Memaknai Sertifikasi Profesi Guru (1)

Memaknai Sertifikasi Profesi Guru
Oleh Edi Suriadi, S.Pd, M.Sc
Tidak cukup pintarkah guru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga
pendidikan Indonesia kurang maju. Ternyata pintar saja tidak cukup dalam
pembelajaran yang saat ini semakin kompleks. Diperlukan inovasi dan kreativitas dari
guru untuk menemukan metode dan teknologi yang mendukung pembelajaran.
Diharapkan juga agar lembaga pendidikan untuk mendukung dan membantu guru
dalam memperkaya hazanah keilmuan, ketrampilan dan kompetensi guru.
Ada Apa dengan Pendidikan Indonesia
Pesatnya

perkembangan

metode

dan

teknik

pembelajaran


mestinya

berbanding lurus dengan ketercapaian hasil pembelajaran. Sudah majukah pendidikan
di Indonesia? Hanya kita yang mengetahui kemajuan di bidang pendidikan yang
menghabiskan dana hampir 20% dari APBN. Kemenangan putra-putri dalam event
olimpiade tidak serta merta menunjukkan majunya pendidikan Indonesia.
Kemenangan putra-putri Indonesia dalam olimpiade Sains dan Matematika yang
pernah diraih harus membuat kita bangga dan menunjukkan kalau Indonesia memiliki
potensi yang luar biasa. Kajian selanjutnya adalah berapa persentase putra-putri
pemenang Olimpiade dibandingkan dengan seluruh peserta didik yang tersebar di
seluruh Indonesia. Nyaris kebanggaan itu ternyata hanya milik sebagian kecil anak
bangsa dan belum menjadi barometer majunya pendidikan Indonesiadi peringkat
Internasional.

Halaman | 1

Adakah yang salah dengan sistem pendidikan Nasional? Pertanyaan ini
diharapkan mampu dijawab oleh penyelenggara pendidikan dan pengambil
kebijakkan di Negara ini. Mendukung peningkatan kualitas pendidikan yang utama
adalah peningkatan kompetensi guru dan tidak sekedar dengan memberikan tambahan

gaji seperti yang diamanahkan Undang-Undang Guru dan Dosen. Kemungkinan ada
celah dalam mekanisme Undang-Udang tersebut, sehingga didapati adanya
kecurangan dalam prosedur Sertifikasi. Seyogianya Undang-Undang tersebut mampu
memberikan jaminan terhadap peningkatan kesejahteraan dan ketrampilan dalam
mendidik anak bangsa.
Guru dan Profesi Kependidikan
Guru merupakan jabatan profesi yang boleh dikatakan tidak semua orang
mampu melaksanakan secara profesional. Berburu piagam dan sertifikat belakangan
ini dan ke depan akan terus dilakukan oleh guru, dalam upaya melengkapi
persyaratan agar disebut guru profesional. Faktanya memang harus, jika ingin
melengkapi

portofolio

memangharus

menyertakan

berbagai


sertifikat

yang

mendukung kinerja dan ketrampilan guru. Inilah salah satu peluang yang
dimanfaatkan oleh banyak pihak dengan dalih untuk peningkatan kualitas guru.
Peningkatan ketrampilan guru merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan
pembelajaran khususnya dan peningkatan pendidikan umumnya. Pentingnya
pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk menambah keilmuan dan penyegaran bagi
guru, diperoleh informasi terbaru yang merupakan bekal tambahan pembelajaran.

Halaman | 2

Lembaga pendidikan sangat memungkinkan melaksanakan pengembangan
ketrampilan mengajar bagi guru-guru agar lebih matang. Bagian tersulit menjadi
seorang pengajar adalah menemukan nilai-nilai seni yang esensial dalam mengajar.
Jika seorang guru telah menemukan seni mengajarnya sangat mudah baginya dalam
mentransformasikan pembelajaran kepada siswa-siswa dengan beranekaragam
kecerdasan. Itulah sebabnya tugas guru menjadi lebih berat dan pundamental
terhadap peningkatan pendidikan Indonesia. Namun demikian peranan keluarga dan

lingkungan juga menyumbang nilai penting dalam peningkatan pendidikan, sehingga
perlu ditingkatkan kerjasama antara sekolah, guru dan keluarga.
Kegiatan pembelajaran yang didukung oleh profesional guru berlangsung
secara hikmat diharapkan menghasilkan kompetensi yang mendasar pada siswa sesuai
dengan tujuan kurikuler. Dengan kompetensi yang dimilikinya diharapkan pada masa
mendatang generasi Indonesia dapat menghadapi permasalahannya dan menjadi
pemain yang berarti sehingga terwujud cita-cita kemerdekaan Indonesia sesuai
dengan tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945.
Arti Penting Sertifikasi Guru
Pentingnya sertifikasi jabatan profesi guru bisa menjadi tidak berarti jika
pemain utama (guru) tidak memberikan kontribusi dan pelayanan pendidikan secara
optimal. Kehawatiran ini muncul akibat lemahnya kontrol dari pihak-pihak terkait
terhadap pelayanan pendidikan yang disajikan oleh guru yang sudah tersertifikasi,
kondisi ini menggambarkan ketidaklayakan dalam sertifikasi.
Halaman | 3

Sertifikasi merupakan “zona aman” bagi sebagian guru-guru, anggapan ini
muncul ketika menggamati sosok guru yang sibuk mempersiapkan portofolio sampai
mendapatkan tunjangan sertifikasi. Anggapan ini didukung dengan banyak guru yang
tidak produktif pasca sertifikasi. Seberapa banyak guru yang aktif melakukan

penelitian, membuat karya ilmiah dan ikut dalam kegiatan ilmiah ketika sudah
mendapatkan sertifikat (telah disertifikasi). Gambaran ini juga terlihat berapa banyak
guru yang mampu melewati golongan IV/a, padahal terbuka peluang untuk bisa
mencapai IV/b dan seterusnya. Penyebab utamanya adalah banyak guru yang tidak
berdaya ketika harus membuat karya ilmiah yang menjadi persyaratan utama.
Kasus yang sering muncul adalah guru tersertifikasi tidak memberikan contoh
terbaiknya ketika memberikan pelayanan pendidikan, justru menunjukkan nilai
terbalik dibandingkan ketika menjalani prosedur sertifikasi. Mereka yang sudah
tersertifikasi enggan mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan sehingga tidak sedikit
guru tersertifikasi mengalami degradasi dalam banyak hal.
Pasca sertifikasi guru tetap dituntut untuk mengikuti pendidikan latihan,atau
bergabung dengan forum ilmiah guna menunjang mekanisme pembelajarannya.
Tuntutan sertifikasi yang masih dilakukan adalah pemenuhan jam mengajar 24 jam
pelajaran, yang setiap guru manapun mampu melakukannya. Sebagai guru
tersertifikasi justru diharapkan berlomba-lomba melahirkan karya inovasi terbaru dan
aktif memberikan dukungan pendidikan. Diharapkan dengan karya-karyanya ini dapat
memancing munculnya inovasi-inovasi baru dari guru lainnya.

Halaman | 4


Tindak Lanjut Sertifikasi Profesional Guru
Penomena ini menjadi sangat menggelitik dan bisa menjadi pangkal
kecemburuan bagi guru lainnya. Kasus utama yang sering terjadi adalah antara guru
tersertifikasi dengan guru yang belum tersertifikasi tidak terdapat perbedaan dalam
memberikan pembelajaran dan dalam memberikan pelayanan pendidikan. Kinerja
yang diharapkan semakin baik ternyata hasilnya nihil. Fokus masalah ternyata bukan
pada sertifikasi lebih cenderung pada kebiasaan buruk dari sebagian besar guru
tersebut, kondisi ini sudah menjadi wacana dan tamparan dunia pendidikan.
Kebijakan pemerintah memberikan tunjangan sertifikasi bagi guru yang sudah
tersertifikasi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan ekonomi yang diharapkan
mampu mendorong terwujudnya pelayanan pendidikan yang lebih baik. Peningkatan
ekonomi guru ternyata tidak berbanding lurus dengan profesionalismenya. Perlu
dilakukan kontrol dan evaluasi terhadap guru yang telah lulus sertifikasi. Kalau
ternyata memang tidak mampu meningkatkan pelayanan pendidikan (proses
pembelajaran, peningkatan ketrampilan guru dan kualitas sekolah) sebaiknya dicopot
status sertifikasinya.
Pelayanan pendidikan terbaik bagi anak bangsa hanya sebuah angan-angan
yang tidak mudah untuk terelasisi. Kondisi negatif ini akan terus tumbuh dan subur
apabila guru sebagai ujung tombak pendidikan tidak menampilkan contoh terbaik
dalam mendidik dan memberikan pelayanan pendidikan lainnya, sangat ironi apabila

ini dilakukan oleh guru “profesional”.
Halaman | 5

Pesan moral yang penulis sampaikan adalah sebagai guru mari terus berkarya,
menggali potensi diri dan mampu mengekplorasi potensi peserta didik untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak terbatas bagi guru tersertifikasi atau belum.
Penulis adalah Staf pengajar di Pesantren Ulumul Qur’an Stabat

Halaman | 6