RESUME KULIAH UMUM TGL 8 OKTOBER OLEH TR

RESUME KULIAH UMUM TGL 8 OKTOBER

OLEH :
TRI PUTRA SYAWALI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
POLITANI NEGERI KUPANG
2013

Pemateri I
Perkembangan Teknologi Reproduksi Fertilisasi in Vitro, Kloning
dan Manipulasi Embrio Pada sapi Bali
Sebagai plasma nutfah yang dimiliki Indonesia, sapi Bali sudah dikembangkan sebagai
salah satu pemenuhan kebutuhan daging nasional. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk
mengembangbiakkan sapi Bali salah satunya dengan pemanfaatan teknologi reproduksi. Teknik
Reproduksi yang telah dilakukan adalah:
1. Artificial Insemination (AI/IB)
Atau lebih dikenal dengan inseminasi buatan, dengan teknik ini pemanfaatan ternak
jantan dapat secara optimal. Teknik ini sudah umum dilakukan dimasyarakat dengan
bantuan inseminator terlatih karena teknik ini dinilai efektif, efisien dan aman. Prinsip
dasar teknik adalah kawin dengan bantuan manusia. sperma dimasukkan kedalam saluran

reproduksi.
2. In Vivo Embryo Production
Adalah teknik dengan cara memanen embrio dari donor dan ditanamkan ke resipens atau
untuk dibekukan. Teknik ini membutuhkan alat yang mahal dan tenaga yang profesional
yang handal.
3. In Vitro Embryo Production (Bayi Tabung)
Teknik ini membutuhkan alat yang mahal dan sdm yang handal. Belum umum dilakukan
didunia peternakan.
4. Intracytoplasmic Sperm Injection
Teknik fertilisasi dengan menyuntikkan langsung sperma kedalam ovum melalui
sitoplasma. Teknik ini membutuhkan alat yang mahal dan sdm yang handal.
5. Freezing
Teknik pembekuan atau freezing yang digunakan dalam bank semen atau embryo beku
untuk penyimpanan.
6. Sexing
Penelitian dan pengembangan telah banyak dilakukan, teknik ini dilakukan untuk
menghasilkan kelamin anak yang diinginkan. Teknik ini sudah berkembang untuk
manusia.
7. Embryo Transfer
Penelitian dan pengembangan telah banyak dilakukan teknik ini dilakukan namun Teknik

ini membutuhkan alat yang mahal dan sdm yang handal, dan teknik ini berkembang pada
manusia.
8. Cloning

Dolly merupakan bukti bahwa teknik mengcopy induk berhasil dilakukan namun hasilnya
dinilai kurang baik Karena hasil pencopian tidak menunjukkan bahwa dolly
pertumbuhannya tidak bagus dan mudah terjangkit penyakit. Cloning dibutuhkan dalam
dunia medis.

Pemateri II
Isu-Isu Kesejahteraan Hewan Pada Peternakan Hewan Pangan (Food Animal)
MAXS U. E. SANAM
Pengertian animal welfare ada dua kelompok besar : Spedding (2000) mengatakan bahwa
animal welfare adalah pemenuhan kebutuhan dasar hewan dan penguraan penderitaan hewan
sedangkan menurut Getz and Baker (1990) mengatakan bahwa kebutuhan manusia dan hewan
sama dan pemenuhan haknya juga sama.
Mengapa kita harus peduli dengan animal welfare karena ada landasan hukum / legislasi,
urbanisasi, filosofi, media dan Disney effect. Di Indonesia dilandaskan pada Pasal 302 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) , Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan PP No 95 Tahun 2012 Tentang Kesmavet dan Kesrawan .


Lima kebutuhan dasar/hak hewan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Freedom from hunger and thirst (Bebas dari rasa lapar dan haus)
Freedom from discomfort (Bebas dari ketidaknyamanan)
Freedom from pain, injury or disease (bebas dari merasakan sakit, cidera, atau penyakit)
Freedom to express normal behavior (Bebas mengkespresikan tingkah laku alamiahnya)
Freedom from fear and distress (Bebas dari ketakutan dan stres)
Sejumlah besar kepedulian (concerns) pada hewan pangan menyangkut bagaimana

hewan dipelihara ditransportasi, di-handle, dan dipotong . Banyak dari kepedulian tsb berkaitan
dengan metode-metode yang sudah diterapkan untuk meningkatkan produkstivitas ternak dan
pengurangan biaya bagi konsumen. Standar animal welfare di farm babi, ayam, sapi sudah diatur
ditiap Negara. Semua ditujukan untuk mendapatkan kualitas pangan yang baik, dan aman serta
untuk kemanan dan pemenuhan animal welfare.

Hal yang bisa dilakukan tiap pribadi adalah menyayangi hewan pemeliharaan kita sesuai
dengan hak mereka atau berdasarkan dengan 5 hak atau kebutuhan dasar hewan, menjadi
customer yang cerdas dalam pembelian produk asal hewan sehingga hanya menggunakan bahan
yang bercap “animal friendly”.

Pemateri III
Industri Peternakan Unggas di NTT: Permasalahan, Peluang dan Strategi Pengembangan
Catootjie L. Nalle, Ph.D.

Kebutuhan pangan asal ternak unggas di NTT meningkat setiap tahunnya sehingga perlu
dilakukan pendekatan/pengenalan situasi Peternakan Unggas di NTT: Permasalahan, Peluang
dan Strategi Pengembangan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
Pemasalahan-permasalahan peternakan unggas di NTT.
1.
2.
3.
4.
5.

Masalah penyediaan bibit.

Ketergantungan akan pakan impor dan rendahnya kualitas bahan pakan lokal.
Kompetensi manajemen beternak yang lemah.
Rumah potong unggas dan fasilitas penyimpanan
Masalah Penyakit dan ketersediaan tenaga paramedic veteriner.

6. Masalah rendahnya produktivitas ternak ayam akibat iklim yang terlalu panas dan
lembab.
7. Kurangnya modal dan penanam modal (investor)
8. Masalah pemasaran
9. Dukungan pemerintah Masalah pemasaran.
Peluang pengembangan industri peternakan unggas di NTT yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Pertmbahan penduduk
Potensi dasar (rumah makan di NTT)
Sumber daya manusia (perguruan tinggi bidang peternakan)

Lahan di NTT
Potensi seumber bahan pakan lokal
6. investor
Strategi Pengembangan Peternakan Unggas di NTT, yaitu :
Konsep strategi pengembangan yang selaras dengan strategi pengembangan industri
nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional.
1. Pengembangan sistem pembibitan dan pemeliharaan ayam kampung secara intensif.
2. Pendirian industri pembibitan ayam ras dan bukan ras di NTT
3. Pengembangan peternakan unggas berbasis pakan lokal dan ramah lingkungan.
4. Strategi pengendalian dan pencegahan penyakit unggas secara komprehensip.
5. Peningkatan produktivitas ternak unggas dan pendapatan peternak di NTT melalui
strategi formulasi ransum.
6. Perbaikan manajemen pemasaran hasil ternak unggas.
7. Strategi pengendalian keamanan produk pangan asal ternak secara komprehensif.
8. Peningkatan kemampuan manajemen peternak unggas
9. Penerapan sistem kemitraan usaha (contract farming)