Makalah Evaluasi dan Hasil Belajar (1)

MAKALAH
EVALUASI PEMBELAJARAN, HASIL BELAJAR, BEDA ASSESMENT,
MEASUREMENT, DAN EVALUATION
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

Disusun oleh :
CHERIA DRIFI ASYIFA K2314009
SUCI FANIANDARI

K2314049

PENDIDIKAN FISIKA / B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran dan
pembentukkan kompetensi dasar pada pesrta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dan dari
segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnyaatau setidak-tidaknya sebagian besar ( 75% ) peserta didik terlibat secara
aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa
percaya diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar ( 75% ). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bemutu
tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari
kegiatan yang dilakukannya. Seringkali pula, orang yang melakukan kegiatan tersebut,
berkeinginan mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang dilakukannya. Siswa dan
guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, tentu mereka

juga berkeinginan mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi
yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran
sekaligus.
Di sisi yang lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran/pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang tak
terelakkan dalam setiap kegiatan/proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan
evaluasi (baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran) merupakan bagian
integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran/pendidikan.
Seperti dikemukakan sebelumnya, evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan
evaluasi pembelajaran. Guru harus dapat membedakan, mana kegiatan evaluasi hasil
belajar dan mana kegiatan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada

diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian
evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran,
sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan

pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran ini, tampaklah pada kita akan pentingnya
penyelenggaraan kegiatan evaluasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang guru
memiliki kemampuan menyelenggarakan evaluasi. Seorang guru akan lebih meguasai
kemampuan ini apabila sejak dini atau sejak sebagai calon guru sudah dikenalkan
dengan kegiatan evaluasi, yakni berkaitan dengan konsep dasar evaluasi itu sendiri.
Guru akan dianggap memiliki kualifikasi kemampuan mengevaluasi apabila guru
mampu

menjawab

mengapa,

apa dan

bagaimana evaluasi dalam

kegiatan

pembelajaran/pendidikan. Untuk memenuhi hal tersebut, maka dalam makalah ini kami

mengemukakan beberapa konsep dasar yang perlu diketahui terkait mengenai kegiatan
evaluasi tersebut.
B.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni sebagai
berikut:
1) Bagaimanakah definisi dan penjelasan mengenai hasil pembelajaran?
2) Bagaimanakah definisi dan penjelasan mengenai evaluasi pembelajaran?
3) Apakah perbedaan dari assesment, measurement, dan evaluation?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dan penjelasan mengenai hasil pembelajaran.
2. Untuk mengetahui definisi dan penjelasan mengenai evaluasi pembelajaran.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara assesment, measurement, dan evaluation.
4.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Penjelasan Mengenai Hasil Pembelajaran
Sudjana (2005) mengatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses
mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional),
pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Hubungan ketiga unsur tersebut
digambarkan dalam bagan 1.
Bagan 1. Hubungan tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajarmengajar, dan hasil belajar.

Garis (a) menunjukkan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis
(b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajara dengan hasil belajar, dan garis
(c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari sini dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu
tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dapat
dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar.
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu
objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya
ukuran atau kriteria. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Atas dasar
tersebut maka dalam kegiatan proses belajar mengajar itu selalu ada objek/program, ada
kriteria, dan ada interpretasi (judgment). Interpretasi dan judgement merupakan tema
penilaian yang emngimplikasikan adanya suatu perbandingan antara kriteria dengan

kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar tersebut maka dalam kegiatan
penilaian selalu ada objek/program, kriteria, dan interpretasi/judgement (Sudjana, 2005).
Sudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses
belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar
dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Walaupun demikian, tes dapat dapat digunakan untuk mengukur atau menilai
hasil belajar di bidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan
melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria
penilaian telah tercapai. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang
datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi), motivasi belajar, minta
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis.
Aini (2001) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor di luar diri siswa dan faktor pada diri siswa.
Faktor pada diri siswa ini diantaranya faktor emosi dan mood. Siswa yang mengalami
hambatan pemenuhan kebutuhan emosi, maka ia dapat mengalami “kecemasan“ sebagai
gejala utama yang dirasakan.
Clark (dalam Shabri, 2005) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya,
selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat
menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik
kelas antara lain:
1. Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar.
Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru melayani 40

orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu
kelas maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya.

2. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai
hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang
ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada
kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan
lain-lain.
3. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai
laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan sumber-sumber
belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.
Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu:
Faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi), motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, dan faktor fisik dan psikis.
Faktor di luar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di dalamnya
guru), fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
B. Definisi dan Penjelasan Mengenai Evaluasi Pembelajaran
Davies

mengemukakan

bahwa


evaluasi

merupakan

proses

sederhana

memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja,
proses, orang objek, dan masih banyak yang lain (Davies, 1981:3). Sedangkan Wand dan
Brown mengemukakan: Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi, dengan
batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasanbatasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan
sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan,
unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui
penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria,
evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan
pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan

kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur (pengukuran)
baru melakukan proses menilai (penilaian) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui
penilaian saja.

Walaupun tidak semua proses evaluasi melalui pengukuran, seorang calon guru/guru
harus tahu tetang pengukuran. Selain itu perlu dipahami pula oleh setiap calon guru/guru
perihal penilaian. Pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan kuantitas
sesuatu melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu (Arikunto, 1990:3;
Nurkancana, 1968:2). Dari batasan pengukuran dan penilaian, dapat ditandai adanya
perbedaan yang nyata antara keduanya. Pengukuran dilakukan apabila kegiatan penilaian
membutuhkannya, bila kegiatan penilaian tidak membutuhkan maka kegiatan
pengukuran tidak perlu dilakukan. Hasil kegiatan pengukuran yang bersifat kuantitatif
akan diolah dan dibandingkan dengan kriteria, hingga didapatkan hasil penilaian yang
kualitatif.
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi, pengukuran, dan penilaian kita
kaitkan dengan kegiatan belajar dan pembelajaran, maka kita akan memperoleh
pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertiannya secara umum. Pengertian
Evaluasi belajar dan pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan
pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan/atau
pengukuran belajar dan pembelajaran. Sedangkan pengertian pengukuran dalam kegiatan

belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan
pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah
ditentukan secara kuantitatif. Pengertian penilaian belajar dan pembelajaran adalah
proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara
kualitatif.
Kedudukan dan Peran Evaluasi dalam Pembelajaran
Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan
bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses
belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan
pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan
diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran
tersebut berhasil dan faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan
pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui
dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran. Padahal
diketahuinya hal tersebut akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan
perbaikan belajar dan pembelajaran.

Evaluasi juga mempunyai kedudukan yang tak terpisahkan dari belajar dan
pembelajaran secara keseluruhan, karena strategi belajar dan pembelajaran, proses
belajar dan pembelajaran menempatkan evaluasi sebagai salah satu langkahnya.
Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui
apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh
peserta didik melalui pembelajaran.
Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana didalamnya
terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Agar terbentuk manusia
yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban.
Sebagai proses transformasi, proses pendidikan dapat didiagramkan sebagai berikut:
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
1) Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Tujuan evaluasi pendidikan (pembelajaran) adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi dan
metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Minimal terdapat 6 (enam) tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar.
Keenam tujuan evaluasi tersebut, yakni sebagai berikut:
a. Menilai ketercapian (attainment) tujuan. Ada keterampilan antara tujuan belajar,
metode evaluasi, dan cara belajar siawa. Cara evaluai biasanya akan menentukan
cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi
yang akan digunakan oleh seorang guru.
b. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar di kategorikan
sebagai kongnitif, psikomotor, dan afektif. Batas tersebut umumnya
dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
c. Sebagai sarana ( means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui.
d. Memotivasi belajar siswa
e. Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling
f. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Menurut Kellough dan Kellough dalam Zainal Arifin, M.Pd (2009) tujuan
penilaian adalah untuk membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan peserta didik, menilai efektivitas strategi pembelajaran, menilai dan
meningkatkan efektivitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan efektivitas
pembelajaran, menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan

komunikasi dan melibatkan orang tua peserta didik. Sementara itu Cittenden (1994)
mengemukakan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah sebagai berikut:
a. Kepping Track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk
itu guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu
melalui berbagai jenis dan tehnik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang
pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
b. Chekking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kepmampuan peserta didik
dam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama
,mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan
penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang belum dikuasi.
c. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan,
kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga
guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.
d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak
yang berkepentingan.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki
berbagai komponen, seperti tujuan, materi, metode, media, sumber belajar,
lingkungan guru dan peserta. Dengan demikian perbaikan dan pengembangan
pembelajaran harus diarahkan kepada semua komponen pembelajaran tersebut.
Beriutnya juga evaluasi berfungsi untuk kepentingan akreditasi. Dalam UU No.
20/2003 bab 1 pasal 1 ayat 22 dijelaskan bahwa, akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Salah satu komponen akreditasi adalah pembelajaran, artinya fungsi
akreditasi dapat dilaksanakan jika hasil evaluasi pembelajaran digunakan sebagai
dasar akreditasi lembaga pendidikan.
Dalam proses pengembangan sistem pendidikan evaluasi berfungsi untuk:
1) Perbaikan sistem, dalam konteks ini evaluasi lebih bersifat konstruktif, karena
informasi hasil penilaian dijadikan input bagi perbaikan-perbaikan yang
diperlukan di dalam sistem pendidikan yang sedang dikembangkan. Disini

evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam sistem itu sendiri,
karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan dicapainya
hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.
2) Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat, selama dan terutama
dalam ahkir fase pengembangan sistem pendidikan, perlu adanya semacam
pertanggungjawaban (accountability). Dari pihak pengembangan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup,
baik pihak yang mensponsori kegiatan-kegiatan pengembangan sistem tersebut,
maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari sistem yang telah
dikembangkan. Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut mencakup pemerintah,
masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan dan pihak-pihak lainnya
yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan sistem yang bersangkutan.
3) Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan, tindak lanjut hasil pengembangan
sistem pendidikan dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan,
pertama apakah sistem baru tersebut akan atau tidak akan disebar luaskan,
kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula
sistem baru tersebut akan disebarluaskan.
Dalam bahasan yang lebih luas tentang fungsi evaluasi, maka beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Secara Psikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui hinggamana
kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Peserta didik adalah manusia yang belum dewasa, mereka masih mempunyai
sikap dan moral yang heteronoom, membutuhkan pendapat orang-orang dewasa
(seperti orang tua dan guru) sebagai pedoman baginya untuk mengadakan
orientasi pada situasi tertentu.
2. Secara Sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti bahwa
peserta didik dapat berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh lapisan
masyarakat dengan dengan segala karakteristiknya. Lebih jauh dari itu
diharapkan peserta didik dapat membina dan mengembangkan semua potensi
yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting karena mampu tidaknya peserta
didik terjun ke masyarakat akan memberikan ukuran tersendiri terhadap institusi
pendidikan yang bersangkutan. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan
pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan
dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajarannya.
4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok,
apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang pandai. Hal ini
berhubungan dengan sikap dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik
pertama dan utama di lingkungan keluarga. Orang tua perlu mengetahui
kemajuan anak-anaknya untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
5. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam
menempuh program pendidikannya, jika peserta didik dianggap siap (fisik dan
non fisik) maka program pendidikan dapat dilaksanakan. Sebaliknya jika peserta
didik belum siap, maka hendaknya program pendidikan tersebut jangan dulu
diberikan, karena akan mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.
6. Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi,
baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan, maupun kenaikan
kelas. Melalui evaluasi dapat mengetahui potensi peserta didik, sehingga dapat
memberikan bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Demikian
dengan kenaikan kelas, jika peserta didik belum menguasai kompetensi yang
ditentukan, maka peserta didik tersebut jangan dinaikkan ke kelas berikutnya
atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil keputusan evaluasi,
karena itu guru perlu mengadakan bimbingan yang lebih profesional.
7. Secara administrasi, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang
kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang,
kepala sekolah, guru-guru dan peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat
memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan
oleh institusi pendidikan.
Ruang Lingkup-Obyek (Aspek-Aspek) Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan objek evaluasi itu sendiri. Jadi, jika
objek tersebut tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotorik menjadi
ruang lingkup evaluasi pembelajaran itu sendiri. Domain kognitif merupakan
domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan

intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan
perasaan, sikap, nilai dan emosi. Sedangkan domain psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan motorik. Inilah konsep mengenai ranah hasil belajar yang
dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom.
Lebih jauh menurut Benjamin S. Bloom, setiap domain disusun menjadi
beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal
yang kompleks, dari hal yang mudah sampai hal yang sukar, dan mulai dari hal
yang kongkrit sampai hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Domain Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom (Sudijono, 2006), segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang

paling

tinggi.

keenam

jenjang

dimaksud

adalah:

(1)

pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3)
penerapan (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (synthesis) dan (6)
penilaian (evaluation).
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses
berpikir yang paling rendah.
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata
lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesangggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi

yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini merupakan proses berpikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya. jenjang analisis adalah setingkat
lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan
dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang analisis.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom.
Penilaian atau evaluasi di sini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinum dan
overlap (tumpang tindih), di mana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah
yang ada dibawahnya.
2) Afektif
Menurut David R. Krathwohl (Sudijono, 2006), ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif ini oleh Krathwohl
(Sudijono, 2006) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke
dalam lima jenjang yaitu: (1) receiving, (2) responding, (3) valuing, (4)
organization, dan (5) characterization by a value or value complex.
Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam
jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus,
mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk

memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada jenjang ini peserta didik
dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada
mereka, dan mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentikkan diri dengan nilai itu. Contoh hasil belajar afektif jenjang
receiving misalnya, peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan,
sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.
Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang receiving. Contoh hasil belajar afektif jenjang responding
misalnya, peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau
menggali lebih dalam lagi mengenai kedisiplinan.
Valuing (menilai atau menghargai) artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, peserta didik di sini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila
suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk mengatakan
“itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian. Nilai itu telah mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil
belajar afektif jenjang valuing misalnya, tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri
peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah maupun di tengahtengah kehidupan masyarakat.
Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan
oerbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
membawa kepada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan
merupakan pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di
dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang organization
misalnya, peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional. Mengatur atau

mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang lebih tinggi lagi
ketimbang receiving, responding, dan valuing.
Characterization by a Value or Value Complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau komplek nilai) yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki
nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
philosophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki
sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup
lama, sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”; tingkah lakunya menetap,
konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini
adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan
perintah Tuhan sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut
kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
3) Domain Psikomotor
Menurut Sudijono (2006), ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor
dikemukakan oleh Simpson (Sudijono, 2006) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku).
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
afektifnya.

C. Perbedaan Assesment (Penilaian), Measurement (Pengukuran), dan Evaluation
(Evaluasi)
1. Pengertian Pengukuran (Measurement)
Menurut Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran adalah suatu kegiatan menentukan
kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh
benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud. Pengukuran bisa diartikan
sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu
(Djaali & Pudji Muljono, 2007). Menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka
pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu
berupa angka. Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu.
Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang
lain (Anas Sudiono, 2001). Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuntitas sesuatu (Zaenal Arifin, 2012). Hopkins dan Antes (1990)
mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa
angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri tentang suatu objek,
orang atau peristiwa. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu
aturan atau formula tertentu. Pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu
atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu
yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli. Menurut Cangelosi (1995: 21) pengukuran adalah
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal
ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang
dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan.Menurut Wiersma & Jurs (1990) pengukuran adalah penilaian numerik pada
fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan
tertentu.Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang
mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan
dengan angka-angka. Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran

tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu
prose yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu
obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.
Jadi, pengukuran (measurement) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran
standar yang disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan
hanya dapat mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur bendabenda yang dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidakpastian, dll.
Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta
didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya.
2. Pengertian Penilaian (Assessment)
Menurut Bonnie Campbell Hill & Cynthia Ruptic (1994). “Assessment is the process
of gathering evidence and documenting a child’s lerning and growth”. Penilaian adalah
proses

mengumpulkan

peristiwa

dan

mendokumentasikan

pertumbuhan

dan

pembelajaran anak.Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis (1994). “Proses
sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru
akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan
kenyataan objektif. Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan
atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah
keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan
pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang
terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai. Menurut
Suharsimi Arikunto (2009) penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Dalam buku, “Bimbingan
Dan Konseling Disekolah”, terbitan Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, departemen Pendidikan Nasional
(2008:27) dijelaskan bahwa Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen
program bimbingan.Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal
1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.Penilaian merupakan

proses mengamati, merekam dan mengumpulkan berbagai dokumentasi dari hasil karya
yang telah dikerjakan oleh anak dan bagaimana cara mereka mengerjakannya (NAEYC
& NAESC/ SDE, 1991).Menurut NSW Departement of Education (dikutip Arthur, 1996:
324) Assesment is the process of gathering evidence and making judgement about
students’ needs, strenghts, abilities and eachievement. Penilaian adalah proses
mengumpulkan fakta-fakta dan membuat keputusan tentang kebutuhan siswa, kekuatan,
kemampuan, dan kemajuannya. Menurut Hargrove dan Poteet (1984) Assesment is the
process of gathering information, using appropriate tools and technique. Penilaian
adalah proses mengumpulkan informasi, dengan menggunakan alat dan teknik yang
layak). Menurut Jamaris (dalam makalah Asesmen Perkembangan Anak Usia TK
Berbasis Kecerdasan Jamak, 2004). Penilaian pendidikan anak usia dini merupakan suatu
proses kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data atau buktibukti tentang perkembangan dan hasil belajar anak usia dini.Menurut James A. Poteet &
Ronald C Eaves (1985). Penilaian berarti proses pengumpulan informasi. Untuk guru,
penilaian dilakukan sebagai tujuan memutuskan keterampilan mengajar.Angelo T.A.
(1991): “Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback,
early and often, on how well their students are learning what they are being taught”.
assessment Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk
mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang
seberapa baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.Bob Kizlik
(2009): “Assessment is a process by which information is obtained relative to some
known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A test is a
special form of assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances
especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments,
but not all assessments are tests”. Assessment adalah suatu proses dimana informasi
diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Penilaian adalah istilah yang luas yang
mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari penilaian. Tes adalah salah satu
bentuk penilaian. Dengan kata lain, semua tes merupakan penilaian, namun tidak semua
penilaian berupa tes.Terry Overton (2008): Assesment is a process of gathering
information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted
in my definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such
as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu
proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan
pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam

definisi saya tentang tes, suatu penilaian bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri
dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan
sebagainya).Palomba and Banta (1999), Assessment is the systematic collection , review ,
and use of information about educational programs undertaken for the purpose of
improving student learning and development (Artinya: penilaian adalah pengumpulan,
reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan
tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa).Penilaian adalah proses
mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan
keputusan instruksional (Richard I. Arends, 2008: 217).
Penilaian adalah proses pengumpulan informasi dengan mempergunakan alat dan
teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan berkenaan dengan penempatan
dan program pendidikan bagi siswa tertentu (Djadja Rahardja).Assesment atau penilaian
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria
maupun aturan-aturan tertentu (S. Eko Putro Widoyoko, 2012: 3).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran
(kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dll), menggambarkan informasi tentang sejauh
mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.
Assessment memberikan informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada
pengukuran, sebab tidak hanya mengunakan instrument tes saja, tetapi juga mengunakan
tekhnik non tes lainya. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk
menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Hasil
penilaian sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
3. Pengertian Evaluasi (Evaluate)
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan adalah proses
untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan.Evaluasi
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istila Norman E. Grounloud (1985) berpendapat
evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan,
sampai sejauh mana tujuan program telah tercapai.Endang Purwanti (2008: 6)
Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas
hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan

kriteria tertentu.Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi
pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan
atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono,
2007).Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi
yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.Evaluasi menurut Kumano
(2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan
penilaian.Menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai
berdasarkan hasil pengukuran.Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang
sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002).Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.Tayibnapis (2000)
evaluasi adalah program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian
evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk
memperoleh feedback (umpan balikan) perbaikan program, sementara itu evaluasi
sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman,
1990).Menurut Tyler (1950) dalam Suharsimi Arikunto (2003) Evaluasi adalah sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana
tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya.Menurut NSW Department of Education (dikutip Arthur, 1996) Evaluation is
the process of gathering data and making judgement about the effectiveness of teaching
programs, policies and procedures. Evaluasi adalah proses mengumpulkan data dan
membuat keputusan tentang efektivitas program pembelajaran, kebijakan dan
prosedurnya.Anas Sudiono (2001) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi
berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Frey, Barbara A., and
Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing,
and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving
instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan,
analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai
tujuan instruksional).Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan
(Mehrens & Lehmann, 1978:5).Komite Studi Nasional tentang evaluasi (National Study
Committee on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12). Evaluasi merupakan
suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program
selanjutnya.
Evaluasi adalah proses membuat judgment untuk memutuskan tentang manfaat
pendekatan tertentu atau hasil pekerjaan siswa (Richard I. Arends, 2008: 217).Evaluasi
merupakan

proses

yang

sistematis

dan

berkelanjutan

untuk

mengumpulkan,

mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program
untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun
menyusun program selanjutnya (S. Eko Putro Widoyoko, 2012: 6).
Dari berbagai devinisi diatas, evaluasi adalah adalah kegiatan atau upaya yang
meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan (program, produksi, prosedur). Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan atau upaya
tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar
mengajar mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui
dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteriakriteria penilaian telah tercapai. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes.
Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan
nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain)
berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria
namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru
membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses
mengukur (pengukuran) baru melakukan proses menilai (penilaian) tetapi dapat pula
evaluasi langsung melalui penilaian saja.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan
belajar.
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Persamaan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi: Sama-sama menentukan nilai
dari sesuatu, alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama, sama-sama
proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek,

Bagan Kedudukan Pengukuran (measurement), Penilaian (assessment) dan Evaluasi
(evaluate)

DAFTAR PUSTAKA
http://www.MAKALAH20EVALUASI%20PEMBELAJARAN%20IPS
%20%E2%80%9CKonsep%20Dasar%20Evaluasi%E2%80%9D%20%C2%AB%20DUNIA
%20PINTAR%20khatib.htm, diakses pada Senin, 30 Mei 2016.
http://www.Pengertian%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Definisi,%20Tujuan,%20Penilian,
%20Jenis,%20Alat%20,%20dan%20Faktor%20yang%20Mempengaruhi%20_%20Makalah
%20Landasan%20Teori.htm, diakses pada Senin, 30 Mei 2016.
http://www.Pengertian%20Pengukuran%20%28Measurement%29,%20Penilaian
%20%28Assessment%29%20dan%20Evaluasi%20%28Evaluate%29%20dalam
%20Pendi