sampel (gr)
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 86-87) diketahui bahwa pola
tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering gabah tanaman padi per sampel,
sedangkan pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
gabah tanaman padi per sampel. Interaksi antara pola tanam dengan pemberian
pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering gabah tanaman padi
per sampel.
Universitas Sumatera Utara
44
Rataan bobot kering gabah tanaman padi per sampel pada pola tanam dan
pemberian pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Bobot kering gabah padi pada sistem tumpang sari dan pemberian
pupuk NPK
Dosis Pupuk NPK
Pola Tanam
Rataan
N0
N1
N2
N3
(0 gr)
(50 gr)
(100 gr)
(150 gr)
.................................gr...................................
32,18
28,31
34,10
31,78
31,59a
P1 (Padi)
7,58
5,64
6,11
10,33
7,41b
P4 (Padi-Jagung)
22,55
28,31
26,70
28,32
26,47a
P5 (Padi-Kedelai)
Rataan
20,77
20,75
22,30
23,48
21,83
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%
Tabel 16 menunjukkan bobot kering gabah tanaman padi per sampel
terbesar diperoleh pada perlakuan pola tanam monokultur padi (P1) sebesar 31,59
gr dan terendah pada pola tanam padi-jagung (P4) sebesar 7,41. Pada perlakuan
pemberian pupuk NPK per sampel terbesar dengan dosis 150 gr/plot (N3) sebesar
23,48 grdan terendah pada pemberian pupuk NPK dengan dosis 50 gr/plot (N1)
sebesar 20,75 gr.
Universitas Sumatera Utara
45
Pembahasan
Pengaruh Pola Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung, Kedelai, dan Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pola tanam
berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung
pada 6 MST, tinggi tanaman kedelai pada 4, 6 dan 7 MST, tinggi tanaman padi
pada 4, 9, 10, dan 11 MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman
jagung, jumlah baris per tongkol tanaman jagung, jumlah polong tanaman kedelai,
bobot basah dan kering tanaman kedelai, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah
anakan 6-11 MST tanaman padi, jumlah gabah per malai tanaman padi, dan bobot
kering gabah pada tanaman padi.
Perkembangan tanaman jagung dengan padi maupun jagung dengan
kedelai pada sistem tumpang sari dibandingkan dengan monokutur jagung sangat
beragam, secara umum tidak mengalami perbedaan tinggi yang signifikan. Secara
keseluruhan cahaya matahari dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan,
dan produksi hasil tanaman. Tanaman jagung yang menaungi akan menghambat
tanaman yang disekitarnya sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan
menjadi terhambat. Menurut Dedy.,et all (2013) tingkat naungan yang tinggi
mencapai 50% dapat menurunkan produktifitas tanaman.
Pada tumpang sari tanaman kedelai dengan jagung memiliki pengaruh
yang nyata pada 4, 6, dan 7 MST terhadap monokultur kedelai pada tinggi
tanaman. Hal ini disebabkan karena kedelai mendapat naungan yang lebih lama
Universitas Sumatera Utara
46
yang akan mengakibatkan terjadinya etiolasi yaitu kecenderungan tanaman untuk
tumbuh memanjang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Permatasari dan
Kastono (2012), yaitu bahwa kedelai yang ternaungi jagung dalam sistem
tumpang sari menunjukan bahwa semakin rendah sinar matahari yang diterima
kedelai berarti semakain rapat tingkat penaungan yang akan menyebabkan
pertumbuhan dan hasil kedelai menurun. Kondisi demikian menyebabkan
rendahnya hasil fotosintesis pada kondisi yang ternaungi sehingga penampilan
tanaman menjadi lebih tinggi, keliling batang kecil, kerapatan stomata rendah dan
ukuran daun menjadi lebih besar.
Hasil tumpang sari kedelai dengan padi tidak memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap tinggi tanaman. Faktor kombinasi tanaman berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena penanaman
kombinasi, penanaman padi dengan tanaman kacang-kacangan, tanaman kacangkacangan akan membantu penyediaan N untuk pertumbuhan tanaman padi, yang
akan mempengaruhi laju pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Catharina (2013)
tanaman kacang-kacangan, akarnya mempunyai bintil yang mengandung bakteri
yang mampu menambat nitrogen udara,
sehingga nitrogen tanah yang telah
diserap tanaman dapat diganti.
Perbedaan tinggi tanaman pada tumpang sari pertumbuhan padi dengan
jagung terlihat sangat optimal pada 9 hingga 11 MST dibandingkan dengan
monokultur padi. Jagung yang menaungi diduga mengakibatkan tinggi tanaman
padi terhambat berbeda halnya dengan monokultur padi dimana tidak terjadi
persaingan dalam memperoleh asupan sinar matahari. Dewi., et all (2014)
Universitas Sumatera Utara
47
pertumbuhan tanaman jagung yang realtif lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman padi mengakibatkan penetrasi cahaya ke kanopi menjadi lebih berkurang.
Tumpang sari tanaman padi dengan kedelai tidak memilik perbedaan
tinggi tanaman apabila dibandingkan dengan monokultur padi. Hal ini diduga
disebabkan adanya pengaruh kerapatan tanaman atau populasi tanaman yang
dapat menekan terjadinya kompetisi tanaman. Mochammad Sholeh dan Djumali
(2006) menyatakan bahwa perbedaan ruang antar tanaman tidak menyebabkan
persaingan antar tanaman, sehingga setiap individu tanaman mampu tumbuh
secara optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan tumpang sari tanaman jagung dengan
padi dan kedelai memiliki pengaruh nyata terhadap parameter luas daun, keliling
tongkol, dan jumlah baris per tongkol. Luas daun tanaman akan berkaitan dengan
kemampuan tanaman dalam menyerap cahaya matahari untuk melakukan aktifitas
fotosintesis tanaman, semakin luas daun maka radiasi matahari yang diterima juga
semakin tinggi sehingga fotosintat yang dihasilkan juga semakin banyak. Hal ini
didukung oleh Rinaldi., et all (2013) yang menyatakan luas daun merupakan
parameter yang menunjukkan potensi tanaman melakukan fotosintesis dan juga
merupakan potensi produktif tanaman di lapangan. Keliling tongkol berkaitan
dengan populasi yang banyak sehingga ketersediaan air dan kelembapannya
terjaga untuk pertumbuhan dan produksi yang berpengaruh terhadap pengisian
biji. Diperjelas oleh Nugrahini (2012), pola tanam mempengaruhi populasi
tanaman yang efisiensi penggunaan air dan zat hara, dengan demikian akan
mempengaruhi hasil. Perbedaan jumlah baris per tongkol karena adanya pengaruh
pola tanam yang berbeda. Sesuai dengan pernyataan Wahyudin., et all (2015)
Universitas Sumatera Utara
48
menyatakan bahwa jarak tanam yang berperan dalam kerapatan populasi dan
kompetisi antar tanaman.
Tumpang sari tanaman jagung dengan kedelai dan padi tidak memiliki
pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol jagung karenabaik tanaman padi
maupun kedelai tidak mempengaruhi pengisian dalam kelobot tongkol. Surtinah.,
et all (2015) menyatakan bahwa ketersediaan bahan makanan yang dibutuhkan
oleh jagung tidak terganggu dan tidak mempengaruhi hasil pada tanaman lain
didaerah perakarannya, sedangkan pada panjang tongkol terjadi tidak nyata karena
tidak begitu berpengaruh terhadap adanya pola tanam tumpang sari. Hal ini sesuai
dengan Nugrahini (2012), ukuran panjang tongkol tanaman jagung umumnya
relatif seragam.
Pada jenis tumpang sari kedelai dengan padi dan jagung diperoleh hasil
yang nyata pada parameter jumlah polong kedelai, bobot basah dan kering tajuk,
dan berat 100 jumlah biji. Hal ini berhubungan erat dengan adanya persaingan
dengan tanaman lain yang membuat hasil produksi tanaman kedelai menjadi tidak
lebih maksimal. Sesuai dengan Aminah., et all (2012) menyatakan bahwa
penurunan hasil pada salah satu atau kedua tanaman dalam sistem tumpang sari
disebabkan pengaruh penaungan dari salah satu tanama oleh tanaman lainnya.
Tumpang sari tanaman padi dengan kedelai dan jagung berpengaruh
nyata pada jumlah anakan pada 6-11 MST yang disebabkan adanya persaingan
serta adanya pengaruh naungan dari tanaman lain. Menurut Dewi., et all (2014)
menyatakan pengurangan jumlah anakan disebabkan oleh kompetisi tanaman
dalam satu rumpun sehingga tanaman yang kalah bersaing akan mati.
Universitas Sumatera Utara
49
Pertumbuhan dan perkembangan tumpang sari tanaman padi dengan
jagung dan kedelai memiliki pengaruh nyata terhadap jumlah gabah per malai dan
bobot kering gabah yang berkaitan dengan adanya persaingan unsur hara, cahaya,
dan kerapatan pola tanam. Hal ini sesuai dengan Yustisia (2002), faktor lain
penyebab rendahnya hasil padi pada pola tumpang sari diduga karena terjadinya
kompetisi hara terutama antar tanaman pada pola tumpang sari yang dapat
mengurangi penyerapan hara.
Pengaruh Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Jagung, Kedelai, dan Padi
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter antara lain tinggi tanaman jagung
pada 6-7 MST, tinggi tanaman kedelai pada 5-6 MST, tinggi tanaman padi pada 4
MST, luas daun tanaman jagung, keliling tongkol tanaman jagung, jumlah baris
per tongkol tanaman jagung, berat 100 biji tanaman kedelai, jumlah anakan 11
MST tanaman padi, dan jumlah gabah per malai tanaman padi.
Pada tanaman jagung 6 dan 7 MST, kedelai 5 dan 6 MST, dan padi 4
MST dengan sistem pola tanam tumpang sari yang memiliki pengaruh nyata
dalam pemberian pupuk NPK.
Hal
ini disebabkan karena
perbedaan
perkembangan akar sehingga terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara
di dalam tanah oleh akar tanaman. Aminah., et all (2012) menyatakan pola tanam
tumpang sari, perkembangan pertumbuhan akar menjadi lebih penting terutama
berkaitan dengan kemampuan akar bersaing untuk menyerap unsur hara. Tanaman
Universitas Sumatera Utara
50
dengan perakaran luas akan lebih mampu bersaing dibandingkan dengan tanaman
perakaran sempit.
Pada jenis tumpang sari jagung dengan kedelai dan padi diperoleh hasil
yang nyata pada parameter luas daun, keliling tongkol, jumlah baris per tongkol
dalam pemberian pupuk NPK karena terjadinya proses pencucian unsur hara di
dalam tanah maupun adanya penyerapan unsur hara yang tak berimbang sehingga
dapat menurunkan pengisian kelobot jagung. Hal ini sesuai dengan Pratikta., et all
(2013) menyatakan bahwa perlakuan penambahan pupuk NPK berpengaruh
berbeda tidak nyata terhadap tongkol tanaman jagung bisa disebabkan terjadinya
kehilangan pupuk karena tercuci, menguap, maupun fiksasi.
Tumpang sari tanaman kedelai dengan jagung dan padi berpengaruh
nyata pada berat 100 biji tanaman kedelai terhadap penggunaan pupuk NPK
karena dalam pengisian polong kedelai membutuhkan unsur hara yang optimal
untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Rizwan (2010) menyatakan pertumbuhan
meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pupuk NPK yang diberikan,
karena pupuk NPK dapat menyumbangkan unsur hara makro untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Pada tanaman padi 11 MST dengan sistem pola tanam tumpang sari yang
memiliki pengaruh nyata pada jumlah anakan dalam pemberian pupuk NPK. Hal
ini disebabkan karena dalam meningkatkan jumlah anakan pada fase vegetatif
membutuhkan unsur hara yang berimbang. Herdiyanti (2012) menyatakan bahwa
tanpa adanya pemupukan akan terjadi defisiensi unsur hara sehingga tidak dapat
menghasilkan anakan secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
51
Tumpang sari tanaman padi dengan jagung dan kedelai berpengaruh
nyata pada jumlah gabah per malai terhadap penggunaan pupuk NPK karena
dalam pengisian gabah dalam malai sangat bergantung pada pemupukan di fase
reproduktif. Jannah., et all (2012) menyatakan kekurangan hara dan air dapat
menyebabkan pembentukan malai menjadi tidak maksimal sehingga berpengaruh
pada bakal biji yang akan terbentuk.
Pengaruh Interaksi Pola Tanam dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung, Padi, dan Kedelai
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi
perlakuan pola tanam tumpang sari dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor
perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa
adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktorfaktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal