EFEKTIVITAS PEMBERIAN TUGAS SEBELUM PROS

Jurnal BidiK Vol 1 No 1 Desember 2012, hal. 1-8

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TUGAS SEBELUM PROSES
PEMBELAJARAN TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR
PADA KONSEP GENETIKA DI KELAS III SMAN 1
KAYU ARO KERINCI
(Effectiveness of Duty Gift Before Study Process to Process and Result
Learn at Concept GeneticsIn Class III of SMAN 1 Kayu Aro Kerinci)
Jodion Siburian 1), Gardjito 2) dan Yuliani 3)

ABSTRAK. Penelitian tentang pemberian tugas konsep genetika sebelum proses
pembelajaran telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa Kelas III SMAN 1 Kayu Aro Kerinci. Penelitian menggunakan Randomized
Control Group Only Design. Subjek penelitian yang digunakan terdiri dari kelompok
eksperimen (experimental group) dan kelompok kontrol (control group). Pemberian tugas
untuk kelompok eksperimen berupa penyelesaian soal-soal, pemecahan masalah dan
pembuatan laporan. Pada akhir proses pembelajaran, kedua kelompok diberi test akhir dan
hasilnya diuji menggunakan uji-t (t-test). Disamping test akhir, juga dilakukan observasi
terhadap proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas siswa, menggunakan instrumen
observasi. Hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis data pada kelompok
eksperimen menunjukkan bahwa aktivitas positif sejumlah 29,81% dan 3,44% aktivitas

negatif, sedangkan pada kelompok kontrol, adalah 19,68% aktivitas positif dan aktivitas
negatif sejumlah 8,66%. Rata-rata hasil test akhir adalah 58,8 pada kelompok kontrol,
sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 75,4. Hasil t-hitung adalah 5,06 sedangkan ttabel adalah 1,997 ( = 0,05: db= n1+n2-2). Dengan demikian, bahwa pemberian tugas
sebelum proses pembelajaran adalah efektif terhadap proses dan hasil belajar siswa kelas
III SMAN1 Kayu Aro Kerinci.

ABSTRACT . Research about duty gift conception genetic before study process have been
conducted to know effectiveness and its influence to result learn student of Kelas III
SMAN 1 Kayu Aro Kerinci. Penelitian use Randomized Control Group Only Design.
consisted of Used to be Subjek research of experiment group (experimental group) and the
control group. Pemberian duty for the experiment group in the form of solving of
problems, trouble-shooting and report making. By the end of study process, group second
given by the final test and result tested to use uji-t ( t-test). Final Disamping test, also be
conducted by observation to study process to know student activity, using observation
instrument. result Analysed descriptively. Result of data analysis of experiment group
indicate that positive activity an amount of 29,81% and 3,44% negative activity, while at
control group, is 19,68% positive activity and the negative activity an amount of 8,66%.
Mean of result of final test is 58,8 at group control, while at experiment group is 75,4.
result T-hitung is 5,06 while t-tabel is 1,997 = 0,05: db= n1+n2-2. Thereby, that duty gift
of before study process [is] effective to process and result learn student of class of III

SMAN1 Kayu Aro Kerinci.
Keyword : Effectiveness, Duty Gift, Process, Result Learn and Genetic
1.

Drs. Jodion Siburian, M.Si adalah dosen Pendidikan Biologi PMIPA-FKIP Uiversitas Jambi
Drs. Gardjito adalah dosen Pendidikan Biologi PMIPA-FKIP Universitas Jambi
3.
Yulyani adalah alumni Pendidikan Biologi PMIPA-FKIP Universitas Jambi

2.

1

Jodion Siburian, dkk. 2008, Efektivitas pemberian tugas….

PENDAHULUAN

Sistim pengajaran yang baik
seharusnya dapat membantu siswa
mengembangkan dirinya secara optimal.

Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus
dapat memberikan pengalaman belajar
yang menyenangkan dan berguna bagi
dirinya.
Guru
perlu
memberikan
bermacam-macam situasi belajar yang
memadai dan menyesuaikannya dengan
kemampuan dan karakteristik siswa
terhadap materi yang disajikan, sehingga
siswa dapat terbantu menguasai materi
yang susah dipahami (Soekamto, Wardani
dan Winataputra, 1993).
Suatu upaya yang memungkinkan
dapat membantu pemecahan permasalahan
tersebut adalah pengajaran dengan metode
penugasan,
berupa
latihan

secara
sistematis. Dengan penugasan, siswa
dimungkinkan dapat mengenal langkahlangkah penyelesaian soal secara praktis.
Optimalnya upaya tersebut tentunya
dengan penugasan terprogram. Kondisi
tersebut dapat membantu
transfer
pengalaman belajar siswa kelak menjadi
mahasiswa di Perguruan Tinggi, sehingga
transisi cara belajar di SMA ke Perguruan
Tinggi dapat terjembatani.
Belajar adalah peristiwa yang
berproses dan prosesnya
berlangsung
dalam jangka waktu tertentu (Suhabuddin,
1994). Belajar adalah proses aktif yang
berinteraksi terhadap semua situasi
disekitar. Belajar adalah suatu proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat, melihat, mengamati, memahami

melalui berbagai pengalaman terhadap
sesuatu yang dipelajari (Sudjana, 1989).
Disisi lain, mengajar merupakan kegiatan
membimbing,
mengatur
dan
mengorganisasi lingkungan sekitar, agar
siswa terdorong menimbulkan dan
mengalami proses belajar. Proses belajar
yang dialami tersebut dapat efektif jika
pengajar mampu membuat variasi dalam
mengajar (Slameto, 1987).
Metode
pemberian
tugas
merupakan
suatu
alternatif
variasi
mengajar, yang dicirikan adanya kegiatan


Sejumlah 23% siswa kelas III IPA
SMAN 1 Kayu Aro Kerinci menyebutkan
bahwa pelajaran biologi di SMA merupakan
hafalan. Mereka jarang mempersiapkan diri
untuk mengikuti pelajaran yang akan
dipelajari disekolah. Siswa tergantung pada
guru semata, dalam arti siswa bersikap pasif
dalam proses belajar dan tidak dapat bekerja
secara mandiri, terbiasa menggantungkan
materi, cara belajar dan cara memperoleh
informasi serta keberhasilannya kepada guru
saja. Meskipun siswa menganggab biologi
didominasi hafalan, namun rata-rata hasil
belajar biologi siswa pada semester 1 Tahun
Ajaran
2004/2005,
berdasarkan
data
dokumentasi TU SMAN 1 Kayu Aro Kerinci

juga tergolong rendah yaitu 5,03 pada kelas
III IPA1 dan 5,4 pada kelas III IPA 2.
Rendahnya
penguasaan siswa
terhadap konsep biologi yang sebahagian
besar meliputi konsep-konsep
genetika
dimungkinkan karena model mengajar yang
kurang sesuai. Salah satu penyebabnya dapat
diakibatkan kurangnya latihan, serta pola
penyelesaian
soal
latihan
masih
menggunakan langkah-langkah kerja secara
global saja. Kedaan demikian semakin
parah jika jenjang kesulitan dan variasi soal
latihan kurang diperhatikan dan dapat
menimbulkan masalah untuk memahami
materi genetika. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat bahwa salah satu masalah
pengajaran dan berbagai gejala yang tampak
adalah masalah jenjang latihan dan langkahlangkah penyelesaian soal latihan (Arifin,
1995). Materi genetika di SMA merupakan
materi yang sangat mendasar (fundamental)
bagi materi lanjutan di Perguruan Tinggi.
Genetika menjadi satu mata kuliah pokok
wajib di Jurusan Biologi dan Jurusan yang
relevan. Pemahaman konsep genetika di SMA
melibatkan perhitungan dasar konsep
genetika. Jika konsep genetika tidak dikuasai
siswa SMA, akan susah memahami dan
menguasai konsep genetika di Perguruan
Tinggi. Keadaan
demikian
secara
keseluruhan tentu akan mengakibatkan
rendahnya indeks prestasi lulusan mahasiswa.

2


Jurnal BidiK Vol 1 No 1 Desember 2012, hal. 1-8

dianalisis secara deskriptif (Ali, 1985) dan
instrumen lembaran test berbentuk
objektif. Hasilnya diuji normalitas,
homogenitas, dan perbedaan dua rataratanya, selanjutnya hasil test di analisis
dengan uji-t (t-test) sesuai prosedur
Sudjana (1992). Sebelum digunakan,
instrumen test terlebih dahulu dilakukan
uji coba untuk uji validitas, taraf
kesukaran daya pembeda dan reliabilitas
soal (Arikunto, 2001).

perencanaan suatu persoalan atau problem
yang harus diselesaikan oleh siswa dalam
jangka waktu tertentu yang disepakati
bersama (Djajadisatra, 1985). Metode
penugasan (resitasi) adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan

tugas
agar siswa melakukan kegitan
belajar. Metode tersebut dapat dilakukan di
kelas, di halaman, di rumah, di
perpustakaan, atau dimana saja asal tugas
dapat dikerjakan (Djamarah dan Zain,
1996) merangsang siswa secara individu
atau kelompok untuk aktif belajar.
Agar siswa dapat belajar di luar
kelas maka metode penugasan dianggab
tepat. Namun demikian dalam pemberian
tugas, jenis, keluasan, dan kesukaran tugas
perlu dipertimbangkan dan disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Pemberian
tugas bukan pemberian hukuman, atau
mempersulit siswa, tetapi memperluas,
memperkaya, dan memperdalam bahan
yang diberikan di dalam kelas. Bentuk
tugas dapat berupa menjawab pertanyaan,
mencari soal dan membuat penyelesaian

sendiri, membuat gambar, klipping,
pengamatan lingkungan dan sebagainya
(Ibrahim dan Syaodih, 1996).
Bedasarkan permasalahan tersebut,
perlu dilakukan penelitian tentang
efektivitas pemberian tugas sebelum
proses belajar mengajar terhadap proses
dan hasil belajar pada konsep genetika di
kelas III IPA
SMAN1
Kayu Aro
Kerinci”.

HASIL PENELITIAN
Setelah test akhir dianalisis,
diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Data
hasil belajar yang diperoleh melalui test
akhir belajar dilakukan uji normalitas, uji
homogenitas, kelas kontrol dengan kelas
eksperimen, selanjutnya dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata untuk menguji
hipotesis menggunakan uji t-test.
1. Berdasarkan perhitungan uji normalitas
diperoleh L-hitung (L0) = 0,070 untuk
kelas kontrol dan 0,112 untuk kelas
eksperimen, sedangkan L-tabel adalah
0,150. Dengan demikian, jika harga Lhitung  L-tabel, maka sampel tersebut
tersebar secara normal.
2. Berdasarkan
perhitungan
uji
homogenitas, diperoleh F-hitung =
0,90, sedangkan F0,95 (34,35) = 0,56, dan
F0,05 (35,34) =1,77. Dengan demikian
F0,95 (34,35)  F  F0,05 (35,34) atau 0,56 
0,90 1,77 sehingga kedua kelompok
sampel mempunyai varians yang sama.
3. Berdasarkan uji normalitas dan
homogenitas maka dilakukan uji t-test.
Hasil perhitungan uji t-test diperoleh thitung =5,06, sedangkan t-tabel =1,997
( =0,05 dan dk =69). Dengan
demikian t-hitung  t-tabel atau 5,06 
1,997 sehingga hipotesis diterima.

METODE PENELITIAN
Penelitian terhadap sampel yaitu
Kelas III IPA 1 dan 2 SMAN1 Kayu Aro
Kerinci, dilaksanakan pada bulan Maret–
Mei 2005, menggunakan rancangan
Randomized Control Group Only Design
(RCGOD).
Penelitian
menggunakan
instrumen berupa lembaran observasi

3

Jodion Siburian, dkk. 2008, Efektivitas pemberian tugas….

Tabel 1. Tabulasi analisis test akhir hasil belajar siswa kelas III IPA Kayu Aro Kerinci
KELAS KONTROL
KELAS EKSPERIMEN
NO
Xi
Fi
Fx
X1 – X F1 ( X1 – X)2
Xi
Fi
Fx
X1 – X
F1 ( X1 – X)2
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
Jlh

9
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22

1
2
1
1
2
7
4
4
2
2
4
3
2
35

9
20
11
12
26
104
64
68
36
38
80
63
44
576

- 7,46
- 6,46
- 5,46
- 4,46
- 3,46
- 2,46
- 1,46
- 0,46
0,54
1,54
2,54
3,54
4,54

55,65
83,46
29,81
19,89
23,94
14,92
0,85
1,17
4,74
12,90
50,13
61,83
61,38
420,67

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

2
1
2
1
6
2
1
3
6
4
4
3
1
36

28
15
32
17
108
38
20
63
132
92
96
75
26
742

- 6,61
- 5,61
- 4,61
- 3,61
- 2,61
- 1,61
- 0,61
0,39
1,39
2,39
3,39
4,39
5,39

87,38
31,47
42,50
13,03
40,87
5,18
0,37
0,46
11,59
22,85
45,97
57,82
29,05
388,54

Keterangan :
Xi = Skor yang diperoleh siswa ; Fi = Jumlah siswa yang memperoleh skor tertentu (Xi)
Fx = Jumlah skor seluruh siswa (Xi x Fi); X = Skor rata-rata siswa

Sedangkan persentasi hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran , meliputi aktivitas positif dan aktivitas negatif, dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2.

Persentasi hasil observasi aktivitas siswa kelas III IPA Kayu Aro
Kerinci pada proses pembelajaran
KELAS KONTROL

NO
A

AKTIVITAS SISWA

Obs 1

KELAS EKSPERIMEN
Obs 3

Obs 1

Obs 2

Obs 3

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

n

%

Aktivitas Positif
1. Memperhatikan guru
menjelaskan pelajaran

25,84

71,78

27,34

78,11

25,64

73,26

32,81

91,14

33,30

93,50

32,12

92,0

2. Aktif menjawab pertanyaan

0,68

1,94

0,85

2,43

0,34

0,97

4,70

13,06

5,70

15,83

7,09

19,69

3. Aktif bertanya

0,51

1,46

0,34

0,97

0,51

1,46

3,02

8,42

1,53

4,25

1,19

3,31

4. Menjawab pertanyaan

0,68

1,94

0,17

0,49

0,51

1,46

1,87

5,19

1,86

5,17

2,21

Rata-rata
B

Obs 2

19,24

20,50

19,29

29,45

29,69

6,14
30,29

Aktivitas Negatif
1. Tidak memperhatikan
pelajaran (berbicara)

5,03

14,37

4,87

13,91

5,52

15,77

1,18

3,28

0,84

2,33

1,19

3,31

2. Mengganggu teman

1,52

4,34

0,85

2,43

0,85

2,43

0,85

2,36

1,02

2,83

0,51

1,42

3. Kegiatan negatif lain yang
mengganggu

2,87

8,20

2,70

7,71

3,06

8,74

2,02

5,61

2,03

5,64

1,52

4,22

Rata-rata

8,97

8,02

8,98

3,75

3,60

2,98

Keterangan :
Obs : Observasi ; n : Jumlah keaktifan siswa

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

dari aktivitas positif siswa dalam belajar
29,81% pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dari 19,68% pada kontrol. Rata-rata
hasil belajar kelompok eksperimen yaitu
20,61 juga lebih tinggi dari kelompok
kontrol yaitu 16,46. Uji t-test juga
menunjukkan t-hitung  t-tabel yaitu thitung =5,06  t-tabel =1,997. Jika t-hitung
 t-tabel maka hipotesis diterima (Sudjana

Setelah hasil dianalisis, diperoleh
perbedaan tingkat aktivitas siswa selama
PBM dan rata-rata hasil belajar pada
kelompok kontrol dengan eksperimen.
Pemberian tugas sebelum PBM, efektif
dan lebih baik terhadap proses dan hasil
belajar yang diperoleh siswa. Terbukti

4

Jurnal BidiK Vol 1 No 1 Desember 2012, hal. 1-8

dan Ibrahim, 2004: 144). Dengan
demikian, hipotesis diterima pada taraf
kepercayaan 95% yaitu, pemberian tugas
sebelum proses pembelajaran
efektif
terhadap proses dan hasil belajar pada
konsep genetika di kelas III IPA SMAN1
Kayu Aro Kerinci.

yang belum memahami konsep genetika
tersebut, sehingga perbaikan dapat
dilakukan. Menurut Skinner dalam
Popham dan Baker (1983), bahwa
pengajaran yang terprogram dengan baik
mencakup tiga ciri yaitu: 1) Respon aktif
dari siswa terhadap bahan pengajaran, 2)
Siswa dapat mengetahui dengan segera,
tepat atau tidak jawabannya. 3) Siswa dapat
menempuh program pembelajaran sesuai
dengan temponya. Dalam hal ini, hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan, dan
pengajar dapat dibebaskan dari sebagian
tugas yang lebih banyak memakan waktu,
sehingga
usaha
peningkatan
mutu
pendidikan tentu akan lebih baik .

Untuk
memperoleh
suatu
ketangkasan atau keterampilan, biasanya
diperlukan latihan berkali-kali dan terus
menerus terhadap apa yang dipelajari,
karena hanya dengan melakukan secara
teratur pengetahuan dapat disempurnakan
(Surakhmad, 1980). Menurut Djajadisastra
(1982), metode latihan adalah suatu
kegiatan melakukan hal yang sama
berulang-ulang dengan tujuan untuk
memperkuat
atau
menyempurnakan
keterampilan agar menjadi bersifat
fermanen,
sehingga
tidak
mudah
dilupakan.

Salah satu
hasil akhir yang
diharapkan
dicapai
dari
proses
pembelajaran adalah siswa yang mandiri.
Siswa diharapkan tidak tergantung pada
guru saja, dalam arti siswa harus bersikap
aktif dalam proses belajar, dan dapat
bekerja secara mandiri, menjadi guru bagi
dirinya sendiri. Menurut Cahyana (1998)
seorang tenaga pengajar yang berkualitas
adalah tenaga pengajar yang mampu
membelajarkan siswa secara mangkus
sesuai
dengan
kendala-kendala
sumberdaya dan lingkungan.
Dengan
demikian, guru mampu membuat siswa
belajar mandiri, mampu membiasakan diri
untuk tidak terlalu menggantungkan
materi, cara belajar dan cara memperoleh
informasi serta keberhasilannya kepada
orang lain.

Pemberian
tugas
merupakan
alternatif variasi pembelajaran yang dapat
menyebabkan siswa selalu melakukan
kegiatan latihan, baik berupa pemecahan
soal atau tugas lainnya. Pemberian tugas
pada pembelajaran genetika di kelas III
IPA SMN1 Kayu Aro Kerinci dapat
melatih
siswa
memperkuat
atau
menyempurnakan
keterampilan
dan
pemahaman konsep genetika, sehingga
menjadi lebih bersifat fermanen dan tidak
mudah dilupakan. Metode latihan juga
membuat siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran, karena siswa menjadi subjek
dan pelaku kegiatan belajar. Hal tersebut
terbukti dari hasil belajar kelompok
eksperimen yang aktif melakukan latihan,
lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol.

Upaya membantu belajar yang
mandiri dengan efisien dan efektif, yaitu
menggunakan waktu siswa secara berhasil
guna melalui pemberian tugas, karena guru
tidak lagi menjelaskan materi dari awal
sampai akhir, melainkan membahas
masalah pokok saja (Surakhmad, 1982),
sekaligus juga menghilangkan anggapan
sebagian besar siswa, bahwa kegiatan
mengikuti pembelajaran sebagai satusatunya kegiatan pokok belajar. Demikian
juga menurut Fosnot (1989: 20) bahwa
guru lebih banyak berfungsi sebagai
fasilitator dan mediator yang kreatif.

Agar siswa dapat berperan sebagai
pelaku kegiatan pembelajaran, guru dapat
membuat tugas yang betul-betul menuntut
siswa melakukan aktivitas belajar, dengan
tujuan meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya menerapkan konsep yang
dikuasainya. Disisi lain, dapat membantu
guru untuk mengetahui bagian konsep
belum dipahami dan mendeteksi siswa

5

Jodion Siburian, dkk. 2008, Efektivitas pemberian tugas….

Penugasan, merupakan kreativitas guru
untuk menghilangkan ketergantungan
siswa kepadanya, memacu belajar mandiri
sebagai kegiatan sentral atau kegiatan
pokok dan menempatkan kegiatan lain
sebagai pelengkap, karena siswa dapat
memilih sumber, waktu, tempat dan cara
belajar
yang
diinginkan
sesuai
karakteristik sendiri.

dalam
diri
individu
yang
akan
mempengaruhi pola pikir individu dalam
bertindak. Ini sesuai dengan pendapat
Davis dalam Soekamto, Wardani, dan
Winataputra (1993), bahwa penguasaan
terhadap suatu tahapan atau pengetahuan
awal akan membuat proses belajar
mengajar untuk materi selanjutnya lebih
berarti.

Pemberian tugas, dapat memacu
siswa meningkatkan aktivitas yang
menunjang proses belajar kearah positif
disebut aktivitas positif. Meningkatnya
aktivitas positif dalam belajar, akan
mengurangi
bahkan
menghilangkan
aktivitas yang tidak menunjang dan disebut
aktivitas negatif. Hal
tersebut sesuai
dengan hasil penelitian, bahwa pemberian
tugas sebelum proses pembelajaran,
menyebabkan aktivitas yang menunjang
proses belajar meningkat. Aktivitas positif
siswa berdasarkan observasi selalu
meningkat tahap demi tahap, pada
kelompok
eksperimen
yaitu:
pada
observasi 1 adalah 29,45%, observasi 2
adalah 29,69% dan 30,29% pada observasi
3, dengan rata-rata 29,81%. Sedangkan
pada kelompok kontrol persentasenya
relatif sama, yakni: pada observasi 1
adalah 19,24%, observasi 2 adalah 20,50%
dan 19,68% pada observasi 3, dengan ratarata 19,68%.

Suatu PBM baru berhasil dengan
baik kalau proses itu secara nyata sudah
tumbuh dalam diri siswa sendiri. Untuk
memperolehnya biasanya perlu latihan
berulang dan terus menerus terhadap apa
yang telah dipelajari, karena hanya dengan
melakukan secara teratur pengetahuan
tersebut dapat disempurnakan (Surakhmad,
1980).
Melalui
penugasan,
siswa
melakukan kegiatan berulang secara
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk
memperkuat
suatu
asosiasi
atau
menyempurnakan keterampilannya agar
menjadi bersifat fermanen dan tidak
mudah dilupakan. Funk dan James (1985)
menyatakan bahwa pendekatan konsep
lebih baik daripada pendekatan fakta,
namun pendekatan keterampilan proses
masih lebih baik lagi. Melalui latihan dan
proses yang teratur akan membentuk
pengetahuan siswa lebih permanen, serta
dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya
dalam
menerapkan
konsep-konsep yang dikuasai untuk
menyelesaikan test akhir.

Aktivitas
positif
kelompok
eksperimen terlihat lebih baik dibanding
kelompok kontrol. Sebaliknya aktivitas
negatif kelompok eksperimen justru
cenderung menurun setiap tahap observasi
dan lebih rendah dibanding kelompok
kontrol. Pada Tabel 2 aktivitas negatif
kelompok eksperimen 3,75% pada
observasi 1; 3,60% pada observasi 2 dan
2,98% pada observasi 3 dengan rata-rata
3,44%. Sedangkan pada kelompok kontrol,
persentasenya relatif konstan, yakni:
8,97% pada observasi 1; 8,02% pada
observasi 2 dan 8,98% pada observasi 3,
dengan rata-rata 8,66%. Djamarah (1994),
mengemukakan belajar adalah suatu
aktivitas yang menimbulkan perobahan

Siswa yang aktif belajar, baik
individual maupun kelompok dapat
memperluas,
memperkaya,
dan
memperdalam
penguasaan
konsep
genetika.
Penguasaan,
mastering
merupakan hasil usaha intelektual dan
latihan secara terus-menerus (Drost, 2005:
12). Dengan demikian sesuai dengan hasil
yang diperoleh pada penelitian, bahwa
meningkatnya hasil belajar berhubungan
dengan meningkatnya aktivitas belajar
siswa kearah yang lebih positif yang
menunjang proses belajar. Meningkatnya
aktivitas positif siswa, menyebabkan siswa
semakin memperluas, memperkaya dan

6

Jurnal BidiK Vol 1 No 1 Desember 2012, hal. 1-8

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar dan
Kompetensi
Guru.
Usaha
Nasional: Jakarta.

memperdalam pemahamannya terhadap
konsep genetika di kelas III IPA SMAN1
Kayu Aro Kerinci, sehingga hasil yang
diperoleh pada test akhir pembelajaran
memperoleh hasil belajar yang lebih
tinggi.

Djamarah, S.B. dan
Zain, A. 1996.
Strategi Belajar Mengajar. Rineka
Cipta: Jakarta.

KESIMPULAN

Drost, Sj. J. 2005. Dari KBK sampai MBS:
Esai Pendidikan. Penerbit Buku
Kompas: Jakarta.

Berdasarkan hasil dan analisis
penelitian dapat disimpulkan, bahwa
pemberian
tugas
sebelum
proses
pemelajaran efektif terhadap proses dan
hasil belajar pada konsep genetika di kelas
III IPA SMAN 1 Kayu Aro Kerinci.
Dengan demikian dapat disarankan,
penugasan baik berupa latihan maupun
pemecahan soal-soal baik dilakukan dalam
pembelajaran genetika, karena melalui
latihan bertahap dan terpogram, dapat
menyebabkan siswa lebih aktif, dapat
meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilannya,
serta
dapat
meningkatkan hasil belajarnya.

Fosnot, C.T. 1989. Equiring Teacher
Equiring
Learners,
A
Constructivist
Approach
for
Teaching. New York: Mc GrawHill, Inc.
Funk dan James, H. 1985. Learning
Science
Process
Skills.
Kendall/Hunk,
Publishing
Company Dubugue, Iowa.
Ibrahim, R. dan Syaodih, N.S. 1996.
Perencanaan Pengajaran. Rineka
Cipta: Jakarta.
Popham, W.J. dan Baker, E.L. 1983.
Bagaimana
Mengajar
dengan
Sistimatis. Kanisius: Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan,
Prosedur dan Strategi. Angkasa:
Bandung

Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta: Jakarta.

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program
Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Airlangga
University
Press:
Surabaya.

Soekamto,T., Wardani,I. G.A.K., dan
Winataputra, U.S. 1993. Prinsip
Belajar
dan
Pembelajaran.
Depdikbud-Dirjendikti: Jakarta.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Ed. Revisi. Bumi
Aksara: Jakarta.

Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Sinar Baru: Bandung.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. Rineka Cita: Jakarta.

Sudjana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian
dan Penilaian Pendidikan. Sinar
Baru Algensindo: Bandung.

Cahyana, A. 1998. Tujuan Pendidikan
untuk Pembangunan, Mencari
Alternatif Reformasi Pembangunan
Pendidikan. J. Kajian Pendidikan
dan Kebudayaan No. 014 Th. IV
September 1998: p. 4-20.

Sudjana. 1992. Metode Statistika.
ke-5. Tarsito: Bandung.

Edisi

Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses
Belajar
Mengajar.
Remaja
Rosdakarya: Bandung.

Djajadisastra, J. 1985. Metode-metode
Mengajar. Angkasa: Bandung.

7

Jodion Siburian, dkk. 2008, Efektivitas pemberian tugas….

Suhabuddin, H. 1994. Kemampuan
Mengajar Guru Tamatan IKIP
Ujung Pandang pada Berbagai
Jenis dan Jenjang Pendidikan di
Daerah Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmu Pendidikan. Jilid I., No. 2 Th
1994: p. 136-145.
Surakhmad, W. 1980. Pengantar Interaksi
Belajar Mengajar: Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran .
Tarsito: Bandung.
Surakhmad, W. 1982. Cara Belajar
Terbaik di Universitas. Tarsito:
Bandung.

8

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA UPT RUMAH SAKIT PARU JEMBER SEBELUM DAN SESUDAH BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

24 263 20

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1