Pengan Ibu HIV-AIDS dalam Melakukan Perawatan Postpartum dengan Sectio Caesarea Chapter III VI

91

BAB 3
METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang meliputi: desain penelitian
yang digunakan, lokasi dan waktu penelitian, partisipan, teknik pengumpulan
data, pengolahan dan analisa data, etika penelitian serta keabsahan data.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah fenomenologi yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi lengkap dan akurat mengenai fenomena
yang sedang dikaji (Payton, 1994). Desain penelitian ini adalah fenomenologi
interpretif yang bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman
hidup dengan cara masuk kedalam dunia partisipan (Willig & Billin, 2011).
Penelitian ini berfokus pada deskripsi dan penafsiran pengalaman ibu HIV-AIDS
dalam melakukan perawatan postpartum menurut cara pandang mereka sendiri
serta bagaimana mereka memaknai pengalaman tersebut.
Penelitian dilakukan dengan mengeksplorasi langsung pengalaman hidup
seseorang sebagai suatu pengertian membongkar dan membangkitkan pemahaman
tentang hal-hal tertentu (Hence, 2008 dalam Elsevier, 2008) baik yang diingat,
dirasakan, dilihat, dipercayai, diputuskan, dilakukan dan seterusnya (Spiegelberg,

1975 dalam Streubert & Carpenter, 2011).
Penelitian kualitatif efektif dalam menyelidiki pengalaman hidup manusia,
misalnya rasa takut dan kebahagiaan, dan oleh karena itu fenomenologis
(Streubert & Carpenter, 1999). Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

92

peneliti kualitatif tertarik pada makna, bagaimana orang memaknai hidup mereka,
pengalaman mereka dan struktur mereka tentang dunia.
Penelitian kualitatif memungkinkan ide-ide muncul dari data daripada
memaksakan suatu kerangka yang sudah ada pada data. Pendekatan ini
memungkinkan

peneliti

untuk

menemukan


fenomena

baru

dan

untuk

mengungkapkan kisah di balik angka-angka. Ini mengeksplorasi pengalaman
orang-orang dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sebuah paradigma penelitian kualitatif dipilih karena pendekatan yang
sistematis untuk menangkap pengalaman dan interpretasi peristiwa dan keadaan
masyarakat. mencoba untuk memanfaatkan subjektif sebagai sarana untuk
memahami dan menafsirkan pengalaman manusia.
Penelitian kualitatif melibatkan kerja lapangan di mana peneliti secara
fisik pergi ke orang-orang atau lembaga untuk mewawancarai informan atau
mengamati perilaku di alam. Tidak ada upaya untuk memaksakan kontrol atau
pembatasan


(Streubert

&

Carpenter,

1999).

Penelitian

ini

berusaha

mengeksplorasi secara mendalam dan menjelaskan bagaimana fenomena ibu
dengan HIV-AIDS melakukan perawatan postpartum setelah menjalani bedah
caesarea.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan dan di luar Kota Medan dengan
mengambil data pasien HIV-AIDS yang melakukan bedah caesarea melalui data

kunjungan pasien di rumah sakit pemerintah atau dengan menanyakan langsung
kepada masyarakat keberadaan pasien HIV–AIDS. Pemilihan lokasi penelitian

Universitas Sumatera Utara

93

didasarkan pada kecendrungan pasien yang terinfeksi HIV-AIDS yang melakukan
kunjungan atau pemeriksaan ke RS. Pemerintah seperti RSU. Pirngadi Medan,
RSUD. Haji Medan, dan RSUP Haji Adam Malik Medan dengan biaya yang
terjangkau. Pengumpulan data dilakukan Bulan Mei 2015 sampai dengan Bulan
Februari 2016.
3.3. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang mengidap HIV-AIDS yang
pernah menjalani perawatan postpartum setelah melakukan operasi caesarea
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Lincoln dan Guba (1985)
menyatakan bahwa gagasan penelitian kualitatif adalah sengaja memilih informan
yang terbaik yang akan menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti kualitatif dapat
memutuskan untuk mencari informan dengan karakteristik tertentu untuk
meningkatkan pemahaman teoritis beberapa aspek dari fenomena yang dipelajari

(Burns & Grove, 2001).
Jumlah partisipan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 15 orang.
Namun jika sudah mencapai saturasi data maka jumlah informan tidak digunakan
semuanya. Terjadinya saturasi data pada penelitian ini adalah bila informasi yang
ditemukan mengalami pengulangan (repetitive) baik secara isinya dan mempunyai
makna yang sama dengan partisipan-partisipan sebelumnya, sehingga tidak
ditemukan informasi baru melalui pengumpulan data lebih lanjut (Polit & Beck,
2012).

Universitas Sumatera Utara

94

Setiap partisipan pada penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi yang
telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya berupa: partisipan adalah orang yang
mengidap HIV-AIDS, pernah menjalani operasi caesarea minimal satu tahun,
bersedia diwawancara, sukarela, dan tidak berada dibawah tekanan serta mampu
menceritakan pengalamannya sehingga diperoleh banyak informasi (rich
information), Proses pemilihan partisipan dibantu oleh petugas rumah sakit
pemerintah atau bertanya langsung pada partisipan yang memiliki kenalan yang

memenuhi kriteria penelitian, pemilihan partisipan juga dilakukan dengan
menanyakan kepada masyarakat Kota Medan terkait siapa saja kenalan mereka
pengidap HIV-AIDS yang mempunyai pengalaman melakukan operasi bedah
caesarea.
3.4.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan alat, metode dan

prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
3.4.1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner data
demografi, pedoman wawancara, field note dan tape recorder. Alat pengumpulan
data utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Peneliti sebagai instrumen
penelitian melakukan studi fenomenologi dengan menggunakan dirinya sendiri
untuk mengumpulkan informasi dan deskripsi yang sebanyak-banyaknya tentang
pengalaman ibu HIV-AIDS yang melakukan bedah caesarea dan mengembang
kan hubungan dengan partisipan melalui wawancara intensif (Polit & Beck,
2012).


Universitas Sumatera Utara

95

Penelitian ini juga menggunakan kuesioner data demografi yang
membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Kuesioner data demografi
mencakup inisial, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, agama,
jumlah anak, tempat bersalin, biaya persalinan, dan lama mengidap HIV-AIDS.
Disamping itu, peneliti juga menggunakan panduan wawancara dan field note
selama proses pengumpulan data.
Panduan wawancara tersebut berisi pertanyaan terbuka yang dibuat oleh
peneliti sendiri yang berisi pengalaman ibu pengidap HIV-AIDS dalam
melakukan perawatan postpartum setelah menjalani bedah caesarea. Panduan
wawancara dibuat berdasarkan landasan teori yang relevan dengan masalah yang
di eksplor pada penelitian. Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan proses
yang sedang berlangsung dalam atau selama wawancara dengan tetap
berpegangan pada teori yang bersumber dari teori keperawatan dan konsep medis.
Panduan wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti menyesuaikan
dengan tujuan penelitian dan agar proses wawancara lebih terarah serta
mengingatkan peneliti terhadap pokok permasalahan dalam penelitian (Speziale &

Carpenter, 2003). Butir pertanyaan pada panduan wawancara menyangkut
pengalaman ibu dengan HIV-AIDS dalam melakukan perawatan postpartum
setelah melakukan bedah caesarea yang telah dilakukan content validity oleh tiga
orang expert dibidangnya yang terdiri dari seorang perawat yang merupakan
konselor pasien HIV-AIDS dan dua orang dokter yang berlatarbelakang
pendidikan spesialis penyakit infeksi tropis dan konsultan spesialis kandungan.
Beberapa butir pertanyaan dilakukan revisi terkait penggunaan bahasa yang

Universitas Sumatera Utara

96

bertujuan memudahkan partisipan untuk memahaminya. Diantaranya istilah
perineum diganti dengan daerah kemaluan, penggunaan kondom diganti dengan
pemakaian alat keluarga berencana (KB), dan pemenuhan nutrisi diganti dengan
pemenuhan makanan yang bergizi. Adapun nilai CVI yang didapat pada panduan
wawancara ini adalah 0,93.
Selain panduan wawancara, peneliti juga menggunakan field note berupa
catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Catatan lapangan (field note) merupakan dokumentasi respon non verbal selama
proses wawancara berlangsung (Polit & Beck, 2012). Hasil catatan lapangan (field
note) pada penelitian ini berisi: tanggal, waktu, suasana tempat, deskripsi atau
gambaran partisipan serta respon non verbal partisipan selama proses wawancara
untuk memperkuat temuan observasi sehingga memperkaya data yang diperoleh
(thick description). Peneliti juga menggunakan alat perekam berupa tape recorder
yaitu Sony IC Recorder tipe ICD-PX240 untuk merekam percakapan selama
wawancara yang kemudian hasil wawancara di ketik dalam bentuk transkrip.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
mendalam (in-depth interview) yang dilakukan oleh peneliti dengan durasi
wawancara sekitar 60-90 menit. Metode wawancara mendalam (in-depth
interview) atau disebut juga sebagai wawancara tak terstruktur bertujuan untuk
memperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari seluruh partisipan berisi butir-

Universitas Sumatera Utara

97

butir pertanyaan yang diajukan kepada partisipan yang bertujuan untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara, menggali informasi,
keterangan, data dan kreativitas peneliti melalui improvisasi pada saat proses
wawancara.
3.4.3.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diawali dengan perolehan persetujuan dari
komisi etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara berupa lembar
ethical cleareance dan surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Kemudian surat tersebut diserahkan ke rumah sakit atau tempat
lain untuk mendapatkan partisipan. Selanjutnya peneliti mengunjungi pihak diklat
rumah sakit pemerintah, ataupun masyarakat yang mengetahui keberadaan
partisipan untuk mendapatkan partisipan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti
terlebih dahulu melakukan pilot study sebagai latihan dalam melakukan
wawancara, dilanjutkan dengan membuat transkrip dan melakukan analisis. Pilot
study dilakukan pada satu partisipan. kemudian hasil wawancara dari pilot study
dibuat dalam bentuk transkrip dan dilakukan proses analisis yang selanjutnya

dikonsultasikan kepada pembimbing. Setelah mendapat persetujuan pembimbing,
kemudian peneliti melanjutkan wawancara kepada partisipan berikutnya.
Sebelum mewawancarai partisipan, terlebih dahulu peneliti melakukan
pendekatan (prolonged engagement) kepada partisipan selama minimal dua bulan.
Pendekatan yang telah dilakukan peneliti ini dilakukan melalui kunjungan secara

Universitas Sumatera Utara

98

langsung ke rumah partisipan ataupun melalui jaringan komunikasi seperti telepon
dan facebook yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara
peneliti dan partisipan sekaligus sebagai tahap pengenalan kondisi partisipan.
Setelah melakukan prolonged engagement selama minimal dua bulan, langkah
selanjutnya adalah peneliti menemui calon partisipan berdasarkan daftar nama
yang sudah di buat oleh peneliti. Kemudian peneliti memperkenalkan diri,
memberikan lembar penjelasan dan menjelaskan maksud, tujuan, manfaat serta
proses pengumpulan data yang dilakukan. Peneliti juga menjelaskan bahwa proses
wawancara akan direkam dengan tape recorder dan meyakinkan partisipan bahwa
hasil wawancara baik dalam bentuk rekaman maupun transkrip tidak akan
diberitahu kepada pihak manapun, dan hanya digunakan untuk kepentingan proses
penelitian. Kemudian meminta kesedian partisipan dengan cara menandatangani
lembar informed consent.
Langkah selanjutnya adalah peneliti dan partisipan bersama-sama
membuat kontrak waktu dan tempat untuk wawancara. Semua wawancara
dilakukan dalam kondisi tenang, nyaman, dan menjaga privasi partisipan.
Wawancara dilakukan di rumah partisipan atau di suatu tempat yang nyaman bagi
partisipan yang berada di lingkungan tempat tinggal partisipan.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik in-dept interview
dengan durasi 60-90 menit sesuai dengan panduan wawancara yang ada dan
meminta izin pada partisipan untuk merekam seluruh proses wawancara.
Kemudian peneliti melanjutkan menanyakan berbagai pertanyaan dengan
menggunakan teknik probing.

Universitas Sumatera Utara

99

Dalam melakukan wawancara, peneliti juga menggunakan teknik diam
(silence) sebagai suatu cara untuk memberikan kesempatan kepada partisipan
untuk mengingat

kembali

dan menceritakan pengalaman

yang pernah

dirasakannya. Peneliti juga berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban partisipan
dan

memberikan

kesempatan

seluas-luasnya

pada

partisipan

untuk

mengungkapkan pengalamannya selama proses wawancara sehingga data yang
diperoleh merupakan informasi alamiah yang sesuai dengan pengalaman
partisipan.
Wawancara diakhiri dengan membuat kesimpulan dari hasil wawancara
oleh peneliti yang bertujuan untuk mengklarifikasi segera hasil wawancara yang
telah dilakukan. Peneliti juga memberikan keleluasaan pada partisipan untuk
menghubungi peneliti baik secara langsung atau via telepon jika partisipan merasa
perlu menceritakan lebih lanjut tentang pengalamannya.
Pengumpulan data dengan menggunakan catatan lapangan (field note)
juga digunakan peneliti berupa catatan tertulis tentang apa yang di dilihat, di
dengar, dialami dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif. Apabila data hasil wawancara, field note sudah dilengkapi.
Maka selanjutnya dibuatkan transkrip hasil wawancara dan telah divalidasi
kembali oleh partisipan untuk mengklarifikasi hal-hal yang tidak sesuai terhadap
sesuatu yang dialami partisipan.
Penelitian dilakukan sampai dirasa tidak ada lagi hal-hal yang ingin
diketahui dari partisipan. Pencarian informasi dari partisipan lain akan terus
dilakukan sesuai dengan prosedur dan dihentikan setelah tercapai saturasi.

Universitas Sumatera Utara

100

Penelitian diakhiri dengan melakukan terminasi akhir kepada seluruh partisipan
sebagai tanda bahwa penelitian telah berakhir dan pemberian cinderamata sebagai
partisipasi partisipan selama proses penelitian.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
Pengalaman ibu dalam hal ini pengidap HIV-AIDS yaitu orang yang mempunyai
virus penyakit infeksi yang berisiko tinggi dalam dirinya sewaktu melakukan
perawatan setelah menjalani bedah caesarea yaitu suatu teknik melahirkan dengan
menggunakan sayatan pada bagian perut ibu.
3.6. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahapan penelitian ini dilanjutkan dengan analis
data dengan menggunakan pendekatan Colaizzi. Langkah-langkah berikut
merupakan proses untuk analisis data fenomenologis (Speziale & Carpenter
(2007) dalam Sanders, 2003).
1.

Setiap transkrip harus dibaca dan membaca kembali untuk mendapatkan
pengertian umum tentang isi keseluruhan.

2.

Untuk setiap transkrip, pernyataan signifikan yang berkaitan dengan
fenomena yang diteliti harus diekstrak. Pernyataan-pernyataan ini harus
dicatat pada lembar terpisah mencatat halaman mereka dan nomor baris.

3.

Makna harus dirumuskan dari laporan yang signifikan.

4.

Arti yang dirumuskan harus diurutkan ke dalam kategori, kelompok tema,
dan tema.

Universitas Sumatera Utara

101

5.

Temuan penelitian harus diintegrasikan ke dalam deskripsi lengkap dari
fenomena yang diteliti.

6.

Struktur dasar dari fenomena tersebut harus dijelaskan.

7.

Akhirnya, validasi temuan harus dicari dari peserta penelitian untuk
membandingkan hasil deskriptif peneliti dengan pengalaman mereka.

Proses Analisa data Colaizzi

Skema 3.3. A summary of colaizzi's strategy for phenomenological data analysis.

Universitas Sumatera Utara

102

Langkah Pertama
Setiap transkrip dibaca beberapa kali untuk mendapatkan “rasa’ seluruh
isi. Selama tahap ini, pikiran, perasaan, dan ide-ide yang muncul oleh peneliti
karena pekerjaan sebelumnya dengan pasien bedah caesarea dimasukkan kedalam
catatan. Hal ini membantu untuk mengeksplorasi fenomena seperti yang dialami
oleh partisipan sendiri.
Langkah Kedua
Dalam tahap analisis, pernyataan dan ungkapan yang signifikan yang
berkaitan dengan perubahan citra tubuh dan strategi coping dipisahkan dari
masing-masing transkrip. Pernyataan-pernyataan ini ditulis dalam lembaran
terpisah dan kode berdasarkan transkrip, halaman, dan nomor baris mereka,
setelah mengekstrak laporan transkrip bentuk yang signifikan.
Langkah Ketiga
Makna dirumuskan dari laporan yang signifikan. Setiap makna yang men
dasari diberi kode dalam satu kategori karena mereka mencerminkan deskripsi
lengkap. Setelah itu, seluruh pernyataan dan makna mereka diperiksa oleh seorang
peneliti ahli yang menemukan proses yang benar dan makna konsisten.
Langkah Keempat
Setelah kesepakatan terhadap semua makna dirumuskan, proses penge
lompokan semua makna tersebut diformulasikan ke dalam kategori yang
mencerminkan struktur yang unik cluster tema dimulai. Setiap cluster tema diberi
kode untuk mencakup semua makna dirumuskan terkait dengan kelompok makna.
Setelah itu, kelompok cluster tema yang mencerminkan masalah visi tertentu

Universitas Sumatera Utara

103

dimasukkan bersama-sama untuk membentuk konstruk khas tema. Memang,
semua tema ini secara internal dan eksternal konvergen divergen; yang berarti
bahwa setiap "makna dirumuskan" jatuh hanya dalam satu tema cluster yang
dibedakan dalam arti dari struktur lain (Mason, 2002).
Langkah Kelima
Pada tahap analisis ini, semua tema muncul didefinisikan menjadi deskripsi
lengkap. Setelah menggabungkan semua tema penelitian, seluruh struktur dari
fenomena tersebut. Setelah itu, peneliti mencari seorang peneliti ahli yang
mengkaji temuan dalam hal kekayaan dan kelengkapannya untuk memberikan
gambaran yang cukup. Akhirnya, validasi deskripsi lengkap ini dikonfirmasi
dengan penelitian supervisor.
Langkah Keenam
Langkah ini sedikit mirip dengan langkah sebelumnya, tetapi tidak ada
makna mendalam yang dicari. Dalam langkah ini pengurangan temuan dilakukan
di mana berlebihan, disalahgunakan atau deskripsi berlebihan dibasmi dari
struktur keseluruhan. Tampaknya upaya tersebut dilakukan untuk menekankan
pada struktur fundamental. Beberapa perubahan yang diterapkan untuk
menghasilkan hubungan yang jelas antara kelompok tema dan tema mereka
diekstrak, yang termasuk juga menghilangkan beberapa struktur ambigu yang
melemahkan seluruh uraian.

Universitas Sumatera Utara

104

Langkah Ketujuh
Langkah ini bertujuan untuk memvalidasi temuan penelitian menggunakan
teknik member checking. Ini dilakukan dengan kembalinya peneliti kepada para
partisipan dan membahas hasil dengan mereka. Pandangan partisipan pada hasil
penelitian yang diperoleh secara langsung atau melalui telepon. Langkah ini
dilakukan oleh peneliti utama saat ia mengambil persetujuan dari para partisipan
di muka selama wawancara pertama. Akhirnya, semua partisipan menunjukkan
kepuasan mereka terhadap hasil ini yang sepenuhnya mencerminkan perasaan dan
pengalaman mereka.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis segera
setelah selesai setiap satu proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya
transkrip data. proses analisa data dilakukan secara manual untuk memudahkan
dalam pengorganisasian data.
Menurut Polit dan Beck (2012), proses analisis data kualitatif terdiri dari
menyusun transkrip, mengorganisasikan data dengan menentukan pernyataan
esensial dan mengelompokkan data-data. Proses pengelompokkan data ini disebut
dengan reduksi dimana data diubah menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya
mengembangkan skema kategori dan melakukan pengkodean data berdasarkan
kategori yang dibuat.
3.7. Tingkat Keabsahan Data
Trustworthiness adalah istilah yang digunakan di antara peneliti kualitatif
untuk menggambarkan proses untuk memastikan atau mengevaluasi kebenaran/
ketepatan dari hasil penelitian kualitatif (Hinks, 2010).

Universitas Sumatera Utara

105

Pada dasarnya, penelitian kualitatif harus menunjukkan kepercayaan dalam
memberikan ketegasan dan kekuatan untuk validitas penelitian dan kehandalan
dalam semua tahap termasuk pengumpulan data, analisis data dan deskripsi
(Speziale & Carpenter (2007); Vivar, McQueen, Whyte, & Armayor, 2007).
Lincoln dan Guba (1985) menyatakan bahwa penelitian kualitatif termasuk
fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritas dalam proses penelitian
melalui tingkat keabsahan data (trusthworthiness). Lincoln dan Guba (1985) juga
menjelaskan empat kriteria tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif
yaitu kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), pengalihan
(transferability), dan kepastian (confirmability).
1. Credibility
Kredibilitas penelitian digambarkan sebagai kebenaran temuan sebagaimana
dinilai oleh peserta dan lain-lain dalam disiplin (Schneider et al., 2007 dalam
Hinks, 2010).
Kredibilitas berarti sejauh mana orang-orang yang membaca laporan
penelitian bisa percaya dan menerima kebenaran temuan penelitian tersebut. Salah
satu strategi untuk membangun kredibilitas adalah melalui prolonged engagement
dengan informan selama pengumpulan data dan dengan data selama analisis data.
Strategi lain untuk menentukan apakah informan mengakui kebenaran temuan
untuk dunia kehidupan mereka seperti yang diungkapkan oleh mereka. Kegiatan
ini disebut member checking (Lincoln & Guba, 1985; Streubert & Carpenter,
1999).

Universitas Sumatera Utara

106

Kriteria ini dimulai sejak peneliti melakukan teknik prolonged engagement
pada penelitian, hasil rekaman, transkrip, catatan lapangan (field note), triangulasi
metode, dan member checking. Prolonged engagement pada penelitian ini adalah
mengadakan pertemuan dengan partisipan selama minimal dua bulan, dimana
pertemuan di jadwalkan dilakukan dua kali seminggu selama 2-3 jam pertemuan
dengan mengunjungi rumah partisipan atau bertemu disuatu tempat yang nyaman
bagi partisipan. Prolonged engagement juga dilakukan dengan cara membina
komunikasi melalui telepon atau media sosial facebook sebelum pengumpulan
data yang berguna untuk meningkatkan rasa saling percaya antara peneliti dan
partisipan sehingga memudahkan peneliti menggali secara mendalam informasi
yang dibutuhkan dari partisipan.
Catatan lapangan (field note) berupa dokumentasi non verbal, hasil rekaman
wawancara dan transkrip juga merupakan salah satu aspek kredibilitas pada
penelitian ini. Triangulasi yang akan digunakan yaitu triangulasi teori dan metode.
Triangulasi teori dilakukan dengan menggunakan beberapa perspektif untuk
menginterpretasikan data. Triangulasi metode yang digunakan peneliti adalah
metode wawancara dan observasi (Lincoln & Guba, 1985).
Strategi ini memperkuat kredibilitas penelitian. Ditambah lagi dengan
member checking yang telah dilakukan peneliti kepada partisipan untuk
memvalidasi baik hasil wawancara maupun hasil tematik yang telah ditemukan.
2. Dependability
Keandalan data kualitatif mengacu pada stabilitas data dari waktu ke waktu
dan terhadap kondisi (Polit & Hungler, 1999). Tingkat keabsahan data melalui

Universitas Sumatera Utara

107

dependability untuk memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks,
metode, dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh juga
menunjukkan hasil yang sama. Untuk memenuhi kriteria dependability pada
penelitian ini dilakukan audit trail yang bertujuan untuk menilai apakah proses
dan hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan cara melaporkan secara detail setiap
proses penelitian dan menyerahkan hasil temuan selama penelitian kepada dosen
pembimbing.
3. Transferability
Transferability mengacu pada apakah temuan dari penelitian kualitatif dapat
ditransfer ke lain konteks atau situasi yang sama. Transferability temuan terletak
pada pengguna potensial bukan dengan peneliti (Polit & Hungler, 1999; Streubert
& Carpenter, 1999).
Keabsahan data juga ditunjukkan bagaimana penelitian ini dapat dilakukan
di tempat yang lain. Transferability yang dilakukan pada penelitian ini melalui
penyediaan laporan penelitian sebagai thick description. Thick description berarti
penyimpanan semua arsip atau dokumen oleh peneliti selama penelitian didalam
suatu map folder.
4. Confirmability
Confirmabilitas mengacu pada sejauh mana hasilnya dapat dikonfirmasi
atau dikuatkan oleh orang lain (Trochim, 2006 dalam Hinks, 2010).
Confirmabilitas mengacu pada objektivitas atau netralitas data, yaitu sejauh mana
hasil penelitian adalah buah karya fokus penelitian dan tidak bias dari peneliti.
Strategi ini memungkinkan auditor eksternal untuk mencoba memahami

Universitas Sumatera Utara

108

bagaimana dan mengapa keputusan dibuat dan untuk menentukan apakah peneliti
lain akan tiba pada kesimpulan yang sebanding (Lincoln & Guba, 1985; Streubert
& Carpenter, 1999).
Confirmability yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah audit trial.
Dimana peneliti berupaya untuk mempertahankan pendokumentasian dengan baik
seperti melakukan konfirmasi langsung kepada partisipan jika terdapat hal-hal
yang kurang jelas selama proses penelitian berlangsung. Selain itu hasil temuan
tema diperlihatkan kepada partisipan dan partisipan berhak melakukan validasi
atas tema tersebut. Audit trial juga diperkuat dengan penyerahan hasil temuan
selama proses penelitian kepada pembimbing untuk dikonfirmasi sehingga
objektifitasnya terjamin.
3.8.Pertimbangan Etik
Pengambilan data dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari komisi
etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara berupa lembar ethical
cleareance. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian, prosedur, risiko,
ketidaknyamanan, keuntungan atas partisipasi individu dalam proses penelitian.
Kemudian peneliti memberikan lembar informed concent yang berisi informasi
penelitian.

Kesetujuan

partisipan

untuk

berpartisipasi

ditandai

dengan

menandatangani lembar persetujuan, namun jika partisipan tidak bersedia,
partisipan berhak untuk mengundurkan diri kapanpun karena penelitian ini
bersifat suka rela dan tanpa paksaan. Individu memiliki kebebasan untuk memilih

Universitas Sumatera Utara

109

tanpa control eksternal, dapat menentukan apakah akan berpartisipasi dalam
penelitian atau tidak, dapat menarik diri dari penelitian tanpa ada konsekuensi
(Creswell, 2003).
Peneliti tidak mencantumkan nama partisipan dan hanya menuliskan inisial
nama (anonymity), agar identitas subjek tidak dihubungkan bahkan oleh peneliti
sendiri. Partisipan hanya diberikan kode tertentu untuk menjamin kerahasiaan
identitas (confidentiality), tidak akan di hubungkan dengan informasi serta tidak
diinformasikan dengan bebas, hanya informasi yang diperlukan yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
Pada Penelitian ini, right to fair treatment yaitu hak untuk mendapat
perlakuan yang sama juga mendapat perhatian oleh peneliti, dimana peneliti akan
memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh partisipan, baik lingkungan,
cara komunikasi, bahasa tubuh, dan lain-lain. Peneliti juga akan meminimalisasi
dampak yang merugikan bagi subjek (Nonmaleficence) selama proses
pengumpulan data. Ketidaknyamanan partisipan kemungkinan dapat berupa rasa
bosan, lelah selama proses wawancara. Peneliti tidak akan memaksa untuk
melanjutnya wawancara dan memberikan kebebasan pada partisipan untuk
meneruskan atau menghentikan proses wawancara dan dapat dilanjutkan kembali
sesuai dengan kesepakatan bersama.
Selama proses wawancara berlangsung, peneliti berusaha menciptakan rasa
nyaman bagi partisipan, terutama bila peneliti menemukan perubahan emosional
pada partisipan seperti mata berkaca-kaca, ekspresi marah, ekpresi rasa sakit, dan
lain-lain menceritakan pengalamannya maka peneliti berupaya menenangkan

Universitas Sumatera Utara

110

partisipan dengan menghampiri, menyarankan partisipan untuk rileks, memberi
kesempatan untuk istirahat jika dibutuhkan, dan menyarankan untuk minum.
Setelah wawancara selesai dilakukan, peneliti menanyakan tentang perasaan
partisipan setelah menceritakan pengalamannya. Kemudian peneliti melakukan
debriefing yang bertujuan memberikan kesempatan kepada partisipan untuk
menanyakan atau memberi complaint terhadap hasil data yang diperoleh. Setelah
penelitian selesai dilakukan, peneliti memberikan reward berupa cendramata
kepada partisipan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi mereka.

Universitas Sumatera Utara

111

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk
menjelaskan pengalaman ibu HIV-AIDS dalam melakukan perawatan postpartum
setelah menjalani bedah caesarea. Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan kurang lebih sepuluh bulan mulai dari Bulan Mei 2015 sampai Bulan
Februari 2016, hal ini dikarenakan pengambilan data dilakukan berulang kali
setelah dilakukan evaluasi masih terdapat beberapa hal kekurangan. Pengambilan
data dilakukan oleh peneliti sendiri melalui teknik wawancara mendalam dan
catatan lapangan yang dilanjutkan dengan melakukan proses analisa data. Bab
hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu karakteristik demografi partisipan
dan gambaran analisis tematik tentang pengalaman ibu dalam melakukan
perawatan postpartum setelah menjalani bedah caesarea.
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada partisipan yang berdomisili di Kota Medan dan
di luar Kota Medan dengan mengambil data pasien HIV-AIDS yang melakukan
bedah caesarea melalui data kunjungan pasien di rumah sakit pemerintah.
Penelitian dilakukan di masing-masing rumah partisipan atau di suatu tempat yang
nyaman sesuai dengan keinginan partisipan yang masih berada di wilayah tempat
tinggal partisipan.

Universitas Sumatera Utara

112

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yaitu ibu HIV-AIDS
yang telah melakukan perawatan postpartum setelah menjalani bedah caesarea
yang sesuai dengan kriteria penelitian. Karakteristik demografi partisipan terdiri
dari usia partisipan berkisar antara 25-36 tahun, dengan rata-rata usia 31 tahun.
Latar belakang pendidikan partisipan bervariasi mulai dari sekolah dasar sampai
lulusan sarjana yang terdiri dari sepuluh orang partisipan lulusan SMA, tiga
orang lulusan SMP, satu orang lulusan SD, dan satu orang partisipan lulusan
sarjana. Tiga orang partisipan bekerja sebagai pegawai swasta dan 12 partisipan
adalah ibu rumah tangga. Mayoritas partisipan adalah Suku Jawa dan selebihnya
Suku Batak, Aceh, Melayu, Nias, dan Minang. 13 partisipan beragama Islam dan
dua partisipan beragama kristen. Jumlah persalinan yang dilakukan partisipan
sesuai dengan jumlah anak yang dimiliki partisipan bervariasi yaitu enam
partisipan memiliki satu orang anak, enam partisipan memiliki dua orang anak,
dan tiga partisipan memiliki tiga orang anak. Semua partisipan melakukan
persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah yaitu sepuluh partisipan
melakukan persalinan di RSUD. Haji Medan dan lima partisipan bersalin di RS.
Haji Adam Malik Medan dengan biaya yang ditanggung secara pribadi maupun
dengan menggunakan BPJS kesehatan. Mayoritas partisipan mengidap virus HIVAIDS diatas lima tahun yang sumber penularannya mayoritas berasal dari suami
sebagai penasun, dan sisanya bersumber dari perilaku seks bebas dan transfusi
darah.

Semua

partisipan

melakukan

pengobatan

secara

rutin

dengan

memeriksakan diri ke dokter langganan masing-masing. Mayoritas partisipan

Universitas Sumatera Utara

113

memperoleh informasi terkait perawatan setelah menjalani bedah caesarea berasal
dari petugas kesehatan, sisanya diperoleh melalui media elektronik, informasi dari
teman dan keluarga. Adapun rincian karakteristik demografi partisipan dapat
dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

114

Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Partisipan
Data Demografi Partisipan
Usia
20-30 tahun
30-40 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Sarjana
Pekerjaan
IRT
Pegawai Swasta
Suku
Jawa
Batak
Minang
Melayu
Nias
Aceh
Agama
Islam
Kristen
Jml Anak
1
2
3
Persalinan Ke
1
2
3
Tempat Persalinan
Rumah Sakit
Biaya Persalinan
Mandiri/Pribadi
BPJS
Lama Terkena HIV-AIDS
≥ 5 tahun
Sumber penularan
Suami
Pacar
Transfusi Darah
Pengobatan yang dilakukan
Rutin
Sumber Informasi (pilihan ≥1)
Petugas kesehatan
Media Elektronik
Keluarga
Teman

Frekuensi

Persentase

6
9

40%
60%

1
3
10
1

7%
20%
67%
7%

12
3

80%
20%

9
2
1
1
1
1

60%
13,33%
6,67%
6,67%
6,67%
6,67%

13
2

86,67%
13,33%

6
6
3

40%
40%
20%

6
6
3

40%
40%
20%

15

100%

1
14

6,67%
93,33%

15

100%

10
3
2

66,67%
20%
13,33%

15

100%

9
2
3
6

45%
10%
15%
30%

Universitas Sumatera Utara

115

4.3 Tema Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menggambarkan beberapa tema berdasarkan
pengalaman partisipan dalam melakukan perawatan postpartum setelah menjalani
pembedahan sectio caesarea. Adapun delapan tema yang didapat berdasarkan
analisis tematik yang dilakukan adalah: 1) Mengalami stigma dan diskriminasi, 2)
Perubahan psikologis dan sosial 3) Meningkatkan spiritualitas, 4) Melakukan
perawatan postpartum pada ibu, 5) Melakukan perawatan pada anak, 6)
Melakukan pengobatan medis, 7) Melakukan pengobatan dan perawatan
tradisional, dan 8) Adanya dukungan sosial (social support). Masing-masing tema
ini akan di bagi menjadi beberapa subtema yang akan dijelaskan selanjutnya.
4.3.1 Mengalami Stigma dan Diskriminasi
Gambaran stigma dan diskriminasi yang dialami partisipan terkait dengan
status HIVnya menyebabkan partisipan menjadi bahan gosip, dijauhi dan
dikucilkan di lingkungan tempat tinggal partisipan akibat adanya paradigma yang
salah mengenai konsep cara penularan HIV-AIDS di kalangan masyarakat awam.
Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh beberapa subtema yang terdiri dari:
1) sikap negatif terhadap perilaku, 2) takut open status, 3) rasa bersalah terhadap
nilai, keyakinan, dan norma masyarakat, serta 4) sikap dan perilaku negatif tenaga
kesehatan. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pemaparan dibawah ini.
1.

Sikap negatif terhadap perilaku
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian partisipan mengalami

stigma dan diskriminasi baik oleh masyarakat ataupun tenaga kesehatan sebagai
bentuk rasa bersalah terhadap nilai, norma dan keyakinan masyarakat yang telah

Universitas Sumatera Utara

116

dilanggar. Partisipan

mengaku pernah mengalami cemoohan, ejekan ataupun

perlakuan yang tidak menyenangkan baik secara langsung ataupun tidak terkait
dengan statusnya yang positif. Berdasarkan pernyataan partisipan diskriminasi
yang terjadi disebabkan karena adanya stigma negatif yang berkembang
dimasyarakat akibat pemahaman yang keliru tentang penyakit HIV-AIDS.
Masyarakat cendrung menganggap bahwa perempuan yang mengidap HIV positif
adalah perempuan yang tidak memiliki moral dan berperilaku buruk. Masyarakat
masih menganggap penyakit yang mematikan ini disebabkan perilaku tak
bermoral seperti bergonta-ganti pasangan seksual, identik dengan perempuan
nakal dan jahat, Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan beberapa partisipan
dibawah ini:
“Ya namanya orang kampung taunya kalau orang… positif penyakit itu
pasti orang nggak bener. Orang nggak bener katanya, Pasti mereka akan
diasingkan atau dikucilkan.”[P1, L145,146]
“Karena orang sini taunya aids itukan sakit yang buat mati karena
orangnya ngak benar kak, orang jahat.”[P2, L128,129]
“Stigma yang dimaksud ya…. Pikiran orang HIV itu…. Kitakan ngak
mungkin ngontrol apa yang ada dalam pikiran orang kak. Takut ntahnya
dia berpikir aku perempuan apaan lah, kupu-kupu malam kali?, ntah
orang itu pikir aku pecandu, makek barang kan kak?, ngak tahulah,
namanya juga pikiran orang kan, ngak ketebak. Apalagi tetanggatetanggaku ini suka pada gosip, ntah apalah yang dipikirkan orang itu
kalau tahu aku terinfeksi.”[P2, L153-158]
“Lagian orang sini nganggap orang yang kenak itu orang jahat…bagus
kami diem ajakan.”[P3, L72,73]
“Pandangan mereka kan selama ini orang yang HIV pasti mati.,,,”[P4,
L583]
“…janganlah kak…. Orangkan taunya yang HIV itu yang nakal, jahat….
Nanti apa kata orang sama keluargaku .,,,”[P5, L583]

Universitas Sumatera Utara

117

“…. Tahu sendirilah kak penyakit itukan penyakit karena ngak bener…
perempuan nakal biasanya yang kenak HIV itu….”[P8, L85,86]
“…ya orang taunya kan orang yang kenak HIV itu orang yang jahat,
perempuan nakal, pelacur gitu kan kak, ngak benerlah pokoknya
kak…”[P8, L92,93]
“ …Orang taunya … yang positif itukan orang, kek perempuan yang
ngak bener… penghibur … Biasanya …. perempuan jahatlah yang kenak
kayak gitu.” [P11, L73-75]
“…. Kalau di kampung kenak sakit gitu karena nakal…”[P13, L103]
“… disitu lagi… orangkan masih berpikir orang yang kenak HIV itu
perempuan malam… pelacur. Pokoknya hinalah kak…” [P14, L96,97]
“….Ya kan orang taunya sakit beginikan karena nakal, suka gonta - ganti
pasang an, colok sana colok sini….”[P15, L99,100]

“…. Payah….orang sini pikir aids itu sakit karena jual diri….. ngak
mau…. Takut dikucilkan nanti kakak” ….”[P9, L222,223]
“…. Masyarakat sini anggapannya HIV itu penyakit karena bandel, gantiganti pasangan… ngak maulah kak kasih tau nanti di kucilkan ”[P12,
L332,333]
“Banyak orang yang belum paham kali, pasti kalau dibilang tau penyakit
itu karena ada sesama penderita dia bilang dikeluarganya, dia jadi di
diskriminasi”[P1, L115,116]
“…..Kalau dari pihak suami kan memang dah tahu semua. Tapi ya tahu
sendirilah responnya, malah kami dijauhi” [ P2, L93,94]

“Apalagi tahu saya positif ya mungkin saya dikucilkan kali, takut
menulari mereka, taulah biasakan orang yang tinggal di kampung itukan
orang-orang baik.” [P6, L63-65]
“… Karena kalau dilingkungan kampung, kami sudah diasingkan
tetangga, di jauhi… kasihan lah kak orangtuaku. Ngak tahan sama ejekan
orang……”[P13, L100-102]

Universitas Sumatera Utara

118

2.

Takut open status
Perasaan terstigma yang dialami partisipan karena adanya perasaan

ketakutan masyarakat akan tertular penyakit yang dianggap berbahaya dan
cendrung menyebabkan kematian sehingga harus dijauhi dan dikucilkan, hal ini
menyebabkan mayoritas partisipan menutup rapat statusnya sehingga tidak ada
masyarakat yang tahu. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas partisipan merasa
nyaman dengan menutup rapat-rapat statusnya baik dari masyarakat maupun dari
keluarga terdekat sekalipun guna menghindari rasa malu karena mengganggap
dapat mencemarkan nama baik keluarga, takut menjadi pikiran atau beban bagi
keluarga ataupun karena takut dikucilkan dan menjadi bahan omongan orang.
Hanya satu partisipan yang terbuka tentang status HIVnya kepada lingkungan
tempat tinggalnya karena tetangga yang tinggal berdekatan dengan partisipan
adalah keluarga dari pihak ibunya yang tidak pernah mempermasalahkan
statusnya tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan
berikut ini:
“ya…. Sampai sekarang suami tidak tahu kalau saya HIV ini” [P1, L68]
” Makanya saya ngak mau cerita sama keluarga, takut….” [P1, L128]
“Saya takut kemungkinan nanti bakal dikucilkan. Saya takut saya bakal
ngalamin diskriminasi gitu. ....”[P1, L151,152]
“ Suamiku juga khawatir … nanti statusku ini di ketahui keluargaku atau
masyarakat ….. lebih bagus kami diam…..”[P2, L97-99]
“ Saya memang tidak mau menceritakan itu takutnya malah jadi bahan
gosip mereka”……”[P2, L60,61]
“Sebenarnya aku ngak tega kak,mamakku dah tua kan. Kek manalah
kalau dia tahu aku kena sakit yang mengerikan ini. Takutnya makin sakit
dia nanti kak. Ntah apa yang dipikirkaannya”……”[P2, L87-89]

Universitas Sumatera Utara

119

“ …. Jadi kami ngak pernah open statuslah sama orang.….”[P3, L41,42]
“Gak sih kak, itukan gak perlu, untuk apa kita open status kan mereka
juga gak bisa bantu untuk apa sih mereka tau, yang ada juga jadi bahan
omongan nanti….”[P4, L610-612]
“…ya terus terang mereka ngak tahu aku positif … aku memang ngak
mau cerita sama siapa aja …… takutnya orangtua ku malu….….
nantikan mereka malu, sedih denger anaknya digosipkan sanasini……”[P8, L83-87]
“….. ngak mau…. Takut dikucilkan nanti kakak” ….”[P9, L223]
“kalau keluargaku memang aku ngak ada bilang kak sama siapa
aja….”[P11, L61]
“…. kalau lingkungan ngak akan lah kak aku buka status....”[P13, L139]
“… maulah nanti aku digosipkan terus… malu… ngak bisa keluar rumah
kak. Jadi aku ngak pernah cerita. ….”[P14, L97,98]
“… saya tidak akan menceritakan ini pada siapapun, sampai kapanpun,…
saya ngak mau mereka terbebani dengan penyakit saya ini. ….…..”[P15,
L87-89]
“ ….apa kata orang kalau tau saya positif, bisa-bisa tercoreng nama baik
keluarga….. ngak mau mereka malu. ……”[P15, L100-102]

3.

Rasa bersalah terhadap nilai, keyakinan, dan norma masyarakat
Kesadaran karena telah melanggar aturan agama dan norma sosial

menyebabkan timbulnya perasaan bersalah pada diri partisipan. Perasaan bersalah
yang dialami partisipan seperti takut membuat malu keluarga, mencemarkan nama
baik keluarga, penerimaan masyarakat secara negatif dengan keberadaan status
partisipan juga dianggap aib karena memiliki kebiasaan yang menyimpang. Hasil
penelitian didapatkan ada tiga orang partisipan merasa statusnya adalah
kesalahannya dan hukuman atas perbuatannya yang tidak sesuai dengan norma

Universitas Sumatera Utara

120

dan nilai yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan
dibawah ini:
“Ya udahlah kak penyakitku ini memang karena salahku juga… Aku
memang ke diskotik, aku mabok… tapi aku cuma jadi simpanan. Aku
ngak tidur sama yang lain kak cuma sama pacarku itu. ”[P14, L35-37]
“Dalam hati aku ngerasa wajarlah aku kenak… toh aku bukan perempuan
baik-baik. Aku marah sama diri aku sendiri.”Pantas kok aku kenak”
terus-terusan hati aku bilang gitu. Aku marah sama diri sendiri, aku
memang berdosa, hina makanya pantes dapat hukuman ini. “Ini hukuman
untuk perempuan kayak aku”. [P13, L53-57]
“Tapi yaudahlah kak memang salah akukan… hubungan sebelum
waktunya”
[P2, L83]

4.

Sikap dan perilaku negatif tenaga kesehatan
Perlakuan yang tidak menyenangkan juga dialami ibu saat mendapatkan

perawatan postpartum atau sedang mendampingi sesama ODHA di rumah sakit.
Hal tersebut membuat rasa sedih dan kecewa bagi ibu terlebih perlakuan tersebut
berasal dari petugas kesehatan yang seharusnya dapat memberikan motivasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup pasien ODHA. Berdasarkan hasil penelitian
lima orang partisipan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari petugas
kesehatan baik berupa ucapan ataupun perilaku yang dianggap tidak nyaman bagi
ibu. Perlakuan yang tidak nyaman ini seperti ucapan negatif sampai tindakan yang
memaksa untuk melakukan sterilisasi dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan beberapa partisipan dibawah ini:
“Ada pengalaman yang kurang mengenakkan dan sampai sekarang saya
sakit hati kalau ingat itu bu.. waktu 2 hari setelah caesarea ada seorang
petugas medis yang mengatakan “bu jangan lupa di minum obat HIV

Universitas Sumatera Utara

121

nya” , bukan apa-apa bu dia nyampaikannya pakai teriak, banyak
orang……”[P1, L444-447]
” … ya perawat nya ngatai-ngatai pasien HIV positif itu gak boleh
nikahlah, gak boleh punya anak lah, … nanti tertular ”[P2, L709-711]
“yang kurang menyenangkan ya apa terkadang ini kalau misalnya kita di
situ kan agak di apakan sikit lah kak gitu ibaratanya kan beda lah dibuat
dengan orang yang normal gitu kan. seperti anak gitu kan, anak itu anak
kita itu hmm,, dikasih kan ke kita kayak gitu kan. gak di mereka kok
yang normal mereka yang jaga. kok kemarin itu anakku langsung
dikasihkan ke mira. satu hari langsung dikasih ke mira…”[P4, L392-397]
“…pernah saya dapatkan perlakuan menurut saya tidak manusiawi
lah…..mungkin status saya seperti ini kan. ……”[P3, L516,517]
“…. suka-suka hatinya …. kalau ditanyai, suster ini misal ntah nanyananya apa gitu jawabnya ketus. ……”[P2, L722-724]
“Hey dia pasien SIDA lho nanti kenak kau”…banyak orang….. teriak
….. perawat itu….. kek gak punya nurani. …”[P13, L381-384]
“Cuma karena kan semua juga petugas kesehatannya itu seperti
mendeskriminasi. mereka bilang mau berapa orang lagi yang kamu
tularkan gitu. jadi saya karena kan terdeskriminasi gitu makanya dan
suami juga bilang yaudah lah menyelamat kan, hmm,, dua-duanya jadi
udahlah kayak mana pun ceritanya yaudah kita tanda tangani aja yang
penting kalian dua selamat. itu dulu yang kami pikirkan. maka langsung
ditandatangani suami surat steril paksa kayak gitu kak …”[P2, L379-385]

4.3.2 Perubahan Psikologis dan Sosial
Shock dan rasa tidak percaya adalah respon pertama seseorang saat
terdiagnosa positif sebagai bentuk penolakan terhadap status HIV-AIDS mereka.
Berdasarkan hasil penelitian semua partisipan awalnya tidak percaya jika dalam
tubuhnya terdapat virus HIV. Rasa ketidakpercayaan ini membuat kebanyakan
partisipan merasa bersalah dan berdosa atas tindakannya dimasa lalu yang
mendatangkan malapetaka dalam hidupnya. Perasaan sedih bercampur bahagia

Universitas Sumatera Utara

122

juga dialami partisipan saat diberi kesempatan menjadi ibu meskipun dihantui rasa
takut yang luar biasa bila anaknya terpajan penyakit infeksi ini. Selain itu,
perubahan secara fisik juga dialami ibu seperti keluhan mudah lelah, mudah sakit
akibat proses perjalan penyakitnya. Partisipan juga melakukan perubahan gaya
hidup kearah yang lebih positif dan sehat dengan meningkatkan asupan gizi,
merubah perilaku kearah yang lebih sehat serta melibatkan diri dalam kegiatan
sosial demi meningkatkan kualitas hidup partisipan. Adapun subtema yang
didapat untuk tema ini adalah: 1) Perasaan takut, bersalah, dan berdosa, 2)
perasaan senang menjadi ibu, 3) takut terpajan penyakit, 4) Perubahan sikap dan
perilaku, dan 5) Munculnya kesadaran untuk saling membantu.
1.

Perasaan takut, bersalah dan berdosa
Perasaan takut, bersalah, dan berdosa yang berlarut-larut berdampak

pada perubahan psikologis ibu, kekhawatiran selama masa kehamilan terhadap
janin yang dikandung dan kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan menjadi
beban tersendiri bagi partisipan yang berdampak pada gangguan psikis. Selain
perubahan psikis perubahan fisik juga dialami ibu terkait prognosa penyakitnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas partisipan merasa bersalah dan
berdosa terhadap perilaku menyimpang di masa lalu yang mengakibatkan rasa
bersalah berkepanjangan. Perasaan berdosa dan bersalah ini terlebih dirasakan
partisipan kepada anak yang dilahirkan terkait takut menularkan, takut menjadi
beban untuk keluarga. Perasaan takut juga dialami partisipan terkait kondisi
fisiknya yang melemah sebagai dampak dari proses infeksi yang akan

Universitas Sumatera Utara

123

mempengaruhi aktivitas keseharian ibu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
beberapa partisipan dibawah ini:
“…… ada rasa bersalah karena saya hamil, tapi ya saya juga harus
memperjuangkan janin yang ada dikandungan saya agar tidak terinfeksi
virus HIV juga.… saya sih awal saya hamilnya juga gimana ya,
sebenarnya ngak diduga juga gitu yakan. jadinya saya merasa bersalah,
kebetulan bayi ini juga ngak terprogram jadinya saya disitu saya merasa
bersalah gitu yakan….. rasa bersalah itu pasti ada gitu. Cuma ya kita
jalani aja mudah-mudahan aja anak yang ada dalam kandungan itu tidak
terinfeksi” [P7, L65,66]
“ ya… sedih sesedihnya kak….. ngak bisa terimalah kak….. apalagi
dalam keadaan hamil kek gini… berpikir kok bisalah aku positif ya…”
[P1, L22,23]
“….. perasaan takut, merasa bersalah, merasa berdosa ngak aku hamil
dengan keaadaan seperti inipun ada. …” [P3, L27,28]
“merasa was-was juga karena kita tahu kondisi kita memang HIV positif
“[P2, L29]
“ ya cuma disatu sisi kita merasa bersalah,…. dah gitupun kita selama
hamil itu merasa was-was terus dari pertama hamil sampai
melahirkan…….. pokoknya kita was-was teruslah” [P2, L131-136]
“…ngak tahunya positif. ngedrop aku kak begitu tahu positif
kan…..”[P8, L56]
“ ya kek disambar petir disiang bolong lah kak…. Sedih sesedihsedihnya… kok bisa akulah yang kenak ini?” [P8, L57,58]
“Terguncang kak…. Merasa bersalah… berdosa…. Aku yang berbuat
anakku yang kenak. Menanggung perbuatan dan dosaku dimasa lalu.
Kasihan aku kak sama dia” [P14, L74,75]
“ ya kek mana ya kak… kek disambar geledek lah kak… nangis aku
kak….…..”[P11, L56]
“ Stress kali akulah kak waktu tau aku positif…. Sedih kali rasanya….”
[ P11, L44,45]
“Ya akhirnya aku test di rumah sakit…. Positif ! wadoh….. rasanya
kayak disambar petir…. Aku duduk lemes di pojok rumah sakit. Dalam
hati aku ngerasa wajarlah aku kenak… toh aku bukan perempuan baik-

Universitas Sumatera Utara

124

baik. Aku marah sama diri aku sendiri.”Pantas kok aku kenak” terusterusan hati aku bilang gitu. Aku marah sama diri sendiri, aku memang
berdosa, hina makanya pantes dapat hukuman ini. “Ini hukuman untuk
perempuan kayak aku” [ P13, L52-57]
“tapi aku ngerasa berdosa juga sama ini anak. Dia harus malu… pasti dia
akan malu punya orangtua ODHA kayak kami…”[P13, L77,78]
“Padahal aku rasanya mau down juga ya kan pas denger anak ku SIDA
Jadi…” [ P14, L58,59]
”rasa marahlah sama tuhan… kok aku yang kenak…kok bukan pelacurpelacur yang di sana itu” [P15, L37,38]
“ menanggung beban orangtuanya… kasarnya kan kami yang salah, yang
berdosa tapi dia harus menanggung beban kami ” [P15, L47-49]
“ya takut sakit… apalagi nanti kita kalau cuaca kurang mendukung
bentar-bentar sakit karena kondisi fisik kitakan ngak sehat seperti orang
yang normal gitu kan. jadi ya itulah takut sakit nanti kalau sakit janin ini
kek mana.” [P2, L23-259]
“Ya kalau habis lahiran kan kak, semua badan masih terasa sakit kan,
ngak enak, tambah lagi kita yang aids ini ” [P1, L230,231]
“ya kak…. Adalah apalagi